You are on page 1of 47

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebroapinal , cairan introkuler dan sauran sekresi cerna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan masalah Diare

1
2

Akut dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit di Ruang Bougenville


RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Dari penulisan studi kasus adalah untuk mendapatkan atau memperoleh
kemampuan dalam menyusun dan menyajikan laporan studi kasus dengan
menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. H
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. H
1.3.2.3 Menyususn intervensi keperawatan pada Ny. H
1.3.2.4 Melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. H
1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. H
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi profesi keperawatan
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat menjadikan masukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga mampu meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang akhirnya dapat berguna bagi profesi keperawatan dalam
memberikan keperawatan pada klien Diare Akut dengan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
1.4.2 Bagi Institusi
1.4.2.1 Rumah Sakit
Menyediakan kerangka berpikir secara ilmiah yang bermanfaat bagi rumah
sakit dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelaksanaan asuhan keperawatan KDM pada klien Diare Akut Serta menyediakan
referensi bagi perawat ruangan dalan melakukan asuhan keperawatn pada pasien
secara komprenhensif dengan pendekatan proses keperawatan.
1.4.2.2 Pendidikan
Dengan adaya laporan studi kasus asuhan keperawatan KDM pada klien
Diare Akut dapat memberikan informasi yang nyata dan aktual yang dapat
diggunakan oleh mahasiswa sebagai literatur pendidikan dan menunjang
3

peningkatan pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan KDM dengan


klien Diare Akut.
1.4.3 Bagi penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapatkan serta
sebagai acuan bagi penulis dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan KDM yang lebih baik bagi klien yang
mengalami Diare akut .
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Cairan dan Elektroit


2.1.1 Definisi Cairan dan Eletrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk berlebihan
atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
2.1.2 Fisiologi cairan dan elektrolit
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit
tubuh dengan beberapa cara yaitu:
2.1.2.1 Difusi Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel.

4
5

Klecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan


temperature.
2.1.2.2 Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui
membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi
yang lebih tinggi yang sifat nya menarik.
2.1.2.3 Transport aktif Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung
2.1.4 Faktor- Faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit
2.1.4.1 Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Anak-
anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di
karenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2.1.4.2 Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
2.1.4.3 Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
2.1.4.4 Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
2.1.4.5 Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit misalnya:
6

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
4) Tindakan medis
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, NGT dan lain-lain.
5) Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
6) Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah
selama pembedahan.
2.1.4 Masalah- Masalah Gangguan keseimbangan mempengaruhi cairan
2.1.4.1 Hipovolemik
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik.Mekanisme nya adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan
tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala:
pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor
kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2.1.4.2 Hipervolemi
Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
7

3) Kelebihan pemberian cairan.


4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.
2.1.5 Gangguan Keseimbangan Elektrolit
2.1.5.1 Ketidakseimbangan Natrium
1) Hiponatremia
Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan
perubahan tekanan osmotic dimana kadar natrium serum <136 mEq/l dan
berat jenis urin <1,010. Diakibatkan gagal ginjal penyakit adison,
pengeluaran keringat berlebih dieresis, dan asidosis metabolic.
2) Hipernatremia
Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic ekstrasel dimana kadar natrium serum >144
mEq/l dan berat jenis urine >11,30. Diakibatkan diare disfagia, poliuria
karena diabetes insipidus.
2.1.5.2 Ketidakseimbangan Kalium
1) Hipokalemia
Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
pindahnya kalium keluar sel dimana kadar kalium <4 mEq/l.
2) Hiperkalemia
Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana kadarnya >5 mEq
/l.
2.1.5.3 Ketidakseimbangan Kalsium
1) Hipokalsemia
Kekurangan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium
serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
2) Hiperkalsemia
Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium
serum > 5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
2.1.5.4 Ketidakseimbangan Magnesium
1) Hipomagnesemia
8

Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l. umumnya


disebabkan oleh konsumsi alcohol, malnutrisi, diabetes, gagal ginjal, gagal
hati dan absorbs usus yang buruk.
2.2 Manajemen Keperawatan Cairan dan Elektrolit
2.2.1 Pengakjian
2.2.1.1 Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi social
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan:
+/- 2% ringan
+/- 5% sedang
+/- 10% berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2.2.1.2 Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan.Tingkat
kesadaran.
2.4.1.3 Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral: NGT dan oral
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung megandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
5) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine: volume, kejernihan/kepekatan
9

b) Feses: jumlah dan konsentrasi


c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar +/- 200 CC.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1) Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa
2) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung
3) Mata: cekung, air mata kering
4) Neurologi: reflek, ganguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah sel darah merah
hemoglobin (HB),dan hematrokit (HT).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b) Ht turun : adanya perdarahan akut,massif dan reaksi hemilitik,
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi.
d) Hbturun : adanya perdarahan hebat,reaksi hemolitik.
2) Pemeriksaan elektrolit serum :pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui
kadar natrium,kalium,klorida,ion bikarbonat,
3) Ph dan berat jenis urine :berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengatur konsentrasi urine,normalnya Ph urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya
1,003-1,030.
4) Analisa gas darah :Biasanya yang di periksa adalah pH,PO,HCO,PC0, dan
saturasi 02 nilai PCO2 normal:35-40 mmHg: PO2 normal:80-100 Hg:HCO3-
normal;25-29 mEq/1,sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam
darah dengan jumlah oksigen yang dapat di bawa oleh darah,normalnya di arteri
(95%-98%)dan vena(60%-85%).( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
10

2.2.2 Diagnosa
2.2.2.1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2.2.2.2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
11

