You are on page 1of 6

TUGAS VENTILASI TAMBANG

NAMA : ANDRI TRIONO


NIM : D1101151030
PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN

A. Pengertian Ventilasi Tambang

Ventilasi merupakan suatu usaha pengendalian terhadap


pergerakan atau aliran udara tambang, termasuk didalamnya adalah
jumlah, mutu dan arah alirannya. Secara teknis, ventilasi tambang harus
merupakan pengaturan total baik dari segi ketersediaan udaranya maupun
bukaan saluran udara dan peralatan pengaliran yang
dibutuhkan.Pembagian udara segar kedalam tambang bawah tanah
dimaksudkan untuk menciptakan ruang kerja yang aman dan nyaman.

B. Macam-Macam Gas Pengotor dan Sumber Terbentuknya Gas Pengotor

Udara pada kenyataannya merupakan kombinasi dari beberapa gas.


Pada tambang bawah tanah, terdapat beberapa macam gas berbahaya. Gas-
gas ini berasal dari proses-proses yang terjadi dalam tambang baik itu dari
bahan galian ataupun batuannya. Selain itu gas-gas ini juga berasal dari
mesin-mesin yang digunakan pada tambang bawah tanah.

Secara umum pada udara luar, komposisi udara normal terdiri dari
21% Oksigen, 78,09% Nitrogen, 0,03% Carbon dioksida, dan 0,93%
Argon. Komposisi udara itu untuk di dalam terowongan tambang bawah
tanah akan sangat berbeda, karena jelas dalam tambang bawah tanah itu
akan terjadi emisi dari berbagai jenis gas yang keluar dari batuan yang ada.
Gas-gas yang mungkin ada dalam batubara antara lain: O2, N2, CO2, CH4,
NO, NO2, H2S, dan SO2.

1. Karbon Dioksida (CO2)

sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat
secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan
temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan
volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu.
Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak mendukung nyala api. Bukan
merupakan gas beracun, dan apabila dalam konsentrasi tinggi mempunyai rasa
asam. Gas ini lebih berat daripada udara. Dalam udara normal kandungan CO 2
adalah 0,03 %.

Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada bekas


penambangan dan daerah tambang yang tidak terkena aliaran ventilasi. Oleh
karena itu, harus dibiasakan agar sangat hati-hati bila melakukan kegiatan
penambangan pada daerah tersebut yang tidak memungkinkan inspeksi.
Teknik pengambilan contoh jarak jauh selalu digunakan untuk menguji
lingkungan sebelum penggalian.

Sumber dari CO2 berasal dari lapisan batuan, pembakaran,


peledakan dan hasil pernafasan. Pada kandungan CO2 = 0,5% laju
pernafasan manusia mulai meningkat pada kandungan CO2 = 3% laju
pernafasan menjadi dua kali lipat dari keadaan normal, pada kandungan
CO2 = 10% manusia hanya dapat bertahan beberapa menit. Campuran
CO2 dan udara dalam penambangan disebut dengan “blackdamp”.

2. Methane (CH4)

Metan adalah gas yang lebih ringan dari udara, tak berwarna, tak
berbau, dan tak beracun. Metan terdapat di semua lapisan batubara,
terbentuk bersamaan dengan pembentukan batubara itu sendiri. Di
tambang batubara bawah tanah, udara yang mengandung 5-15% metan
dan sekurangnya 12.1% oksigen akan meledak jika terkena percikan api.
Jumlah metan dalam suatu lapisan amat bervariasi. Konsentrasi metan
akan meningkat seiring peningkatan kualitas batubara dan kedalaman
cadangan.

Metan terkandung dalam lapisan pori batubara dan terkompresi


disana. Saat lapisan tersebut ditambang, metan yang bersemayam di pori
lantas terlepas. Sebanyak 70-80% kadar metan justru bukan berasal dari
lapisan yang sedang ditambang. Sebagian besar metan berasal dari
lapisan sekelilingnya (atas/bawah, kiri/kanan) yang belum ditambang.

Ini bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara metan di


pori-pori batubara (tekanan tinggi) dengan tekanan udara terowongan
(lebih rendah). Gas bertekanan tinggi akan selalu mencari udara dengan
tekanan lebih rendah. Di awal perkembangan tambang batubara, sirkulasi
udara yang tidak cukup, kegagalan deteksi atas keberadaan metan,
penggunaan api, merokok, atau penggunaan bahan peledak (black
powder) yang tidak tepat, menjadi penyebab utama ledakan di tambang
batubara bawah tanah.

