You are on page 1of 14

STUDI KOMPARASI BANK KONVENSIONAL

DAN BANK SYARIAH DALAM SISTEM


PERBANKAN DI INDONESIA

Yutisa Tri Cahyani


Pascasarjana STAIN Ponorogo
E-mail: yutisatricahyani92@gmail.com

Abstract
Bank is an entity that collects activities (funding) of public funds in
the form of savings and channel (lending) to the public in the form of
credit or other forms, to improve the standard of living of the people.
Bank is a inancial intermediary (intermediary inancial institution),
between capital owners and users of capital. Sharia Banking is bank
running their business based on Sharia principles. Islamic bank was
born and operates for their interest system which has been developed
by conventional banks. The issue of bank interest in Indonesia itself
has long been anxiety for Muslims who immediately found a way
out. In the Islamic banks, the implementation akadnya have worldly
goals and ukhrawi based on Islamic law. Contract Islamic banking
falah oriented principles and lost proit sharing. While the technical
implementation of conventional banks have a proit-oriented purposes
only. If problems occur, Islamic banks will resolve it by way of
deliberation. If the consultation does not resolve the problem, then
the problem resolved in court in religious courts. While conventional
banks resolve disputes through negotiation. If negotiations are not
carried out, then the solution through local courts. Islamic banks have
an organizational structure that is almost the same as conventional
banks, namely in terms of commissioners and directors. The element
that distinguishes between Islamic banks and conventional banks is
their Sharia Supervisory Board who serves as supervisor of operations
and products of Islamic banks to conform to sharia law. DPS task is
to oversee the operations of Islamic banks in order to avoid deviations

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


126 Yutisa Tri Cahyani
on the products and services in accordance with the fatwa DSN.
Keywords: Banking in Indonesia, conventional banks, Islamic
banks

Abstrak
Bank adalah badan usaha yang kegiatannya menghimpun (funding)
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
(lending) kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya, untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank merupakan sebuah lembaga perantara keuangan (intermediary
inancial institution), antara pemilik modal dan pengguna modal.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah lahir dan beroperasi karena
adanya sitem bunga yang telah dikembangkan oleh bank konvensional.
Persoalan bunga bank di Indonesia sendiri sudah lama menjadi
kegelisahan bagi umat Islam yang segera ditemukan jalan keluarnya.
Dalam bank syariah, pelaksanaan akadnya memiliki tujuan duniawi
dan ukhrawi berdasarkan hukum Islam. Akad perbankan syariah
berorientasi pada prinsip falah dan proit lost sharing. Sedangkan
pelaksanaan teknis perbankan konvensional memiliki tujuan proit
oriented saja. Apabila terjadi permasalahan, bank syariah akan
menyelesaikannya dengan cara musyawarah. Apabila musyawarah
tidak menyelesaikan masalah, maka permasalahan tersebut
diselesaikan di pengadilan dalam lingkungan peradilan agama.
Sedangkan bank konvensional menyelesaikan sengketanya melalui
negosiasi. Bila negosiasi tidak dilaksanakan, maka penyelesaiannya
melalui pengadilan negeri setempat. Bank syariah memiliki
struktur organisasi yang hampir sama dengan bank konvensional,
yakni dalam hal komisaris dan direksi. Unsur yang membedakan
antara bank syariah dan bank konvensional adalah adanya Dewan
Pengawas Syariah yang berfungsi sebagai pengawas operasional
dan produk-produk bank syariah agar sesuai dengan hukum syariah.
DPS tugasnya adalah mengawasi jalannya operasional bank syariah
supaya tidak terjadi penyimpangan atas produk dan jasa yang sesuai
dengan fatwa DSN.
Kata Kunci : Bank Indonesia, Bank Konvensional, Bank Syari’ah

