You are on page 1of 10

NYERI KEPALA

Definisi

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah
dari dagu sampai kedaerah belakang kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008).

Epidemiologi

Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit di Indonesia, didapatkan
prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik
Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed
Headache 14% (Sjahrir, 2004).

Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional Headache Society untuk Migrain dan Tension
Type Headache (TTH), juga penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga disertakan .
Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42%
Tension Type Headache dan 3% untuk Chronic daily headache (Stovner dkk 2007).

Klassifikasi Nyeri Kepala

Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari Internasional Headache Society (IHS),

Primary headache disorders :

1.Migraine

2.Tension-type headache

3.Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias

4.Other primary headaches

Secondary headache disorders:

1.Headache attributed to head and/or neck trauma

2.Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder

3.Headache attributed to non-vascular intracranial disorder

4.Headache attributed to a substance or its withdrawal

5.Headache attributed to infection

6.Headache attributed to disorder of homeoeostasis

7.Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes, ears, nose, sinuses, teeth,mouth, or
other facial or cranial structures.

8.Headache attributed to psychiatric disorder

9.Cranial Neuralgias and facial pains

10.Cranial neuralgias and central causes of facial pain

11.Other headache, cranial neuralgia central, or primary facial pain.

Klassifikasi Nyeri Kepala Primer


Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai The Intemational Classification of Headache Disorders, 2nd Edition
adalah: Untuk nyeri kepala primer secara garis besar klasifikasinya adalah:

1. Migren:

1.1. Migren tanpa aura

1.2. Migren dengan aura

1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor migren

1.4. Migren Retinal

1.5. Komplikasi migren

1.6. Probable migren

2. Tension-type Headache:

2.1. Tension-type headache episodik yang infreguent

2.2. Tension-type headache episodik yang frequent

2.3. Tension-type headache kronik

2.4. Probable tension-type headache

3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya:

3.1. Nyeri kepala Klaster

3. 2. Hemikrania paroksismal

3.3. Short-lasting unilateral neuralgi form headache with

conjunctival injection and tearing

3. 4. Probable sefalgia trigeminalotonomik

4. Nyeri kepala primer lainnya:

4 1.Pimary stabbing headache

4. 2. Primary cough headache

4 3. Primary exertional headache

4.4. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual

4 5. Hypnic headache

4.6. Primary thunderclap headache

4.7. Hemikrania kontinua

4.8. New daily-persistent headache


Etiologi Nyeri Kepala

Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri kepala akut, subakut dan
kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit
serebrovaskular, meningitis atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa
timbul disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.

Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intrakranial, neuralgia
trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.

Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe-tegang, cervical spine disease,
sinusitis dan dental disease.(Greenberg,2002).

Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala juga disebabkan oleh penyakit pada
tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan
intracranial. Selain itu cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala(1969).
Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea); dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain,
sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur OSA(Cermin Dunia kedokteran, 2009).

Klasifikasi Nyeri Kepala

Berdasarkan klasifikasi IHS (International Headache Society) Edisi 2 dari yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala
terdiri atas migren, nyeri kepala tipe-tegang, nyeri kepala klaster dan other trigeminal-autonomic cephalalgias,
dan other primary headaches

Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang kadang bilateral yang
dapat disertai muntah dan gangguan visual. Kondisi ini sering terjadi, lebih dari 10% populasi mengalami
setidaknya satu serangan migren dalam hidupnya. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya onset
terjadi saat remaja atau usia dua puluhan dengan wanita lebih sering. Terdapat riwayat migren dalam keluarga
pada sebahagian besar pasien.
1.Migren dengan aura

Pasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum serangan seperti mengantuk,
perubahan mood dan rasa lapar. Serangan klasik dimulai dengan aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap
yang berupa kilasan gelap yang cepat. Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu
timbul nyeri kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan lebih berat jika batuk, mengejan atau membungkuk.
Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya antara 4 hingga 72 jam. Pasien lebih suka berbaring di
ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis.