2.2.3 Intervensi

Kelebihan volume cairan Setelah mendapatkan asuhan NIC label: Fluid Management
keperawatan …x 24 jam,  Pertahankan catatan intake dan  Keseimbangan cairan dalam
diharapkan keadaan klien output yang akurat tubuh terpenuhi.
membaik dengan kriteria hasil:  Monitor hasil laboratorium  Terpantau kadar BUN,
yang sesuai dengan retensi hematokrit, dan osmolalitas
1) NOC label: Fluid Balance cairan (BUN, hematokrit, dan urin jika terjadi kelainan
 Tekanan darah klien osmolalitas urin)  Terpantau status
mendekati kisaran normal  Monitor status hemodinamik hemodinamik jika terjadi
(sistol: 120-130 dan diastol: termasuk CVP, MAP, PAP, dan kelainan
80-90) (skala 5) PCWP  Mengetahui keadaan umum
 Denyut nadi mendekati  Monitor vital sign secara cepat
kisaran 60-100 kali per  Monitor indikasi  Terpantau jika terjadi
menit(skala 5) retensi/kelebihan cairan retensi/kelebihan cairan
 Intake dan keluaran selama (cracles, CVP, edema, distensi  Dengan mengetahui lokasi
24 jam seimbang (skala 5) vena leher, asites) dan luas edema dapat
 Berat badan stabil (sesuai  Kaji lokasi dan luas edema dilakukan penanganan yang
rentang umur) (skala 5)  Monitor masukan tepat
makanan/cairan dan hitung  Terpantau agar cairan dalam
2) NOC label: Electrolyte and intake kalori tubuh seimbang
Acid/Base Balance  Monitor status nutrisi  Terpantau agar nutrisi
 Laju pernapasan mendekati  Kolaborasi pemberian diuretik terpenuhi
12-20 kali per menit (skala sesuai interuksi  Diuretik dapat meningkatkan
5)  Batasi masukan cairan pada pengeluaran cairan yang
 Ritme pernapasan tidak keadaan hiponatremi dilusi berlebih
12

bradipnea, takipnea, atau dengan serum Na < 130 mEq/l  Mencegah terjadinya edema
apnea. (skala 5)  Kolaborasi dokter jika tanda  Mencegah terjadinya
 Serum sodium (Na) pada cairan berlebih muncul komplikasi lebih lanjut
cairan ekstraseluler memburuk
mendekati 135-145 mEq/L
(skala 5) NIC label: Fluid Monitoring
 Serum potasium (K) pada  Tentukan riwayat jumlah dan  Mempertahankan
cairan ekstraseluler tipe intake cairan dan eliminasi keseimbangan cairan
mendekati 3,5- 5 mEq/L  Tentukan kemungkinan faktor  Mencegah terjadinya
(skala 5) resiko dari ketidakseimbangan komplikasi
 Serum klorida (Cl) pada cairan (hipertermia, terapi
cairan ekstraseluler diuretik, kelainan renal, gagal
mendekati 95-105 mEq/L jantung, diaporesis, disfungsi
(skala 5) hati, dll)
 Serum kalsium (Ca) pada  Monitor berat badan  Memantau keadaan umum
cairan ekstraseluler  Monitor serum dan elektrolit status gizi pasien
mendekati 4,5-5,5 mEq/L urine  Memantau status hidrasi
(skala 5)  Monitor serum dan osmolalitas
 Serum magnesium (Mg) urine  Memantau derajat
pada cairan ekstraseluler  Monitor BP, HR dan RR konsentrasi urin
mendekati 1,5-2,5 mEq/L  Monitor tekanan darah  Dapat mengetahui keadaan
(skala 5) orthostatik dan perubahan irama umum secara cepat
 Serum bikarbonat (HCO3) jantung  Dapat mengetahui keadaan
pada cairan ekstraseluler  Monitor parameter umum secara cepat
13

mendekati 22-26 mEq/L hemodinamik infasif  Terpantau parameter


(arteri) dan 24-30 mEq/L  Catat secara akurat intake dan hemodinamik infasif jika
(vena) (skala 5) output terjadi kelainan
 Monitor adanya distensi leher,  Memantau keseimbangan
3) NOC label: Nutritional rinchi, edema perifer dan cairan
Status: Food and Fluid penambahan BB  Menentukan adanya kelainan
Intake  Monitor tanda dan gejala dari  Memantau terjadinya
 Intake makanan peroral edema kelebihan volume cairan
yang adekuat, sesuai
kebutuhan (skala 5)
 Intake cairan peroral yang
adekuat, sesuai kebutuhan
(skala 5)
Kekurangan volume cairan Setelah mendapatkan asuhan NIC label: Fluid Management
keperawatan …x 24 jam,  Pertahankan catatan intake dan  Keseimbangan cairan dalam
diharapkan keadaan klien output yang akurat tubuh terpenuhi.
membaik dengan kriteria hasil:  Monitor status hidrasi  Dapat mengetahui keadaan
(kelembaban membran mukosa, umum secara cepat
1) NOC label: Fluid Balance nadi adekuat, tekanan darah
 Tekanan darah klien ortostatik), jika diperlukan
mendekati kisaran normal  Monitor vital sign  Mengetahui keadaan umum
(sistol: 120-130 dan diastol:  Monitor masukan secara cepat
80-90) (skala 5) makanan/cairan dan hitung  Terpantau agar cairan dalam
 Denyut nadi mendekati intake kalori tubuh seimbang
14