ADZKIYA MARET 2016


Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 127

Pendahuluan
Bank adalah sebuah lembaga modern. Untuk
menyelenggarakannya, dibutuhkan tenaga-tenaga yang profesional
yang mampu mengoperasikan teknologi canggih. Itulah sebabnya,
dewasa ini telah timbul sekolah-sekolah perbankan yang mendidik
tenanga-tenanga profesional dibidang hazard. SDM di bidang
perbankan membutuhkan kombinasi antara keahlian teknis dan
etika.1 Jadi bank merupakan lembaga keuangan modern, dimana
SDM didalamnya harus memiliki kemampuan atau skill yang
mumpuni dibidang perbankan.
Deinisi bank dalam UU No. 10/1998 dalm UU perbankan
adalah sebuah lembaga perantara keuangan (intermediary inancial
institution). Bank merupakan lembaga perantara antara pemilik
modal dan pengguna modal. Dalam hal ini bank menghimpun
dana dari masyarakat yang salurkan kepada pengguna dana.2
Penghimpunan dan penyaluran dana dilakukan secara profesional,
baik dan benar.
Dalam UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah
(BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS).3
Bank syariah merupakan bank yang secara operasional
berbeda dengan bank konvensional. Salah satu ciri khas bank
syariah yaitu tidak menerima atau membebani bunga kepada
nasabah, akan tetapi menggunakan konsep bagi hasil sesuai denagn
ketentuan akad. Konsep dasar perbankan syariah didasarkan pada
al-Qur’an dan hadis.4 Bank syariah kegiatannya mengacu pada
1
Muhammad Syai’i Antonio, Bank Syariah: analisis kekuatan, peluang,
kelemahan dan ancaman (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), h. 79.
2
Ibid., h. 80.
3
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), h. 33.
4
Ibid., h. 29.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


128 Yutisa Tri Cahyani

hukum Islam. Dalam transaksinya tidak menggunakan bunga,


tetapi menggunakan sistem bagi hasil dan fee atas jasa.
Dari paparan diatas, pokok permasalahan yang ingin
penulis teliti adalah bagaimana komparasi bank konvensional
dan bank syariah di Indonesia? Penelitian ini memiliki tujuan
yaitu ingin membandingkan antara perbankan konvensional
dan perbankan syariah. Dari perbankan keduanya terdapat
perbedaan yang cukup signiikan. Bagi kepentingan ilmiah,
penelitian ini dapat memperdalam khazanah ilmu pengetahuan
khususnya dibidang perbankan konvensional dan syariah, serta
dapat memberikan sumbangan pikiran semua pihak yang terkait
dan membutuhkannya. Bagi kepentingan terapan, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan atau acuan bagi praktisi perbankan dalam masalah yang
sama. Dan berguna sebagai bahan studi lebih lanjut bagi ilmuan
yang ingin mendalaminya. Mengenai metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang berusaha untuk memperoleh
informasi tentan keadaan pada saat penelitian, kemudian dianalisis
dan berusaha menjelaskan berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan
yang ada di lapangan.

Pembahasan
A. Bank Konvensional
Bank berasal dari bahasa Italia, yakni banko. Istilah ini pada
awalnya merupakan kegiatan para penukar uang di pelabuhan-
pelabuhan, yang banyak kelasi kapal-kapal dan para wisatawan
yang datang dan pergi. Mulanya kegiatan ini dilakukan dengan
cara meletakkan uang penukar diatas meja di tempat-tempat
umum. Meja untuk tempat meletakkan uang itulah yang disebut
banko. Dengan demikian, istilah banko yang dimaksudkan
sebenarnya adalah sebagai simbol bagi alat penukaran.5 Dan asal
muasal istilah bank berasal dari kata banko yang saat ini lebih
populer degan sebutan bank.

