Professional Documents
Culture Documents
StandarPAB.3
Kebijakandanprosedurmengarahkanpelayananpasienuntuksedasimoderatdandalam
Maksuddn
tujuanPAB
.3
Sedasi,secarakhusus,sedasiyangmoderatmaupundalam,menghadapkanrisikokepadapasien,karenanyaperludilengkapidengandefinisi,kebijakansertapros
edur yangjelas.
Derajatsedasiterjadidalamsuatukontinuum,seorangpasiendapatbergerakdarisatuderajattertentumenujuderajatyanglain,berdasarkanmedikasiyangdiber
ikan,rutedan dosisnya.Pertimbanganpentingmencakupkemampuanpasienuntukmempertahankanrefleksprotektif;saluran pernafasanyangpaten-
independen-berkesinambungan;dan mampuberesponterhadapstimulasifisikatauinstruksilisan.
Kebijakandanprosedurs
edasimemuat:
a)
penyusunanrencanatermasukidentifikasiperbedaanantarapopulasidewasadananakataupertimbangank
hususlainnya;
b)
dokumentasiyangdiperlukantimpelayananuntukdapatbekerjadanberkomunikasis
ecaraefektif;
c)
persyaratanpersetujuan(consent)khusus,bil
adiperlukan;
d)
frekuensidanjenismonitoringpasienyang
diperlukan;
e)
kualifikasiatauketrampilankhususparastafyangterlibatdalamprose
ssedasi;dan f) ketersediaandanpenggunaanperalatanspesialistik.
Hallainyangjugapentingadalahkualifikasiparadokter,doktergigiatausemuaindividuyangkompetenyangbertanggungjawabataspasienyangmenerimasedas
imoderat maupundalam.Setiappetugasharuskompetendalam:
a)
teknikberbagaimod
ussedasi;
b)
monitoringy
angtepat;
c)
responsterhadapk
omplikasi;
d) penggunaanzat-
zatreversal;dan
e) sekurang-
kurangnyabantuanhidupdasar.
Petugasyangkompetenyangbertanggungjawabmenjalankansuatuasesmenprasedasiterhadappasienuntukmemastikanbahwaperencanaansedasidanting
katannyaadalah tepatbagipasien.Kebijakanrumahsakitmenjabarkanruanglingkupdanisidariasesmenini.
Sebagaitambahanbagiparadokterataudoktergigi,seorangpetugasyangkompeten danbertanggung
jawabataspelaksanaanmonitoringberkesinambungan(tidakterinterupsi)
atasparameterfisiologispasien,danmembantutindakansuportifatauresusitasi.Kualifikasipetugasyangmelaksanakanmonitoring,danmonitoringperalatans
ertasuplainya adalahsamasepertipadapemberiansedasi di unit/tempatyanglain dirumahsakit,misalnyadalamkamaroperasi dan
dalamklinikrawatjalangigi. Sehinggaterpeliharatingkatan
mutupelayananyangsama(lihatjugaPP.1,EP3,danT
KP.3.2.1,EP3).
TELUSUR
ElemenPenilaianPAB.3. SASARA MATERI SKOR DOKUMEN
1. Kebijakan dan prosedur yang tepat, PPKsedasi N Implementasiterhadapregulasiyan 0 Regulasi
menyebutkan sedikitnyaelemena)sampai g memuatsedikitnyaa)sampaif)
denganf)tersebut diatas,mengarahkan Pasien 5 Panduan pelayanan
pelayanan pasienuntukmenjalani sedasi anestesi (termasuk
10
sedasimoderat/dalam)
2. moderatdan dalam(lihat juga AP.2, EP
Petugasyangkompetenyangdiidentifikasi Implementasi ketuatimanestesi 0
3; PP.1,EP3;danMPO.4,EP1).