2.Migren tanpa aura

Pasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Nyeri kepala dapat terjadi saat bangun tidur dan
gejala yang lain sama dengan migren tipe klasik(Ginsberg,2005).

Nyeri Kepala Klaster

Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri kepala unilateral, dan dapat
terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi
bersamaan dengan nyeri kepala ini.

Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan serangan nyeri hebat di sekitar satu
mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20 hingga 120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan
sering membangunkan pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat mencetuskan serangan.
Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan kemudian bebas serangan selam
berhari-hari, berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan. Tidak seperti migren, pasien nyeri kepala klaster
seringkali gelisah selama serangan dan tampak kemerahan(Fauci,2008).

Nyeri Kepala Tipe-Tegang

Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab belum diketahui, walaupun telah
diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat
dipicu oleh faktor-faktor psikogenik yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher

Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang dapat menetap selama beberapa
bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore hari dan umumnya tidak responsif terhadap obat-obatan
analgesik sederhana. Nyeri

kepala ini juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai dari nyeri tumpul di
berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai perasaan kepala diikat ketat. Selain kadang
ada mual, tidak ada gejala penyerta lainnya dan pemeriksaan neurologis adalah normal(Kaufman, 1985).

Fisiologi Nyeri

Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan
terjadi kerusakan jaringan. Terdapat tiga kategori reseptor nyeri: nosiseptor mekanis yang merespon terhadap
kerusakan mekanis; nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan; dan nosiseptor polimodal
yang berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari
jaringan yang cedera. Semua nosiseptor dapat disensitisasi oleh adanya prostaglandin. Prostaglandin ini sangat
meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang mengganggu.

Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke sistem saraf pusat melalui salah satu dari dua jenis serat
aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang
berukuran besar dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter per detik ( jalur nyeri cepat). Impuls dari
nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin dengan kecepatan 12 meter per detik.
Nyeri biasanya dipersepsikan mula- mula sebagai sensasi tertusuk yang tajam dan singkat yang mudah
ditentukan lokalisasinya. Perasaan ini diikuti oleh sensasi nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dan
menetap lebih lama dan menimbulkan rasa tidak enak. Jalur nyeri lambat ini diaktifkan aleh zat- zat kimia,
terutama bradikinin, suatu zat yang dalam keadaan normal inaktif dan diaktifkan oleh enzim- enzim yang
dikeluarkan oleh jaringan yang rusak.

Serat-serat aferen primer bersinaps dengan neuron ordo kedua di tanduk dorsal korda spinalis. Salah satu
neurotransmitter yang dikeluarkan dari ujung-ujung
aferen nyeri ini adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat- serat nyeri. Jalur nyeri asendens
memiliki tujuan yang belum dipahami dengan jelas di korteks somatosensorik, talamus dan formasio retikularis.
Peran korteks dalam persepsi nyeri belum jelas, walaupun korteks penting paling tidak dalam penentuan
lokalisasi nyeri. Nyeri masih dapat dirasakan walaupun korteks tidak ada, mungkin pada tingkat talamus.
Formatio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang menggangu.
Hubungan- hubungan antara talamus dengan formatio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik
menghasilkan respons emosi dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri(Sherwood,
1996)

Patofisiologi Nyeri Kepala

Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Fenomena
pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan
migren dan nyeri kepala kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron
trigeminal sentral.

Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal dari ganglion terminal dan di
dalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptida dimana jumlah dan peranannya yang paling besar
adalah CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A),
pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric oxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGE2),
bradikinin, serotonin (5-TH) dan edenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor.
Khusus untuk nyeri kepala klaster dan chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan VIP(vasoactive
intestine peptide) yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.

Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opiod dynorphin, sensory neuron-
specific sodium channel, purinergic reseptors (P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin
reseptor.

Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak
dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan
juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak
(misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan formation reticularis), ia
mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan respons konvergensi kerja dari korteks
somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan
demikian batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgia.