Cara yang paling umum digunakan untuk mengurangi kadar


metan adalah dengan merancang suatu sistem sirkulasi udara (ventilasi)
yang baik. Udara yang cukup dan sirkulasi yang lancar diharapkan
mampu mengurangi kadar gas berbahaya ini. Hanya saja, terkadang
ventilasi saja tidak mencukupi. Ada kalanya jumlah udara yang
melimpah tetap tidak mampu mengurangi kadar metan. Jika ini yang
terjadi, pengurangan kandungan metan mesti dilakukan sebelum
penambangan itu sendiri dimulai.

3. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun mematikan yang


perlu diwaspadai di tambang bawah tanah. Indera manusia sulit
mendeteksi keberadaan gas ini karena sifatnya yang tak berbau dan tak
berasa. Karbon monoksida terbentuk dari pembakaran yang tidak
sempurna karena kurangnya kadar oksigen.
Di tambang bawah tanah, gas ini timbul akibat emisi pembuangan
alat-alat berbahan bakar BBM atau gas sisa hasil peledakan. Karbon
monoksida dalam jumlah besar akan dihasilkan ketika terjadi kebakaran
bawah tanah.
Karbon monoksida bersifat racun karena hemoglobin dalam darah
lebih mudah mengikat gas ini dibanding oksigen. Dalam satu literatur
disebutkan bahwa hemoglobin mengikat karbon monoksida 230 kali
lebih mudah daripada oksigen. Akibat darah yang justru mengangkut
CO, maka suplai oksigen ke organ vital menjadi berkurang. Salah satu
organ yang peka adalah otak. Kekurangan oksigen pada otak dapat
menyebabkan kerusakan otak hingga mengantar pada kematian.
Berikut adalah gejala akibat keracunan karbon monoksida dalam
berbagai konsentrasi:
 35 ppm (0.0035%) Pusing jika terdedah lebih dari 6 jam
 100 ppm (0.01%) Pusing jika terdedah lebih dari 2 jam
 200 ppm (0.02%) Pusing dalam rentang 2-3 jam
 400 ppm (0.04%) Pusing hebat dalam rentang 1-2 jam
 1,600 ppm (0.16%) Pusing dalam 45 menit. Tak sadar dalam 2 jam.
 3,200 ppm (0.32%) Pusing dalam rentang 5-10 menit. Kematian dalam
30 menit.
 6,400 ppm (0.64%) Pusing dalam waktu 1-2 menit. Kematian kurang
dari 20 menit.
 12,800 ppm (1.28%) Tak sadar dalam 2-3 tarikan napas. Kematian dalam
3 menit.
Untuk melindungi pekerja tambang bawah tanah dari resiko
keracunan gas ini, mereka dilengkapi dengan alat yang dinamakan Self-
Contained Self-Rescuer (SCSR). Saat diaktifkan, alat ini mampu
menyediakan oksigen selagi si pekerja mencari jalan keluar. Selama di
dalam tambang, SCSR tidak boleh terpisah dari pekerja. Biasanya alat
ini dicantelkan di pinggang, bersebelahan dengan batere lampu kepala.
Selain SCSR, perusahaan juga diwajibkan menyediakan refuge
chamber (ruang pengungsian). Refuge chamber berbentuk mirip
kontainer yang dapat menampung belasan hingga beberapa puluh
orang. Alat ini mempunyai sistem pensuplai oksigen plus cadangan
makanan dan P3K, bahkan toilet. Pekerja yang terjebak dapat
berlindung disana hingga tim penolong datang.
Pengukuran kadar karbon monoksida juga diperlukan setelah
peledakan. Pengukuran dilakukan untuk memastikan pekerjaan
selanjutnya dapat dilakukan dengan aman tanpa ancaman keracunan.
4. Hidrogen Sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida, H2S, adalah gas yang tidak berwarna, beracun,
mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul
dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam
keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan
saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul
dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, sulfur
hidrida, gas asam (sour gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik,
dan gas limbah (sewer gas). IUPAC menerima penamaan "hidrogen
sulfida" dan "sulfana"; kata terakhir digunakan lebih eksklusif ketika
menamakan campuran yang lebih kompleks.

5. Sulfur Dioksida (SO2)


Gas sulfur dioksida (SO2) atau disebut juga gas belerang
terbentuk dari proses peledakanatau pembakaran bahan-bahan yang
mengandung sulfur (sulfida). Gas SO2 sangat beracun, tidak berwarna,
berbau belerang. Jika terhirup dalam jumlah yang cukup banyak, dapat
menimbulkan sesak nafas dan pusing-pusing atau mual.

6. Nitrogen Oksida (NOx)


Gas Nitrogen sebenarnya merupakan gas inert, tetapi pada keadaan
tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang sangat
beracun. Tebentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil dari
peledakan gas buang dari motor bakar. Gas Nitrogen Dioksida bersifat
beracun dan cukup berbahaya, berwarna coklat kemerahan, lebih berat
dari udara.

You might also like