You are on page 1of 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN PASIEN

DALAM TINDAKAN KEMOTERAPI


DI RUMAH SAKIT DR.MOEWARDI
SURAKARTA

Umi Lutfa *
Arina Maliya **

Abstract
Background of The Study. Feeling worry at patient of cancer because them in fear of impact that happened,
for example change of body image and death. Worry about the death can cause annoyed of medication
process. Anticipated a patient age, education, frequency of chemotherapy and mount the adaptation have an
effect on to patient dread in experiencing chemotherapy.
Objective of Research. The target of this research are wish to know the influence patient age to storey; level
of patient dread, mount the patient education to storey; level of patient dread, previous patient frequency
about chemotherapy to storey; level of patient dread, and mount the patient adaptation to storey; level of
patient dread.
Research of Method. Research use the descriptive correlative design. Research conducted at Dr. Moewardi
Hospital of Surakarta. The population of this research are 410 patient. Sample of the research are 44 patient.
The technique of sampling is proportional sampling.
Conclusions. Research result are: (1) the storey level dread of patient of chemotherapy at RSUD Dr.
Moewardi are middle, that are counted 50% from totalizing responder, (2) there didn’t influence of patient
age to dread storey level, ( 3) there didn’t influence of education of patient to storey level dread of patient, (4)
there didn’t influence of frequency of patient about chemotherapy to storey ;level dread of patient of
chemotherapy, and ( 5) there are influence of patient adaptation about chemotherapy to storey level dread of
patient of chemotherapy at RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Keywords: cancer, chemotherapy, anxiety

* Umi Lutfa
Mahasiswa Jurusan Keperawatan FIK UMS, Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura
** Arina Maliya
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS, Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura

PENDAHULUAN Sebagian masyarakat masih beranggapan


bahwa penyakit kanker membuat krisis hidup
Penyakit kanker (neoplasma) merupakan yang amat besar. Reaksi pada sebagian orang
penyebab kematian pertama di dunia. Pada tahun
yang menderita kanker sangat bervariasi,
2005 jumlah kematian akibat penyakit kanker misalnya syok, takut, cemas, perasaan berduka,
mencapai 58 juta jiwa. Di Indonesia penyakit marah, sedih, dan sampai ada yang menarik diri
kanker menjadi penyebab kematian kedua setelah
(Gale, 1999). Reaksi tersebut sangat manusiawi
penyakit jantung (Depkes RI, 2005). Di Rumah dan merupakan bagian-bagian dari kehidupan
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (RSDM) data yang harus dihadapi setiap orang. Perasaan cemas
pasien kanker yang melakukan kunjungan berobat
pada pasien kanker karena mereka takut akan
setiap hari mencapai rata-rata 34 orang. Jumlah dampak yang terjadi, misalnya perubahan body
tersebut meliputi pasien kanker dengan semua image dan kematian (Carbonel, 2004). Cemas
jenis penyakit kanker. Di RSUD Dr. Moewardi
akan kematian bisa berakibat terganggunya proses
ada kecenderungan peningkatan kasus kanker pengobatan.
pada semua kelompok umur mengingat
perkembangan teknologi baik di bidang pangan, Pasien kanker yang berobat di rumah sakit
obat-obatan maupun transportasi. Faktor-faktor membutuhkan metode perawatan dan pengobatan
tersebut dapat memicu meningkat-nya penyakit yang lebih khusus dibandingkan pasien lainnya.
kanker di masyarakat. Pendekatan yang baik dan terapeutik dari dokter

