2. Bagaimana kecenderungan bentuk hubungan antara tingkat plasmolisis dengan
konsentrasi larutan sukrosanya? Jawaban: Berdasarkan teori, hubungan antara tingkat plasmolisis dengan larutan gula cenderung berbanding lurus. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat konsentrasinya artinya semakin pekat konsentrasi larutan gula yang diberikan pada sayatan epidermis Rhoe discolor, maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis karena , protoplas akan semakin banyak kehilangan air dan menyusut volumenya, ketika lingkungan eksternalnya semakin tinggi konsentrasinya (larutan gula). Hal tersebut mengakibatkan membran sitoplasma semakin banyak yang terlepas dari dinding sel. Semakin besar konsentrasi larutan gula di lingkungan eksternalnya, akan mengakibatkan semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. 6. Menurut dugaan anda, apakah sel atau jaringan yang terplasmolisis masih dapat kembali normal bila dikembalikan ke lingkungan air biasa? Jawaban: Sel atau jaringan yang sudah terplasmolisis masih dapat kembali normal bila dipindahkan ke lingkungan air biasa atau air murni. Air murni tersebut diteteskan kembali ke atas sayatan daun Rhoe discolor. Dengan meneteskan air maka membuat kondisi luar sel hipotonik, sehingga air yang berada di luar sel akan bergerak masuk dan dapat menembus membrane sel karena membrane sel akan menyerap ion maupun air tersebut. Air yang masuk akan menyebabkan ruang sitoplasma kembali seperti semula (terisi kembali dengan cairan), sehingga membrane sel terdesak keluar sebagai akibat dari adanya tegangan turgor. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula, dan peristiwa ini disebut gejala deplasmolisis. 10. Mengapa umbi kentang dapat berubah ukurannya setelah direndam dalam larutan gula dalam berbagai konsentrasi, padahal sel-sel umbi tersebut memiliki dinding sel? Jawab: pada dinding sel terdapat pori-pori atau noktah yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya air dari atau dalam sel, sehingga dalam kondisi hipertonis (sel) air dapat masuk ke dalam lingkungan sel.