You are on page 1of 9

Putri Fitriana E.

S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

[ARTIKEL REVIEW]

INFLUENCE OF SMOKING ON CHRONIC OBSTRUCTIVE


PULMONARY DISEASE (COPD)
Putri Fitriana Eka Susanti
Faculty Medicine, Lampung University

Abstract
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a chronic lung disease which characterized by airflow resistance in
the respiratory tract that not fully reversible and progressive. Cigarette smoke is the only one of the most important
reason that caused COPD, far more important than another causative factor. Smoking habit can make the
progressivity of COPD become poorer. Morbidity and mortality of COPD in Indonesia is very high. This condition is
very worrying especially COPD is releated to smoking. The fact that the increasing prevalence of COPD is a disease
where the disease is a lotgoing on around us and is strongly associated with smoking. The number of pain sufferers
of COPD man reaching 4%, the mortality rate reached 6% and the number of pain women 2% mortality rate 4%.
Classification of COPD patients with degree 0 have normal spirometri, COPD patients with degree I have median
FEV FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%, COPD patients with degree II have FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%, COPD
patients with degree III have FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%, COPD patients with degree IV have
FEV1/FVC<70%; FEV1 <30% or <50%. Some examination for diagnose CWP are anamesis, Phycical Examination,
Laboratorium Examination, Sprirometry test, and Radiography test, Although spirometry should be undertaken in all
patients who may have COPD, in many areas practitioners lack access to spirometry.

Keywords: chronic obstructive pulmonary disease, COPD stage, diagnose, prevalency

Abstrak
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran
udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel dan bersifat progresif. Asap rokok merupakan satu-satunya
penyebab terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lain. Kebiasaan merokok dapat memperburuk
progresivitas PPOK. Morbiditas dan mortalitas PPOK di Indonesia sangat tinggi. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan
terutama PPOK berhubungan dengan merokok. Fakta bahwa peningkatan prevalensi PPOK adalah penyakit di mana
penyakit ini adalah penyakit masyarakat di sekitar kita dan sangat terkait dengan merokok. Angka kesakitan
penderita PPOK laki-laki mencapai 4%, angka kematian mencapai 6% dan angka kesakitan wanita 2% , angka
kematian 4%. Klasifikasi pasien PPOK yaitu derajat 0 mempunyai hasil spirometri yang normal, PPOK derajat I
mempunyai nilai FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%, PPOK derajat II mempunyai nilai FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 <
80%, pasien PPOK derajat III mempunyai nilai FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%, dan pasien PPOK derajat IV
mempunyai nilai FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%. Beberapa pemeriksaan dalam mendiagnosis pasien
dengan PPOK adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, tes spirometri dan pemeriksaan
radiografi, tetapi pemeriksaan spirometri wajib dilakukan kepada setiap orang yang mengidap PPOK, namun
kalangan praktisi kesehatan seringkali kesulitan mengakses spirometri.

Kata kunci: derajat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), diagnosis, penyakit paru obstruktif kronik, prevalensi


Korespondensi : Putri Fitriana Eka Susanti | putrifitriana106@yahoo.com

Pendahuluan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik
(PPOK) adalah penyakit paru kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
yang ditandai oleh hambatan aliran Bronkitis kronik adalah kelainan saluran
udara di saluran napas yang bersifat napas yang ditandai oleh batuk kronik
progressif nonreversibel atau reversibel berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 67


