You are on page 1of 8

ANALISIS KRITIS ARTIKEL

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif


yang dibimbing oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan
Dra. Dwi Listyorini, M.Si, D.Sc

disusun oleh:
Kelas B
Atika Anggraini (180341863044)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2018
A. Identitas Artikel
1) Judul
Problem-Based Learning: Effects On Critical And Creative Thinking Skills In
Biology
2) Penulis
Jason A. Orozco, Rosanelia T. Yangco
3) Jurnal
Asian Journal of Biology Education Vol. 9 (2016)

B. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Pendidikan abad 21 membekali peserta dengan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Pendidikan di abad 21 adalah tentang mengasah kecerdasan. Dengan
demikian, pendidik harus merangkul inovasi dan transformasi dalam proses
belajar mengajar. Mereka harus memastikan bahwa strategi pengajaran dan
pendekatannya menjawab kebutuhan siswa. Peran guru sangat diperlukan dalam
mengembangkan keterampilan berpikir. Diperlukan cukup waktu dan upaya untuk
merencanakan, mendesain, menampilkan dan mengevaluasi kegiatan belajar.
Konstitusi Filipina mendorong semua lembaga pendidikan untuk
mempromosikan pemikiran kritis dan kreatif di kalangan warga Filipina. Biro
Pendidikan Menengah mendukung tujuan-tujuan berikut dalam sains: (1) untuk
meningkatkan kesadaran siswa tentang relevansi ilmu pengetahuan dengan
kehidupan, dan (2) untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif
serta keterampilan dalam pemecahan masalah. Banyak sistem pendidikan yang
ditandai dengan belajar melalui menghafal, belajar dengan imitasi, dan belajar.
Sistem ini penting untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar.
Namun, ini tidak cukup bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir
yang diperlukan untuk menghadapi masalah dunia nyata.
Guru biologi telah dikritik karena memberikan banyak fakta kepada siswa
dan membutuhkan fakta-fakta dalam ujian. Akibatnya, peluang untuk merangsang
rasa ingin tahu, pertanyaan, keterlibatan, dan motivasi dalam pembelajaran
berkurang. Berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pendekatan yang berpusat
pada siswa dalam pengajaran dan pembelajaran, sedangkan pemikiran kreatif
dapat ditingkatkan melalui pertanyaan terbuka selama diskusi kelas dan
memasukkan skenario berbasis masalah dalam kegiatan belajar siswa.
Temuan mengungkapkan bahwa kreativitas yang berlebihan dari para siswa
ditandai oleh orisinalitas dan kelancaran pembelajaran. Siswa yang mendapat nilai
tinggi pada orisinalitas menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
yang tidak terduga sementara para siswa yang mendapat skor tinggi pada fluency
menunjukkan kemampuan menghasilkan sejumlah besar ide dalam menanggapi
situasi pemecahan masalah. Namun, skor fleksibilitas menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa tidak fleksibel dalam pendekatan yang kaitannya dengan
belajar dan memperoleh pengetahuan.
Edwards dan Hammer (2007) menunjukkan beberapa masalah yang
dihadapi pada PBL: 1) Siswa percaya bahwa tugas itu tidak jelas; 2) Siswa
mengalami kesulitan dalam kerja kelompok; dan 3) Siswa setuju bahwa perbedaan
individu mempengaruhi hasil penelitian mereka. Sebaliknya, manfaat dari PBL
seperti peningkatan kemampuan komunikasi siswa, kemampuan untuk mencari
dan mengevaluasi informasi yang relevan, dan peningkatan kapasitas untuk
pemecahan masalah juga terungkap.
Sebagai pendekatan pedagogis, PBL memiliki potensi dalam meningkatkan
keterampilan berpikir siswa. Meskipun telah digunakan di negara lain, pendekatan
ini tidak diadopsi secara luas di Filipina dan tidak banyak yang telah mengunakan
PBL, khususnya di tingkat menengah.
2) Tujuan
Untuk menguji apakah keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa Filipina
dalam biologi akan meningkat dengan PBL.
3) Manfaat
Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain: dapat diketahui bahwa model
PBL dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk keterampilan berfikir kritis
dan keterampilan berfikir kreatif.