kisaran 60-100 kali per  Kolaborasikan pemberian  Menggantikan kehilangan


menit (skala 5) cairan IV cairan dan memperbaiki
 Intake dan keluaran selama  Monitor status nutrisi keseimbangan cairan
24 jam seimbang (skala 5)  Dorong keluarga untuk  Terpantau agar nutrisi
 Elastisitas turgor kulit baik membantu pasien makan terpenuhi
(skala 5)  Kolaborasi dengan dokter  Nutrisi dapat terpenuhi
 Membran mukosa lembab  Mencegah terjadinya
(skala 5) NIC label: Hypovolemia komplikasi lebih lanjut
 Tidak ada rasa haus yang Management
berlebihan (skala 5)  Monitor status cairan termasuk
 Konfusi menurun (skala 5) intake dan output cairan  Terpantau keseimbangan
 Pusing teratasi (skala 5)  Monitor tingkat Hb dan cairan dalam tubuh terpenuhi
hematokrit  Terpantau tingkat Hb dan
2) NOC label: Nutritional  Monitor tanda vital hematokrit jika terjadi
Status: Food and Fluid  Monitor respon pasien terhadap kelainan
Intake penambahan cairan  Mengetahui keadaan umum
 Intake makanan peroral  Monitor berat badan secara cepat
yang adekuat, sesuai  Dorong pasien untuk  Memantau keadaan pasien
kebutuhan (skala 5) menambah intake oral  Memantau keadaan umum
 Intake cairan peroral yang  Monitor adanya tanda dan status gizi pasien
adekuat, sesuai kebutuhan gejala kelebihan volume cairan  Membantu memenuhi nutrisi
(skala 5)  Monitor adanya tanda gagal tubuh
ginjal  Memantau jika terjadi
3) NOC label: Tissue Integrity: kelebihan volume cairan
15

Skin and Mucous  Memantau jika terjadi


Membranes komplikasi lebih lanjut
 Temperatur kulit mendekati
kisaran 36o-38oC (skala 5)
 Elastisitas kulit kembali
(sesuai umur, kembali ke
keadaan semula setelah
ditarik tanpa bekas atau
kerutan sisa) (skala 5)
 Perspirasi terjadi dengan
jumlah dan pada kondisi
yang tepat (skala 5)
 Tekstur kulit kering dan
halus (skala 5)
 Ketebalan kulit mendekati
normal (skala 5)
16

2.2.4 Implementasi
Tahap awal tindakan keperawatan menurut perawat mempersiapkan segala
yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan:
Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan,
menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang mungkin timbul,
menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan
lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksankan mengidenfikasi
aspek hukum dan etik terhadap risiko dari potensial tindakan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor “ kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
17

2.3 Konsep Dasar Diare


2.3.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa.
Salah satu bakteripenyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik
(EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia
terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi
EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan
sedikit demam.
Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair. Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus
intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang
menyertai masa ketegangan saraf / stress.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak
lebihdari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan
konsistensi tinjadari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan
dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan,
immuno defisiensi, danpenyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan
ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun
penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya
keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
2.3.2 Klasifikasi
2.3.2.1 Diare akut
Diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai
denganbuang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung
kurang dari 14 hari. Diare rotavirusini merupakan virus usus patogen yang
menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.
18

2.3.2.2 Diare bermasalah


Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi
laktosa, dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare
cair kemudian padahari kedualergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-
oral, kontak dari orang keorang atau kontak orang da atau ketiga bar muncul
darah, dengan maupun tanpalendir, sakit perut yang diikuti munculnya
tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
2.3.2.3 Diare persisten
Diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten
adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare
akut.
2.3.3 Etiologi
2.3.3.1 Infeksi Bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter,
Salmonella, Shigella dan Escherichia coli.
2.3.3.2 Infeksi Virus
Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, virus herpes simplex dan virus hepatitis.
2.3.3.3 Intoleransi Makanan
Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan
seperti laktosa (gula dalam susu)
2.3.3.4 Parasit
Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetapdalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica dan Cryptosporidium.
2.3.3.5 Reaksi Obat
Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung
magnesium.
19

2.3.3.6 Penyakit Intestinal


Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus,
seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara
normal.
2.3.4 Patofisiologi
Penyebab diare akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding
usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan
bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen
iritasi atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare
dan absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai
akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera
mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3
yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan
air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi darah.
2.3.5 Manifestasi Klinis
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali
ataulebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah,
panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan
muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan olehinfeksi virus.
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,demam,
penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit
perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam,
nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-
kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
20

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang


2.3.6.1 Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) Bila perlu diadakan uji bakteri
2.3.6.2 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
2.3.6.4 Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
2.3.6.5 Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
2.3.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian
makanan) dan obat-obatan.
Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan
keadaan umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
beberapa cairan yang berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang,
kadar Natrium 50-60 mEg/1 formula lengkap sering disebut oralit. Sebagai
pengobatan sementara yang dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya air gula
dan garam (NaCL dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya
bergantung pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai umur dan berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)
2.4 Manajemen Keperawatan Diare
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Hidayat, 2008)
21

2.4.1.1 Keluhan Utama


BAB lebih dari 3 x
2.4.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
2.4.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
2.4.1.4 Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
2.4.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
2.4.1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
2.4.1.7 Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum : klien lemah, gelisah, lesu, kesadaran menurun.
o Mata : cekung, kering, sangat cekung.
o Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum.
o Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).
o Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
22

o Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
o Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan pontesial. Diagnosa keperawatan ini dapat
memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawatan
(Hidayat, 2008)
2.4.3.1 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2.4.3.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan output
2.4.3.3 Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare.
2.4.3 Intervensi
2.4.3.1 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
 Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <>
 Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
 Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan 1. Penurunan sisrkulasi volume cairan
cairan dan elektrolit menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian
cairan segera untuk memperbaiki
defisit
23

2. Pantau intake dan output 2. Dehidrasi dapat meningkatkan laju


filtrasi glomerulus membuat keluaran
tak aadekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
3. Timbang berat badan setiap hari 3. Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
4. Anjurkan keluarga untuk memberi 4. Mengganti cairan dan elektrolit
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr yang hilang secara oral
5. Kolaborasi : 5. Koreksi keseimbang cairan dan
o Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit, BUN untuk mengetahui faal
elektrolit (Na, K,Ca, BUN) ginjal (kompensasi), Mengganti cairan
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dan elektrolit secara adekuat dan
dengan umur cepat, dan anti sekresi untuk
o Obat-obatan : menurunkan sekresi cairan dan
(antisekresin, antispasmolitik, elektrolit agar simbang,
antibiotik) antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat
endotoksin.