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Dalam… (Umi Lutfa dan Arina Maliya) 187
dan perawat akan memperkuat koping pasien. sinya di masyarakat. Banyak faktor yang
Koping dibutuhkan pasien sebagai upaya mempengaruhi peran seperti kejelasan
menghadapi ancaman fisik dan psikososial perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan
(Keliat, 1999). Berdasar-kan latar belakang peran, konsistensi respon orang yang berarti
penelitian maka dapat dirumuskan masalah terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan
penelitian yaitu: “Faktor-faktor apakah yang antara peran yang dijalaninya. Juga kese
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dengan larasan budaya dan harapan individu terhadap
tindakan kemoterapi di Rumah Sakit Dr. perilaku peran. Disamping itu pemisahan
Moewardi Surakarta?”. Tujuan penelitian ingin situasi yang akan menciptakan keti
mengetahui pengaruh: 1) usia pasien terhadap daksesuaian perilaku peran, jadi setiap orang
tingkat kecemasan pasien, 2) tingkat pendidikan disibukkan oleh beberapa peran yang berhu
pasien terhadap tingkat kecemasan pasien, 3) bungan dengan posisinya pada setiap waktu.
pengalaman pasien sebelumnya tentang Pasien yang mempunyai peran ganda baik di
kemoterapi terhadap tingkat kecemasan pasien, 4) dalam keluarga atau di masyarakat ada
tingkat adaptasi pasien terhadap tingkat kecenderungan mengalami kecemasan yang
kecemasan pasien. berlebih disebabkan konsentrasi terganggu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain:
mengetahui pengaruh: usia pasien, tingkat
1) Kondisi medis (diagnosis penyakit)
pendidikan pasien, pengalaman pasien, dan
Terjadinya gejala kecemasan yang
tingkat adaptasi pasien terhadap tingkt kecemasan
berhubungan dengan kondisi medis sering
pasien dengan tindakan Kemoterapi di ruang
ditemukan walaupun insidensi gangguan
Cendana RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun
bervariasi untuk masing-masing kondisi
2008.
medis, misalnya: pada pasien sesuai hasil
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), faktor pemeriksaan akan mendapatkan diagnosa
yang mem-pengaruhi kecema san pasien antara pembedahan, hal ini akan mempengaruhi
lain : tingkat kecema san klien. Sebaliknya pada pa
a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain: sien yang dengan diagnosa baik tidak terlalu
1) Usia pasien mempengaruhi tingkat kecemasan.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) gangguan 2) Tingkat pendidikan
kecemasan dapat terjadi pada semua usia, Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti
lebih sering pada usia dewasa dan lebih masing-masing. Pendidikan pada umumnya
banyak pada wanita. Sebagian besar ber guna dalam merubah pola piker, pola
kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun. bertingkah laku dan pola pengambilan
2) Pengalaman pasien men-jalani pengobatan keputusan (Noto atmodjo, 2000). Tingkat
Kaplan dan Sadock (1997) mengatakan pendidikan yang cukup akan lebih mudah
pengalaman awal pasien dalam pengobatan dalam mengiden tifikasi stresor dalam diri
merupakan pengalaman-penga laman yang sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat
sangat berharga yang terjadi pada individu pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan
terutama untuk masa-masa yang akan datang. pemahaman terhadap stimulus (Jatman,
Pengalaman awal ini sebagai bagian penting 2000).
dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi 3) Akses informasi
mental individu di kemudian hari. Apabila Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar
penga laman individu tentang kemo terapi orang membentuk pendapatnya berdasarkan
kurang, maka cenderung mempengaruhi se suatu yang diketahuinya. Infor masi adalah
peningkatan ke cemasan saat menghadapi segala penjelasan yang didapatkan pasien
tindakan kemote rapi. sebelum pelaksanaan tindakan kemote rapi
3) Konsep diri dan peran terdiri dari tujuan kemote rapi, proses
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kemoterapi, resiko dan komplikasi serta
kepercayaan dan pendirian yang diketahui alternatif tindakan yang tersedia, serta proses
individu terhadap dirinya dan mem pengaruhi adminitrasi (Smeltzer & Bare, 2001).
individu berhu bungan dengan orang lain. 4) Proses adaptasi
Menurut Stuart & Sundeen (1991) peran Kozier and Oliveri (1991) menga takan bahwa
adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh sti
diharapkan dari seseorang berdasarkan posi mulus internal dan eksternal yang dihadapi
188 Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4 ,Desember 2008, 187-192
