You are on page 1of 9

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No.

2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776

KEEFEKTIFAN PENGEMBANGAN PERANGKAT


PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM SOLVING
UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KREATIF SISWA

Anik Indrayani1), Endang Susantini2), Wahono Widodo3)

1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
E-mail: anik.indra@gmail.com

Abstract: This research was aimed to describe the effectiveness of learning materials taht developed using problem solving
model to facilitate junior high school students’ creative thinking skills on global warming. This research was done because the
problem solving model’s learning materials to facilitate students’ creative thinking skill was less available. Learning in schools
was tend to emphasize the aspects of knowledge only, whereas creative thinking skill was an important skill possessed in the 21 st
century. Applying creative thinking skill in problem solving would generate a lot of ideas that were useful in finding solution.
The learning materials were developed using 3D model and one group pretest-posttest design was used as the trial design. The
subject in this study was learning materials that was implemented on 7th grade students of SMP Negeri 1 Kediri. The results
showed that the students' creative thinking skills both in general and each indicator increased. Based on the results and discussion
of the study, it can be concluded that the learning materials using problem solving method were effective to facilitate junior high
school students’ creative thinking skills on global warming.

Keywords: Problem Solving Method, Creative Thinking Skills, Global Warming

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model
problem solving untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP pada materi pemanasan global. Hal ini dilakukan
karena perangkat pembelajaran dengan model problem solving untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif kurang tersedia.
Pembelajaran di sekolah cenderung menekankan pada aspek pengetahuan saja, padahal keterampilan berpikir kreatif merupakan
skill yang penting dimiliki pada abad 21. Penerapan berpikir kreatif dalam problem solving akan menghasilkan banyak ide yang
berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Perangkat pembelajaran dikembangkan menggunakan model 3D dengan
rancangan ujicoba penelitian one group pretest-posttest design. Subyek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
model problem solving yang diujicobakan pada 32 siswa SMP Negeri 1 Kediri kelas VII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan berpikir kreatif siswa baik secara umum maupun tiap indikator meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model problem solving efektif untuk melatihkan keterampilan
berpikir kreatif siswa SMP pada materi pemanasan global.

Kata kunci: Model Problem Solving, Keterampilan Berpikir Kreatif, Pemanasan Global

I. PENDAHULUAN melakukan observasi, eksperimen, klasifikasi atau


Manusia selalu berhadapan dengan dunia sains pengukuran terhadap suatu kejadian atau fenomena
mulai dari hal sederhana sampai kompleks. Pengamatan alam sehingga diperoleh data yang akurat. Pengetahuan
benda bergerak, beraneka ragam tumbuhan dan hewan, dan kreativitas diperlukan untuk mengolah dan
serta berbagai fenomena alam sangat terkait dengan menganalisis data menjadi suatu hasil ilmiah yang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan membutuhkan berguna bagi kemajuan IPA.
pengamatan atau penelusuran secara ilmiah. Sesuai Nash dalam Samatowa (2006) menyatakan bahwa
dengan hakekat Kurikulum 2013, pembelajaran IPA cara IPA mengamati dunia adalah bersifat analisis,
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu
kemampuan berpikir melalui interaksi langsung dengan fenomena dengan fenomena lain, sehingga
sumber belajar. Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru
mengajarkan sekumpulan fakta, konsep dan teori tentang objek yang diamatinya. Jadi penekanan
tentang alam semesta, tetapi juga mengajak siswa untuk pembelajaran IPA adalah pengembangan kreativitas

Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1068


problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
siswa dalam mengelola pemikirannya dalam tingkat kreativitas Indonesia masih sangat rendah,
menghubungkan satu fenomena dengan fenomena lain padahal abad 21 menuntut lulusan memiliki
yang ada di lingkungannya, sehingga memperoleh suatu keterampilan tingkat tinggi seperti inovasi dan
gagasan (ide), pemahaman, serta pola baru dalam kreativitas (Trilling & Fadel, 2009). Hal ini sejalan
berpikir memahami suatu objek yang diamati. dengan Piirto (2011) yang menyatakan bahwa
Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam keterampilan berpikir kreatif merupakan skill yang
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan penting dimiliki pada abad 21. Arus globalisasi,
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan
dapat diidentifikasikan. Sains/IPA adalah aktivitas hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
keingintahuan akan alam sekitar dan keinginan untuk pendidikan di tingkat internasional akan mampu
memahami, menguasai, dan mengelolanya demi dihadapi dengan adanya keterampilan berpikir kreatif
memenuhi kebutuhan. Hal ini sesuai dengan yang dimiliki.
Permendikbud No. 58 tahun 2014 yang menyatakan Berpikir kreatif sangat penting bagi keberhasilan
bahwa tujuan pembelajaran IPA yaitu mengembangkan dalam belajar dan keberhasilan dalam hidup karena
kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif melibatkan berbagai keterampilan yang dapat
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip digunakan pada lintas kurikulum dan dapat
IPA untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan diintegrasikan di semua bidang kehidupan. Berpikir
menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kreatif diperlukan untuk menciptakan inovasi-inovasi
kuantitatif. IPA hakikatnya tidak hanya mengajarkan baru. Berbagai keterampilan yang diperlukan dalam
pengetahuan (kognitif) saja, tetapi juga melatihkan angkatan kerja memerlukan kemampuan untuk berpikir
sikap dan keterampilan yang dibutuhkan siswa dalam kreatif dan kemampuan pemecahan masalah secara
mengatasi berbagai masalah yang ada dan belajar kreatif. Indonesia melalui Kurikulum 2013 berusaha
bagaimana berinteraksi dengan orang lain. menghadapi tuntutan abad 21 melalui pendidikan secara
Salah satu jenis keterampilan yang dibutuhkan komprehensif (aspek sikap, keterampilan, dan
siswa adalah keterampilan berpikir. Menurut Trilling & pengetahuan). Dari aspek keterampilan, lulusan tingkat
Fadel (2009), keterampilan berpikir merupakan kunci SMP/sederajat diharapkan mempunyai kemampuan
pembuka pembelajaran sepanjang hayat dan kerja pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah
kreatif. Berpikir dan pengetahuan merupakan alat abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di
bantu/pendukung untuk belajar, bekerja dan menjadi sekolah dan sumber lain sejenis (Permendikbud Nomor
kreatif. Namun sayangnya keterampilan berpikir siswa 54 Tahun 2013).
Indonesia masih rendah. Analisis hasil studi The Trends Keterampilan berpikir kreatif yaitu suatu proses
in International Mathematics and Science Study berpikir yang menghasilkan bermacam-macam
(TIMSS) dan The Programme for International Student kemungkinan jawaban (berpikir divergen) yang
Assessment (PISA) menunjukkan bahwa siswa didasarkan pada intuisi tetapi masih rasional. Berpikir
Indonesia berada pada peringkat bawah dan kurang kreatif merupakan kombinasi antara berpikir logis dan
menguasai kemampuan memahami informasi yang berpikir divergen. Penerapan berpikir kreatif dalam
kompleks, pemecahan masalah (teori, analisis, pemecahan masalah akan menghasilkan banyak ide-ide
pemakaian alat, prosedur) dan investigasi. Posisi yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah.
Indonesia dalam TIMSS sampai tahun 2011 masih Munandar (2012) menjelaskan bahwa perkembangan
berada pada low international benchmark (nilai <500) optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan
pada siswa tingkat 8. Nilai ini menunjukkan bahwa erat dengan proses pembelajaran. Berpikir kreatif akan
siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah muncul dalam suasana pembelajaran yang
fakta dasar tapi belum mampu mengkomunikasikan dan menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan aktif, memberikan ruang kepada siswa untuk berpikir
konsep-konsep yang kompleks dan abstrak (Odja dkk., dan berani mengemukakan pendapat, atau ketika siswa
2014). Berdasarkan fakta tersebut, keterampilan diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan
berpikir perlu dilatihkan. minatnya.
Salah satu keterampilan berpikir yang penting Berpikir kreatif siswa akan muncul salah satunya
adalah keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan adalah dengan penerapan model pemecahan masalah
berpikir kreatif perlu dilatihkan karena berdasarkan (problem solving) pada pembelajaran. Hal ini
Global Creativity Index tahun 2010 yang diantaranya sejalan dengan teori psikoanalisis yang
dipublikasikan oleh Martin Prosperity Institute, melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu
Indonesia menempati peringkat 81 dari 82 negara masalah yang biasanya dimulai pada masa anak-anak
(Florida et al., 2011). Hal ini menunjukkan bahwa (Munandar, 2012). Secara umum, model pembelajaran
Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1069
problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
problem solving adalah suatu model penyajian bahan dapat dipecahkan melalui perilaku ilmiah dan
pembelajaran dengan menyajikan suatu masalah yang keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki. Cara yang
harus dipecahkan atau diselesaikan oleh siswa untuk dapat dilakukan adalah mengajarkan siswa
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model memecahkan masalah pemanasan global melalui
pembelajaran problem solving menuntut siswa perilaku ilmiah sehingga dapat membangun ide-ide
menyelesaikan suatu masalah (baik secara individu kreatif dalam menanggulangi pemanasan global dengan
maupun kelompok) dengan berbagai cara dan teknik. model pembelajaran problem solving. Siswa kemudian
Dalam pembelajaran problem solving, siswa diarahkan dapat menyajikan data dan informasi tentang
untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari pemanasan global sesuai kreativitas mereka sendiri.
penyelesaian terhadap masalah yang diberikan dengan Berdasarkan pengalaman mengajar peneliti,
cara mengidentifikasi masalah dan peluang, sebagian besar pembelajaran di kelas hanya bersifat
mendefinisikan tujuan, mengeksplorasi strategi yang satu arah dan hanya bersifat tekstual dan konseptual
mungkin, mengantisipasi hasil dan tindakan, dan yang meliputi: definisi istilah-istilah, penyebab dan
melihat kembali dan pelajari (Bransford dan Stein solusi penanggulangan masalah. Hal ini menyebabkan
dalam Slavin, 2011). pengetahuan siswa cenderung kurang berkembang dan
Monahan (2002) menyatakan bahwa pemecahan solusi permasalahan yang disajikan pun cenderung
masalah (problem solving) merupakan faktor penting sama dari waktu ke waktu (kurang bervariasi) dan
dalam proses berpikir kreatif. VanGundy (2005) juga bersifat tekstual konseptual saja. Sebagian besar siswa
menyatakan bahwa problem solvers akan berusaha belum menyadari bahwa apa yang mereka lakukan
untuk menghasilkan berbagai alternatif solusi yang sehari-hari dapat memberi andil semakin buruknya
berbeda. Solusi yang dihasilkan dapat berupa ide dan masalah pemanasan global. Masalah pemanasan global
ide bersifat divergen. Kemampuan berpikir divergen ini selalu berkembang dari waktu ke waktu dan
merupakan indikator dari kreativitas (Munandar, 2012). membutuhkan penanganan yang nyata dan segera dari
Dengan demikian pembelajaran problem solving antara semua lapisan masyarakat, termasuk para siswa selaku
lain dapat menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam generasi muda penerus bangsa.
menyelesaikan suatu masalah. Data observasi awal dilakukan di SMPN 1 Kediri
Masalah yang dipilih dalam pembelajaran problem menunjukkan bahwa pembelajaran IPA kelas VII
solving dapat berasal dari guru maupun dari fakta yang khususnya materi pemanasan global selama ini belum
ada di lingkungan sekitar (autentik). Salah satu fakta membuat siswa kreatif. SMPN 1 Kediri merupakan
lingkungan yang mendunia dan dipelajari oleh siswa salah satu sekolah unggulan dan mempunyai kualifikasi
sekolah menengah pertama (SMP) adalah pemanasan input siswa tinggi. Hasil tes keterampilan berpikir
global. Materi pemanasan global adalah materi yang kreatif materi pemanasan global yang mengacu pada
menarik bagi siswa karena bersifat konteksual atau indikator kreatif menunjukkan bahwa 62,5% siswa
terkait dengan kehidupan sehari-hari dan menjadi kurang kreatif, 21,8% cukup kreatif, 12,5% kreatif dan
perbincangan hangat akhir-akhir ini. 3,1% sangat kreatif. Berdasar angket siswa diketahui
Materi pemanasan global pada Kurikulum 2013 bahwa 96,8% siswa sebenarnya paham bahwa
tercakup pada kompetensi dasar (KD) 1.1, 2.1, 3.10, pemanasan global bisa dipecahkan dari berbagai
dan 4.13. Dari aspek pengetahuan (KD 3.10), siswa bidang, tetapi jawaban siswa pada tes keterampilan
diharapkan dapat mendeskripsikan tentang penyebab berpikir kreatif menunjukkan bahwa solusi
terjadinya pemanasan global dan dampaknya bagi penanggulangan pemanasan global cenderung sama
ekosistem. Dari aspek keterampilan (KD 4.13), berpikir (tekstual), belum memberikan solusi beragam dan tidak
kreatif siswa diperlukan untuk menyajikan data dan memiliki ide baru yang tidak biasa. Berdasarkan
informasi tentang pemanasan global dan memberikan wawancara guru diketahui bahwa materi pemanasan
usulan penanggulangan masalah. Pengetahuan dan global selama ini dilakukan dengan menggunakan
keterampilan akan diperoleh dengan perilaku ilmiah direct instruction dan analisis data dari artikel yang
(diantaranya rasa ingin tahu, kreatif, inovatif dan peduli diperoleh dari koran atau internet. Hal ini menyebabkan
lingkungan) yang dilakukan siswa. Jadi materi siswa kurang kreatif karena kemampuan berpikir siswa
pemanasan global sesuai diterapkan dengan model kurang dikembangkan.