2.4.3.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan output
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
 Nafsu makan meningkat
 BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan out put dalam 1. Mengetahui jumlah output dapat
24 jam. merencenakan jumlah makanan
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, 2. situasi yang nyaman, rileks akan
jauh dari bau yang tak sedap atau merangsang nafsu makan.
sampah, sajikan makanan dalam
keadaan hangat
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta 3. Mengurangi pemakaian energi yang
kurangi kegiatan yang berlebihan. berlebihan
4. Diskusikan dan jelaskan tentang 4. Serat tinggi, lemak,air terlalu panas
pembatasan diet (makanan berserat / dingin dapat merangsang mengiritasi
tinggi, berlemak dan air terlalu panas lambung dan sluran usus.
atau dingin).
5. Kolaborasi dengan tim kesehtaan 5. Mengandung zat yang diperlukan ,
lain : untuk proses pertumbuhan
24

o terapi gizi : Diet TKTP rendah


serat, susu.
o obat-obatan atau vitamin ( A)
R/

2.4.3.3 Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi


skunder terhadap diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
 Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
 Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi Rasional
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam 1. Deteksi dini terjadinya perubahan
abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)
2. Berikan kompres hangat 2. Merangsang pusat pengatur panas
untuk menurunkan produksi panas
tubuh

3. Kolaborasi pemberian antipirektik 3. Merangsang pusat pengatur panas di


otak

2.4.4 Implementasi
Tahap awal tindakan keperawatan menurut perawat mempersiapkan segala
yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan:
Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan,
menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang mungkin timbul,
menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan
lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksankan mengidenfikasi
aspek hukum dan etik terhadap risiko dari potensial tindakan.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan yang sudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan
25

perawat untuk memonitor “ kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,


analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
26

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Dea Devega


NIM : 2015.C.07A.0642
Ruang Praktek : Bougenville
Tanggal Praktek : 07 November 2017
Tanggal dan Jam Pengkajian : 07 November 2017 Jam 09.00 WIB
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Selasa, 07 November
2017 pukul 09.00 WIB didapatkan data sebagai berikut.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Banjar /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln Kalimantan
Tgl MRS : 05 November 2017
Diagnosa Medis : Diare Akut
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan “klien mengeluh mencret-mencret atau BAB lebih dari
10 kali sehari”
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh demam,
BAB lebih 5 kali sehari, menggigil dan nyeri ulu hati. Saat di rumah klien hanya
diberikan obat paracetamol oleh keluarganya. Karena demam dan BAB tak

26
27

sembuh, serta suhu yang semakin tinggi, keluarga memutuskan membawa klien
ke rumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Saat di IGD klien mendapatkan injeksi Ranitidin 1x1 mg, Antrain 1x1 g,
PO : Paracetamol 1x500 g, dan terpasang infus RL 0,9 % 20 Tpm di tangan
sebelah kanan. Kemudian klien dipindahkan ke ruang Bougenville untuk
mendapatkan tindakan lebih lanjut.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk Rumah
Sakit ataupun menjalani operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti DM, Jantung namun memiliki riwayat penyakit
hipertensi.
Genogram Keluarga

    Keterangan
 : Pria
: Wanita

    : meninggal
 : Klien (61 Tahun)
: Tinggal serumah

 

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien nampak lemah dengan tingkat kesadaran compos menthis, terpasang
infus RL 20 Tpm di tangan sebelah kanan dan lingkungan klien nampak kotor.
3.1.3.4 Status Mental
Tingkat kesadaran kliien adalah compos menthis, ekspresi wajah klien
tampak datar, bentuk badan klien yaitu kurus, klien berbaring dengan posisi
terlentang dan bergerak bebas, klien berbicara lancar, penampilan klien cukup
rapi.
28

Fungsi Kognitif klien terhadap Orientasi Waktu, Orang dan Tempat yaitu
klien baik, klien dapat mengetahui saat pengkajian pada pagi hari serta mengenali
keluarga dan perawat yang bertugas dan klien mengetahui bahwa klien sedang
dirawat di Rumah Sakit. Insight pasien juga baik dan untuk mekanisme
pertahanan diri pasien adaptif.
3.1.3.5 Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan hasil: suhu yang diukur di
aksila menunjukkan hasil 36 0C, nadi yaitu 90 x/menit, pernapasan yaitu 20
x/menit, dan tekanan darah yaitu 110/70 mmHg.
3.1.3.6 Pernapasan (Breathing)
Pada pengkajian sistem pernapasan didapatkan: bentuk dada klien normal
simetris. Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak merokok, tidak ada batuk
darah, tidak ada sputum. Tidak ada sesak napas, tipe pernapasan dada, irama
pernapasan teratur (+/+), irama pernapasan vesikuler (di semua lapang paru),tidak
terdapat suara napas tambahan. Tidak Ada masalah keperawatan
3.1.3.7 Cardiovascular (Bleeding)
Pada sistem kardiovaskular atau bleeding, tidak didapatkan masalah. klien
juga tampak tidak pucat. Untuk CRT atau capillary refill time pada klien
didapatkan hasilnya lebih dari 2 detik. Ictus cordis pasien tidak terlihat, suara
jantung pasien pun terdengar normal (S1 dan S2 tunggal) dengan bunyi lub-dub.
Nadi teraba kuat dan teratur, akral hangat. Tidak ada keluhkan lainnya
dipemeriksaan kardiovaskular dan tidak ada masalah keperawatan yang muncul
3.1.3.8 Persarafan (Brain)
Pada sistem persarafan atau brain, nilai GCS klien untuk E adalah : 4
dengan hasil klien dapat membuka mata secara spontan untuk V adalah 5 dengan
hasil orientasi baik; M klien bernilai 6 dengan hasil dapat mengikuti perintah dan
dengan data tersebut didapatkan total nilai GSC adalah 15 (Compos menthis).
Pupil klien isokor dengan refleks cahaya untuk kanan dan kiri adalah positif.
Pemeriksaan persyarafan klien normal. Masalah Keperawatan tidak ada.
29