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

berturut-turut, tidak disebabkan pajanan partikel atau gas beracun yang


penyakit lainnya. Emfisema suatu terjadi dalam kurun waktu yang cukup
kelainan anatomis paru yang ditandai lama dengan gejala utama sesak nafas,
oleh pelebaran rongga udara distal batuk dan produksi sputum. Sehingga
bronkiolus terminal, disertai kerusakan PPOK berkorelasi dengan jumlah total
dinding alveoli. Banyak penyakit partikel yang telah dihirup oleh
dikaitkan secara langsung dengan seseorang selama hidupnya. Merokok
kebiasaan merokok, dan salah satu yang merupakan faktor risiko utama dalam
harus diwaspadai ialah PPOK. Angka menyebabkan perkembangan dan
kesakitan penderita PPOK laki-laki peningkatan PPOK. Di Indonesia
mencapai 4%, angka kematian mencapai diperkirakan terdapat sekitar 4,8 juta
6% dan angka kesakitan wanita 2% , penderita PPOK. Angka ini bisa
angka kematian 4%, umur di atas 45 meningkat dengan semakin banyaknya
tahun. 1,2,3 jumlah perokok karena 90% penderita
Data badan kesehatan dunia PPOK adalah perokok atau bekas
World Health Organization (WHO) dari perokok.6
seluruh perokok di dunia, 84% (1,09
milyar orang) berada di negara DISKUSI
berkembang. Depkes RI (2004) Pengertian PPOK (Penyakit paru
melaporkan bahwa penduduk Indonesia obstruktif kronik )
hampir 70% telah mulai merokok di usia
anak-anak dan remaja. Kondisi ini Penyakit Paru Obstruktif Kronik
menyebabkan mereka akan sulit (PPOK) didefinsikan sebagai penyakit
berhenti merokok dan membuat mereka atau gangguan paru yang memberikan
mempunyai risiko yang tinggi kelainan ventilasi berupa ostruksi
mendapatkan penyakit yang saluran pernapasan yang bersifat
berhubungan dengan rokok pada usia progresif dan tidak sepenuhnya
pertengahan. Di Amerika Serikat, PPOK reversible. Obstruksi ini berkaitan
mengenai lebih dari 16 juta orang, lebih dengan respon inflamasi abnormal paru
dari 2,5 juta orang Italia, lebih dari 30 terhadap partikel asing atau gas yang
juta di seluruh dunia dan menyebabkan berbahaya.Pada PPOK, bronkitis kronik
2,74 juta kematian pada tahun 2000. Di dan emfisema sering ditemukan
Indonesia, PPOK menempati urutan bersama, meskipun keduanya memiliki
kelima sebagai penyakit penyebab proses yang berbeda. 3
kematian dan diperkirakan akan Akan tetapi menurut PDPI 2010,
menduduki peringkat ke-3 pada tahun bronkitis kronik dan emfisema tidak
2020 mendatang.4,5 dimasukkan definisi PPOK, karena
Penyakit Paru Obstruksi Kronik bronkitis kronik merupakan diagnosis
yang biasa disebut sebagai PPOK klinis, sedangkan emfisema merupakan
merupakan penyakit kronik yang diagnosis patologi. Bronkitis kronik
ditandai dengan keterbatasan aliran merupakan suatu gangguan klinis yang
udara di dalam saluran napas yang tidak ditandai oleh pembentukan mukus yang
sepenuhnya reversibel. Gangguan yang meningkat dan bermanifestasi sebagai
bersifat progresif ini disebabkan karena batuk kronik. Emfisema merupakan
terjadinya inflamasi kronik akibat suatu perubahan anatomis parenkim

