You are on page 1of 16

TUGAS APRESIASI SENI KARAWITAN

“KONSER MUSIK 11+11 KARAWITAN”


(ISI Surakarta 11 dan 16 April 2014)

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Apresiasi Seni Karawitan

Dosen pengampu : Bapak Waluyo

Oleh:

Ningrum Dwi Astutik (A510120163/IVE)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014
APRESIASI KARAWITAN JAWA

A. Apresiasi Seni Karawitan Lama

Konser 11+11 karawitan di Faklutas Seni Karawitan, Institut Seni Karawitan yang
dilaksanakan pada 9, 10, dan 11 April 2014 untuk sajian karawitan lama yang
dilaksanakan di Teater Besar Institut Seni Surakarta. Pada tanggal 9, 10, 11 April 2014
disajikan 11 sajian dengan 11 pengrawit yang dibantu oleh banyak orang dalam tiap
sajiannya. 11 Pengrawit tersebut diantaranya:

1. Dini 5. Puji 9. Warih

2. Dewi 6. Danang Ari 10. Deni Rahma


Prabowo Setiawan
3. Yoko
7. Maryatun 11. Tri Bayu
4. Liliawa
Santosa
ti 8. Suwuh

Untuk Apresiasi seni karawitan lama, dilakukan pada hari


jum’at tanggal 11 April 2014 dengan menyaksikan 3 sajian
karawitan yakni sajian dari:
1. Penyajian pertama

Penyajian yang pertama oleh mahasiswa yang


sedang diuji yakni Dini Haryanti dan Tri Haryoko. Dimana
Dini Haryanti sebagai pemegang rebab (ricikan rebab)
memulai sajian dengan baik dan bersahaja. Suara rebab
yang memulai sajian diikuti oleh instrumen-instrumen lain
secara halus dan apik.

Dalam penyajiannya ketiga mahasiswa dibantu


dengan banyak pemain/pengrawit lain dengan memainkan
gendhing pathelan pathet enem dengan sajian irama wiled.
Sajiannya dimulai dengan memainkan siter sebagai
pamurba lagu. Kemudian dilanjutkan dengan pengrawit
lain yang mengikutinya. Untuk penataann instrumen
penyajian gending ada 5 vokal perempuan (sinden) dan 4
orang vokal laki-laki (penggerong).
Dalam penyajian tersebut penataan bagian kanan
disusun dalam tatanan gamelan ageng dimana gong,
kempul dan geong diletakkan dibagian tengah belakang.
Sedangkan rebab sebagai pemimpin ada dibagian depan
tengah. Untuk kenong dan bonang terletak disamping
penyindhen kebelakang. Dan untuk instrumen seperti saron
dan gambang ada dibagian tengah dari keseluruhan
instrumen. Untuk instrumen petik dan tiup seperti siter dan
seruling diletakkan dibagian belakang sebelah kempul dan
juga gong.

2. Penyajian kedua

Sajian kedua ini menyajikan gendhing topeng


wayang, laras pelog pathet enem dengan irama wiled.
Sajian kedua ini disajikan oleh beberapa mahasiswa yang
di uji yakni Liliawati (10111117) sebagai vokal wanita
(sindhen), Danang Ari Prabowo (10111109) ricikan rebab,
dan Warih (10111123) ricikan gender.

Dalam penataan instrumen atau gamelan tidak jauh


berbeda dengan sajian yang pertama dimana sajiannya
menggunakan penataan gamelan ageng dimana posisi
instrumen seperti bonang ada disisi sampung sedangkan
gong dan kempul dibagian belakang. Sajian kedua ini
hanya ada 1 penyinden (vokal wanita) yang dibantu oleh
satu vokal pendamping laki-laki yang juga berperan
sebagai dalang. Sajian ini juga dimulai dengan rebab yang
dimainkan secara baik. Tetapi pada vokal sindhen suaranya
sangat halus dan sedikit tenggelam dengan instrumen yang
lain. Sindhen menggunakan suara tinggi dan melengking.

Dalam tengah penyajiannya ada beberapa tokoh


penari topeng yang masuk, yang memainkan peran dalam
lagu yang dinyanyikan. Ada 4 penari yang masuk, tetapi
salah satu tidak memakai topeng sebagai tokoh yang
jenaka.