3.1.3.9 Eliminasi Urine (Bladder)


Balance Cairan = Intake – Output – IWL = 990 – 500 – 84 = 406. Produksi
urine 800 ml / 24 Jam, urine berwarna kuning, bau khas urine amoniak, tidak ada
masalah/ lancar.
Tidak ada keluhan lainnya dipemeriksaan eliminasi urine dan tidak ada masalah
keperawatan yang muncul.
3.1.3.10 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada sistem eliminasi alvi, pengkajian yang didapatkan yaitu: bibir klien
tampak kering dan tidak ada lesi; gigi klien tampak lengkap dan putih bersih ;
pada gusi tidak didapatkan adanya adanya peradangan dan perdarahan; lidah
merah muda; tidak ada perdarahan di mukosa; pada tonsil tidak terjadi
peradangan; rectum tidak ada kelainan dan pasien juga tidak menderita
haemoroid. Saat pengkajian klien mengatakan sudah BAB lebih dari 10 kali sehari
dengan konsistensi cair. Bising usus klien lebih dari 30 kali permenit. Tidak ada
keluhan lainnya dan masalah keperawatan yang muncul adalah Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.1.3.11 Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Sistem tulang-otot-integumen atau bone, klien mampu untuk menggerakkan
sendinya secara bebas, tidak terdapat parese, paralise, krepitasi, nyeri, bengkak,
kekakuan, flasiditas, dan spastisitas. Ukuran otot klien adalah simetris. Untuk uji
kekuatan otot didapatkan hasil, pada ektremitas atas atas 5555 5555 dan
ektermitas bawah 5555 5555 . Klien memiliki tulang belakang yang normal.
Tidak ada keluhan lainnya di sistem tulang-otot-integumen. MK: tidak ada.
3.1.3.12 Kulit-kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik pada obat, makanan, dan kosmetik.
Suhu kulit pasien hangat, warna kulitnya normal, turgor kering kembali dalam
waktu > 2 detik dan teksturnya halus. Pada kulit klien tidak terdapat jaringan
parut, macula, pustula, nodula, vesikula, papula dan ulkus. Tektur rambutnya ikal
dan pendek, berwarna hitam dan terdistribusi secara merata. Bentuk kuku pasien
juga simetris.
Tidak ada keluhan lainnya di sistem kulit kulit rambut sehingga tidak ada
masalah keperawatan yang muncul
30

3.1.3.13 Sistem Penginderaan


Sistem penginderaan meliputi mata, telinga dan hidung, hasil
pemeriksaannya adalah fungsi penglihatan klien sudah normal, bola mata
bergerak normal, visus mata kanan dan kiri tidak dikaji, sklera berwarna putih
atau normal dan kornea tampak bening. Telinga pasien tidak mengalami
gangguan. Bentuk hidung pasien pun tampak simetris, tidak terdapat adanya lesi,
patensi, obstruksi, nyeri tekan pada sinus. Septum nasal juga tidak mengalami
deviasi, dan tidak terdapat polip pada hidung.
Pada sistem penginderaan, tidak ada keluhan lain dan tidak ada masalah
keperawatan yang muncul.
3.1.3.14 Leher dan Kelenjar Limfe
Pada pemeriksaan daerah leher dan kelenjar limfe, tidak ditemukan adanya
massa, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak teraba, dan
mobilitas leher pasien bergerak secara terbatas.
3.1.3.15 Sistem Reproduksi (Wanita)
Pada pemeriksaan reproduksi tidak ada kemerahan, gatal-gatal atau
perdarahan. Kebersihan kurang karena klien mengatakan merasakan tidak nyaman
pada bagian kemaluannya serta anusnya. Dan pakaian bagian bawah klien yang
dikenakannya nampak basah dan kotor. Tidak ada keluhan lain. Malasah
keperawatan yang muncul adalah Defisit perawatan diri.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Klien mengatakan kesehatan itu penting dan kebersihan bagi tubuh juga
sangat penting.
MK : Tidak ada
3.1.4.2 Nutrisi Metabolisme
Pada pemeriksaan nutrisi metabolisme hasilnya adalah TB pasien 140 cm,
BB sekarang 38 kg, BB sebelum sakit 40 kg. Diet yang diberikan untuk klien
adalah diet biasa.
Pemeriksaan selanjutnya didapatkan hasil pola makan sehari-hari pasien
sebelum sakit 3 kali/1hari dan saat sakit 3 kali/1hari karena pasien berada si RS.
Porsi yang bisa dihabiskan pasien saat sebelum sakit adalah 1 porsi, saat sakit 1
31

porsi makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum sakit adalah nasi
biasa, ikan, dan sayuran; sedangkan saat sakit adalah bubur lunak. Jenis minuman
yang biasa diminum pasien sebelum sakit yaitu air putih; sedangkan saat sakit
pasien minum air putih. Pasien dapat menghabiskan jumlah minuman sebelum
sakit adalah ± 8-10 gelas /24 jam, sedangkan saat sakit adalah 8 gelas /hari.
Berdasarkan data pengkajian tersebut tidak terdapat masalah keperawatan
3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : siang 1-2 jam, malam: 7-8 jam dan saat sakit: siang 1 jam,
malam: 7-8 jam
MK : Tidak ada
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengetahui bahwa sebenarnya kebersihan diri sangat penting dalam
memenuhi kebersihan diri.
MK : Tidak ada
3.1.4.5 Konsep Diri
Gambaran diri : klien dapat menerima kejadian yang dialaminya sekarang.
Ideal diri : klien ingin cepat pulang dan sembuh.
Identitas diri : klien adalah seorang wanita.
Harga diri : klien sangat diperhatikan keluarganya.
Peran : klien adalah seorang ibu dari anak-anaknya.
MK : Tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : berkumpul bersama keluarga.
Saat sakit : klien hanya melakukan aktivitas di tempat tidur seperti makan dan
minum.
MK : Tidak ada
3.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stres
Jika ada masalah klien selalu berbicara kepada keluarganya.
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Selama dirawat diruangan tidak ada tindakan keperawatan yang bertentangan
dengan pola keyakinan yang dianut klien.
MK : Tidak ada
32