5
Agung Eko Purwana, Hukum Ekonomi (Ponorogo: STAIN Po Press,
2011), h. 54.

ADZKIYA MARET 2016


Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 129

Kegiatan bank itu sendiri baru di mulai sejak zaman


Babylonia kemudian dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan
Romawi. Namun pada saat itu tugas utama bank hanyalah sebagai
tempat tukar menukar uang.6 Jadi kegiatan perbankan hanya
sebatas sebagai tempat perantara pertukaran uang bagi pedagang-
pedagang saat itu juga.
Seiring dengan perkembangan perdagangan di dunia,
maka perkembangan perbankanpun semakin pesat. Hal ini
terjadi karena perkembangan dunia perbankan tidak lepas dari
perkembangan perdagangan.7 Praktik bank pun tidak hanya
sebagai tempat penukar uang, tetapi juga sebagai tempat transaksi
simpan pinjam.
Perkembangan perbankan di Indonesia juga tidak terlepas
dari era zaman penjajahan Hindia Belanda tempo dulu. Pada saat
itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting dalam
pemerintah penjajahan Belanda.8 Kemerdekaan bangsa Indonesia
telah mengubah peta perbankan di Indonesia. Jumlah perbankan
di Indonesia bertambah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas
pelayanan.9
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun
1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992
tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
B. Bank Syariah
Sejak 1960-an, pengharaman riba’ atau bunga telah menjadi
salah satu isu sentral yang paling banyak didiskusikan dikalangan
cendekiawan muslim. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sisial
politik masyarakat muslim, gerakan reformis dan Islamisasi ilmu
pengetahuan dari tokoh muslim itu sendiri.
Diberbagai negara untuk menyebut bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah dikatakan sebagai bank Islam (Islamic
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 15.
9
Ibid., h. 16.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


130 Yutisa Tri Cahyani

banking). Istilah itu digunakan untuk bank Islam internasional


yang dinamakan Islamic Development Bank. Bank Islam berarti
bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada bermuamalat
secara Islam, yakni mengacu pada ketentuan-ketentuan al-Qur’an
dan hadits.
Menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan
Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, menyangkut kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam Pasal 1
ayat (12), menyebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.10
Membahas persoalan bank syariah, pada dasarnya
bersumber pada konsep uang dalam Islam. Sebab bisnis perbankan
tidak lepas dari persoalan uang. Islam memandang uang sebagai
alat tukar dan bukan suatu komoditi. Diterimanya uang ini
secara meluas dengan maksud melenyapkan ketidakadilan,
ketidakjujuran, dan penghisapan dalam ekonomi tukar-menukar.
Sebagai alat tukar menukar, peranan uang sangat dibenarkan,
namun apabila dikaitkan dengan persoalan ketidakadilan di dalam
ekonomi tukar menukar uang digolongkan sebagai riba al-fadl.11
Jadi kensep uang dalam Islam adalah sebagai alat tukar menukar
barang, dan bukan dijadikan sebagai komoditi yang lain.
Bank syariah lahir dan beroperasi karena berkenaan
dengan perangkat bunga yang telah dikembangkan oleh bank
konvensional. Persoalan bunga bank di Indonesia sendiri sudah
lama menjadi ganjalan bagi umat Islam yang harus segera
ditemukan pemecahannya.12 Lahirnya bank syariah ini merupakan
10
UU Perbankan Syariah.
11
Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer (Yogyakarta: UII
Press, 2000), h. 143.
12
Muhamad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,

ADZKIYA MARET 2016


Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 131

salah satu upaya umat Islam dalam memerangi adanya bunga


bank yang sudah mendarah daging di perekonomian dunia.
Dengan demikian, bank syariah merupakan langkah awal dari
upaya masyarakat muslim menuju kesuatu transaksi perbankan
yang sesuai dengan syariat Islam.
Reaksi keras pertamakali terhadap persoalan bunga bank
adalah terdapat dalam tulisan KH Mas Mansur di Majalah Tabliq
Siaran pada tahun 1937, bahwa bunga bank menjadi permasalahan
yang sangat serius bagi umat Islam. Namun pada saat itu belum
ada regulasi moneter dan perbankan, maka reaksi tersebut belum
menemukan jawaban. Baru setelah adanya deregulasi moneter dan
perbankan tahun 1983, sedikit mendapatkan jawaban terhadap
permasalahan bunga bank tersebut. Kemudian dikuatkan lagi
dengan keluarnya Pakto 1988, bahwa bank dapat memberikan
pembiayaan dengan bungan nol persen.13
Menurut Mudrajad dan Suharjono mengatakan bahwa
deregulasi inansial yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini
sejalan dengan deregulasi inansial yang terjadi di negara-negara Asia.
Persamaannya terlihat pada tiga dimensi deregulasi yang terpisah
namun berkaitan erat, yaitu deregulasi harga (terutama deregulasi
suku bunga), deregulasi produk (ragam jasa yang ditawarkan) dan
deregulasi spasial (kelonggaran pembukaan cabang atau hambatan
memasuki pasar).14 Deregulari inansial ini memberikan pengaruh
terhadap ekonomi di Indonesia maupun di Asia.
Perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi
mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai
dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah
Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Raharjo, A. M. Saefuddin,
M. Amien Azis dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang
relatif terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut
Tamwil- Salman, Bandung yang sempat tumbuh mengesankan.
Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi,