individu dan membutuhkan respon perilaku yang aneh-aneh; c) gejala gangguan mental,
yang terus menerus. Proses adaptasi sering antara lain kurang konsentrasi, pikiran meloncat -
menstimulasi individu untuk mendapatkan loncat, kehilangan kemampuan per sepsi,
bantuan dari sumber-sumber di lingkungan kehilangan ingatan, phobia, ilusi dan halusinasi.
dimana dia berada. Perawat merupakan
sumber daya yang tersedia di lingkungan METODE PENELITIAN
rumah sakit yang mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan untuk membantu pasien me Penelitian menggunakan desain deskriptif
ngembalikan atau mencapai ke seimbangan korelatif dengan pengambilan data secara cross
diri dalam meng hadapi lingkungan yang sectional. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
baru. Dr. Moewardi Surakarta khususnya di ruang
5) Tingkat sosial ekonomi Cendana 1, 2, dan 3 dengan waktu pelaksanaan
Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan pada bulan April 2007.
pola gangguan psikiatrik. Berdasarkan hasil Populasi dalam penelitian ini adalah
penelitian Durham diketahui bahwa jumlah pasien yang kemoterapi di Rumah Sakit
masyarakat kelas sosial ekonomi rendah Dr. Moewardi Surakarta setiap bulan yaitu 50
prevalensi psikiatriknya lebih banyak. Jadi pasien. Sampel diambil secara purposif dengan
keadaan ekonomi yang rendah atau tidak kriteria inklusi : pasien yang menjalani
memadai dapat mempengaruhi peningkatan kemoterapi lebih dari tiga kali, usia pasien 20–60
ke cemasan pada klien menghadapi tindakan tahun, bersedia menjadi responden, pasien dalam
kemoterapi. keadaan sadar dan berkomunikasi dengan baik,
6) Jenis tindakan kemoterapi mampu membaca dan menulis dengan tingkat
Adalah klasifikasi suatu tindakan terapi medis pendidikan minimal.
yang dapat men datangkan kecemasan kare na Pengukuran variabel kece masan
terdapat ancaman pada inte gritas tubuh dan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Tyler
jiwa seseorang (Long, 1996). Semakin menge Manifest Anxiety Scale (20 pertanyaan). Teknik
tahui tentang tindakan kemote rapi, akan pengisian kuesioner dengan self-assesment
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dimana responden mengisi atau menjawab sendiri
kemoterapi. pertanyaan. Untuk mengurangi bias personal,
7) Komunikasi terapeutik kesalahan arti dan interpretasi maka sebelum
Komunikasi sangat dibutuhkan baik bagi mengisi kuesioner responden terlebih dahulu
perawat maupun pasien. Terlebih bagi pasien mendapat penjelasan mengenai tata cara pengisian
yang akan menjalani proses kemoterapi. kuesioner. Pengukuran data tingkat adaptasi
Hampir sebagian besar pasien yang menjalani menggunakan kuesioner yang dirancang peneliti
kemoterapi mengalami kece masan. Pasien (15 pertanyaan). Pengukuran data demografi
sangat mem butuhkan penjelasan yang baik pasien dengan pertanyaan terbuka yang
dari perawat. Komunikasi yang baik diantara memudahkan responden menjawab pertanyaan.
mereka akan menen tukan tahap kemoterapi
Penelitian ini menggunakan angket dan
selan jutnya. Pasien yang cemas saat akan
wawancara sebagai instrumen penelitian. Hasil
menjalani kemoterapi ke mungkinan
perhitungan uji validitas menunjukkan bahwa
mengalami efek yang tidak menyenangkan
semua item dinyatakan valid. Jadi seluruh item
bahkan akan membahayakan.
angket dinyatakan sahih dan dapat dipercaya
untuk mengambil data penelitian. Item angket
Dampak kecemasan terhadap sistem saraf
dinyatakan valid jika nilai rxy untuk semua item
sebagai neuro transmitter terjadi peningkatan
angket lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi
sekresi kelenjar norepinefrin, sero tonin, dan
(α) = 5%.
gama aminobuyric acid sehingga mengakibatkan
Hasil uji reliabilitas dapat disimpulkan
terjadinya gangguan: a) fisik (fisiologis), antara
bahwa angket yang digunakan cukup andal atau
lain perubahan denyut jantung, suhu tubuh,
dapat dipercaya dan mampu untuk menjadi alat
pernafasan, mual, muntah, diare, sakit kepala,
pengumpul data.
kehilangan nafsu makan, berat badan menurun
Pengolahan data dilakukan setelah
ekstrim, kelelahan yang luar biasa; b) gejala
seluruh data primer terkumpul. Data terlebih
gangguan tingkah laku, antara lain aktivitas
dahulu diedit untuk mengetahui kelengkapan
psikomotorik bertambah atau berkurang, sikap
data. Data yang sudah lengkap kemudian
menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Dalam… (Umi Lutfa dan Arina Maliya) 189
dibuat koding. Koding dibuat dalam tabel dan r=-0,676 dengan nilai p sebesar 0,012. Arah
selanjutnya dilakukan entry data ke program korelasi adalah ‘negatif’ sehingga uji korelasi
komputer. Tahap selanjutnya adalah analisis. bermakna ‘semakin meningkat tingkat adaptasi