3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan baik.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Klien berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa banjar dan bahasa
indonesia
3.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga
Baik, terlihat anak dan keluarga klien yang selalu mendampingi dan menjaga
klien selama di rumah sakit.
3.1.3.6 Hubungan dengan Teman/Petugas Kesehatan/Orang Lain
Baik, klien kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
3.1.5.7 Orang Berarti/Terdekat
Anak-anaknya
3.1.5.8 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Klien menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat di tempat tidur.
3.1.5.9 Kegiatan Beribadah
Sebelum sakit : beribadah di Masjid dan Saat sakit : berdoa di tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang
Tabel 1 Pemeriksaan Laboratorium

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Tanggal Pemeriksaan 05 November 2017
1. WBC 9.16 x 10^3/ul 4.00 – 10.00
2. RBC 4.66 x 10^6/ul 4.00 – 5.50
3. HGB 14.1 g/dL 12.0 – 16.0
4. PLT 219 x 10^3/ul 100 - 300
5. Glukosa Sewaktu 79 mg/dL < 200
Hasil Pemeriksaan Makroskopis Tinja
No Parameter Hasil
1. Konsistensi & Bentuk Cair
2. Warna Merah
3. Bau Khas
4. Darah (+)/Post
5. Lendir (+)/Post
6. Parasit -/neg
7. Lain-lain -/neg
33

Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Tinja

No Jenis Hasil Satuan


1 Serat makanan (+)/Pos Lp 40x
2. Kristal -/neg Lp 40x
3. Leukosit Banyak sel Lp 40x
4. Lemak -/neg Lp 40x
5. Eritrosit 5-10 ssel Lp 40x
6. Telur cacing -/neg Lp 40x
7. Amuba E-Coli Lp 40x
8. Jamur -/neg Lp 40x
.

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis yang didapatkan klien selama berada di RS yaitu.
Tabel 2 Terapi Medis

No Jenis Dosis/ Rute Indikasi


1. Infus RL 500cc per 24 Pemenuhan cairan untuk
jam mencegah gangguan
(Intravena) keseimbangan cairan dan
elektrolit
2. Cefotaxime 3 x 1 mg Menghentikan pertumbuhan
(Intravena) bakteri.
3 Dexamethason 5 mg Mengobati gangguan usus
(Intravena) dan alergi
4 Ranitidin 2 x 50 mg Menurunkan sekresi asam
(Intravena) lambung berlebih

Palangka Raya, November 2017


Mahasiswa,

Dea Devega
NIM: 2015.C.07a.0642
34

Analisa Data
Berdasarkan data-data yang didapat dari hasil pengkajian maka dapat
dilakukan analisis data, yaitu.
Tabel Analisis Data
Data Subjektif dan Data
Kemungkinan Penyebab Masalah
Objektif
DS : Klien mengatakan sudah Infeksi bakteri Gangguan
BAB lebih dari 10 kali / hari. Keseimbangan
Menstimulus dinding usus cairan dan
DO : halus elektrolit
- Klien nampak lemah
- Turgor kulit menurun Peningkatan isi (rongga)
- Bibir klien nampak kering usus
- Konsistensi BAB cair
- Hasil pemeriksaan Hiperpristaltik
laboratorium menunjukkan
adanya bakteri E-Coli pada feses Peningkatan percepatan air
klien. dengan mukosa usus
- Balance Cairan= Intake –
Output – IWL = 990 – 500 – 84 Penyerapan air dan elektrolit
= 406 terganggu

Output cairan dan elektrolit


berlebihan

kekurangan volume cairan


dan elektrolit

DS: Klien mengatakan Diare Defisit


merasakan tidak nyaman pada Perawatan
bagian kemaluannya. Output cairan dan elektrolit Diri
berlebihan
Data objektif:
- Klien nampak lemah Kelemahan
- Klien nampak memakai pispot
saat BAB
- Selimut klien nampak basah
- Klien nampak dibantu ketika
ingin BAB
- Sprei klien nampak basah dan
kotor
35

Prioritas Masalah

Berdasarkan analisis data di atas maka dapat diprioritaskan masalah


keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehingan
cairan akibat diare ditandai dengan BAB lebih dari 10 kali/hari dengan konsistensi
cair dan klien nampak lemah.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
36

Intervensi Keperawatan
Tabel Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Gangguan Keseimbangan Setelah dilakukan tindakan1. Ukur tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum
cairan dan elektrolit keperawatan 1x7 jam diharapkan klien
berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit
Kaji tanda-tanda dehidrasi Memungkinkan terapi
kehingan cairan akibat diare klien terpenuhi. penggunaan cairan segera untuk
Kriteria hasil:
memperbaiki keseimbangan
1. – Klien nampak rileks
cairan.
2. – Bibir klien nampak lembab
3. – Turgor kulit membaik
Anjurkan keluarga bersama klien 2. Menambah cairan dan elektrolit
4. – Frekuensi BAB jadi 1x/hari
untuk minum air putih yang secara oral.
5. – Tanda-tanda vital dalam batas
banyak
normal
2. Berikan pendidikan kesehatan 3. Memotivasi keluarga dan klien
6. TD : 120/80 mmHg
tentang pentingnya cairan bagi agar dapat meningkatkan intake
7. N : 90x/menit
tubuh klien terhadap keluarga dan cairan pada klien.
8. S : 36ºC
klien.
9. RR : 20x/menit
Kolaborasi dengan tim medis 4. Mengganti cairan tubuh yang
dalam pemberian terapi cairan dan hilang.
obat.
37

