Professional Documents
Culture Documents
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi diantara
1995 angka kematian ibu di Indonesia 373 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
angka kematian bayi 54 per 1000 kelahiran hidup. (Santosa. NI, 1996 : 5)
Kematian ibu sebagian besar (lebih dari 90%) disebabkan oleh pendarahan
melalui jalan lahir (40-60%), toxemia gravidarium (20-30%) dan infeksi jalan lahir
(20-30%). Kematian ini umumnya terjadi pada kelompok ibu beresiko tinggi, baik
yang timbul sejak masa kehamilan maupun yang terjadi mendadak pada saat
persalinan atau nifas. Dengan demikian, kematian seharusnya dapat dicegah bila
kelompok resiko tinggi ini sudah terdeteksi sejak dini, kemudian mendapat
sangat diperlukan. Beberapa bentuk keterlibatan lintas sektor dalam upaya penurunan
AKI adalah Gerakan Sayang Ibu untuk mencegah tiga macam keterlambatan yaitu
yang merupakan upaya promosi dalam mendukung terciptanya keluarga yang sadar
akan pentingnya mengupayakan kesehatan reproduksi, termasuk promosi untuk
Seringkali ibu hamil tidak memahami keadaannya sebagai resiko tinggi, jika tidak
Mempelajari data medik yang ada di Poli Hamil I RSUD Dr. Sutomo
Surabaya periode Januari sampai dengan Desember 2000, seperti tabel berikut :
Tabel 1.1 Kehamilan Dengan Resiko Tinggi Di Poli Hamil I RSUD Dr. Sutomo
Jumlah
No Kehamilan dengan Resiko Keterangan
N %
1. Umur ibu 35 tahun 1039 16.23
Berdasarkan data dari Poli Hamil I RSUD Dr. Sutomo Surabaya tahun 2000,
kasus ibu hamil dengan hypertensi kronis 247 dari 6400 kasus resiko tinggi ibu hamil
berarti 3,85% dari seluruh kasus resiko tinggi. Walaupun prosentase kehamilan
dengan hypertensi kronis termasuk kecil, tetapi komplikasi yang terjadi saat hamil,
melahirkan dan nifas baik pada ibu atau pun janinnya cukup besar. Oleh sebab itu,
penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut, dengan harapan dapat dilaksanakan
penanganan dan pengawasan yang intensif. Tujuannya agar proses kehamilan dan
persalinan dapat berjalan lancar dan normal, dengan penerapan konsep manajemen
kebidanan, secara kompretensif yang meliputi aspek promotif, preventif, keratif dan
satu kesatuan yang utuh secara bio, psiko, spiritual, sosial dan kultural dengan
1996 : 7)
Dari data kehamilan dengan resiko tinggi di Poli Hamil I RSUD Dr. Soetomo
Surabaya periode Januari sampai Desember 2000, sepuluh besar kasus yang ada
adalah :
1.2.1 Umur ibu lebih dari 35 tahun dengan prosentase sebesar 16,23%
1.3.10 Anak terkecil lebih dari atau sama dengan 5 tahun dengan prosentase 2,65 %
1.3 Batasan Masalah
Adapun pembahasan pada karya tulis ini, penulis hanya membatasi satu klien
Surabaya.
1.5.2.1 Melakukan pengkajian (data subyektif, data obyektif dan data penunjang).
1.6 Manfaat
1.6.2 Klien
kebidanan untuk kasus yang sama serta menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat, khususnya asuhan kebidanan pada ibu dengan hypertensi kronis.
1.6.4 Institusi/Pendidikan
Adapun metode dalam penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah
Yaitu data yang diperoleh langsung dari klien melalui wawancara / anamnese
Yaitu data yang diperoleh melalui catatan medik dan kebidanan, hasil
Studi kasus dilaksanakan pada ibu hamil yang periksa ulang di Poli Hamil I
Waktu penulisan karya tulis ini dimulai bulan Juli sampai dengan Oktober
2001.
BAB 1 : Pendahuluan
penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
hypertensi kronis dan konsep asuhan kebidanan pada ibu hamil multigravida
BAB 4 : Pembahasan
kebidanan.