pembelajaran problem solving karena menekankan pada Pembelajaran akan berhasil bila ada perangkat
pemecahan masalah. pembelajaran yang baik pula. Perangkat pembelajaran
Kegiatan dalam pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai alat, perlengkapan yang
menggunakan unsur-unsur kreativitas, yaitu direncanakan atau disiapkan untuk melaksanakan
memungkinkan siswa untuk berimajinasi, proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang
menggunakan ide-ide, dan berpikir tentang berbagai dimaksudkan dalam hal ini meliputi silabus, rencana
macam kemungkinan pemecahan masalah. Masalah pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar siswa
Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1070
problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
(BAS), lembar kegiatan siswa (LKS), dan instrumen materi pemanasan global. Perangkat ini diterapkan pada
penilaian hasil belajar. 32 siswa kelas VII, tahun pelajaran 2015/2016, bulan
Berdasarkan pengalaman mengajar dan observasi Oktober 2015, SMP Negeri 1 Kediri.
peneliti, sebelum adanya Kurikulum 2013 guru jarang Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
sekali yang membuat/mengembangkan perangkat teknik tes dan dokumentasi. Instrumen penilaian
pembelajaran dengan rinci dan penuh pemikiran. menggunakan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Perangkat pembelajaran hanya disiapkan seadanya dan Keefektifan perangkat diperoleh dengan cara
terkesan hanya sekedar syarat administrasi yang harus menganalisis skor tes kreativitas siswa sebelum dan
dipenuhi ketika ada pengawas. Namun dengan adanya sesudah pembelajaran dengan problem solving.
Kurikulum 2013 saat ini, pemerintah telah Tingkat/kriteria kreativitas siswa dianalisis baik secara
menyediakan perangkat pembelajaran standar yang umum (mencakup 4 indikator kreatif fluency, flexibility,
digunakan sebagai acuan pendidikan di seluruh originality, dan elaboration) maupun dianalisis tiap
Indonesia. indikator kreatif yang dilatihkan. Penilaian
Perangkat pembelajaran IPA SMP kelas VII yang keterampilan berpikir kreatif dihitung dengan rumus:
dikembangkan pemerintah sudah menggunakan jumlah skor
Persentase Skor  x 100%
pendekatan dan langkah pembelajaran saintifik. skor maksimal
Kegiatan pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada (Diadaptasi dari Utami, 2014)
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Namun, perangkat pembelajaran IPA Kriteria kreativitas dari hasil persentase skor
SMP kelas VII yang dikembangkan pemerintah pada disajikan pada Tabel 1 berikut.
Kurikulum 2013 masih mempunyai kelemahan. Materi Tabel 1. Kriteria Kreativitas Siswa
yang disajikan cenderung bersifat dasar dan ringkas. Interval Skor Rata-Rata Kategori
Kegiatan siswa dituliskan pada buku siswa secara jelas 81,6% - 100% Sangat Kreatif
dan menggiring siswa untuk mengikuti langkah- 61,2% - 81,5% Kreatif
langkah pemecahan masalah. Hal ini dapat 40,8% - 61,1% Cukup Kreatif
menghambat kreativitas siswa. Beberapa materi 20,4% - 40,7% Kurang Kreatif
pembelajaran dalam buku ajar belum sesuai dengan 0,00% - 20,3% Tidak Kreatif
kompetensi dasar yang diharapkan. Contohnya pada
materi pemanasan global, tugas kliping yang diberikan Sumber: Diadaptasi dari Khanafiyah (2010).
pada siswa belum dapat memenuhi kompetensi
keterampilan dalam memberikan usulan/ide Efektivitas pembelajaran problem solving untuk
penanggulangan pemanasan global. Keterampilan melatihkan keterampilan berpikir kreatif diuji
berpikir kreatif diperlukan untuk memberikan menggunakan rumus N-gain sebagai berikut.
S post  S pre
usulan/ide. g 
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya Keterangan: S max  S pre
mengembangkan perangkat pembelajaran dengan <g> : Peningkatan keterampilan berpikir
model problem solving sebagai salah satu alternatif kreatif siswa
untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa Spost : Nilai posttest
SMP pada materi pemanasan global. Spre : Nilai pretest
Smax : Nilai maksimal
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan Hasil perhitungan N-gain kemudian dikonversikan
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi sesuai Tabel 2 berikut:
silabus, RPP, BAS, LKS dan lembar penilaian. Tabel 2. Kriteria Normalized-gain (N-gain)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan Skor N-gain Kriteria Normalized Gain
keefektifan perangkat pembelajaran yaitu keterampilan
berpikir kreatif siswa. 0,70 < N-gain Tinggi
Pengembangan perangkat pada penelitian ini 0,30 ≤ N-gain ≤ 0,70 Sedang
menggunakan model pengembangan perangkat 3D N-gain < 0,30 Rendah
yang terdiri dari 3 tahap pengembangan yaitu Sumber: Hake (1999)
pendefinisian (define), perancangan (design), dan
pengembangan (develop). Desain ujicoba penelitian III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
menggunakan rancangan one-group pretest-posttest Perangkat pembelajaran dikategorikan efektif
design. Subjek penelitian ini adalah perangkat apabila terjadi peningkatan keterampilan berpikir
pembelajaran IPA dengan model problem solving pada kreatif siswa dengan hasil N-gain ≥0,30. Penilaian

Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1071


problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
keterampilan berpikir kreatif diperoleh dari tes menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
kreativitas berbentuk pertanyaan uraian (open-ended kreativitas dengan hasil belajar IPA pada siswa kelas V
questions and varied solutions solving) materi Sekolah Dasar. Syam dkk (2011) juga menyatakan
pemanasan global. Tes ini diadaptasi dari Munandar terdapat hubungan kreativitas dengan hasil belajar
(2012). Masing-masing item tes dinilai dengan metode fisika yang diterapkan pada siswa kelas VIII SMP.
penskoran berdasarkan indikator fluency, flexibility,
originality dan elaboration yang telah dikembangkan B. Keterampilan Berpikir Kreatif Tiap Indikator
peneliti. Tes ini diberikan ke siswa sebelum dan setelah Tingkat kreativitas siswa juga dianalisis secara rinci
pembelajaran dilakukan untuk mengetahui peningkatan pada setiap indikator untuk mengetahui indikator
keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki siswa. berpikir kreatif mana yang berperan meningkatkan
Tingkat/kriteria kreativitas diperoleh dengan cara keterampilan berpikir kreatif siswa. Rincian analisis
menganalisis skor tes kreativitas siswa sebelum dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada setiap
sesudah pembelajaran dengan model problem solving indikator tersaji pada Tabel 3 sebagai berikut.
baik secara umum (4 indikator kreatif) maupun tiap Tabel 3. Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
indikator kreatif. Pada Tiap Indikator
Indik Total Skor Total Skor N- Katego
A. Keterampilan Berpikir Kreatif Secara Umum ator Pretest pada Postest pada Gain ri
Kriteria kreativitas secara umum menunjukkan idikator (0/0) idikator (0/0)
bahwa seluruh siswa termasuk dalam kategori cukup 1 51,04 79,17 0,57 Sedang
kreatif (100%) sebelum pembelajaran dilakukan. 2 40,63 79,27 0,65 Sedang
Penerapan model pembelajaran problem solving 3 32,29 57,73 0,38 Sedang
menggunakan perangkat yang peneliti kembangkan 4 67,19 93,85 0,81 Tinggi
menghasilkan pencapaian N-gain kategori sedang dan
tinggi dengan rincian 26 siswa kreatif (81,25%) dan 6 Indikator 1: Memberikan sejumlah jawaban yang
siswa sangat kreatif (18,75%). Penelitian ini, logis dan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan
peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa juga (Fluency). Indikator 2: Mencari banyak alternatif atau
didukung oleh peningkatan hasil belajar siswa baik dari arah yang berbeda-beda (Flexibility). Indikator 3:
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk
Keterampilan berpikir kreatif mengukur ciri kognitif mengungkapkan diri (Originality) Indikator 4: Mampu
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
orisinalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Taksonomi produk (Elaboration).
Bloom yang telah direvisi menempatkan berpikir kreatif Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa indikator
terdapat pada level C6 (create) yang merupakan level elaboration lebih berperan meningkatkan keterampilan
kognitif tingkat tinggi. Siswa yang sudah menguasai berpikir kreatif siswa pada penelitian ini. Bimbingan
level kognitif tingkat tinggi secara umum berarti telah lebih lanjut dan terus-menerus diperlukan untuk
mampu menguasai level kognitif di bawahnya (level melatihkan /meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
kognitif tingkat rendah dan menengah) sehingga hasil siswa terutama pada indikator fluency, flexibility dan
belajar siswa secara umum juga akan meningkat. originality. Analisis keterampilan berpikir kreatif siswa
Woolfolk (2009) menyatakan bahwa dasar kreativitas tiap indikator yang diperoleh adalah sebagai berikut.
diantaranya adalah pengetahuan yang banyak tentang Keterampilan berpikir kreatif siswa dalam
suatu hal. Gardner dalam Beetlestone (2013) yang memperkaya/mengembangkan suatu ide/gagasan
memandang kreativitas sebagai salah satu dari multiple (elaboration) pada penelitian ini mencapai kriteria N-
intelegency yang melibatkan berbagai macam fungsi gain tinggi. Elaboration pada penelitian ini diketahui
otak. Aspek kreatif otak dapat membantu menjelaskan berdasar jumlah rincian atau pengembangan gagasan
dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak, yang diberikan siswa. Tes keterampilan berpikir kreatif
sehingga memungkinan pencapaian penguasaan yang indikator elaboration pada akhir pembelajaran
lebih luas. (posttest) menunjukkan bahwa 78,1% siswa berhasil
Keterampilan berpikir kreatif sebanding dengan memberikan >4 rincian atau pengembangan gagasan
hasil belajar (Munandar, 2012). Kreativitas menentukan dengan logis (sangat kreatif), sedangkan 21,8% siswa
tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa, memberikan 3-4 rincian atau pengembangan gagasan
artinya siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang dengan logis sesuai pertanyaan yang diberikan (kreatif).
kreatif tinggi akan memperoleh kemudahan dalam Pencapaian N-gain tinggi pada indikator
belajar daripada siswa yang memiliki kemampuan elaboration ini didukung oleh latar belakang siswa
berpikir kreatif rendah. Hal ini sejalan dengan yang memiliki wawasan yang cukup sehingga lebih
penelitian yang dilakukan oleh Miftah (2012) yang mudah memerinci objek/materi dengan kata-kata
Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1072
problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
sendiri dan mengembangkan/menerapkan ide dalam berbeda sesuai pertanyaan yang diberikan (kurang
kehidupan sehari-hari. Aktivitas siswa selama kreatif).
pembelajaran juga berperan dalam meningkatkan Pencapaian indikator flexibility dan fluency pada
kemampuan elaboration siswa. Siswa terbiasa untuk penelitian ini juga didukung oleh aktivitas siswa yang
menuliskan dengan rinci langkah kerja percobaan yang dilakukan selama pembelajaran dengan model problem
dilakukan, memperkaya/ mengembangkan gagasan solving. Siswa terlibat secara aktif dalam
berdasar gagasan yang sudah ada, membuat simpulan mengidentifikasi masalah, menentukan tujuan
dengan memperhatikan rincian data hasil percobaan, percobaan, dan mencari alternatif jawaban/ide. Hal ini
memperhatikan detil-detil langkah percobaan yang didukung penelitian Putra, dkk (2012) yang
dimiliki, dan memerinci penerapan ide-ide kreatif yang menunjukkan bahwa pembelajaran yang berbasis
dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. masalah dapat meningkatkan indikator kreatif flexibility
Peningkatan indikator elaboration dipengaruhi oleh dan fluency.
langkah-langkah pembelajaran model problem solving Pencapaian N-gain pada indikator fluency memiliki
(Tennyson & Breuer, 2002). Penyajian berbagai kriteria sedang karena siswa belum maksimal dalam
masalah menjadikan siswa memperhatikan masalah menghasilkan banyak jawaban tentang dampak lebih
secara detail, aktif mencari dan memberikan lanjut melelehnya es di kutub terhadap lingkungan dan
solusi/jawaban secara rinci dan mampu makhluk hidup. Hal ini disebabkan siswa cenderung
mengembangkan ide/jawaban dengan mengelaborasi terbiasa menjawab soal sesuai minimal jumlah yang
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan informasi baru diminta, belum berani/belum terbiasa menuliskan
yang diperoleh. Keterampilan berpikir rinci banyak jawaban/melebihi dari yang diminta. Siswa
(elaboration) pada penelitian ini mempunyai kriteria N- lebih suka mengerjakan soal secara tepat sehingga
gain paling tinggi dibandingkan indikator kreatif jawaban yang diberikan siswa belum bervariasi/belum
lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Fard et al., melihat dari berbagai sudut pandang menghasilkan
(2014) yang menunjukkan bahwa elaboration pencapaian N-gain sedang (belum maksimal) pada
merupakan indikator kreatif yang paling berperan indikator flexibility. Bimbingan lebih lanjut diperlukan
dalam meningkatkan kreativitas siswa dengan untuk meningkatkan kemampuan berpikir lancar
penerapan pembelajaran problem solving. (fluency) dan kemampuan berpikir luwes (flexibility)
Indikator flexibility dan fluency memiliki siswa.
pencapaian N-gain sedang. Terjadinya peningkatan Berpikir orisinal siswa pada penelitian ini diketahui
pencapaian indikator flexibility dan fluency dapat terjadi dari orisinalitas/keunikan gagasan/ide yang diberikan
karena siswa terbiasa memecahkan masalah dengan dalam memberikan solusi pemanasan global. Siswa
cara mencari di berbagai sumber informasi, berdiskusi, sebanyak 40,6% memberikan <3 ide yang tidak biasa,
dan bertukar pikiran sehingga menambah wawasan unik, dan cerdas atau 0-5% memberikan ide serupa
siswa. Munandar (2012) menyatakan bahwa siswa yang (kreatif), hanya 9,3% siswa yang memberikan >3 ide
mempunyai kemampuan berpikir lancar (fluency) yang tidak biasa, unik, dan cerdas atau 0-5%
berperilaku sering mengajukan banyak pertanyaan atau memberikan ide serupa (sangat kreatif), sisanya 50%
menjawab suatu pertanyaan dengan sejumlah jawaban. siswa memberikan ide yang sudah umum atau >5%
Pencapaian N-gain flexibility dan fluency pada sampel memberikan ide serupa (kurang kreatif).
penelitian ini menunjukkan nilai yang tidak berbeda Berpikir orisinal siswa juga dilihat dari tabel yang
siginifikan. Hal ini menunjukkan bahwa flexibility dan dibuat dalam menyajikan data/informasi pemanasan
fluency sangat terkait satu sama lain, siswa yang global (pada posttest). Siswa sebanyak 68,7% membuat
menghasilkan lebih banyak solusi memiliki kesempatan tabel yang sudah umum (>5% sampel membuat tabel
untuk menghasilkan solusi dari berbagai sudut pandang serupa) dan mengandung unsur keindahan (terdapat
yang berbeda. goresan, warna) yang mendukung (kreatif). Siswa yang
Hal ini tampak dari jumlah jawaban posttest siswa sangat kreatif hanya 3,1% yaitu dapat membuat tabel
pada penelitian ini. Siswa sebanyak 76,6% pada dengan cara yang unik, tidak biasa, cerdas (<5% sampel
penelitian ini menghasilkan 2-3 jawaban logis sesuai membuat tabel serupa) dan mengandung unsur
pertanyaan yang diberikan (kreatif), sedangkan 23,4% keindahan (terdapat goresan, warna) yang mendukung,
siswa menghasilkan >3 jawaban logis sesuai pertanyaan sisanya sebesar 28,1% siswa membuat tabel yang sudah
yang diberikan (sangat kreatif). Siswa sebanyak 53,1% umum (>5% sampel membuat tabel serupa) dan tidak
memberikan 2-3 alternatif atau arah yang berbeda mengandung unsur keindahan (tidak terdapat goresan,
sesuai pertanyaan yang diberikan (kreatif), 34,3% siswa warna) yang mendukung (kurang kreatif). Tabel yang
memberikan >3 alternatif atau arah yang berbeda sesuai dibuat siswa semuanya sesuai konsep materi.
pertanyaan yang diberikan (sangat kreatif), dan 15,6% Indikator originality siswa mengalami peningkatan
siswa hanya memberikan satu alternatif atau arah yang dengan pencapaian N-gain sedang. Pencapaian
Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1073
problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
indikator originality siswa pada penelitian ini didukung C. Generalisasi Keterampilan Berpikir Kreatif
oleh aktivitas siswa yang dilakukan selama Hasil penilaian keterampilan berpikir kreatif siswa
pembelajaran dengan bantuan lembar kegiatan siswa. baik secara umum maupun pada tiap indikator
Siswa secara aktif mengeksplorasi dan menggambar menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving
ide-ide rancangan percobaan didasarkan tujuan menggunakan perangkat yang peneliti kembangkan
percobaan yang akan dilakukan dan alat bahan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa
tersedia. Siswa kemudian menentukan satu ide pada materi pemanasan global. Hasil penelitian ini
rancangan yang akan dilakukan. Data hasil percobaan didukung oleh Fard et al., (2014) yang menyatakan
dituliskan siswa dalam bentuk tabel sesuai kreasi siswa bahwa metode pembelajaran problem solving dapat
masing-masing. Hal ini didukung penelitian Alexander meningkatkan rata-rata skor kreativitas, baik dari segi
(2007) yang menunjukkan peningkatan indikator fluency, flexibility, originality, dan elaboration.
originality dengan penerapan pembelajaran creative Pembelajaran creative problem solving dapat
problem solving. meningkatkan kreativitas siswa kelas 9 pada program
Berpikir orisinal lebih menfokuskan pada proses pengenalan ilmu dan teknologi agrikultur (Alexander,
individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan 2007).
gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan Keterampilan berpikir kreatif siswa dapat
atau masih dalam pemikiran. Berpikir kreatif ditandai meningkat dengan pembelajaran model problem solving
dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai karena kegiatan problem solving menggunakan unsur-
hasil dari proses berpikir tersebut. Munandar (2012) unsur kreativitas yang memungkinkan siswa aktif