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kemampuan
1. Mengetahui kemampuan klien
berhubungan dengan kelemahan keperawatan 1x7 jam toileting klien dalam toileting.
diharapkan klien mampu 2.
mempertahankan kebersihan
Ciptakan lingkungan yang 2. Memberikan rasa aman dan
dan penampilan yang rapi secara
mandiri dengan atau tanpa alat aman (tersedia pegangan) nyaman pada klien saat toileting.
bantu nyaman dan juga privasi klien
Kriteria hasil: selama toileting.
- Klien nampak rileks. 3. Lakukan tindakan vulva3. Membersihkan daerah reproduksi
- Klien mengatakan merasa hygine. serta menjaga kebersihannya.
nyaman dan bersih
- Klien dapat mempertahankan 4. Lakukan tindakan bed making.4. Memberikan lingkungan yang
kebersihan parineal dan anus. nyaman dan bersih pada klien.
- Lingkungan klien bersih. 5. Berikan pendidikan kesehatan 5. Memotivasi klien dan keluarga
tentang pentingnya kebersihan untuk selalu menjaga kebersihan
diri serta cara diri serta lingkungan klien,
membersihkannya terhadap
klien dan keluarga.
38

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa, 07 Diagnosa keperawatan 1 Selasa, 07 November 2017 / 13:00 WIB
November 2017 /
10:00 WIB 1. Mengukur tanda-tanda vital S : Klien mengatakan masih mencret-
2. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi mencret (BAB) cair.
3. Menganjurkan keluarga bersama klien
untuk minum air putih yang banyak O:
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
- Klien nampak lemah
pentingnya cairan bagi tubuh klien terhadap
- Klien nampak tertidur
keluarga dan klien.
- Konsistensi BAB cair
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
- Bibir klien nampak kering
pemberian terapi cairan dan obat.
- Turgor kulit menurun Dea Devega
Ringer Laktat 30 Tpm
- Hasil pemeriksaan laboratorium
Cefotaxim 1 x 1 mg
menunjukkan adanya bakteri E-Coli
pada feses klien.
- TTV :
RR : 20 x/menit TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90x/m Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan keluarga bersama klien
39

untuk minum air putih yang banya


- Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi cairan dan obat.

Implementasi dan evaluasi keperawatan

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa, 07 Diagnosa keperawatan 2 Selasa, 07 November 2017 / 14.00 WIB
November 2017 /
11:00 WIB 1. Mengkaji tingkat kemampuan toileting S : Klien mengatakan merasa nyaman
klien setelah dibersihakan bagian kemaluannya.
2. Menciptakan lingkungan yang aman
(tersedia pegangan) nyaman dan juga O:
privasi klien selama toileting.
- Klien nampak rileks
3. Melakukan tindakan vulva hygine. Dea Devega
- Klien terlihat lebih rapi
4. Melakukan tindakan bed making
- Klien nampak bersih
5. Memberikan pendidikan kesehatan
- Tempat tidur klien rapi dan bersih.
tentang pentingnya kebersihan diri serta
cara membersihkannya terhadap klien dan
keluarga. A : Masalah teratasi.

P : Hentikan Intervensi
40

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Hidayat, 2008).
Pada kasus Ny H data yang ditemukan adalah Klien mengatakan BAB lebih
dari 10 kali dalam sehari, badan terasa lemas, perut terasa kram, berat badan
menurun, berat badan sebelumnya 40 Kg sesudah sakit 38 Kg tidak ada mual dan
muntah , RR 20 x/menit, suhu 36,0 °C N:90 x/menit TD:110/70 mmHg.
Pengkajian meliputi : Kepala : kulit kepala tampak bersih, rambut tidak mudah
dicabut. Mata: konjungtiva normal, kornea bening, pupil isokor. Hidung: tidak ada
secret. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Dada:
bentuk simetris. Abdomend:tidak kembung, tidak teraba massa. Anus: tidak ada
haemoroid. Ektremitas: tidak ada kekakuan..
Menurut teori yang muncul pada pengkajian yang sering di temukan pada
klien dengan Diare Akut adalah BAB encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak
nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-muntah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami
sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak
demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit
kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Berdasarkan data yang ditemukan pada Ny. H dalam pengkajian setelah di
analisis di temukan beberapa gejala yang sama seperti di teori yaitu: BAB lebih
dari 10 kali dalam sehari, badan terasa lemas, perut terasa kram, berat badan
menurun dan tidak ada di temukanya beberapa gejala seperti di teori yaitu panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-
muntah,demam, penurunan nafsu makan.
Faktor pendukung yang di rasakan penulis dalam hal pengkajian adalah
adanya kerjasama pasien dan keluarga dalam memberikan waktu.