T I N J A U A N P U S T A KA
2.1 Batasan/Pengertian
Kronis adalah :
berikut :
kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. (Santosa. NI, 1995 : 17)
telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu
atau hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi
2.2.1 Batasan
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.
2.2.2.1 Hypertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan
hypertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah
kehamialn berakhir.
2.2.2.3 Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi yang kronis.
Pasien dengan hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam kehamilan
dengan gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri dan edema serta kelainan retina.
Diagnosa dibuat kalau timbul hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam
pertama dalam nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam 10
atau berat, menurut frekuensi dan intensitas kelainannya. Adalah penting untuk
menyadari bahwa suatu keadaan yang kelihatannya ringan dapat menjadi berat.
(Winardi. B, 199: 8)
Tabel 2.1 Indikator Derajad Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
Proteinnuri 1+ 2+
Terdapat banyak akibat hypertensi karena kehamilan yang terjadi pada ibu,
endokrin, elektrolit, renal, hepatik dan serebral. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991:
616)
2.2.4.1 Sistem Kardiovaskuler
Meskipun terdapat peningkatan curah jantung pada ibu hamil normal, tekanan
darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya menurun sebagai akibat resistensi perifer
berkurang. Pada ibu hamil dengan hypertensi, curah jantung biasanya tidak
berkurang, karena curah jantung tidak berkurang sedang konstriksi arteriol dan
tahanan perifer naik, maka tekanan darah akan meningkat. (Pritchard, Mac Donald,
2.2.4.2 Hematologik
2.2.4.3 Endokrin
kelainan hasil pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum Glutamic
perkembangan badan janin merupakan akibat yang paling sering, dalam penelitian
mendapatkan frekuensi 15% bayi IUGR dan 27% bayi premature walaupun dilakukan
Diduga bahwa kapasitas nutrisi plasenta dalam keadaan tersebut dipacu oleh
Solusio placenta sejak lama diketahui lebih sering dijumpai pada ibu dengan
Dikatakan 60% dari wanita yang menderita hypertensi kronis, pada saat hamil
hypertensinya. Bila terjadi penurunan fungsi renal (BUN > 20mg%) kreatinin serum
> 1,5mg% pada keadaan hypertensi kronis, maka resiko terjadinya superimposed pre
Dengan meningkatnya tensi pada saat hamil maka resiko lain juga menjadi
lebih tinggi misalnya infark miokard akut, CVA, payah jantung, gagal ginjal,
2.2.7 Diagnosa
waktu berbeda-beda, dengan selang waktu beberapa jam sampai beberapa hari, teknik
(Winardi. B, 1991 : 7)
5. Memakai cuff yang sesuai (dapat melingkari 2/3 panjang lengan atas).
(Winardi. B, 1991 : 7)
Apabila penderita datang pertama kali sesudah minggu 20-24 kehamilan, sulit
untuk membedakannya dengan PIH. Secara khusus kita bisa mengadakan diagnosa
banding dengan beberapa ciri yang agak berbeda dengan PIH antara lain sebagai
berikut :
Differensial Diagnosa
tropoblast
6 mg pp selalu hilang
3 bln pp
(Winardi. B, 1991 : 8)
(Winardi. B, 1991 : 8)
harus dilakukan. Pemantauan bisa dilaksanakan dengan cara paling sederhana berupa
pemantauan pertambahan berat badan, tinggi furdus uteri hingga paling canggih
2.2.8 Penatalaksanaan
hamil adalah :
2.2.8.1 Untuk mempertahankan aliran darah pada uterus terutama pada saat
pembentukan plasenta.
Tirah baring
Tirah baring terutama pada siang hari mulai setidak-tidaknya 1 jam dalam
sehari dan ditingkatkan sesuai umur kehamilan. Curet menganjurkan bed rest
selama 4 jam pada siang hari disamping tidur malam 10 jam. (Winardi. B, 1991 :
10)
Aliran darah rahim RBF GFR
Amine endogen PNM Diurisis
Epi/Nonepinefrun TD
Na loss
Reaktifitas Kardiovaskuler
Keterangan :
TD : Tekanan Darah
dapat meningkatkan resiko embas paru. Selain itu dari segi psikologis ibu kurang
menguntungkan. Pada hypertensi yang berat disarankan tirah baring sampai saat
persalinan.