Analisis data pertama membuat distribusi data pasien maka ada kecenderungan tingkat
berdasarkan skala data. Pengujian hipotesis kecemasan pasien semakin menurun’ dalam
menjalani kemoterapi.
dengan uji regresi linier berganda. Interpretasi Korelasi usia dengan kecemasan
pertama adalah menilai koefisien determinasi diperoleh nilai R2=0,35 artinya variabel usia
(R2) untuk menilai besarnya pengaruh pasien ‘memberi pengaruh sebesar 35%’ terhadap
terhadap kecemasan. Interpretasi kedua kecenderungan menurunnya kecemasan pasien
adalah menilai model regresi. dalam menjalani kemoterapi. Korelasi pendidikan
pasien dengan kecemasan diperoleh nilai R2=0,32
HASIL PENELITIAN artinya variabel tingkat pendidikan pasien
‘memberi pengaruh sebesar 32%’ terhadap
Hasil penelitian menemukan data pasien kecenderungan menurunnya kecemasan pasien
sebagai berikut: usia pasien terbanyak lebih dari dalam menjalani kemoterapi. Korelasi ingkat
40 tahun, 45,5% (N=20); pasien wanita sebanyak adaptasi pasien dengan kecemasan diperoleh nilai
81,2% (N=36); pasien berpendidikan sekolah R2=0,46 artinya variabel tingkat adaptasi pasien
menengah pertama adalah yang terbanyak, 61,4% ‘memberi pengaruh sebesar 46%’ terhadap ke
(N=27); pasien yang pernah menjalani kemoterapi cenderungan menurunnya kece masan pasien
sebanyak 90,9% (N=40); dan 47,7% (N=21) dalam menjalani kemoterapi.
adalah pasien pernah menjalani kemoterapi lebih
dari 6 kali ; tingkat adaptasi pasien yang Tabel 2 Nilai koefisien determinasi seluruh
kategorinya baik sebanyak 40,9% (N=18); pasien variabel bebas terhadap tingkat
yang mengalami cemas berat sebanyak 22,7% kecemasan
(N=10). Variabel bebas r R2
Untuk menjawab hipotesis ‘ada pengaruh Umur pasien, 0,568 0,323
usia pasien terhadap tingkat kecemasan’ dan Pendidikan pasien,
seterusnya digunakan uji regresi dengan Frekuensi
menghitung ‘koefisien determinasi atau R2). kemoterapi,
Tingkat adaptasi.
Tabel 1 Analisis korelasi variabel umur,
pendidikan, frekuensi menjalani Analisis dengan mengguna kan uji regresi
kemoterapi dan tingkat adaptasi dengan berganda dengan metode ‘enter’ dengan
tingkat kecemasan pasien. memasukkan variabel secara bersama-sama,
Variabel R R2 p diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
Umur pasien -0,592 0,35 0,02 0,323. Dengan hasil tersebut dapat
Pendidikan pasien -0,563 0,32 0,038 diinterpretasikan bahwa ‘pengaruh seluruh
Frekuensi -0,177 0,03 0,171 variabel bebas terhadap tingkat kecemasan
kemoterapi -0,676 0,46 0,012 sebesar 32,3%’.
Tingkat adaptasi
Tabel 3 Koefisien model regresi
Diantara empat variabel yang dianalisis Variabel yang
hanya tiga yang ‘berkorelasi signifikan’ dengan B P
dianalisis
kecemasan pasien. Korelasi antara usia pasien
dengan tingkat kecemasan pasien diperoleh Umur pasien 0,752 0,763
koefisien r = -0,592 dengan nilai p sebesar 0,02. Pendidikan pasien 2,308 0,191
Arah korelasi adalah ‘negatif’ sehingga uji Pengalaman 4,329 0,064
korelasi bermakna ‘semakin bertambah usia Tingkat adaptasi 1,016 0,012
pasien maka ada kecenderungan kecemasan (Konstanta) 20,645
pasien semakin menurun’ dalam menjalani
kemoterapi. Korelasi antara pendidikan pasien Pengujian regresi dengan mencari
dengan tingkat kecemasan pasien menjalani koefisien model seperti tabel diatas bertujuan
kemoterapi diperoleh koefisien r=-0,563 dengan mengetahui ‘variabel mana yang paling
nilai p sebesar 0,038. Arah korelasi adalah berpengaruh’ terhadap kecemasan pasien yang
‘negatif’ sehingga uji korelasi bermakna ‘semakin menjalani kemoterapi. Ketentuan yang
meningkat tingkat pendidikan pasien maka ada dipergunakan adalah dengan melihat nilai p yang
kecenderungan tingkat kecemasan pasien semakin terkecil dari seluruh nilai p yang dianalisis. Pada
menurun’ dalam menjalani kemoterapi. Korelasi tabel diatas diketahui nilai p terkecil adalah 0,012
antara tingkat adaptasi dengan tingkat kecemasan yaitu variabel tingkat adaptasi. Artinya, bahwa
pasien menjalani kemoterapi diperoleh koefisien
190 Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4 ,Desember 2008, 187-192
‘variabel tingkat adaptasi adalah variabel yang mengalami kecemasan berat. Adaptasi seseorang
paling mempengaruhi kecemasan pasien yang diperlukan untuk mem persiapkan kondisi fisik
menjalani kemoterapi – dibandingkan dengan dan psikologis selama pasien menjalani tindakan
variabel-variabel yang lain’. pengobatan. Proses adaptasi sering menstimulasi
Analisis statistik pada penelitian ini individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-
memperlihatkan ada pengaruh yang signifikan sumber di lingkungan dia berada dan perawat