di PAB.2berpartisipasi dalampengembangan regulasi
dalampengembangan pelayanananestesi 5
3. Harus ada asesmen prasedasi, Implementasi asesmen 0 Dokumen:
kebijakandanprosedur. 10
sesuai kebijakan prasedasi sesuairegulasipelayanan
rumahsakit,untukmengevaluasi 5 KeterlibatanPPKdlm
4. risikodanketepatan
Petugas yang kompeten, dan yang Persyaratantimanestesi 0
10 penyusunan
sedasibagipasien(lihat
bertanggung jugaAP.1.1,EP1).
jawabuntuksedasi,harus kebijakan, prosedur
memenuhi kualifikasisekurang-kurangnya 5
DaftarPPKsedasi
untukelemeng)sampaidengank)tersebut 10
5. diMaksuddanTujuan Implementasi dari tim tersebut 0 Surat
Seorangpetugasyangkompetenmemonito dalammemonitor pasienselama kompetensi/kewenan
5 ga n paraPPKterkait
r pasienselamasedasidanmencatat semua sedasi
6. pemantauan.
Dibuat dandidokumentasi kriteria untuk Pendokumentasian kriteria 10
0 Asesmen prasedasi
pemulihandan dischargedarisedasi. pemulihan danpemulangan dari dalam rekammedis
5
sedasi pasien
7. Sedasimoderatdan dalamdiberikansesuai Implementasi sedasi moderat 10
0
kebijakanrumahsakit dan dalam Hasil pemantauan
5
pasienselamasedasi
10
Kriteria untuk
pemulihandarisedasi
LAYANAN PEMBERIAN SEDASI
08.6/RS.HTV/DOK.PAB/II/2017 1/2
RS. HATIVE
PASSO
Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit :
Direktur RS. Hative
OPERASIONAL
(SPO)
20 Februari 2017 dr. Hans Liesay.M.Kes
TUJUAN Mengoptimalkan keadaan pasien mulai dari pra, intra dan pasca sedasi.
Keputusan Direktur Nomor :107.2/KEP.DIR/RSHTV/II/2017 tentang
Prosedur Sedasi di RSHTV
KEBIJAKAN Pasal 1 : Rumah sakit harus menyediakan pelayan anestesi baik terencana
maupun dalam keadaan darurat di luar jam kerja yang dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi dan atau oleh penata anestesi (termasuk pelayanan
sedasi moderat dan dalam)
PASSO
08.7/RS.HTV/DOK.PAB/II/2017 1/2
Ditetapkan
STANDAR Tanggal terbit Direktur RS. Hative
PROSEDUR
OPERASIONAL
20 Februari 2017 dr. Hans Liesay.M.Kes
I. DEFINISI
Asesmen pasien adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sistematis
dan terencana untuk mendapatkan informasi, menganalisis, mengidentifikasi dan
menatalaksana keadaan yang membawa seorang pasien datang untuk berobat ke
rumah sakit. Proses ini berlangsung sejak dari fase pre-rumah sakit hingga
manajemen pasien di rumah sakit.
Asesmen pasien gawat darurat adalah suatu proses yang dilakukan secara
sengaja, sistematis dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang
individu yang datang ke rumah sakit sesegera mungkin untuk mengidentifikasi
kondisi yang mengancam nyawa, melakukan intervensi secepat mungkin dan
menatalaksana cedera yang tidak mengancam nyawa serta manajemen transfer di
Instalasi Gawat Darurat
Asesmen pasien rawat jalan adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja,
sistematis dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang individu
yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan medis dengan tujuan
untuk memperoleh pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan individu tersebut untuk
dirawat inap.
Asesmen pasien rawat inap adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja,
sistematis dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang individu
yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan medis dengan tujuan
untuk memperoleh pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan
pelayanan kesehatan lainnya dimana keseluruhan proses ini membutuhkan
waktu yang lebih lama sehingga pasien harus tinggal untuk jangka waktu
tertentu di ruangan dalam rumah sakit.
Asesmen tempat kejadian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh paramedis
saat tiba di tempat kejadian.
Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien,
stabilisasi leher dan tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan,
dan sirkulasi.
Asesmen segera-kasus trauma : dilakukan terhadap pasien yang mengalami
cedera signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang berpotensi mengancam
nyawa. Perkirakan juga derajat keparahan cedera, tentukan metode transfer dan
pertimbangkan Bantuan Hidup Lanjut.
Yang dimaksud dengan cedera signifikan adalah tabrakan motor; tabrakan
mobil-pejalan kaki; penetrasi pada kepala, dada, atau perut; terjatuh melebihi
jarak 6 meter (dewasa) dan 3 meter (anak).
Asesemen segera-kasus medis : dilakukan terhadap pasien yang tidak sadar,
delirium, atau disorientasi; berupa identifikasi segera kondisi yang berpotensi
mengancam nyawa.
Asesmen terfokus-kasus trauma : dilakukan terhadap pasien yang tidak
mengalami cedera signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang
dapat mengancam nyawa. Berfokus pada keluhan utama pasien.
Asesmen terfokus-kasus medis : dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki
orientasi baik, dan tidak mempunyai kondisi yang mengancam nyawa. Berfokus
pada keluhan utama pasien.
Asesmen secara menyeluruh : hanya dilakukan jika terdapat jeda waktu di
tempat kejadian saat menunggu ambulans tiba atau pada saat transfer ke rumah
sakit / ruang rawat inap. Pemeriksaan dilakukan dari kepala-kaki untuk
mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam nyawa yang dimiliki oleh
pasien.
Asesmen berkelanjutan : dilakukan selama transfer atau perawatan terhadap
semua pasien, untuk mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien,
berupa perburukan/perbaikan kondisi.
Asesmen pediatrik adalah pengkajian yang dilakukan terhadap pasien anak-anak.
Asesmen neurologis adalah pengkajian yang dilakukan untuk kasus cedera
kepala atau gangguan neurologis dengan berfokus kepada pemeriksaan status
kesadaran.
Asesmen gizi adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi
pasien.
Asesmen nyeri adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui dan
mengukur rasa nyeri yang dialami oleh pasien.
Asesmen fungsional, termasuk di dalamnya asesmen resiko jatuh adalah
pengkajian terhadap kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-sehari
dan mengidentifikasi resiko kemungkinan jatuh pasien.
Asesmen psikologis dan sosial ekonomi awal adalah pengkajian terhadap status
psikologis pasien (apakah pasien cemas, depresi, ketakutan atau berpotensial
agresif, menyakiti diri sendiri atau orang lain) dan pengkajian terhadap status
sosial ekonomi yang bisa mempengaruhi keadaan pasien.
2. ASESMEN AWAL
ii. Kasus trauma : dilakukan pada pasien, baik sadar maupun tidak sadar,
yang mengalami mekanisme cedera signifikan untuk mengidentifikasi
cedera yang mengancam nyawa.
1. Imobilisasi spinal dengan collar-neck
2. Nilai status kesadaran dengan GCS
3. Nilai ventilasi dan oksigenasi
4. Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan
punggung belakang; menggunakan DCAP-BTLS:
a. D = deformitas
b. C = contusions – kontusio / krepitasi
c. A = abrasi
d. P = penetrasi / gerakan paradoks
e. B = burns – luka bakar
f. T = tenderness – nyeri
g. L = laserasi
h. S = swelling – bengkak
5. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
6. Nilai SAMPLE
7. Inisiasi intervensi yang sesuai
8. Transfer sesegera mungkin
9. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
10. Lakukan asesmen berkelanjutan
b. Asesmen terfokus : dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien
yang tidak mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada
keluhan utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait.