menyatakan bahwa berpikir orisinal (originality) berimajinasi, menggunakan ide-ide, dan berpikir
berkaitan dengan hasil belajar. Hal ini sejalan dengan tentang berbagai macam kemungkinan (Beetlestone,
hasil belajar yang diperoleh pada penelitian ini. Hasil 2013). Perangkat dan proses pelaksanaan pembelajaran
belajar aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan juga berperan dalam melatihkan keterampilan berpikir
(terlampir) pada penelitian ini mencapai ketuntasan kreatif.
100%. Perangkat yang peneliti kembangkan menggunakan
Indikator originality memiliki nilai N-gain paling masalah/ilustrasi masalah sebagai dasar pembelajaran
rendah diantara indikator berpikir kreatif lainnya pada untuk siswa pecahkan. Dalam proses pemecahan
penelitian ini karena siswa belum berani mengeluarkan masalah, siswa dilatih untuk terampil berpikir kreatif
ide-ide unik/berpikir “out of the box” dalam membuat melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pada
tabel dan memberikan usulan penanggulangan penelitian ini, LKS merupakan salah satu alat latihan
pemanasan global. Siswa masih terpaku pada bagi siswa untuk berpikir kreatif. Berdasarkan masalah
pembuatan tabel dan solusi yang sudah ada dan umum yang disajikan, siswa diminta berlatih (1) memberikan
dipelajari sehingga bimbingan dan latihan harus terus sejumlah jawaban yang logis dan sesuai pertanyaan
dilakukan secara intensif. (fluency) melalui kegiatan identifikasi masalah dan
Hasil pencapaian N-gain keterampilan berpikir peluang dan mendefinisikan tujuan, (2) mencari banyak
kreatif tiap indikator juga dipengaruhi oleh usia siswa. alternatif atau arah yang berbeda-beda (flexibility) dan
Penelitian ini diterapkan pada siswa SMP kelas VII memikirkan cara yang tidak lazim untuk
yang berusia sekitar 13 tahun sehingga pencapaian mengungkapkan diri (originality) melalui kegiatan
tingkat berpikir kreatifnya belum optimal. Hal ini sesuai eksplorasi yang mungkin, (3) memikirkan cara yang
dengan Lehman dalam Filsaime (2008) yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri (originality) dan
menyatakan bahwa puncak kreatif seseorang terjadi elaboration melalui kegiatan antisipasi hasil dan
pada usia 30-an, namun demikian melatihkannya dapat tindakan, dan (4) mampu memperkaya dan
dimulai sejak anak-anak (Munandar, 2012). Oleh mengembangkan suatu gagasan atau produk
karena itu peneliti melatihkan keterampilan berpikir (elaboration) melalui kegiatan lihat kembali dan
kreatif pada anak SMP pada penelitian ini. pelajari.
Berdasarkan hasil diskusi keterampilan berpikir Guru membutuhkan ekstra usaha/bimbingan untuk
kreatif tiap indikator dapat disimpulkan bahwa pada melatihkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa
penelitian ini, kemampuan berpikir rinci (elaboration) terutama di awal pembelajaran. Hal ini disebabkan
paling berperan dalam meningkatkan keterampilan siswa belum terbiasa mengungkapkan pendapat, pasif,
berpikir kreatif siswa pada materi pemanasan global cenderung malu-malu dan tidak berani berpikir di luar
dengan penerapan model pembelajaran problem konteks. Oleh karena itu, guru menyajikan masalah
solving. Bimbingan lebih lanjut dan terus-menerus nyata yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
diperlukan untuk melatihkan/meningkatkan agar siswa lebih termotivasi, lebih mudah memahami,
keterampilan berpikir kreatif siswa terutama pada dan berimajinasi. Hal ini sejalan dengan Munandar
indikator flexibility, fluency dan originality. (2012) yang menjelaskan bahwa perkembangan optimal
Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1074
problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat B. Saran
dengan proses pembelajaran. Berpikir kreatif akan 1. Pengelolaan waktu yang efektif dan efisien
muncul dalam suasana pembelajaran yang diperlukan dalam menerapkan pembelajaran dengan
menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpartisipasi model problem solving, sehingga pembelajaran
aktif, memberikan ruang kepada siswa untuk berpikir berjalan berlangsung lebih optimal.
dan berani mengemukakan pendapat, atau ketika siswa 2. Langkah-langkah pembelajaran model problem
diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan solving perlu dikembangkan menggunakan
minatnya. pengembangan indikator berpikir kreatif lainnya,
Bimbingan guru dengan memberikan pertanyaan sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan
terbuka pada siswa juga merangsang siswa untuk berpikir kreatifnya.
berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan McGregor (2007)
yang menyatakan bahwa melakukan problem solving, REFERENSI
memberi open-ended questions dan varied solutions Alexander, K.D. (2007). Effects of Instruction in
solving merupakan strategi atau taktik yang dapat Creative Problem Solving On Cognition,
diterapkan dalam pembelajaran untuk melatihkan Creativity, And Satisfaction among Ninth
keterampilan berpikir kreatif. Hal ini didukung oleh Grade Students in an Introduction to World
Kurniawati dkk. (2012) yang menyatakan bahwa Agricultural Science and Technology Course
(Unpublished Dissertation). Texas Tech
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-
University.
ended berbasis problem solving pada mata pelajaran Arends, Richard L. (2012). Learning to Teach. New
matematika menjadikan siswa aktif, dan menjadikan York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, Beetlestone, Florence. (2013). Creative Learning
meningkatkan minat siswa, dan lebih paham terhadap Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan
materi. Malik et al. (2010) menyatakan pembelajaran Kreatifitas Siswa. Bandung: Nusa Media.
problem solving dapat meningkatkan sikap positif siswa Devi, P.K., Sofiraeni, R., Khairuddin. (2009).
dalam pembelajaran sains. Sikap positif siswa terkait Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
erat dengan hasil belajar siswa sains, termasuk Bandung: PPPPTK IPA.
kreativitas. Dogru, M. (2008). The Application of Problem Solving
Penerapan berpikir kreatif dalam pemecahan Method on Science Teacher Trainees on The
masalah akan menghasilkan banyak ide yang berguna Solution of The Environmental Problems.
dalam menemukan penyelesaian masalah (problem Journal of Environmental & Science
solving). Siswa diarahkan untuk melakukan Education, 2008, 3 (1), 9-18.
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian Fard, A.E., Bahador, A., Moghadam, M.N., Rajabi, H.,