Stimuli electrod, atau deposisi zat besi ferum yang berlebihan pada periaquaduct grey (PAG) matter pada
midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti migren. Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance
Imaging) terhadap keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily Headahe) dan sampel
kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi ferum di PAG pada penderita migren dan
CDH dibandingkan dengan control.

Patofisiologi CDH belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang paling berperan adalah proses
sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA (N- metal-D-Aspertat), produksi NO dan
supersensitivitas akan menaikan produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor
serebrospinal ternyata bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic Guanosine Mono phosphate) di
likuor.

Reseptor opiod didownregulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik yang cenderung menaik setiap
harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan
adanya analgesic overused maka terjadi desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi
CHD.

Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari perbagai sel.
Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6 dan TNF (Tumor Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve
Growth Factor). Mast sel melepasi/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam
arachidonik dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi
proses upregulasi beberapa reseptor dan peptida(Sjahrir, 2004).
Patofisiologi Nyeri Kepala Primer

Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu: (Sjahrir 2004)

1.Pada migren yang tidak disertai Cutaneus Allodynia (CA), berarti sensitisasi neuron ganglion trigeminal
sensoris yang menginervasi duramater.

2.Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred pain, berarti terjadi sensitisasi perifer
dari reseptor meninggeal (first order) dan sensitisasi sentral dari neuron komu dorsalis medula spinalis (second
order) dengan daerah reseptif periorbital.

3.Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain, terdiri atas penumpukan dan
pertambahan sensitisasi neuron talamik (third order) yang meliputi daerah reseptif seluruh tubuh.

Kemungkinan sumber nyeri pada TTH adalah adanya keterlibatan otot yang melekat pada tulang tengkorak ,
patofisiologinya sebagian besar tidak diketahui.(Jan 2007).

Asal nyeri pada TTH dikaitkan dengan meningkatnya kontraksi dan iskemia otot kepala dan leher. Penelitian
berbasis elektromiografi (EMG), telah melaporkan normal atau hanya sedikit meningkatnya aktivitas otot pada
TTH, dan telah menunjukkan bahwa level laktat otot normal selama latihan otot statis pada pasien dengan
Cronic TTH. Banyak penelitian menunjukkan bahwa Pericranial Myofascial Tissue jauh lebih tender pada
pasien TTH dari pada subyek sehat. Hal ini juga telah menunjukkan bahwa konsistensi otot perikranium
meningkat, pada pasien TTH lebih rentan untuk nyeri bahu dan nyeri leher pada respon latihan statis dari subjek
yang sehat. Studi terbaru yang dilaporkan peningkatan jumlah trigger point aktif dalam otot perikranium pada
pasien TTH episodik lebih sering dan pada pasien yang memiliki TTH kronis (Bendtsen 2009).

Penyebab pasti Cluster Headache (CH) saat ini belum diketahui. Hipotesis pertama pada CH, terinspirasi oleh
efek zat vasoaktif. Disfungsi awal atau inflamasi pembuluh darah di daerah sinus parasellar atau area sinus
cavernosus akan mengaktivasi pathway nyeri orbital trigeminus. Adanya aktivasi sistem trigeminal-vaskular,
sebagai penyebab atau akibat dari CH belum jelas. (Leroux dkk 2008).

Diagnosis Banding Pusing

Sefalgia Vertigo

Migrain – Sentral: Vertebrobasilar


insufisiensi

Cluster headache – Perifer : Vertigo Positional


Benigna

Referred pain - Trauma kapitis

Neuralgia - Gangguan pada mata

Alergi - Motion sickness

Hipertensi maligna - Kelainan pada serebelum


(cerebellar syndrome)

Post trauma (post commutio cerebri) - Spondilosis cervicalis :


penyempitan

foramen intervertebralis

SEFALGIA

1. Migren

 ⅔ unilateral (70%) ; ⅓ bilateral (30%)


 vascular headache 􀃆 berdenyut
 fotofobia dan sonofobia
 herediter (tidak selalu)
 intensitas nyeri semakin menghebat 􀃆 muntah