i. Kasus Medis
1. Asesmen berfokus pada keluhan utama
2. Telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas, penjalaran
nyeri, derajat keparahan, durasi)
3. Nilai SAMPLE
4. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
5. Inisiasi intervensi yang sesuai
6. Transfer sesegera mungkin
7. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
8. Lakukan asesmen berkelanjutan
ii. Trauma
1. Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami cedera
dengan menggunakan DCAP-BTLS
2. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
3. Nilai SAMPLE
4. Inisiasi intervensi yang sesuai
5. Transfer sesegera mungkin
6. Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
7. Lakukan asesmen berkelanjutan
mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam nyawa pada pasien tetapi dapat
Tujuan:
i. Menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin
membutuhkan intervensi tambahan
ii. Mengevaluasi efektifitas intervensi sebelumnya
iii. Menilai ulang temuan klinis sebelumnya
Pada pasien stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit
Pada pasien tidak stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit
i. Nilai ulang status kesadaran
ii. Pertahankan patensi jalan napas
iii. Pantau kecepatan dan kualitas pernapasan
iv. Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi
v. Pantau warna dan suhu kulit
vi. Nilai ulang dan catat tanda vital
Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien
Periksa intervensi:
i. Pastikan pemberian oksigen adekuat
ii. Manajemen perdarahan
iii. Pastikan intervensi lainnya adekuat
6. ASESMEN PEDIATRIK
Bila gizi buruk : Bila lemah atau tidak sadar, berikan glukosa iv dan
pasang infus serta berikan cairan. Bila tidak lemah atau tidak sadar (tidak
yakin syok), berikan glukosa oral atau per NGT.Lanjutkan segera untuk
pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
7. ASESMEN NEUROLOGIS
Tidak merespons 1
Disorientasi / bingung 4
Tidak merespons 1
Melokalisasi nyeri 5
Pengukuran alternative
Jika tinggi badan dan berat badan tidak diketahui, untuk memperkirakan IMT,
dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas ( LLA )
Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90o terhadap siku, dengan
lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu
(akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.
Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar
lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel
terlalu ketat
9. ASESMEN NYERI
7,8,9. Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan
aktifitas yang bisa dilakukan.
10. Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh pasien.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Metode NRS dan VAS tidak dapat digunakan untuk semua pasien karena
skala tersebut tidak efektif pada pasien yang memiliki gangguan kognitif
atau motorik, pasien yang tidak responsif, anak usia muda, pasien umur
tua. Untuk pasien-pasien tersebut bisa digunakan skala nyeri Wong
Baker Faces Pain Scale.
0 2 4 6 8 10
0 : Tidak ada nyeri
2 : Nyeri dirasakan sedikit saja
4 : Nyeri dirasakan hilang timbul
6 : Nyeri dirasakan lebih banyak
8 : Nyeri dirasakan secara keseluruhan
10 : Nyeri sekali dan menangis
Bicara atau bersuara Tenang setelah dipegang, Sulit ditenangkan dengan kata-
BICARA ATAU normal,sesuai usia dipeluk, digendong atau kata atau pelukan
BERSUARA diajak bicara
Manajemen nyeri :
Perawat di rawat inap harus melapor ke dokter yang merawat bila ada pasien
rawat inap yang mengeluh nyeri setelah melakukan asesmen nyeri. Berikan
analgesik sesuai dengan anjuran dokter.
Pada pasien yang kesakitan (nyeri hebat) segera laporkan ke dokter yang
merawat atau dokter jaga ruangan untuk segera mendapatkan terapi dan asesmen
lebih lanjut oleh dokter .
Perawat secara rutin (setiap 4 jam) mengevaluasi tatalaksana nyeri kepada
pasien yang sadar/bangun.
Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas nyeri ≥4. Pada nyeri akut asesmen
dilakukan tiap 30 menit -1 jam setelah tatalaksana sampai intensitas nyeri ≤ 3.
Bila nyeri tidak berkurang laporkan kembali ke dokter yang merawat.
Sebisa mungkin, berikan analgesik melalui jalur yang paling tidak menimbulkan
nyeri.
Nilai ulang efektivitas pengobatan.