terhadap masalah yang diberikan dengan cara Moradi, A.N. (2014). The Possible Impact of
mengidentifikasi masalah dan peluang, mendefinisikan Problem-solving Method of Instruction on
tujuan, mengeksplorasi strategi yang mungkin, Exceptional Students’ Creativity. Journal of
mengantisipasi hasil dan tindakan, dan melihat kembali Education and Training Studies Vol. 2, No. 3;
dan pelajari (Bransford dan Stein dalam Slavin, 2011). July 2014. USA: Redfame Publishing.
Hal ini didukung oleh Dogru (2008) yang menyatakan Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir
bahwa pembelajaran problem solving pada mata Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
pelajaran sains dapat meningkatkan keterampilan Florida, R., Mellander, C., Stolarick, K., Silk, K.,
kegiatan ilmiah, meningkatkan poin sikap problem Matheson, Z., Hopgood, M. (2011). Creativity
solving dan meningkatkan nilai yang diperoleh dalam and Prosperity: The Global Creativity Index.
tes materi lingkungan). Penelitian yang dilakukan oleh Toronto: Martin Prosperity Institute.
Ifamuyiwa & Ajilogba (2012) menunjukkan bahwa Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores.
pembelajaran problem solving dapat meningkatkan USA: AERA-D - American Educational
prestasi belajar dan retensi siswa. Research Association’s Division D,
Measurement and Research Methodology.
IV. KESIMPULAN Ifamuyiwa, A.S & Ajilogba, S.I. (2012). A Problem
A. Simpulan Solving Model as a Strategy For Improving
Berdasarkan diskusi hasil penelitian yang diuraikan, Secondary School Students’ Achievment and
dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat Retention in Further Mathematics. ARPN
pembelajaran dengan model problem solving Journal of Science and Tecnology Vol. 2, No.
dinyatakan efektif untuk melatihkan keterampilan 2, March 2012.
berpikir kreatif siswa SMP pada materi pemanasan Khanafiyah, S., Rusilowati, A. (2010). Penerapan
global. Pendekatan Modified Free Inquiry sebagai
Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1075
problem solving untuk …
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
Upaya Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar
Calon Guru dalam Mengembangkan Jenis Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Eksperimen dan Pemahaman Terhadap Materi Menenegah. Jakarta: Depdikbud.
Fisika. Jurnal Berkala Fisika, Vol 13. No. 2, Permendikbud No. 58 Tahun 2104 tentang Kurikulum
pp E7 – E17. Universitas Negeri Semarang. 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Kurniawati, Ira and Kuswadi, Yemi and Chrisnawati, Tsanawiyah. Jakarta: Depdikbud.
Ekana, H. (2012). Pengembangan Model dan Piirto, Jane. (2011). Creativity for 21st Century Skills:
Perangkat Pembelajaran Open Ended Berbasis How to Embed Creativity into The Curriculum.
Problem Solving sebagai Strategi untuk Rotterdam: Sense Publishers.
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Putra, T.T., Irwan, Vionanda, D. (2012). Meningkatkan
Matematika Siswa di RSMABI Sukoharjo. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan
Artikel Semnas Matematika & Pendidikan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal
Matematika UNS 2012. Solo: UNS. Pendidikan Matematika Part 3 Vol. 1 No. 1.
Malik, M.A., Shah, Z.A., Iqbal, Z., Rauf, M. (2010). Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Effect of Problem Solving Teaching Strategy Penelitian. Bandung: Alfabeta.
on 8th Grade Students’ Attitude Towards Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA
Science. Journal of Education and Practice, di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
ISSN 2222-1735 (Paper), ISSN 2222-288X Pendidikan Nasional.
(Online), Vol. 1, No. 3, 2010. www.iiste.org. Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan
McGregor. (2007). Developing Thinking Developing Praktik. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT. Indeks.
Learning a Guide to Thinking Skills in Syam, I., Subaer, Aslim. (2011). Hubungan Antara
Education. England Open University Press Kreativitas Belajar dengan Hasil Belajar Fisika
Mcgraw-Hill Education. Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sinjai Utara.
Miftah, Y. (2012). Pengaruh Kreativitas Siswa JSPF Vol 31, Mei 2011. Makasar: Jurusan
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Fisika Universitas Negeri Makasar.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tennyson, R.D., & Breuer, K. (2002). Improving
Sekolah Dasar Negeri Gugus Handayani Problem Solving and Creativity through Use of
Kecamatan Kertek di Wonosobo Tahun Complex-Dynamic Simulations. Computers in
Pelajaran 2011/2012 (Skripsi tidak Human Behaviour, 18, 650-668.
Dipublikasikan). Salatiga: Program Studi S1 Trilling & Fadel. (2009). 21st Century Skills Learning
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas For Life In Our Times. San Francisco: John
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiley & Sons, Inc.
Kristen Satya Wacana. Utami, A. U. (2014). Pengembangan Perangkat
Monahan, T. (2002). The Do-It-Yourself Lobotomy: Pembelajaran IPA Model Inkuiri dengan
Open Your Mind to Greater Creative Thinking. Tugas Proyek untuk Melatihkan Kemampuan
New York: John Wiley & Sons. Berpikir Kreatif (Tesis tidak dipublikasikan).
Munandar, Utami. (2012). Pengembangan Kreativitas Surabaya: Program Pendidikan Sains Program
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.
Myrmel, Mary Kay. (2003). Effects of Using Creative VanGundy, A.B. (2005). 101 Activities for Teaching
Problem Solving in Eighth Grade Technology Creativity and Problem Solving. USA: John
Education Class at Hopkins North Junior High Wiley & Sons, Inc.
School (Unpublished Thesis). Stout: Wenno, I.H. (2010). Pengembangan Model Modul IPA
University of Wisconsin. Berbasis Problem Solving Method
Odja, A.H., Jatmiko, B., Supardi, Z.A. (2014). Model Berdasarkan Karakteristik Siswa dalam
Konseptual Observasi Ilmiah Berorientasi Pembelajaran di SMP/MTs. Ambon: FKIP
Kemandirian dalam Pembelajaran Sains untuk Universitas Pattimura Ambon.
Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah. Woolfolk, A. (2009). Educational Physchology Active
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Learning Edition. Edisi Bahasa Indonesia.
Tahun 2014 “Inovasi Pendidikan Sains dalam Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013”.
Surabaya: Jaudar Press.

Keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran model 1076


problem solving untuk …

You might also like