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 68


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

paru yang ditandai oleh pembesaran dengan hipersekresi mukus dan


alveoulus dan duktus alveolaris serta sumbatan aliran udara yang persisten.
destruksi dinding alveolar.3, 4 Gambaran ini muncul dikarenakan
adanya pembesaran kelenjar di bronkus
Epidemiologi pada perokok dan membaik saat
merokok di hentikan. Terdapat banyak
Pada studi populasi selama 40 faktor risiko yang diduga kuat
tahun, didapati bahwa hipersekresi merupakan etiologi dari PPOK. Faktor-
mukus merupakan suatu gejala yang faktor risiko yang ada adalah genetik,
paling sering terjadi pada PPOK, paparan partikel, pertumbuhan dan
penelitian ini menunjukkan bahwa batuk perkembangan paru, stres oksidatif,
kronis, sebagai mekanisme pertahanan jenis kelamin, umur, infeksi saluran
akan hipersekresi mukus di dapati nafas, status sosioekonomi, nutrisi dan
sebanyak 15-53% pada pria paruh umur, komorbiditas.7, 8
dengan prevalensi yang lebih rendah
pada wanita sebanyak 8-22%.1, 6 Patologi, patogenesis dan patofisiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa menjelang tahun ` Perubahan patologi pada PPOK
2020 prevalensi PPOK akan meningkat mencakup saluran nafas yang besar dan
sehingga sebagai penyebab penyakit kecil bahkan unit respiratori terminal.
tersering peringkatnya meningkat dari Secara gamblang, terdapat 2 kondisi
ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai pada PPOK yang menjadi dasar patologi
penyebab kematian tersering yaitu bronkitis kronis dengan
peringkatnya juga meningkat dari ke-6 hipersekresi mukusnya dan emfisema
menjadi ke-3. Pada 12 negara Asia paru yang ditandai dengan pembesaran
Pasifik, WHO menyatakan angka permanen dari ruang udara yang ada,
prevalensi PPOK sedang-berat pada usia mulai dari distal bronkiolus terminalis,
30 tahun keatas, dengan rata-rata diikuti destruksi dindingnya tanpa
sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan fibrosis yang nyata. Penyempitan saluran
Singapura dengan angka prevalensi nafas tampak pada saluran nafas yang
terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar besar dan kecil yang disebabkan oleh
6,7%.1 perubahan konstituen normal saluran
Indonesia sendiri belumlah nafas terhadap respon inflamasi yang
memiliki data pasti mengenai PPOK ini persisten. 6
sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah Epitel saluran nafas yang
Tangga DepKes RI 1992 menyebutkan dibentuk oleh sel skuamousa akan
bahwa PPOK bersama-sama dengan mengalami metaplasia, sel-sel silia
asma bronkhial menduduki peringkat ke- mengalami atropi dan kelenjar mukus
6 dari penyebab kematian terbanyak di menjadi hipertropi. Proses ini akan
Indonesia. direspon dengan terjadinya remodeling
saluran nafas tersebut, hanya saja
Faktor resiko proses remodeling ini justru akan
merangsang dan mempertahankan
PPOK yang merupakan inflamasi inflamasi yang terjadi dimana T CD8+
lokal saluran nafas paru, akan ditandai dan limfosit B menginfiltrasi lesi

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 69


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

tersebut. Saluran nafas yang kecil akan Selain itu ketidakseimbangan


memberikan beragam lesi penyempitan aktifitas protease atau inaktifitas
pada saluran nafasnya, termasuk antiprotease, adanya stres oksidatif dan
hiperplasia sel goblet, infiltrasi sel-sel paparan faktor risiko juga akan memacu
radang pada mukosa dan submukosa, proses inflamasi seperti produksi netrofil
peningkatan otot polos.1 dan makrofagserta aktivasi faktor
transkripsi seperti nuclear factor κß
sehingga terjadi lagi pemacuan dari
faktor-faktor inflamasi yang sebelumnya
telah ada. Hipersekresi mukus
menyebabkan batuk produktif yang
kronik serta disfungsi silier mempersulit
proses ekspektorasi, pada akhirnya akan
Gambar 1. Gambaran Epitel saluran nafas pada menyebabkan obstruksi saluran nafas
6
PPOK dan orang sehat.
pada saluran nafas yang kecil dengan
diameter < 2 mm dan air trapping pada
Inflamasi pada saluran nafas
emfisema paru.3
pasien PPOK merupakan suatu respon
inflamasi yang diperkuat terhadap iritasi
Penegakan diagnosis
kronik seperti asap rokok. Mekanisme ini
yang rutin dibicarakan pada bronkitis
Gejala dan tanda PPOK sangat
kronis, sedangkan pada emfisema paru,
bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ketidakseimbangan pada protease dan
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan
anti protease serta defisiensi α 1
fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
antitripsin menjadi dasar patogenesis
tanda inflasi paru diagnosis PPOK di
PPOK. Proses inflamasi yang melibatkan
tegakkan berdasarkan :2
netrofil, makrofag dan limfosit akan
1. Gambaran klinis
melepaskan mediator mediator inflamasi
a. Anamnesis
dan akan berinteraksi dengan struktur
1. Riwayat merokok atau bekas
sel pada saluran nafas dan parenkim.
perokok dengan atau tanpa
Secara umum, perubahan struktur dan
gejala pernapasan
inflamasi saluran nafas ini meningkat
2. Riwayat terpajan zat iritan
seiring derajat keparahan penyakit dan
yang bermakna di tempat
menetap meskipun setelah berhenti
kerja
merokok. 1
3. Riwayat penyakit emfisema
Peningkatan netrofil, makrofag
pada keluarga
dan limfosit T di paru-paru akan
4. Terdapat faktor predisposisi
memperberat keparahan PPOK. Sel-sel
pada masa bayi atau anak,
inflamasi ini akan melepaskan beragam
misalnya berat badan lahir
sitokin dan mediator yang berperan
rendah (BBLR), infeksi
dalam proses penyakit, diantaranya
saluran napas berulang,
adalah leucotrien B4, chemotactic
lingkungan asap rokok dan
factors seperti CXC chemokines,
polusi udara
interlukin 8 dan growth related
5. Batuk berulang dengan atau
oncogene α, TNF α, IL-1ß dan TGFß.1
tanpa dahak