Tatalaksana non – farmakologi :
a. Berikan heat/cold pack
b. Lakukan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh pasien
c. Lakukan relaksasi, seperti tarik napas dalam, bernapas dengan irama/pola
teratur, dan atau meditasi pernapasan yang menenangkan
d. Distraksi/pengalih perhatian.
Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai :
a) Penyakitnya dan perawatan penyakit dirumah.
b) Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri.
c) Dalam hal posisi tubuh sebagai penyebab nyeri.
d) Dalam hal diet kalau ada
e) Menenangkan ketakutan pasien
f) Tatalaksana nyeri
g) Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri
sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah.
RM : Pukul :
Diagnosis sekunder (≥ 2 Ya 15
diagnosis medis)
Tidak 0
Tongkat/alat penopang 15
Terpasang infus Ya 20
Tidak 0
Lemah 10
Normal/tirah baring/imobilisasi 0
Total
Kategori:
Resiko tinggi = ≥ 45
Resiko sedang = 25 – 44
Resiko rendah = 0 – 24
Riwayat jatuh :
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat
kejadian jatuh fisiologis dalam 12 bulan terakhir ini seperti pingsan atau gangguan gaya
berjalan, berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
Diagnosis sekunder :
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan
skor 0.
Alat bantu :
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30.Jika pasien
menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien dapat berjalan tanpa
alat bantu, berikan skor 0.
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0.
Gaya berjalan :
b. Asesmen Ulang
- Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang Resiko Jatuh setiap 2 kali
sehari, saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien,
adanya kejadian jatuh pada pasien.
- Penilaian resiko jatuh akan diperbaharui sesuai dengan hasil asesmen
ulang.
- Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke resiko rendah,
diperlukan skor < 25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut
c. Tatalaksana
1. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
a. Pastikan posisi pagar pengaman tempat tidur terpasang dengan baik
pada pasien yang ditransfer dengan brancard/tempat tidur
b. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
c. Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi
pegangan tempat tidur tepasang dengan baik
d. Pastikan ruangan rapi, jalur ke kamar kecil bebas hambatan dan
terang
e. Pastikan bel tempat tidur berfungsi dan dalam jangkauan pasien.
Memanggil petugas dengan bel.
f. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam,
air minum, kacamata)
g. Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
h. Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
i. Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan
bersih dan berfungsi)
j. Pantau efek obat-obatan
k. Anjurkan kepada pasien memakai alas kaki anti selip.
l. Amati lingkungan yang berpotensi tidak aman dan segera laporkan
untuk perbaikan.
m. Sediakan dukungan emosional dan psikologis
n. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
2. Kategori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan
hal-hal berikut ini.
Catatan :
b. Self care
Jika pasien mendapat skor < 2 pada pertanyaan no. 6
(mobilitas) atau no.7 (mandi)
c. Kognitif
Jika :
Pasien mendapat skor < 2 pada pertanyaan no. 4 (minum
obat) atau no. 5 (pengaturan keuangan) dan telah
dipastikan bahwa pasien tidak mempunyai cacat fisik atau
masalah dengan bahasa yang bisa mempengaruhi jawaban
atas pertanyaan ini.
Pasien mendapat skor 0 pada pertanyaan no. 8
d. Perilaku
Jika :
Pasien mendapat skor < 2 pada pertanyaan no. 4 (minum
obat) atau no. 5 (pengaturan keuangan) dan telah
dipastikan bahwa pasien tidak mempunyai cacat fisik atau
masalah dengan bahasa yang bisa mempengaruhi jawaban
atas pertanyaan ini.