2015), h. 18.
13
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah (Yogyakarta:
UII Pers, 2000), h. 20.
14
Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, Manajemen Perbankan: Teori dan
Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2002), h. 19

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


132 Yutisa Tri Cahyani

yakni koperasi Ridho Gusti.15 Pada tahun 1991 berdiri dua bank
syariah, yaitu: BPR Syariah Dana Mardhatillah; BPR Syariah
Berkah Amal Sejahtera yang berada di Bandung.16 Lembaga
keungan diatas merupakan suatu proses cikal bakal terbentuknya
lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Pada tanggal 13 November 1991 lahirlah Bank Muamalat
Indonesia sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI. Akte pendirian
PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1
November 1991. Pada saat itu terkumpul komitmen pembelian
saham sebanyak Rp. 84 miliar. Pada tanggal 1 Mei 1992 Bank
Muamalat Indonesia mulai beroperasi, dengan komitmen modal
awal sebesar Rp. 106.126.382.000,00. Pada bulan September 1999,
Bank Muamalat Indonesia telah memiliki 45 outlet yang tersebar
di seluruh Indonesia.17
Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia masih
belum mendapatkan perhatian yang optimal dalam tatanan
industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank
syariah ini dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil”.
Pada UU No. 7 Tahun 1992 dibahas masalah sistem bagi hasil
secara sepintas dan hanya berupa sisipan.18 Bank Muamalat ini
bisa melewati krisis ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun
1998. Pada saat itu juga, banyak bank-bank konvensional yang
telah collaps karena krisis ekonomi. Inilah yang menjadi kelebihan
dari sistem bagi hasil.
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang
kegiatanya meliputi funding dan lending. Usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah tersebut
tidak lepas dari ketentuan al-Qur’an dan hadist.

15
Muhammad Syai’i Antonio, Bank Syriah dari Teori ke Praktik (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001), h. 25.
16
Muhamad, Manajemen Bank Syariah, h. 18-19.
17
Ibid.
18
Ibid.

ADZKIYA MARET 2016


Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 133

C. Analisi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah


1. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, pelaksanaan akadnya memiliki
tujuan duniawi dan ukhrawi yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam.19 Prinsip- prinsip transaksi dalam perbankan syariah yang
didasarkan pada hukum islam diantaranya meliputi:20
a. Prinsip at-Ta’awun, yaitu prinsip untuk saling membantu
dan bekerjasama dalam kebaikan.
b. Prinsip menghindari Al-Iktinaz, yaitu prinsip menghindari
transaksi yang mengandung unsur gharar dan maysir.
c. Prinsip Bagi hasil, yaitu akad kerjasama dimana keuntungan
dan kerugian ditanggung secara bersama- sama.
Di dalam bank konvensional, seorang nasabah tidak
sedikit yang melanggar kesepakatan/perjanjian yang dilakukan.
Perjanjian dalam bank konvensional tersebut berdasarkan hukum
positif saja. Sedangkan di dalam perbankan syariah, setiap akadnya
baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan
lainnya harus memenuhi ketentuan akad. Akad perjanjian tersebut
memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.21
Dalam perbankan konvensional, transaksinya menggunakan
MOU antara nasabah dengan bank, yang mana sepakat tidak
sepakat nasabah harus menyetujui isi perjanjian yang dibuat
oleh pihak bank. Perjanjian tersebut dibuat oleh pihak bank, dan
nasabah tinggal menandatangani saja.
Pelaksanaan teknis perbankan konvensional memiliki
tujuan yang hanya berorientasi terhadap proit saja. Mereka
hanya mencari keuntungan, tanpa memikirkan kemaslahatannya
untuk nasabah. Sedangkan dalam perbankan syariah akadnya
berorientasi pada prinsip falah dan proit lost sharing. Keuntungan
dan kerugian ditanggung secara bersama-sama.
Ketuntuan akad dalam perbankan syariah harus dijalankan
sebagaimana hal-hal berikut ini: 22
19
Muhammad Sholahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), h.85.
20
Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2014),
h. 155.
21
Sholahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, h. 85.
22
Syai’i Antonio, Bank Syriah dari Teori ke Praktik, 29.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