Migren ada 2

 migren klasik
 migren komplikata : hemiplegic migren ; oftalmic migren

2. Cluster Headache

(= histamine headache)

 sakit kepala terus-menerus


 seperti gejala alergi : mata merah (injeksi konjungtiva), keluar sekret hidung
 karena obat-obatan, misalnya : vasodilatansia (contoh : ISDN, viagra) 􀃆 menyebabkan
 vasodilatasi pembuluh darah di otak juga
 space occupying lession (S.O.L) 􀃆 darah, tumor, abses, hidrosefalus
 muscle contraction headache 􀃆 nyeri otot-otot sekitar kepala dan leher

3. Referred Pain

 hidung : sinusitis frontalis paling sering menyebabkan sefalgia 􀃆 tea pot sign (sakit bila

menundukkan kepala, misalnya sedang sujud, mengepel, dsb.) ; concha hipertrofi akibat

alergi.

 mata : glaukoma, kelainan refraksi (astigmatisma)


 gigi : impacted M3, periodontitis, periostitis, temporomandibular joint problem
(misalnya artritis TMJ)

4. Occipital Neuralgia

VERTIGO

1. Vestibular

2. Ears

3. Reticularis

4. Tabes Dorsalis

5. Imagination (psikogenik)

6. Generalized : demam

7. Ophtalmic disorders

Penatalaksanaan Nyeri Kepala

Bagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap dan tidur. Analgesik sederhana
seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan
terapi di atas dapat diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor selektif
5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid
ergot dapat menimbulkan keracunan akut dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot(Katzung,1998)

Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan atau kortikosteroid selama 2
minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi
penggunaan metisergid,verapamil atau pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi
kadarnya dalam darah harus dipantau(Tripathi,2003).
Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa pasien mungkin merasa lebih baik
jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama
beberapa bulan atau tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi
trisiklik atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu(Syarif,2007).

Pasien yang lain mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi(Brain dan Walton, 1969).

HAK ASUH ANAK PASCA PERCERAIAN

Hakikat Perceraian

Perceraian adalah perpisahan atau putusnya hubungan suami-istri. Di antara keduanya diharamkan atas aktifitas
pemenuhan seksual, serta lepas dari hak dan kewajiban sebagai suami dan istri.

Sebenarnya perceraian adalah solusi terakhir. Ibarat pintu darurat, ia hanya dilalui jika bahtera rumah tangga
tidak mungkin diselamatkan. Oleh sebab itu, seharusnya perceraian menjadi “api pemadam” bukan penambah
kobaran perseteruan. Berarti perlu kejelasan syariat, siapa yang memiliki hak asuh anak (hadhanah).

Hak Asuh Anak Menurut Syariat Islam


Ahmad, Abu Daud, dan Al-Hakim telah meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr : Bahwa seorang wanita berkata,
“Ya Rasul Allah, sesungguhnya anak saya ini, perut sayalah yang telah mengandungnya, dan tetak sayalah
yang telah menjadi minumannya dan haribaankulah yang melindunginya. Tapi bapaknya telah menceraikan
aku dan hendak menceraikan anakku pula dari sisiku.” Maka bersabdalah Rasulullah saw. :“Engkaulah yang
lebih berhak akan anak itu, selagi belum kawin (dengan orang lain).”

Demikian halnya saat Umar bin Khattab menceraikan Ummu Ashim dan bermaksud mengambil Ashim bin
Umar dari pengasuhan mantan istrinya. Keduanya pun mengadukan masalah ini kepada Abu Bakar r.a. selaku
amirul mukminin saat itu.

Abu Bakar berkata : “Kandungan, pangkuan, dan asuhan Ummu Ashim lebih baik bagi Ashim dari pada dirimu
(Umar) hingga Ashim beranjak dewasa dan dapat menentukan pilihan untuk dirinya sendiri.”