Pasien mendapatkan skor 0 pada pertanyaan no. 9
Faktor ekonomis dinilai sebagai bagian dari asesmen sosial atau secara
terpisah bila pasien atau keluarganya yang bertanggung jawab terhadap seluruh
biaya atau sebagian dari biaya selama dirawat atau waktu keluar dari rumah
sakit. Berbagai staf yang berkualifikasi memadai dapat terlibat dalam proses
asesmen ini. Faktor terpenting adalah bahwa asesmen lengkap dan tersedia
bagi mereka yang merawat pasien. Asesmen ekonomis dapat dikaji melalui
data sosial pasien yang mencakup pekerjaan dan status pembiayaan (pribadi
atau asuransi/perusahaan)
Asesmen psikososial ini dikaji terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap
dalam asesmen awal keperawatan.
Prosedur dan pedoman asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Santa
Maria adalah sebagai berikut :
1. Identitas pasien rawat jalan harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian
pelayanan kesehatan.
2. Dokter melakukan asesmen awal dan menentukan apakah pasien bisa
dilayani di Instalasi Rawat Jalan atau seharusnya mendapatkan pelayanan
segera di Instalasi Gawat Darurat. Pasien yang harus mendapatkan
pelayanan segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
3. Dokter melakukan asesmen terfokus kasus medis atau trauma sesuai dengan
kondisi pasien.
4. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan atau meminta pasien
untuk menceritakan keluhan yang dirasakan sehingga membuat pasien
datang untuk berobat. Dokter menambahkan atau memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan pasien sehingga keluhan
pasien menjadi lebih lengkap dan terperinci.
5. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat
alergi atau pemakaian obat sebelumnya.
6. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital : kesadaran, tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan suhu badan serta berat
badan, terutama untuk pasien anak-anak. Apabila perawat atau dokter
meragukan hasil pemeriksaan yang dilakukan maka dokter akan melakukan
sendiri pemeriksaannya.
7. Dokter melakukan asesmen menyeluruh dan terarah sesuai dengan keluhan
pasien.
8. Perawat mengkaji status nyeri dan status psikologis pada setiap pasien rawat
jalan. Pengkajian status nyeri dilakukan berdasarkan asesmen status nyeri
yang telah ditetapkan.
9. Apabila diperlukan, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang baik laboratorium atau radiologi dan pemeriksaan penunjang
lainnya seperti patalogi anatomi dan lain-lain untuk membantu menegakkan
diagnosa penyakit pasien secara lebih pasti.
10. Dokter membuat kesimpulan dari semua informasi yang diperoleh selama
proses rawat jalan berupa diagnosa sementara dan differensial diagnosa.
11. Dokter memberikan pengobatan dan/atau rencana pelayananan selanjutnya
seperti rawat inap, konsultasi spesialisasi lain atau tindakan lainnya. Untuk
rawat inap, pasien dan keluarga diarahkan ke prosedur pasien rawat inap.
Konsultasi spesialisasi harus dilakukan secara tertulis melalui lembaran
konsultasi dan hasil konsultasi dicatat dalam rekam medis.
12. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan tindakan medis (informed
consent) dari pasien atau keluarga pasien.
13. Semua informasi diatas wajib diperoleh dari pasien dan/atau keluarga pasien
dan harus dicatat secara lengkap dan terperinci dalam status rawat jalan dan
didokumentasikan dalam buku rekam medis.
14. Untuk pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi ditambahkan odontogram
dalam rekam medisnya.
Isi minimal asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Santa Maria
Pekanbaru mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi
obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta skala nyeri
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Isi minimal asesmen pasien rawat inap Rumah Sakit Santa Maria
Pekanbaru mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau aleri
obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta
e. Penilaian skala nyeri dan manajemennya
f. Penilaian resiko jatuh dan manajemennya
g. Diagnosis
h. Rencana penatalaksanaan dan rencana pulang (discharge plan)
i. Pengobatan dan/atau tindakan
j. Catatan observasi klinis yang terintegrasi dan hasil pengobatan
k. Ringkasan pulang (discharge summary)
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (informasi mengenai
penyakit, edukasi kepada pasien dan keluarga)
m. Persetujuan tindakan bila diperlukan
n. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
o. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Seluruh hasil asesmen dan pengobatan serta tindakan yang dilakukan dan
diberikan kepada pasien selama proses pelayanan medis di Instalasi mana pun
dalam Rumah Sakit Santa Maria harus dicatat secara jelas, benar dan teratur
serta didokumentasikan di rekam medis dalam tempat yang sama, aman dan
mudah diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan sewaktu-waktu.