3. Penyajian ketiga
Penyajian ketiga disajikan oleh beberapa mahasiswa
uji yakni Dewi (10111107) sebagai vokal wanita
(penyindhen), Deni Rahma Setiawan (10111116) sebagai
ricikan rebab, Tri Bayu Santosa (10111105) sebagai ricikan
gendang, dan Suwuh (10111108) sebagai ricikan gender.
Keempatnya dibantu dengan banyak pengrawit lain
menyajikan sajiannya dengan luar biasa dan menutup acara
dengan indah. Suara penyindhen yang lantang bersama
beberapa penggerong ( vokal laki-laki) memadukan
suaranya bersama-sama instrumen lain dan menyajikan
Gendhing Klenengan, laras pelog pathet enem dengan
sajian irama rangkep.

Dalam penyajiannya, suara vokal mendominasi dan


diulang-ulang, wiraswara/penggerong juga mengiringi
dengan tepukan tangan secara beriringan.

B. Apresiasi Seni Baru Karawitan

Dalam konser musik 11+11 yang dilaksanakan di ISI


Surakarta pada tanggal 15 dan 16 April 2014 menyajikan juga 11
karya baru dari komposer-komposer muda cetakan (mahasiswa)
ISI. Adapun komposer tersebut adalah sebagai berikut:

1. Eko 3. Imam 5. Kukuh

2. Arna 4. Jasno 6. Setyo


7. Udin 9. Catur 11. Riyadi

8. Toni 10. Suryo

Apresiasi yang penulis lakukan, dilakukan pada tanggal 16


April 2014 dengan menyaksikan lima sajian dimulai pukul 19.30
WIB sampai dengan selesai.

1. Sajian Pertama

Sajian pertama merupakan komposisi dari komposer


muda yang bernama Arna Saputra
(09111144) yang lahir di Wonogiri
19 Februari 1991. Dalam
penyajian pertama kreasi baru
karawitan ini menggunakan
berbagai macam peralatan yang
sederhana dan ada disekitar kita.
Komposisi kreasi baru ini dinamakan “Kluthekan”, karya ini
terinspirasi dari aktivitas dapur di sebuat temapt makan,
dimana aktivitas dengan menggunakan barang-barang
peralatan makan yang akan disajikan seperti membuat
minum, menggoreng bahkan menuangkan air, menghasilkan
suara yang unik dan berbeda dari yang lainnya.
Penggunaan instrumen dalam penyajian ini hampir
semuanya adalah instrumen yang unik dimana saron dan
gamelan lainnya digantikan oleh gamelan yang dibuat dari
botol-botol bekas yang disusun agar membentuk tangga nada
tertentu. Sajian pertama ini diawali dengan membunyikan
benda-benda yang ada di area memasak seperti wajan dan
gelas. Kemudian dilanjutkan
dengan instrumen botol yang
telah disusun tersebut.

Instrumen botol bekal


tersebut tidak hanya dapat
dimainkan dengan 1 cara, yaitu
dipukul, tetapi juga dapat ditiup
dan ditepuk dengan spon pada
ujungnya. Dan setelahnya vokal
mengiringi dan semua pemain didalamnya mengikuti dengan
bersaut-sautan seperti kata kluthak-kluthek-kluthik, kluthek,
kluthak-kluthik, bagian paduan vokal tersebut adalah bagian
yang paling indah dan menarik dari sajian pertama ini.

2. Sajian Kedua
Sajian kedua ini disajikan oleh Jasno (06111133) yang
lahir di Boyolali pada tanggal 24 April 1986. Dia menyajikan
sebuah komposisi kreasi baru karawitan yang ia beri judul
“Trenyuh”, karya ini terinspirasi dari sebuah perasaan ketika
merasa iba melihat keluarga/orang yang kurang mampu
disekitarnya.

Dalam penyajiannya Jasno memulai pertunjukan


dengan sebuah mangkuk/cawan yang disisinya diputari
pemukul yang menimbulkan bunyi mendengung yang indah.
Komposisi baru yang dibuat ini juga menggunakan

3. Sajian Ketiga
Sajian ketiga komposisi baru ini diberi judul
“RANDHA”, karya ini disajikan oleh seorang komposer
muda yakni Kukuh Yuwono Basuki (10111111). Pria
kelahiran Karanganyar, 21 Juni 2014 ini membuat komposisi
yang berjudul randha ini karena terinspirasi dari keadaan
keluarganya yang merupakan Janda atau dalam bahasa
Jawanya Randha.

