You are on page 1of 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Distribusi

Setelah suatu zat kimia memasuki darah, ia didistribusi dengan cepat ke seluruh

tubuh. Laju distribusi ke tiap-tiap alat tubuh berhubungan dengan aliran darah di alat

tersebut, mudah tidaknyta zak kimia itu melewati din ding kapiler dan membran sel, serta

afinitas komponen alat tubuhterhadap zat kimia itu.

2.1.1 Sawar

Sawar darah otak terletak di dinding kapiler. Di sana sel-sel endotelial kapiler

bertaut rapat sehingga hanya sedikit atau tak ada pori-pori di antara sel-sel itu. Jadi

toksikan harus melewati endotelium kapiler itu sendiri. Tiadanya vesikel dalam

menyebabkan kemampuan transpornya lebih rendah lagi. Akhirnya kadar protein cairan

interstisial otak rendah, berbeda dengan kadarnya dalam alat-alat tubuh lain. Oleh karena

itu mekanisme tranfer toksikan dari darah ke otak bukan melalui pengikatan protein.

Dengan demikian penetrasi toksikan ke dalam otak bergantung pada daya larut lipidnya.

Contoh mencolok adalah metilmerkuri yang mudah memasuki otak dengan toksisitas

utama pada sistem syaraf pusat. Sebaliknya senyawa merkuri anorganik tidak larut dalam

lipid, tidak mudah memasuki otak, dan toksisitas utamanya bukan di otak tetapi di ginjal

karena air seni mudah melarutkan merkuri anorganik.

Sawar plasenta berbeda secara anatomik berbeda di antara berbagai spesies

hewan. Pada berbagai spesies terdapat enam lapis sel antara janin dan darah ibu,

sementara pada spesies lain hanya ada satu lapis. Selain itu, jumlah lapisan itu mungkin

berubah bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan. Meskipun hubungan antara

jumlah lkapisan plasenta dengan permeabilitasnya perlu dipastikan, sawar plasenta


ternyata dapat menghalangi transfer toksikan ke janin sehingga sampai batas tertentu

dapat melindungi si janin. Tetapi kadar suatu toksikan misalnya metilmerkuri mungkin

lebih tinggi dalam alat tubuh tertentu pada janin, misalnya otak, karena kurang efektifnya

sawar darah-otak janin. Sebaliknya kadar pewarna makanan amaranth pada janin hanya

0,03-0,06 % dari kadar pada ibunya.

Sawar lain juga terdapat dalam alat-alat tubuh seperti mata dan testis. Selain itu,

eritrosit ternyata punya peran khuus dalam distribusi toksikan tertentu. Misalnya

membrannya bertindak sebagai sawar terhadap penetrasi senyawa merkuri anorganik

tetapi tidak terhadap alkilmerkuri. Selain itu sitoplasma eritrosit mempunyai afinitas

terhadap senyawa alkilmerkuri. Karena faktor-faktor ini kadar senyawa merkuri

anorganik dalam eritrosit hanya sekitar setengah dari kadarnya dalam plasma, sementara

kadar merkuri dalam eritrosit sekitar 10 kali kadarnya dalam plasma.

2.2.1 Pengikatan dan Penyimpanan

Penikatan suatu zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan lebih tingginya

kadar dalam jaringan itu. Ada dua jenis utama ikatan. Ikatan jenis kovalen bersifat tidak

reversibel dan umumnya berhubungan dengan efek toksik yang penting. Ikatan

nonkovalen biasanya merupakan yang terbanyak dan bersifat reversibel. Karena itu

proses ini berperan penting dalam distribusi toksikan ke berbagai alat tubuh dan jaringan.

Ada beberapa jenis ikatan nonkovalen seperti gutrhie.

Protein plasma dapat mengikat komponen fisiologik normal dalam tubuh di

samping banyak senyawa asing lainnya. Sebagian besar senyawa asing ini terikat pada

albumin dan karena itu tidak dengan segera tersedia untuk didistribusikan ke ruang

ekstravaskuler. Namun karena pengikatan ini reversibel bahan kimia yang terikat itu

dapat lepas dari protein sehingga kadar bahan kimia yang bebas meningkat. Dan
kemudian mungkin melewati kapiler endotelium. Arti toksikologik dari pengikatan ini

dapat digambarkan dengan kemungkinan induksi koma lewat pemberian sulfonamid pada

pasien yang memakan antidiabetik oral. Antidiabetik terikat pada protein plasma tetapi

dapat digantikan oleh sulfonamid yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap protein

plasma. Antidiabetik yang dilepaskan lebih banyak itu dapat menyebabkan koma

hipoglikemik.

Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat zat-zat

kimia. Ciri ini mungkin berhubungan dengan fungsi metabolik dan ekskretorik mereka.

Dalam alat-alat tubuh ini telah dikenal berbagai protein yang memiliki sifat pengikatan

khusus. Seperti misalnya metalitionein yang penting untuyk mengikat kadmium dalam

hati dan ginjal dan barangkali juga untuk transfer logam dari hati ke ginjal. Pengikatan

suatu zat dapat dengan cepat meningkatkan kadarnya dalam organ tubuh. Misalnya 30

menit setelah pemberian dosis tunggal timbal, kadarnya dalam hati 50 kali lebih tinggi

daripada kadarnya dalam plasma.

Jarinngan lemak merupakan depot penyimpanan yang penting bagi zat yang larut

dalam lipid misalnya DDT, dieldrin, dan bifenil poliklorin (PCB). Zat-zat ini disimpan

dalam jaringan lemak dengan pelarutan sederhana dalam lemak netral. Ada kemungkinan

bahwa kadar plasma zatr yang disimpan dalam lemak naik tajam akibat mobilisasi lemak

dengan cepat pada kelaparan. Konjugasi asam lemak dengan toksikan, misalnya DDT

dapat juga merupakan suatu mekanisme penimbunan zat kimia dalam jaringan yang

mengandung lipid dan dalam sel-sel badan.

Tulang merupakn tempat penimbunan utama untuk toksikan fluorida, timbal, dan

stronsium. Penimbunan ini terjadi dengan cara penjerapan silang antara toksikan dalam

cairan interstisial dan kristal hidroksiapatit dalam mineral tulang. Karena ukuran dan
muatan yang sama. F dengan mudah menggantikan OH dan kalsium digantikan oleh

timbal atau stronsium. Zat-zat yang ditimbun ini akan dilepaskan lewat pertukaran ion

dan dengan pelarutan kristal tulang lewat aktivitas osteoklasik.

You might also like