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 70


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

6. Sesak dengan atau tanpa Pasien yang dicurigai PPOK


bunyi mengi harus ditegakkan
b. Pemeriksaan fisis diagnosisnya menggunakan
PPOK dini umumnya tidak ada spirometri. The National
kelainan Heart, Lung, dan Darah
1. Inspeksi Institute merekomendasikan
a. Purse-lips breathing spirometri untuk semua
(mulut setengah perokok 45 tahun atau lebih
terkatup mencucu) tua, terutama mereka yang
b. Barrel chest (diameter dengan sesak napas, batuk,
antero - posterior dan mengi, atau dahak persisten.
transversal sebanding) b. Pemeriksaan Penunjang lain
c. Penggunaan otot Spirometri adalah tes
bantu napas. utama untuk mendiagnosis
d. Hipertropi otot bantu PPOK, namun beberapa tes
napas tambahan berguna untuk
e. Pelebaran sela iga menyingkirkan penyakit
f. Bila telah terjadi gagal bersamaan. Radiografi dada
jantung kanan terlihat harus dilakukan untuk mencari
denyut vena jugularis i bukti nodul paru, massa, atau
leher dan edema perubahan fibrosis.
tungkai Penampilan Hitung darah lengkap
pink puffer atau blue harus dilakukan untuk
bloater menyingkirkan anemia atau
2. Palpasi polisitemia.Hal ini wajar untuk
Pada emfisema fremitus melakukan elektrokardiografi
melemah, sela iga melebar. dan ekokardiografi pada
3. Perkusi pasien dengan tanda-tanda
Pada emfisema hipersonor corpulmonale untuk
dan batas jantung mengecil, mengevaluasi tekanan
letak diafragma rendah, sirkulasi paru. Pulse oksimetri
hepar terdorong ke bawah. saat istirahat, dengan
4. Auskultasi pengerahan tenaga, dan
a. suara napas vesikuler selama tidur harus dilakukan
normal, atau melemah untuk mengevaluasi
b. terdapat ronki dan atau hipoksemia dan kebutuhan
mengi pada waktu oksigen tambahan.
bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa Berdasarkan Global Initiative for
c. ekspirasi memanjang Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
d. bunyi jantung terdengar 2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan
jauh derajat berikut :8
c. Pemeriksaan Penunjang a. Derajat 0 (berisiko)
a. Pemeriksaan Spirometri Gejala klinis : Memiliki satu atau
lebih gejala batuk kronis,