4) Kerangka Pikir
Keberhasilan penggunaan model
memecahkan masalah
pendidikan di pembelajaran berpusat
(PBL)
abad 21 pada siswa

PBL untuk meningkatkan Dibandingkan dengan


Uji kevalidan kemampuan berfikir konvensional, PBL
kritis dan kreatif lebih efektif

C. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Sampel yang
digunakan yaitu siswa sekolah menengah atas kelas 2, dengan rentang usia 14
hingga15 tahun di salah satu sekolah Filipina-Cina di Quezon Citi, Filipina
sejumlah 27 siswa setiap kelas. Semua dibagi acak ada yang ditugaskan ke
kelompok PBL dan ada yang tradisional / non PBL. Instrumen yang digunakan
yaitu tes keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam biologi. Kedua
instrumen diuji validasi para ahli. Tes berpikir kritis terdiri dari 39 pertanyaan
pilihan ganda, Tes ini dibagi menjadi lima bagian:I Membuat inferensi; II
Pengakuan asumsi; III Pengurangan; IV Interpretasi; dan V Evaluasi argumen.
sedangkan tes keterampilan kreatif terdiri dari 13 pertanyaan. Tes ini dibagi
menjadi tujuh bagian: I Meningkatkan produk; II Penggunaan yang tidak biasa;
III Buat produk lain; IV Bagaimana jika; V Memecahkan masalah; VI Buat
cerita; dan VII Merancang percobaan. Jawaban siswa dalam tes ini diberi skor
menggunakan rubrik penilaian untuk keterampilan berpikir kreatif yang
dipolakan.

D. Hasil dan Analisis Data


Hasil Pengembangan
Kemampuan berpikir kritis

Sebelum dimulainya intervensi, skor rata-rata pre-test dalam tes keterampilan


berpikir kritis dalam biologi kelompok PBL dan Non-PBL dibandingkan
menggunakan uji t dua-ekor untuk sampel independen. Tidak ada perbedaan yang
signifikan (p = 0,828) dalam skor rata-rata total pretest antara kelompok PBL (M
= 26,07 ± 6,10) dan kelompok Non-PBL (M = 25,74 ± 5,09). Hasilnya
menetapkan bahwa kelompok PBL dan Non-PBL pada awalnya sebanding dalam
hal keterampilan berpikir kritis.

Untuk menentukan apakah ada peningkatan dalam keterampilan berpikir


kritis dalam biologi kelompok PBL dan Non-PBL, uji t satu arah untuk sampel
terkait digunakan. Ada perbedaan yang signifikan pada tingkat 0,000 dalam
pretest (M = 26,07 ± 6,10) dan posttest M = 31,52 ± 1,87 mean total skor dari
kelompok PBL dan ada juga perbedaan yang signifikan pada tingkat 0,000 dalam
pretest (M = 25,74 ± 5,09) dan posttest (M = 30,04 ± 2,95)

Untuk membandingkan nilai rata-rata posttest dalam Tes Keterampilan


Berpikir Kritis dalam Biologi kedua kelompok, satu uji t berekor untuk sampel
independen digunakan. Ada perbedaan yang signifikan pada 0,032 tingkat dalam
skor total rata-rata dari kelompok PBL (31,52 ± 1,87) dan kelompok Non-PBL
(30,04 ± 2,95).

Tabel perbandingan skor rata-rata posttest dalam keterampilan berpikir kritis


dalam biologi untuk kedua kelompok

Kemampuan Kelompok Mean±SD t-value Sig.(p=)


Inferensi PBL 5.67±0.88 0.131 0.100
Non-PBL 5.63±1.18
Keterampilan asumsi PBL 4.96±0.65 1.512 0.137
Non-PBL 4.67±0.78
Deduksi PBL 5.47±0.69 0.000 1.000
Non-PBL 5.47±0.69
Interpretasi PBL 7.59±0.93 2.438 0.018
Non-PBL 6.74±1.56
Evaluasi Keterampilan PBL 7.89±1.42 0.725 0.472
Argumen Non-PBL 7.60±1.58
*N=27 setiap kelompok

Pada tabel, terlihat bahwa keterampilan interpretasi , skor rata-rata posttest


memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok PBL dan non PBL,
sedangkan untuk kemampuan lain tidak memiliki perbedaan yang signifikan
antara PBL dan non PBL
Keterampilan Berpikir Kreatif

Sebelum dimulainya intervensi, skor rata-rata pre-test dalam Uji


Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Biologi kelompok PBL dan Non-PBL
dibandingkan menggunakan uji t dua arah untuk sampel independen. Tidak ada
perbedaan yang signifikan (p = 0,899) antara skor total rata-rata pretest dari
kelompok PBL (M = 5,63 ± 4,64) dan kelompok Non-PBL (M = 5,48 ± 3,87).
Hasilnya menetapkan bahwa kelompok PBL dan Non-PBL pada awalnya
sebanding dalam hal keterampilan berpikir kreatif.