antara usia pasien dengan tingkat kecemasan. merupakan sumber daya yang tersedia di
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan lingkungan rumah sakit yang mempunyai
penelitian Sukarno (2005) karena dari pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat
penelitiannya ditemukan tidak ada hubungan membantu pasien mengembalikan atau mencapai
antara umur dengan kecemasan pasien. Menurut keseimbangan dalam menghadapi lingkungan
Sarwono (2003), kematangan kepribadian yang baru.
seseorang tidak mutlak tetapi perkembangan usia
turut mempengaruhi kematangan pribadi KESIMPULAN DAN SARAN
seseorang. Menurutnya, semakin bertambah usia
seseorang tidak menjamin bahwa kepribadiannya Berdasarkan hasil analisis yang telah
akan semakin baik. Ada beberapa variabel luar diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan
yang ikut mempengaruhi perkembangan individu. sebagai berikut:
Variabel luar yang turut mempengaruhi 1. Tingkat kecemasan pasien kemoterapi di
kematangan individu adalah faktor pengalaman. RSUD Dr. Moewardi rata-rata adalah sedang,
Menurut As’ad (2000) semakin tinggi yaitu sebanyak 50% dari total responden.
pendidikan yang dicapai seseorang semakin besar 2. Tidak terdapat pengaruh usia pasien terhadap
keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan tingkat kecemasan pasien kemoterapi di
keterampilan. Pendapat tersebut senada dengan RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
pendapat Notoatmodjo (2000), bahwa pendidikan 3. Tidak terdapat pengaruh pendidikan pasien
seseorang berperan dalam membentuk sikap dan terhadap tingkat kecemasan pasien
perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
lingkungan. Karena hasil pendidikan ikut Surakarta.
membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap 4. Tidak terdapat pengaruh pengalaman pasien
pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan tentang kemoterapi terhadap tingkat
seseorang yang meningkat mengajarkan individu kecemasan pasien kemoterapi di RSUD Dr.
mengambil sikap keputusan yang terbaik untuk Moewardi Surakarta.
dirinya. Orang yang berpendidikan mampu 5. Terdapat pengaruh adaptasi pasien tentang
memahami arti hidup, mampu menjalani hidup kemoterapi terhadap tingkat kecemasan
dengan terarah (Asad, 2000). Masalah yang pasien kemoterapi di RSUD Dr.
muncul dalam dirinya mampu dikelola dengan Moewardi Surakarta.
pemikiran yang lebih rasional. Dari hasil
penelitian ini dapat diketahui bahwa pasien yang Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
pendidikan lebih tinggi tingkat kecemasannya disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
relatif lebih rendah. 1. Bagi pasien: pasien yang mempunyai
Kozier dan Oliveri (1991) mengatakan frekuensi kemoterapi sebelumnya dibe rikan
bahwa tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh kesempatan untuk menjadi ‘agent’ bagi pasien
stimulus internal dan ekstenral yang dihadapi lain sehingga dapat memberikan dorongan
individu dan membutuhkan respon perilaku yang psikologis selama menjalani kemoterapi.
terus menerus. Proses adaptasi sering Perlu juga dibentuk kelompok diskusi bagi
menstimulasi individu untuk mendapatkan sesama penderita kanker yang menjalani
bantuan dari sumber-sumber di lingkungan kemoterapi dengan bimbingan perawat dan
dimana dia berada. Perawat merupakan sumber dokter.
daya yang tersedia di lingkungan rumah sakit 2. Bagi perawat: perawat selalu wajib
yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan memberikan penyuluhan dan konseling
untuk dapat membantu pasien mengembalikan terutama bagi penderita yang pertama kali
atau mencapai keseimbangan dalam menghadapi menjalani kemoterapi. Tindakan
lingkungan yang baru. pendampingan dan home visite kepada pasien
Hasil penelitian ini senada dengan apa yang ‘lama menjalani’ kemoterapi perlu
yang dikemukakan Kozier bahwa adaptasi dilakukan secara rutin.
seseorang terhadap lingkungan dapat mem bantu 3. Bagi rumah sakit: rumah sakit perlu membuat
mengurangi kecemasan pasien selama aturan bagi pasien tidak mampu untuk
pengobatan. Pe nelitian ini terbukti pasien yang diberikan keringan biaya pengobatan,
tingkat adaptasinya buruk maka tingkat penderita yang datang dari luar kota diberikan
kecemasannya tinggi. Pasien dengan tingkat ‘rumah singgah’ untuk memperlancar
adaptasi yang buruk maka 50 persen pasien pengobatan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Dalam… (Umi Lutfa dan Arina Maliya) 191
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (1991). Latar Belakang Kepentingan Informed Consent bagi Profesi Kedokteran. Jakarta: Forum
Diskusi Informeed Consent.