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 71


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

produksi sputum, dan dispnea. Terapi non farmakologi dapat


Ada paparan terhadap faktor dilakukan dengan cara menghentikan
resiko. kebiasaan merokok, meningkatkan
Spirometri : Normal. toleransi paru dengan olahraga dan
b. Derajat I (PPOK ringan) latihan pernapasan serta memperbaiki
Gejala klinis : Dengan atau tanpa nutrisi. Edukasi merupakan hal penting
batuk. Dengan atau tanpa dalam pengelolaan jangkan panjang
produksi sputum. pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, berbeda dengan edukasi pada asma.
FEV1 ≥ 80%. Karena PPOK adalah penyakit kronik
c. Derajat II (PPOK sedang) yang bersifat irreversible dan progresif,
Gejala klinis : Dengan atau tanpa inti dari edukasi adalah menyesuaikan
batuk. Dengan atau tanpa keterbatasan aktivitas dan mencegah
produksi sputum. Sesak napas kecepatan perburukan penyakit.
derajat sesak 2 (sesak timbul Pada terapi farmakologis, obat-
pada saat aktivitas). obatan yang paling sering digunakan dan
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% merupakan pilihan utama adalah
< FEV1 < 80%. bronchodilator. Penggunaan obat lain
d. Derajat III (PPOK berat) seperti kortikoteroid, antibiotic dan
Gejala klinis : Sesak napas ketika antiinflamasi diberikan pada beberapa
berjalan dan berpakaian. kondisi tertentu. Bronkodilator diberikan
Eksaserbasi lebih sering terjadi secara tunggal atau kombinasi dari
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 30% ketiga jenis bronkodilator dan
< FEV1 < 50% . disesuaikan denganklasifikasi derajat
e. Derajat IV (PPOK sangat berat) berat penyakit. Pemilihan bentuk obat
Gejala klinis : Pasien derajat III diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dengan gagal napas kronik. dianjurkan pada penggunaan jangka
Disertai komplikasi korpulmonale panjang. Pada derajat berat diutamakan
atau gagal jantung kanan. pemberian obat lepas lambat (slow
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; release) atau obat berefek panjang (long
FEV1 < 30% atau < 50%. acting). 9
Macam-macam bronkodilator :
Penatalaksanaan a. Golongan antikolinergik.
Digunakan pada derajat ringan
Penatalaksanaan pada PPOK sampai berat, disamping
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagaibronkodilator juga
terapi non farmakologis dan terapi mengurangi sekresi lendir
farmakologis. Tujuan terapi tersebut (maksimal 4 kaliperhari).
adalah mengurangi gejala, mencegah b. Golonganβ– 2 agonis.
progresivitas penyakit, mencegah dan Bentuk inhaler digunakan untuk
mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, mengatasi sesak, peningkatan
menaikkan keadaan fisik dan psikologis jumlah penggunaan dapat
pasien, meningkatkan kualitas hidup dan sebagai monitor timbulnya
mengurangi angka kematian.2 eksaserbasi. Bentuk nebuliser
dapat digunakan untuk

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 72


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

mengatasi eksaserbasi akut, tidak a. Berat (menghisap dalam) : cara


dianjurkan untuk penggunaan menghisap rokok yang dibakar
jangka panjang. Bentuk injeksi dan dirasakan sampai masuk ke
subkutan atau drip untuk saluran napas bawah.
mengatasi eksaserbasi berat. b. Ringan (menghisap dangkal) :
c. Kombinasi antikolinergik dan β–2 cara menghisap rokok yan
agonis. dibakar dan hanya dirasakan di
Kombinasi kedua golongan obat mulut saja kemudian
10
ini akan memperkuat efek dikeluarkan.
bronkodilatasi, karena keduanya
mempunyai tempat kerja yang Bahan bahan yang terkandung di dalam
berbeda. rokok
d. Golongan xantin.
pengobatan pemeliharaan jangka Bahan-bahan yang terkandung
panjang, terutama pada derajat dalam rokok Komposisi kimia dan asap
sedang dan berat. Bentuk tablet rokok tergantung pada jenis tembakau,
biasa atau puyer untuk desain rokok (seperti ada tidaknya filter
mengatasi sesak (pelega napas), atau bahan tambahan), dan pola
bentuk suntikan bolus atau drip merokok individu. Asap rokok
untuk mengatasi eksaserbasi merupakan aerosol heterogen yang
akut. Penggunaan jangka panjang dihasilkan oleh pembakaran tembakau
diperlukan pemeriksaan kadar kurang sempurna. Terdiri dari gas dan
aminofilin darah. uap yang berkondensasi dan tersebar
dalam mulut. Asap yang dihirup
Derajat merokok mengandung komponen gas dan
partikel. Komponen gas yakni CO, CO2,
Menurut PDPI (2000), derajat O2, hidrogen sianida, amoniak, nitrogen,
merokok seseorang dapat diukur dengan senyawa hidrokarbon. Sebagian besar
Indeks Brinkman, dimana perkalian fase gas adalah CO2, O2, dan nitroen.
antara jumlah batang rokok yang dihisap Komponen partikel antara lain tar,
dalam sehari dikalikan dengan lama nikotin, benzopiren, fenol, dan
11
merokok dalam satu tahun, akan kadmium.
menghasilkan pengelompokan sebagai Tar merupakan komponen padat
berikut :7 dalam asap rokok setelah dikurangi
a. Perokok ringan : 0-200 nikotin dan uap air terdiri dari zat kimia,
batang per tahun di antaranya golongan nitrosamin, amin
b. Perokok sedang : 200-600 aromatik, senyawa alkan, asam
batang per tahun karboksilat, logam (Ni, As, Ra, Pb) selain
c. Perokok berat : lebih dari 600 itu juga sisa insektisida dan bambu-
batang per tahun bambu tembakau, zat- zat di atas
bersifat karsinogenik.11, 12
Derajat hisapan merokok Nikotin adalah partikel padat
yang mudah diserap oleh selaput lendir
Berdasarkan derajat hisapan rokok mulut, hidung dan jaringan paru. Zat ini
dibagi menjadi dua yaitu: merupakan zat psikosktif yang dapat