Ayah dan ibu adalah orang tua anak-anaknya. Walaupun ayah dan ibu telah bercerai, anak tetap berhak
mendapat kasih dan sayang dari keduanya. Ayah tetap berkewajiban memberi nafkah kepada anaknya. Anak
berhak menjadi ahli waris karena merupakan bagian dari nasab ayah dan ibunya. Anak gadis pun harus
dinikahkan oleh ayahnya, bukan oleh ayah tiri.

Bagaimana nasib ibu yang telah menjanda? Ibu yang menjanda akibat diceraikan suaminya maka ia berhak
mendapat nafkah dari suami hingga masa iddahnya berakhir (tiga kali haid) serta upah dalam pengasuhan anak
baik dalam masa iddah maupun setelahnya hingga anak mencapai fase tamyiz (berakal) dan
melakukan takhyir yang memungkinkan ia untuk memilih ikut ibu atau ayah

Jika anak belum mencapai fase tamyiz (berakal), maka ibu tetap berkewajiban mengasuh anaknya. Jika ibu tidak
mampu mengasuh anaknya (misalnya karena : kafir/murtad, tidak waras, dan sebab syar’i lainnya yang tidak
memungkinkan dia mengasuh dan mendidik anak), maka pengasuhan dapat dilakukan oleh ibunya ibu (nenek
dari anak) hingga garis keturunan seterusnya. Jika dari semua yang tergolong mulai dari ibunya ibu hingga garis
keturunan seterusnya tidak mampu mengasuh maka menjadi kewajiban ayah untuk mengasuh atau mencari
pengasuh yang mumpuni untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya.

Pengasuh yang dipilih bisa ibunya ayah (nenek anak) hingga garis keturunan seterusnya. Bisa juga perempuan
lain yang memang mumpuni dalam mengasuh anak. Adapun syarat pengasuh anak adalah baligh dan berakal,
mampu mendidik, terpercaya dan berbudi luhur, Islam, dan tidak bersuami. (Fiqih Anak, 2004. Hj. Huzaemah
Tahido Yanggo).

Perceraian memang pahit. Akan tetapi perceraian lebih baik dipilih daripada kehidupan rumah tangga menjadi
terpuruk sehingga bisa menyebabkan berbagai kemaksiatan. Tugas ayah dan ibu berikutnya adalah menanamkan
cinta dan kasih sayang kepada anggota keluarganya agar anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut
tidak condong kepada sikap durhaka. Baik kepada ibu, ayah, maupun keduanya. Hal ini karena ayah dan ibu
adalah orang tua dari anak.
Dengan demikian, fenomena yang terjadi seperti berebut hak asih anak, mengadu pada Komisi Perlindungan
Anak maupun LSM-LSM Peduli Anak, seharusnya tidak perlu terjadi. Hal itu justru bisa menimbulkan stress
pada anak. Apalagi sampai menghindarkan anak dari pertemuan dengan ayah atau ibunya. Oleh karena itu
tidaklah mengherankan apabila anak-anak menjadi depresi dan membenci salah satu maupun kedua orang
tuanya. Inilah saatnya untuk memutus lingkaran setan dari kesalahan pemahaman mengenai hak asuh
anak (hadhanah) sesuai syariat Islam.