IV. DOKUMENTASI
Untuk mempermudah dan sebagai bukti dokumentasi, proses-proses asesmen
diatas dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen asesmen yang telah
disediakan dan pencatatan dilakukan juga di dalam catatan terintegrasi. Instrumen-
instrumen yang ada yang digunakan dalam proses asesmen terhadap pasien terlampir
dalam buku panduan ini.
RS HATIVE
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
PASSO
0
08.9/RS.HTV/DOK.PAB/II/2017 2/4
Asesmen atau penilaian pra anastesi meliputi:
1. Jalan nafas dan fungsi pernafasan
Nilai paten jalan nafasnya, apakah jalan nafas bebas
Lihat adakah sumbatan jalan nafas oleh benda asing, muntahan, darah
dll
Lihat adakah tanda-tanda retraksi dinding dada, pernafasan cuping
hidung
Lihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu inspirasi dan
ekspirasi. Bila asimetris manakah yang tertinggal.
Lihat adakah gerakan dada see saw seperti gergaji
Dengarkan adakah suara nafas tambahan :
PROSEDUR - Snoring (mengorok)
- Gurgling
- Stridor
- Tidak ada suara nafas
Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera bebaskan baik tanpa alat atau
menggunakan alat pembebas jalan nafas.
Rasakan dengan punggung tangan adakah hembusan udara dari hidung
atau mulut.
Lakukan perkusi untuk membedakan antara kemungkinan berisi darah
atau udara
Dengarkan menggunakan stetoskop apakah kiri sama dengan yang
kanan, ataukah terdapat suara nafas yang lebih lemah pada salah satu
sisi.
Nilai adakah prediksi intubasi sulit dengan ¾ mallapati score, jarak
mentohyoid, gerak leher, massa di leher.
ASESMEN PRA ANESTESI
7. Laboratorium
Evaluasi hasil laboratorium, apabila terdapat nilai yang abnormal
segera diambil tindakan dan evaluasi ulang.
PROSEDUR
8. Radiologi
Evaluasi dari hasil pemeriksaan radiologi, apabila terdapat hal yang
tidak normal segera ambil tindakan.
RS. HATIVE
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
PASSO
0
1/2
08.9/RS.HTV/DOK.PAB/II/2017
Tanggal terbit Ditetapkan
STANDAR Direktur RS. Hative
PROSEDUR
OPERASIONAL 20 Februari 2017
dr. Hans Liesay.M.Kes
PENGERTIAN Memperhatikan, mengawasi / memeriksa pasien selama Anesthesi
RS. HATIVE
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
PASSO
0
2/2
08.9/RS.HTV/DOK.PAB/II/2017
1. Pasang tensimeter pada lengan atas/pergelangan kaki yang tidak ada
infus/jauh dari area operasi. Dan monitoringTekanan Darah pasien
selama operasi.
2. Pasang oxymetri pada jari yang bebas dari tekanan/stuing (tensimeter)
dan monitoring SP selama operasi.
3. Pasang EKG, monitoring gambaran EKG dan nadi pasien
4. Monitoring pernafasan pasien
5. Penuhi kebutuhan cairan maintenance dan cairan replacementpasien
6. Hitung jumlah perdarahan
7. Hitung jumlah urine pasien
8. Hitung balance cairan pasien
9. Observasi setting mesin anesthesi (Flow gas, volume inhalasi dll)
10. Beri therapy sesuai dengan kebutuhan
11. Ukur suhu pasien & pasang alat penghangat
12. Dokumentasikan hasil monitoring setiap 15menit atau kurang bila ada
kegawatan