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 73


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

meningkatkan aktivitas motorik, Terdapat beberapa faktor risiko


menurunkan intelegensi anak yang yang dapat meningkatkan peluang
dikandung oleh ibu yang merokok serta terjadinya PPOK seperti kebiasaan
dapat meningkatkan resiko infeksi merokok, polusi udara, lingkungan yang
saluran napas, serangan asma, penyakit tidak baik, genetik, hiperaktifitas
jantung koroner dan penyakit paru-paru. bronkus, daya tahan saluran nafas yang
Nikotin merupakan bahan adiktif yang kurang, dan defisiensi alfa-antitripsin.
menimbulkan ketergantungan atau Diyakini bahwa merokok merupakan
kecanduan. Besar pajanan asap rokok faktor yang paling berkontribusi
bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh terhadap berkembangnya PPOK.
kuantitas rokok yang dihisap dan pola Separuh dari semua orang yang merokok
penghisapan rokok antara lain usia mulai berpeluang terjadi kerusakan atau
merokok, lama merokok, dalamnya obstruksi saluran nafas dan 10-20 persen
hisapan dan lain-lain. Pajanan asap nya berkembang secara signifikan
rokok menyebabkan kelainan pada menjadi PPOK. Sumber lain
mukosa saluran nafas, kapasitas ventilasi menambahkan bahwa seseorang yang
maupun fungsi sawar alveolar atau merokok dalam kurun waktu 20-25
kapiler.13 tahun berpeluang terkena PPOK.7
Gambaran secara umum
Hubungan merokok dengan kejadian bagaimana rokok dapat menyebabkan
PPOK kerusakan saluran pernafasan adalah
bahwa di dalam asap rokok terdapat
Hubungan merokok dengan ribuan radikal bebas dan bahan-bahan
gangguan kesehatan atau penyakit iritan yang merugikan kesehatan. Bahan
merupakan hubungan dose response, iritan tersebut masuk saluran pernafasan
lebih lama kebiasaan merokok dijalani, selanjutnya menempel pada silia
lebih banyak batang rokok setiap (rambut getar) yang selalu berlendir. Di
harinya, lebih dalam menghisap asap samping itu bahan iritan tersebut
rokoknya, maka lebih tinggi risiko untuk mampu membakar silia sehingga lambat
mendapatkan penyakit akibat merokok. laun terjadi penumpukan bahan iritan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang dapat mengakibatkan infeksi.
merupakan suatu kelainan saluran napas Sementara itu produksi mucus makin
yang bersifat irreversible dalam paru. bertambah banyak dan kondisi ini Sangat
Pendapat serupa dikemukakan oleh kondusif untuk tumbuh kuman. Apabila
Global Initiative for Chronic Obstrictive kondisi tersebut berlanjut maka akan
Lung Disease (GOLD) mendefinisikan terjadi radang dan penyempitan saluran
PPOK sebagai penyakit kronik yang nafas serta berkurangnya elastisitas.11
ditandai oleh adanya hambatan aliran Besar kecilnya intensitas dan waktu
udara di saluran nafas bawah yang tidak paparan bahan-bahan iritan dalam asap
sepenuhnya reversible. Hambatan aliran rokok akan berpengaru terhadap kondisi
udara pernafasan tersebut bersifat saluran pernafasan. Semakin besar
progresif dan dihubungkan dengan intensitas, dosis, serta waktu paparan,
respon inflamasi yang abnormal dari akan mempercepat terjadinya kerusakan
paru karena rangsangan gas dan partikel atau ketidak normalan pada saluran
yang merusak.8, 12 pernafasan. Dengan kata lain bahwa