39
41

Faktor hambatan dalam penulisan adalah keterbatasan waktu pada saat


pengkajian.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat
memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawatan
(Hidayat, 2008).
Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul adalah :
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan output
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada Ny. H ditemukan ada 3 (tiga) diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan akibat diare di tandai dengan klien BAB lebih dari 10x/
hari dengan konsistensi cair dan klien tampak lemah
2. Defisit perawatan diri berhubungan kelemahan.
Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan resiko
peningkatan suhu tubuh ditemukan karena pasien mengatakan nafsu makannya
baik mampu menghabiskan 1 porsi makan dari yang di sediakan dan tidak
mengeluhkan demam.
Faktor pendukung dalam menentukan diagnosa keperawatan adanya data
yang didapat dari pasien, keluarga pasien, keadaan pasien dan status pasien. Tidak
ada faktor penghambat dalam menentukan diagnosa keperawatan.
42

4.2 Perencanaan
Rencana keperawatan diartikan sebagai suatu kondisi dokumentasi tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi rencana keperawatan
pada pasien.
Prioritas keperawatan pada Diare adalah gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Resiko peningkatan
suhu tubuh.
Pada kasus yang menjadi prioritas utama adalah gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare yang dapat menyebabkan klien mengalami Syok Hipovolemik karena terlalu
banyak kehilangan cairan.
Prioritas kedua adalah Defisit perawatan diri berhubungan kelemahan yang
dimana dapat menyebabkan klien merasa tidak nyaman.
Faktor penghambat dalam menentukan intervensi keperawatan adalah
terbatasnya pengetahuan perawat dalam merencanakan asuhan keperawatan.
Faktor pendukung perencanaan adalah kebijaksanaan ruangan yang
memberikan keleluasaan pada penulis untuk melakukan aktivitas perawtan pasien.
4.4 Pelaksanaan
Pada kasus Ny. H penatalaksanaan asuhan keperawatan dikelola sesuai
rencana keperawatan yang telah disusun, berkolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian RL 30 tpm per IV agar kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi,
dan juga pemberian antibiotik cefotaxime 3x 1mg yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi lebih lanjut dan membunuh bakteri.
Faktor pendukung dalam penatalaksanaan keperawatan adalah kerjasama
pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
4.5 Evaluasi
Menurut nursalam, Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan.
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan akibat diare dapat teratasi sebagian setelah di berikan terapi RL per IV
30tpm dan klien tampak lebih nyaman.
43

2. Defisit perawatan diri berhubungan kelemahan. Masalah teratasi dengan pasien


tampak lebih nyaman tidak ada tanda-tanda defisit perawatan diri.
Faktor pendukung dalam evaluasi keperawatan karena adanya kerja sama pasien,
keluarga dan tim kesehatan lainnya dalam melakukan tindakan.
44

BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Pengkajian
Pada pengkajian, tidak semua data yang muncul pada kasus sama dengan
teori.
Menurut teori yang muncul pada pengkajian yang sering di temukan pada
klien dengan Diare Akut adalah BAB encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak
nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-
muntah,demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula
mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu
misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri
dan parasit kadang-kadangmenyebabkan tinja mengandung darah atau demam
tinggi. Sedangkan pada kasus data yang ditemukan adalah Klien mengatakan
BAB lebih dari 10 kali dalam sehari, badan terasa lemas, perut terasa kram.
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
Menurut teori penatalaksanaan medis pada pasien Diare yang bisa diberikan
berupa diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian makanan) dan
obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat
dehidrasi dan keadaan umum. Sedangkan pada kasus penatalaksanaan medis
yang dilakukan berupa pemasangan infus RL 30tpm, Injeksi cefotaxime , ranitidin
dan dexametason.
Fakor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adalah
adanya kerjasama pada pasien dan keluarga dalam memberikan data.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Dari tiga diagnosa menurut teori, hanya satu diagnosa keperawatan yang
sama dengan teori yaitu, Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan akibat diare

44
45

Fakor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adalah


adanya kerjasama pada pasien dan keluarga dalam memberikan data.
5.1.3 Perencanaan
Pada kasus yang menjadi prioritas utama adalah gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare yang dapat menyebabkan klien mengalami Syok Hipovolemik karena terlalu
banyak kehilangan cairan. Prioritas kedua adalah Defisit perawatan diri
berhubungan kelemahan yang dimana dapat menyebabkan klien merasa tidak
nyamanFaktor penghambat dalam menentukan intervensi keperawatan adalah
terbatasnya pengetahuan perawat dalam merencanakan asuhan keperawatan.
Faktor pendukung perencanaan adalah kebijaksanaan ruangan yang
memberikan keleluasaan pada penulis untuk melakukan aktivitas perawtan pasien.
5.1.4 Penatalaksanaan
Pada kasus Ny. H penatalaksanaan asuhan keperawatan dikelola sesuai
rencana keperawatan yang telah disusun, berkolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian RL 30 tpm per IV agar kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi,
dan juga pemberian antibiotik cefotaxime 3x1mg yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi lebih lanjut dan membunuh bakteri.
Faktor pendukung dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan adalah
kerjasama pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainya. Tidak ada faktor
penghambat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan .
5.1.5 Evaluasi
Dari dua masalah keperawatan yang diangkat satu diantaranya teratasi
sebagian yaitu gangguan cairan dan elektrolit dan masalah teratasi adalah defisit
perawatan diri.
Faktor pendukung dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan adalah
kerjasama pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainya. Tidak ada faktor
penghambat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan

.
46

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan
keperawatan KDM pada Diare Akut. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan
yang paling penting adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.
5.2.2 Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan program pelayanan asuhan keperawatan KDM pada Diare Akut.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan pembaca terutama untuk mahasiswa sebagai
masukan informasi tentang Asuhan Keperawatan KDM pada Diare Akut dan
dengan Asuhan Keperawatan KDM pada Diare Akut yang telah dilakukan oleh
penulis dapat kiranya menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dari pendidikan
dalam mencetak sarjana yang profesional dalam bidangnya
5.2.4 Bagi Penulis
Agar mahasiswa dalam menghadapi kasus yang sama dapat memberikan
asuhan keperawatan yang lebih baik bagi klien yang mengalami Diare akut yang
di sertai gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
47

DAFTAR PUSTAKA

Budiati. 1997. Buku Saku Diagnosis Kperawatan Ed.7. Jakarta : EGC.


Hidayat, Alimul. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salmeba Medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik, E/4, Vol. 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Suradi, dan Rita. 2001. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC

47

You might also like