134 Yutisa Tri Cahyani

a. Rukun
1). Penjual
2). Pembeli
3). Barang
4). Harga
5). Akad / Ijab-qabul
a. Syarat
1). Barang dan jasa harus halal. Transaksi atas barang
dan jasa yang haram, hukumnya menjadi batal secara
hukum syariah. Tetapi dalam perbankan syariah tidak
mempertimbangkan transaksi halal atau haram. Semua
bentuk transaksi diterima atau dilayani.
2). Harga barang dan jasa harus jelas. Harga barang dan jasa
harus jelas spesiiksinya. Tidak unsur spekulasiataupun
mayshir.
3). Tempat penyerahan (delivery) harus jelas, karena akan
berdampak pada biaya transportasi.
4). Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum
dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi
short sale dalam pasar modal.
Produk apapun yang dihasilkan semua perbankan syariah
tidak terlepas dari akad. Ada beberapa asas akad yang harus
dilindungi dan dijamin dalam wadah UU Perbankan Syariah.
Asas-asas yang dimaksud antara lain:23
a. Asas Ridha’iyyah (rala sama rela)
Yang dimaksud asas Ridha’iyyah adalah bahwa
transaksi ekonomi Islam dalam bentuk apapun yang
dilakukan perbankan dengan pihak lain terutama nasabah
harus didasarkan atas prinsip rela sama rela yang hakiki.
b. Asas manfaat
Akad yang dilakukan oleh bank dengan nasabah
berkenaan dengan hal-hal (obyek) yang bermanfaat bagi
keduabelah pihak.
c. Asas Keadilan

23
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan
Perasuransian Syariah di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 102-103.

ADZKIYA MARET 2016


Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 135

Dimana para pihak yang bertransaksi (bank dan


nasabah) harus berlaku dan diperlakukan adil dalam
konteks pengertian yang luas dan konkret.
d. Asas saling menguntungkan
Setiap akad yang dilakukan oleh para pihak harus
bersifat memberi keungan bagi mereka. Itulah sebabnya
Islam pun mengharamkan transaksi yang mengandung
unsur gharar (penipuan) karena merugikan salah
satu pihak.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank
dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan
konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak
menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya
ssesuai tata cara dan hukum materi syariah.24
Lembaga penyelesaian sengketa mengenai perbankan
syariah dan konvensional bisa ditempuh dengan dua cara, yaitu
dengan litigasi dan non litigasi. Penyelesaian sengketa litigasi
merupakan penyelesaian sengketa yang di lakukan di lembaga
peradilan. Sedangkan penyelesaian sengketa non litigasi adalah
penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan agama.
Dalam perbankan syariah apabila ada permasalahan yang
muncul akan diselesaikan dahulu dengan cara musyawarah
dilembaga non litigasi, yaitu BASYARNAS25 (Badan Arbitrase
Syariah Nasional). Apabila kesepakatan tidak juga didapatkan,
maka penyelesaian sengketa dilakukan dengan jalan litigasi yaitu
di Pengadilan Agama. Sedangkan dalam bank konvensional,
penyelesaian sengketa non litigasi dilakukan dengan cara negosiasi
di lembaga BANI26 (Badan Arbitrase Nasional Indonesia). Apabila