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 74


Putri Fitriana E.S | Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

kebiasaan merokok dapat meningkatkan DAFTAR PUSTAKA


risiko terjadinya kelainan pada saluran 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
nafas, antara lain berupa penyempitan Penyakit paru obstruktif kronik.
Diagnosis dan penatalaksanaan. Jakarta:
yang dalam hal ini dikaitkan dengan
PDPI; 2011.
kejadian PPOK. 12 2. Alsagaff H, Mukty A. Penyakit obstruksi
saluran napas. Dasar-dasar ilmu
SIMPULAN penyakit paru. Surabaya: Airlangga
Penyakit Paru Obstruktif Kronik University Press; 2008: 231
3. Camargo LA, Pereira CA. Dyspnea in
(PPOK) didefinsikan sebagai penyakit
COPD: Beyond the modified medical
atau gangguan paru yang memberikan research council scale. J Bras Pneumol.
kelainan ventilasi berupa ostruksi 2010; 36 (5): 571-8.
saluran pernapasan yang bersifat 4. Senior RM, Atkinson JJ. Chronic
progresif dan tidak sepenuhnya obstructive pulmonary disease:
Epidemiology, pathofisiology and
reversible. Obstruksi ini berkaitan
pathogenesis. Fishman`s pulmonary
dengan respon inflamasi abnormal paru disease and disorders. 4th eds. New
terhadap partikel asing atau gas yang York: The McGraw Hill Companies;
berbahaya.Pada PPOK, bronkitis kronik 2008: 707-28.
dan emfisema sering ditemukan 5. Clinical respiratory medicine. 3rd eds.
London: Mosby Elsevier; 2008: 491-515.
bersama, meskipun keduanya memiliki
6. Mac Nee W. Chronic obstructive
proses yang berbeda. pulmonary disease: Epidemiology,
Setiap tahunnya prevalensi PPOK physiologi and clinical evaluation.
cenderung meningkat , dan didapatkan 7. Amin M. Faktor risiko ppok. Konker X
terbanyak pada laki laki yang PDPI. Padang.2004: 223-234.
8. Devereux G. 2006. ABC of chronic
mempunyai kebiasaan merokok. Data di
obstructive pulmonary disease.
indonesia sendiri belumlah memiliki data Definition, epidemiology, and risk
pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya factors. BMJ 332:1142–4.
Survei Kesehatan Rumah Tangga DepKes 9. Wegner RE, Jorres RA, Kirsten DK,
RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK Magnussen A. Factor analysis of
exercise capacity, dyspnea ratings and
bersama-sama dengan asma bronkhial
lung function in patients with severe
menduduki peringkat ke-6 dari chronic obstructive pulmonary disease.
penyebab kematian terbanyak di Eur Respir J. 1994; (7): 725-9.
Indonesia. 10. Leffrondre, et al. Modeling Smoking
Diagnosis PPOK dapat ditegakkan History: A Comparison of Different
approachs. American Journal of
berdasarkan :
Epidemiology. 2002; (156): 813-23.
a) Gambaran klinis 11. Bangun, A. P. Panduan Untuk Perokok:
1. Anamnesis Solusi Tuntas Untuk Mengurangi Rokok
a. Keluhan dan Berhenti Merokok. Jakarta: Milenia
b. Riwayat penyakit Populer, 2003.
12. Aditama T.Y. 2001. Penyakit Akibat
c. Faktor predisposisi
Merokok. Dalam: Masalah Perokok dan
2. Pemeriksaan fisis Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan
3. Pemeriksaan penunjang Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
a. Pemeriksaan rutin (YPIDI).
b. Pemeriksaan khusus 13. Syahdrajad, T. Merokok dan
masalahnya: Dexa Media, Jurnal
Kedokteran dan Farmasi. 2007; (20):
184-7.

J MAJORITY | Volume 4 Nomer 5 | Februari 2015 | 75

You might also like