Pemberian Obat
tirah baring ini. Apabila tirah baring dan pemberian sedatif ringan tak
1991: 12)
Diet
Diet yang baik diperlukan bagi pertumbuhan janin dalam rahim. Kandungan
protein minimal 90 gr setiap hari. Diet rendah garam tidak ada keuntungan, bila
eklampsia/eklampsia.
Pada hypertensi ringan terapi yang diajarkan adalah tirah baring saja dengan
sekali, bila perlu dapat diberikan phenobarbital, juga diet seimbang karbohidrat.
Sedangkan obat anti hypertensi yang sering dipakai adalah alfa metildopa, beta
1991 : 12)
2.2.8.3 Pengakhiran kehamilan bila keadaan menjelek atau terjadi gangguan
Oleh karena disfungsi plasenta seringkali terjadi pada hypertensi esensial yang
berat, dan kematian bayi pada umur kehamilan 38 mg tidak berbeda dengan
Indikasi penyelesaian kehamilan dapat datang dari ibu maupun janin, indikasi
itu meliputi:
kardiotokografi abnormal.
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Multi Gravida Dengan Hypertensi
Kronis
dilaksanakan, dan kemudian timbul masalah baru maka proses kembali ke langkah
2.3.1 Pengkajian
Kegiatan yang dilakukan adalah anamnesa, pemeriksaan data obyektif yang meliputi
2.3.1.1 Anamnesa
Anamnesa ialah tanya jawab antara penderita dan petugas kesehatan tentang
menegakkan diagnosa dan agar dapat mengambil tindakan segera bila diperlukan.
Anamnesa Rasional
1. Anamnesa Umum Dengan adanya biodata kita dapat
Biodata terdiri darai nama klien dan mengenal klien serta diketahui
suami, usia, suku bangsa, agama, permasalahan yang timbul sehingga lebih
tahun.
2. Anamnesa kesehatan keluarga Dengan menanyakan penyakit/kesehatan
Terdiri dari penyakit keluarga klien, keluarga dapat diketahui penyakit yang
dan KB yang lalu, apakah pernah persalinan, nifas, KB yang lalu maka
persalinan
Tujuan dari pemeriksaan umum : untuk mengetahui kesehatan umum ibu dan
87)
No Pemeriksaan Rasional
1. Keadaan umum meliputi : Dengan melihat keadaan
Postur tubuh klien (tinggi atau pendek) bentuk umum pasien atau klien
menunjukkan adanya
kelainan
20-21 minggu.
diraba
bersangkutan mengalami
suhu rendah.
tindakan untuk
menyelamatkan penderita
rata-rata berat badan setiap minggu 0.5 kg. berat badan yang lebih dari
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada ibu yang badan dapat kita ketahui
pertama kali datang. Tinggi badan tidak boleh apakah ibu hamil masih
145 cm. (Manuaba. IBG, 1998 : 37) belum katagori resiko
23,5 cm. (Santosa. NI, 1995 : 67) dapat diketahui status gizi
atau tidak)
Tujuan dari inspeksi ialah melihat keadaan umum penderita melihat gejala-
bibir dan gigi), apakah ada oedema dan disampaikan keadaan klien sehat,
1996 : 112)
Keadaan leher (kelenjar gondok, linfe, Dengan melihat keadaan leher adalah
Keadaan buah dada (betuk, warna Dengan melihat keadaan buah dada dapat
kelainan, puting susu, coloustrun) diketahui bentuk puting susu sehingga bila
1996 : 114)
Keadaan perut (bentuk perut, pembesaran, Dengan melihat perut bila ada luka parut
Keadaan vulva (aedema, tandu chadwik, Dengan melihat keadaan vulva untuk
1996 : 115)
Keadaan tungkai (aedema, varises, luka Dengan melihat anggota bagian bawah
dari pangkal paha samapai ujung kaki) terutama tungkai dapat dipakai untuk
115)
2. Pemeriksaan Palpasi
pemeriksaan palpasi meliputi usia kehamilan, posisi, letak dan presentasi janin serta
adanya kelainan.