24
Ibid., 30.
25
BASYARNAS sebagai lembaga permanen yang didirikan oleh Majelis
Ulama Indonesia berfungsi menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa
muamalat yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa.
Pendirian lembaga ini awalnya dikaitkan dengan berdirinya Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
26
Badan Arbitrase Nasional Indonesia atau BANI adalah suatu
badan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia guna penegakan hukum
di Indonesia dalam penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang terjadi

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


136 Yutisa Tri Cahyani

negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan, maka permasalahan


antara bank syariah dan nasabah diselesaikan dengan cara litigasi
di lingkungan Pengadilan Negeri.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah memiliki struktur yang hampir sama dengan
bank konvensional, yakni dalam hal komisaris dan direksi. Unsur
yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
adalah adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi sebagai
pengawas operasional dan produk-produk bank syariah agar
sesuai dengan hukum syariah.27
Dewan pengawas bank syariah meliputi beberapa pihak
antara lain: Komisaris, Bank Indonesia, Bapepam (untuk bank
syariah yang telah go publik) dan Dewan Pengawas Syariah. DPS
tugasnya adalah mengawasi jalannya operasional bank syariah
supaya tidak terjadi penyimpangan atas produk dan jasa yang
ditawarkan bank syariah sesuai dengan ketentuan dalam fatwa
DSN. DPS tugasnya memberikan nasehat dan saran kepada direksi
serta mengawasi kegiatan bank syariah. DPS diangakat oleh rapat
umum pemegang pemegang saham atas rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia.28 DPS itu merupakan salah satu lembaga berada
dibawah yang naungan MUI.
Keberadaan DPS dalam menjaga kegiatan usaha bank
syariah agar berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah. Fungsi DPS
dalam organisasi bank syariah sebagai berikut ini:29
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi,
pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang

diberbagai sektor perdagangan, industri dan keuangan, melalui arbitrase


dan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya antara lain
di bidang-bidang korporasi, asuransi, lembaga keuangan, pabrikasi, hak
kekayaan intelektual, lisensi, waralaba, konstruksi, pelayaran / maritim,
lingkungan hidup, penginderaan jarak jauh, dan lain-lain dalam lingkup
peraturan perundang-undangan dan kebiasaan internasional. Badan ini
bertindak secara otonom dan independen dalam penegakan hukum dan
keadilan.
27
Syai’i Antonio, Bank Syriah dari Teori ke Praktik, h. 29.
28
Ismail, Perbankan Syariah, h. 37.
29
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), h. 74.

ADZKIYA MARET 2016


Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 137

terkait dengan aspek syariah.


b. Sebagai mediator antar bank dan Dewan Pengawas Syariah
dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan
produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan
fatwa dari DSN.
c. Sebagai perwakilan DSN yang bertempat di bank. Memiliki
wewenang kewajiban melapor pada DSN sekurang-
kurangnya satu kali dalam setahun.

Simpulan
Bank adalah lembaga intermediary inancial institution yang
melakukan tugas penghimpunan dana (funding) dan penyaluran
dana (lending). Di Indonesia terdapat dua sistem perbankan,
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun
dan menyalurkan dana dengan prinsip bunga. Sedangkan bank
syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun
dan menyalurkan dana dengan prinsip bagi hasil dan atau fee
based income. Orientasi bank konvensional hanya sebatas proit
oriented. Sedangkan pada bank syariah, selain proit oriented juga
berorientasis pada falah.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syai’i, Bank Syariah: Analisis Kekuatan,


Peluang, Kelemahan dan Ancaman, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006).
----------, Bank Syriah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001).
Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Syariah dan
Perasuransian Syariah di Indonesia (Jakarta: Prenada Media,
2004).
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011).
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Press, 2013).

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


138 Yutisa Tri Cahyani

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia,


(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015).
----------, Hukum Bisnis Syraiah, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2014).
Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII
Press, 2000).
----------, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN, 2015).
----------, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, (Yogyakarta:
UII Pers, 2000).
Purwana, Agung Eko, Hukum Ekonomi, (Ponorogo: STAIN Po
Press, 2011).
Sholahuddin, Muhammad, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014).
Suharjono, dan Mudrajat Kuncoro, Manajemen Perbankan: Teori dan
Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE, 2002).

ADZKIYA MARET 2016

You might also like