Gale S.A., & Charette D.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Hasan M (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Aziz H. (2001). Pendidikan Kesehatan dalam keperawatan. Jakarta: EGC.

Kaplan J.B., & Sadock T.C. (1997). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi ke
tujuh, Jakarta: Binarupa Aksara.

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan Stress. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Kozier B.,& Erb G. (1991). Fundamentals of Nursing : Conxcepts and Procedurs, Addition Wesley –
Publishing Company – California

Long B.C. (1996). Perawatan Medical Bedah, suatu pendekatan proses keperawatan 2, Yayasan IAPK,
Padjajaran Bandung.

Maramis,W.E (1998), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University Press.

Nursalam., & Pariani S. (2001), Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Indomedika.

Santoso S. (2000). Latihan Analisis Statistik dengan menggunakan Program SPSS 11. Jakarta: Elek Media
Komputindo.

Sastroasmoro S., & Ismail S. (1997) Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinik, Jakarta: FKUI.

Smeltzer, S.C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical bedah (Edisi 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Stuart R.F., & Sundeen P.C. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Diterjemahkan oleh Achir Yani S
Jakarta: EGC.

Sudjana. (1992). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, (2006). Statistika untuk penelitian, Bandung: Alfabeta.

Sukardja, (1996). Onkologi Klinik, Surabaya: Airlangga University Press

2
192 Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4 ,Desember 2008, 187-192

You might also like