Istri beragama Islam yg ingin bercerai, maka pengadilan yg berwenang memproses perceraiannya
adalah Pengadilan Agama (bukan Pengadilan Negeri). Secara tepat, Pengadilan Agama yg berwenang
memproses perkara cerai adalah Pengadilan Agama yg sesuai dari wilayah hukum tempat tinggal si istri saat ini.
Jadi kalau si istri "saat ini" bertempat tinggal di Tebet (Jak-Sel) maka Pengadilan Agama yg berwenang adalah
Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Selanjutnya pembahasan tentang proses cerainya;

Bahwa ketentuan yg mengatur tentang proses cerai utk agama Islam ada di Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berikut langkah-langkah proses perceraian di Pengadilan:

1. Mempersiapkan berkas-berkas perceraian (buku nikah, akta kelahiran anak-anak, kartu keluarga, KTP);

2. Membuat (surat) gugatan;

3. Mendaftarkan gugatan di Pengadilan Agama Berwenang;

4. Menunggu surat panggilan sidang dari Pengadilan Agama;

5. Menghadiri proses mediasi di Pengadilan Agama;

6. Menghadiri persidangan di Pengadilan Agama.

Ruang Mediasi

Sebelum diadakan sidang perceraian, perlu diadakan mediasi, dimana mediasi ini ditunjuk satu orang mediator
dari salah satu hakim di Pengadilan Agama tersebut. Umumnya mediasi dilakukan sebanyak 2 kali, dan
dilaksanakan di ruangan khusus.

Ruang Informasi

Bagi yg belum pernah atau tidak biasa ke pengadilan, maka di Pengadilan Agama dapat menanyakan informasi
tentang proses perceraian, walaupun kurang informatif, namun disediakan meja khusus untuk informasi.

Ruang Administrasi

Setelah mendapatkan informasi yg diinginkan tentang perceraian, maka selanjutnya untuk alur proses
pendaftaran perkara cerai dilakukan di ruangan administrasi. Di ruangan administrasi ini-lah dilakukan transaksi
pembayaran pendaftaran gugatan dan pembayaran biaya panggilan sidang

I.Persiapan dan Persyaratan Mengajukan Gugatan Cerai

Bagi seseorang yang ingin mengajukan gugatan cerai persiapan dan persyaratannya adalah :

1. Mengumpulkan bukti-bukti perkawinan, seperti:

1. Buku nikah/Akta perkawinan;

2. Akta kelahiran anak-anak (jika punya anak);

3. Kartu Tanda Penduduk (KTP);

4. Kartu Keluarga (KK);

5. Bukti-bukti kepemilikan aset (rumah/mobil/buku tabungan).

2. Membuat gugatan cerai;

3. Mendaftarkan gugatan cerai di pengadilan berwenang;


4. Menunggu penerimaan surat panggilan sidang dari pengadilan;

5. Menghadiri persidangan;

6. Mempersiapkan saksi minimal dua orang.

II.Kronologis Persidangan di Pengadilan Agama

Perlu diketahui bahwa untuk yang beragama Islam (nikah secara muslim) jika ingin bercerai maka gugatan
cerainya diajukan di Pengadilan Agama, sementara bagi yang non-muslim jika ingin bercerai diajukannya di
Pengadilan Negeri. Adapun urut-urutan sidang perceraian di Pengadilan Agama adalah :

1. Sidang kelengkapan berkas-berkas, 5. Sidang duplik;


pembacaan gugatan dan usaha perdamaian;
6. Sidang pembuktian dari penggugat;
1. Diikuti dengan acara mediasi ke-1;
7. Sidang pembuktian dari tergugat;
2. Mediasi ke-2;
8. Sidang kesimpulan; dan
2. Sidang hasil mediasi
9. Sidang putusan.
3. Sidang jawaban;
10. Pembacaan ikrar talaq (jika yang ajukan
4. Sidang replik; gugatan cerai adalah suami).

III.Kronologis Persidangan di Pengadilan Negeri

1. Sidang kelengkapan berkas-berkas, 4. Sidang replik;


pembacaan gugatan dan usaha perdamaian;
5. Sidang duplik;
1. Diikuti dengan acara mediasi ke-1;
6. Sidang pembuktian dari penggugat;
2. Mediasi ke-2.
7. Sidang pembuktian dari tergugat;
2. Sidang hasil mediasi;
8. Sidang kesimpulan;
3. Sidang jawaban;
9. Sidang putusan.

Bagan Alur/Proses Persidangan Perceraian :

You might also like