Penyajian komposisi baru ini menggunakan peralatan


yang terbilang merupakan gamelan tradisional yang
dimainkan secara berbeda, seperti gendhang yang umumnya
ditabuh secara melintang tetapi dalam sajian ini gendhang
disusun secara tegak dan
dijajarkan sehingga mirip sajian
perkusi, yang membuat tempo
lebih cepat. Sedangkan unsur
instrumen konvensional juga
masih terlihat seperti gamelan
seperti saron, siter, slentem, dll.
Tetapi dari peralatan gamelan
biasa, penulis sebagai penonton
pun juga merasakan ada unsur komposisi baru yang disajikan
dari karakter dan tempo yang ditampilkan.

Dalam komposisi ini, vokal wanita (penyindhen) juga


mendominasi sajian beriringan dengan instrumen lain.
Modernisasi yang sangat terlihat adalah pada gendang yang
juga ditambahkan bak air yang menjadi sebuah perkusi.

4. Sajian Keempat

Sajian keempat ini disajikan oleh Suryo Winarko


(10111121) sebagai komposer muda ia telah menciptakan
sebuah karya komposisi baru yang ia beri judul
“NGEDHABLU”, karya ini terinspirasi saat mendengar
kata-kata orang yang tidak jelas, dan janji-janji para calon
legislatif yang hanya sekedar janji tanpa bukti, yang dalam
bahasa jawa disebut ngedablu.

Dalam penyajian keempat ini Suryo sebagai pimpinan


mengatur dengan baik pengrawit
yang lain, meskipun tidak ada
vokal sindhen tetapi makna
mengenai judul dapat
disampaikan. Instrumen yang
digunakan tidak termasuk
isntumen baru karena dalam
sajiannya, Suryo menggunakan
gambang, kempyang, slentem,
dan kempul yan dimana kempul tadi disusu seperti layaknya
bonang yang dijajarkan dibawah.
Meskipun komposisi baru ini tidak ada vokal sindhen,
tetapi pengrawit berperan ganda dimana pengrawit juga
mengisi vokal yang masih kosong sehingga menghasilkan
sajian yang menarik dan tidak membosankan. Rata-rata sajian
baru disajikan kurang lebih 15 menit.

5. Sajian Kelima

Sajian komposisi
kelima ini berjudul
“KASMARAN”,
dipersemabhkan oleh
seorang komposer muda
yang bernama Toni
Prabowo (10111141).
Karya yang dibuat oleh
pria yang lahir di
Grobogan, 20 Mei 2014
ini terinspirasi dari perasaannya yang dirasakan ketika dia
pertama bertemu dengan seseorang yang disukainya. Karya
ini disajikan secara apik dan menarik, kostum dari para
pemain juga sangat mendukung dari penampilan sajian
kasmaran ini.

Dalam penyajian kelima ini juga cukup berbeda


dengan penyajian yang lain, karena umumnya penyajian yang
lain menggunakan bahasa Jawa meskipun sajian baru tetapi
dalam komposisi kasmaran ini menggunakan Bahasa
Indonesia meskipun tidak
terlalu jelas karena
disindhenkan. Untuk
instrumen dalam
penyajiannya juga
menggunakan gamelan
tradisional yakni bonang, seruling, kempul, slenthem,
seruling dan juga gendhang kecil. Tetapi ada satu instrumen
yang cukup modern dan menarik yakni biola, dimana biola
merupakan hasil perpaduan dari budaya barat yang berhasil
disatukan dalam komposisi baru ini. Suara vokal sindhen juga
cukup keras sehingga dapat selaras dengan sajian
instrumennya. Sehingga dapat menjadi sajian yang baik.

6. Sajian Keenam.

Sajian keenam oleh Udin Tri Cahyo (10111119) berjudul

“LEWAT BELAKANG”, yang terinspirasi dari tindakan


KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang banyak terjadi di
pemerinatahan dan negara kita. Karya ini menceritakan
tentang penderitaan yang terjadi akibat banyaknya KKN
sehingga banyak rakyat yang kelaparan dan sengsara.

Penyajian terakhir ini sangat berbeda dengan sajian yang


lainnya karena dalam penyajiannya menggunakan atraksi api.
Pembuka dari sajian ini adalah semua
pemain menyalakan korek api secara
bergantian kemudian drum minyak bekas
juga digunakan sebagai instrumennya.
Drum digelindingkan dan memberikan
suara yang khas, selain itu juga ada
beberapa pemain yang bermain teatrikal
dimana petani yg diikat dengan tali.
Selain itu instrumen tradisional juga tetap digunakan
seperti kempul, gendhang dan siyem. Atraksi api dan gamelan
tradisional merupakan perpaduan yang sangat luar biasa
membius para penonton sehingga menghasilkan sajian sangat
bagus dan memukau.

LAMPIRAN

You might also like