Tabel perbandingan skor rata-rata posttest dalam keterampilan berpikir kreatif


dalam biologi untuk kedua kelompok

Kemampuan Kelompok Mean±SD t-value Sig.(p=)


Originalitas PBL 6.96±1.95 7.385 0.005
Non-PBL 2.96±2.03
Kelancaran PBL 9.04±4.13 6.423 0.005
Non-PBL 3.11±2.44
Fleksibilitas PBL 0.90±1.01 3.362 0.001
Non-PBL 0.15±0.53
Elaborasi PBL 1.33±1.24 4.561 0.001
Non-PBL 0.15±0.53
*N=27 setiap kelompok

Untuk menentukan apakah ada peningkatan dalam keterampilan berpikir


kreatif dalam biologi kelompok PBL dan Non-PBL, uji t satu arah untuk sampel
terkait digunakan. Ada perbedaan yang signifikan pada level 0,000 di pra tes (M =
5,63 ± 4,64) dan posttest M = 18,22 ± 6,91 rata-rata total skor kelompok PBL dan
tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat 0,207 di pretest (M = 5,48 ±
3,87) dan posttest (M = 6,37 ± 4.23) skor total rata-rata dari kelompok non-PBL
dalam tes keterampilan berpikir kreatif dalam biologi. Untuk membandingkan
skor rata-rata posttest dari kedua kelompok dalam Tes Keterampilan Berpikir
Kreatif di Biologi, satu uji t-tailed untuk sampel independen digunakan. .
Perbedaan antara posttest skor rata-rata siswa yang terpapar PBL (M = 18,22 ±
6,91) dan siswa yang terpapar Non-PBL (M = 6,37 ± 4,23) adalah signifikan pada
Tingkat 0,05.

Keempat komponen keterampilan berpikir kreatif adalah sebagai berikut:


Orisinalitas, Kefasihan, Fleksibilitas dan Elaborasi memiliki perbedaan yang
signifikan pada PBL dan non PBL.
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji apakah
keterampilan berpikir kritis secara signifikan memprediksi keterampilan berpikir
kreatif. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
kritis menyumbang 13,9% variasi dalam skor rata-rata skor keterampilan berpikir
kreatif (R2 = 0,139, F (1,53) = 8,40) dan model regresi signifikan secara statistik (
p = 0,005). Ini berarti bahwa keterampilan berpikir kritis secara signifikan
meramalkan keterampilan berpikir kreatif. Hasil dari penelitian ini mendukung
klaim Paul dan Elder (2004) bahwa pemikiran kritis dan kreatif terjalin, tidak
dapat dipisahkan, dan saling bergantung. Mereka berpendapat bahwa "hanya
ketika kita memahami pemikiran kritis dan kreatif benar-benar dan dalam, kita
mengakui mereka sebagai yang tak terpisahkan, terintegrasi dan kesatuan".

E. Diskusi
Dengan pembelajaran PBL, kemampuan berfikir kritis biologi dan kemampuan
berfikir kreatif biologi dapat meningkat pada post tes. Peningkatan ini
berdasarkan adanya kemampuan yang dimiliki siswa yaitu inferensi,
keterampilan asumsi, deduksi, interpretasi, dan evaluasi argumen pada
keteramplan berpikir kritis. Sedangkan pada kemampuan berpikir kreatif,
adanya originalitas, fluency, fleksibilitas, dan elaborasi.
F. Simpulan
Penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pembelajaran dengan PBL
memiliki skor rata-rata posttest yang lebih tinggi dalam Tes Keterampilan
Berpikir Kritis dan Tes Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Biologi dari pada
mereka yang dengan instruksi Non PBL. Selain itu, keterampilan berpikir kritis
tampaknya merupakan prediktor positif yang signifikan dari keterampilan berpikir
kreatif.
Untuk studi lebih lanjut, dianjurkan: 1) untuk menggunakan PBL dalam mata
pelajaran ilmu lain seperti Fisika dan Kimia untuk melihat perspektif yang lebih
menyeluruh tentang efek PBL dalam keterampilan berpikir kritis dan kreatif, 2)
untuk membagikan waktu lebih lama dalam mempelajari efek dari PBL dalam
pelajaran lain dalam biologi untuk hasil lebih lanjut, 3) untuk meningkatkan
ukuran sampel untuk temuan yang lebih dapat diandalkan, 4) untuk
mempertimbangkan dampak bahasa atau media instruksi untuk menghasilkan
korelasi yang mungkin, 5 ) mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh guru,
siswa, dan peneliti untuk menentukan hambatan dan hambatan dalam pelaksanaan
PBL dalam pendidikan sekunder.

G. Temuan Penting
- Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif pada mata pelajaran biologi.
- Pembuatan instrumen soal yang valid dan reliabel membutuhkan waktu yang
cukup lama, yaitu melalui validasi ahli.
- Tes berpikir kritis dibagi menjadi lima bagian: I Membuat inferensi; II
Pengakuan asumsi; III Pengurangan; IV Interpretasi; dan V Evaluasi argumen.
sedangkan tes keterampilan kreatif dibagi menjadi tujuh bagian: I
Meningkatkan produk; II Penggunaan yang tidak biasa; III Buat produk lain;
IV Bagaimana jika; V Memecahkan masalah; VI Buat cerita; dan Bagian VII
Merancang percobaan.

You might also like