Hal-hal yang diperiksa meliputi :
Pemeriksaan Rasional
Leher meliputi kelenjar thygroid, linfe dan Dengan pemeriksaan palpasi pada leher
Dada meliputi benjolan, nyeri tekan pada Dengan pemeriksaan dada untuk
pengeluaran coloustrum
Abdomen meliputi leopold I, II, III, IV Dengan palpasi abdomen maka dapat
(cm)
0-12 minggu Belum berubah -
processus xyphoideus 30 cm
dibawah processus
xyphoideus 33 cm
processus xyphoideus
(Ibrahim. C, 1996 :
124)
3. Pemeriksaan Auskultasi
detil jantung janting, untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup
4. Pemeriksaan Perkusi
kalau perlu rontgen, ultrasonografi dan Non Stres Test (NST). (Santosa. NI, 1996 : 6 )
masalah utama dan penyebab utamanya (tingkat resiko), masalah potensial dan
Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera
Analisa data dalam rangka menentukan diagnosa atau masalah klien meliputi
diagnosa, masalah ataupun kebutuhan klien. Analisa data pada klien dengan
2.3.2.1 Diagnosa
Data pendukung : 1. Kehamilan lebih dari satu kali, 2. Tekanan darah arteri
2.3.2.2 Masalah
kronis adalah :
kepala pusing, 2. Keadaan umum ibu baik, 3. Tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih.
2.3.2.3 Kebutuhan
Nasehat yang dapat dianjurkan pada ibu hamil dengan hypertensi kronis
4. Pemantauan kahamilan
Diagnosa potensial terhadap kasus hypertensi kronis pada ibu hamil meliputi :
1. Toxemia Gravidarum
kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, oliguri dan berat badan meningkat
secara berlebihan.
3. Partus Prematur
4. Solusio Placenta
Data pendukung : 1. Keluarnya darah berwarna kehitaman yang disertai rasa nyeri,
2. Palpasi rahim teraba keras seperti papan, 3. Anemia, 4. Pada toucher teraba
2.3.3 Perencanaan
2.3.3.2 Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan. Kriteria evaluasi dan
sebagai berikut :
Rencana Rasional
1. Diagnosa
Tujuan :
Setelah dua minggu dilakukan asuhan
hilang
Kriteria hasil :
Rencana
nya dan hal-hal yang harus diperhatikan diharapkan klien mengerti dan memahami
timbul
Anjurkan pada klien istirahat yang cukup Keuntungan tirah baring dapat
jam pada tidur malam. terutama pada posisi tidur miring kiri.
Anjurkan pada klien untuk mengkonsumsi Dengan mengkonsumsi diet gizi seimbang
didalam rahim.
dan anjurkan untuk segera ke rumah sakit berbahaya kehamilan diharapkan klien
Anjurkan pada klien untuk kontrol satu Dengan kontrol teratur diharapkan
minggu atau sewaktu-waktu bila ada kesejahteraan ibu dan janin dapat dipantau
Masalah
Tujuan :
Kriteria :
nyaman
Rencana :
Kaji penyebab timbulnya rasa pusing pada Dengan mengetahui penyebab rasa pusing,
klien
Anjurkan pada klien untuk sering jalan- menyebabkan relaxasi otot sehingga
jalan pagi hari sesuai batas kemampuan kehamilan dan persalinan dapat
dan sehat
Kebutuhan:
Tujuan :
akan kehamilannya.
Kriteria :
istirahat cukup
rasa cemas dan pengaruh cemas terhadap terjadi vasuspasme dan akhirnya
Berikan dukungan dan juga dari keluarga terdekat, diharapkan dapat mengurangi
secara ramah dan tenang terhadap beban psikis klien karena lingkungan
Anjurkan untuk kontrol teratur setiap satu kesejahteraan janin sehingga mengurangi
bayinya
2.3.4 Pelaksanaan
2.3.4.1 Tindakan kebidanan apa yang dapat dikerjakan sendiri, dibantu atau
dilimpahkan kepada staf lainnya, kepala klien atau keluarga serta di rujuk
dilakukan.
2.3.4.3 Mengamati hasil dari tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
2.3.5 Evaluasi
yang telah dilakukan tindakan kebidanan, perlu atau tidak melakukan follow up.
Apabila perlu dilakukan follow up, harus direncanakan bentuk dan waktu follow up