You are on page 1of 5

TEKNOLOGI & METALURGI LAS

”Pengaruh Listrik Pada Las Busur Terhadap Sifat Mekanik Daerah Hasil
Las Baja Karbon A36”

OLEH :

NAMA : ERDI SOFYANDRA ADIKRI

NPM : 333 415 0049

KELAS : TMT614307-2

TEKNIK METALURGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON – BANTEN

2017
I. PENDAHULUAN
Pada proses manufaktur, proses pengelasan merupakan proses yang sangat
penting. Proses las banyak dipilih untuk proses penyambungan logam dalam proses
manufaktur. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan dua buah logam atau
lebih dengan prinsip metalurgi. Dalam prosesnya pengelasan dibagi dalam beberapa
jenis seperti las fusi, las tekan dan soldering brazing. Dalam proses las fusi, salah
satu metode yang sering dijumpai adalah metode SMAW ( Shielded Metal Arc
Welding ). Metode ini merupakan metode pengelasan dengan sumber panas berasal
dari busur yang dihasilkan oleh arus listrik. Shielded arc metal welding banyak
digunakan pada logam-logam yang digunakan untuk sebuah konstruksi bangunan
atau yang lain seperti pada baja A36 yang digunakan sebagai dasar konstruksi
mesin, jalan, atau bangunan.
Pada proses nya hasil las ditentukan oleh beberapa faktor, seperti arus, voltase,
temperatur, dan kecepatan pendinginan. Faktor-faktor tersebut harus diusahakan
secara optimum agar mendapatkan hasil las yang baik. Untuk mendapatkan hasil
yang optimum, diperlukan pengetahuan faktor arus, voltase, temperatur, dan
kecepatan pendinginan terhadap sifat mekanik hasil las pada baja A36.

II. METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode dan Material
Penilitian dilakukan pada baja A36 dengan komposisi persen berat (%wt)
C-0.26, Mn-0.75, Cu-0.2, P-0.04, S-0.05, dan Fe. Pada penelitian ini proses
pengelasan menggunakan variasi arus 70 A, 90 A, 100 A, 110 A, dan 120 A.
B. Prepasi Spesimen
Preparasi specimen dilakukan dalam melakukan tes ketangguhan dan tes
kekerasan dimana sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Untuk tes ketangguhan baja yang digunakan adalah ASTM A370
dengan ; panjang 5.5 cm, lebar 1 cm dan ketebalan 1 cm.

Gambar 2.1 Spesimen untuk Tes


Ketangguhan

den
2) Untuk tes kekerasan baja yang digunakan adalah A956 dengan ukuran
yang sama seperti pada tes ketangguhan.
C. Tes Kekerasan
Pada penelitian ini tes kekerasan menggunakan alat dynamic hardness
testing. Prinsipnya adalah seberapa tahanan hasil las terhadap deformasi plastis.
D. Tes Ketangguhan
Tes ketangguhan dilakukan dengan takikan 45o dengan metode charpy.
Kedalaman takikan 2mm dan dimensi dari spesimennya adalah 10 x 10 mm.
Adapun untuk spesifikasi utuk tes ketangguhan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Variabel Tes Ketangguhan


F. Tes Mikrostruktur
Pada tes mikrostruktur ini dilakukan tes degan menggunakan mikroskop optic
pada daerah HAZ yang bertujuan untuk melihat ukuran butiran pada daerah yang
terkena pengaruh lasan.

III. HASL DAN DISKUSI


A. Kekerasan Hasil Las
Hasil yang didapat pada tes kekerasan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil test kekerasan dnegan variasi arus


Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa kekerasan hasil las berkurang
seiring dengan naiknya arus yang digunakan dalam proses pengelasan. Hal ini
dikarenakan arus berbanding lurus terhadap temperatur las. Semakin tinggi arus
yang digunakan. Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya
recorvery butiran hingga terjadi proses re-kristalisasi. Ukuran butir yang
bertambah besar dan terjadinya proses re-kristalisasi akan menyebabkan
kerapatan dislokasi butir menurun sehingga tegangan alir hasil las akan menurun
. Hal ini akan menyebabkan kekerasan pada hasil las akan menurun.
B. Ketangguhan Hasil Las
Ketangguhan adalah suatu kemampuan bahan untuk menyerap energi
yang diberikan secara mendadak tanpa terjadinya perpatahan. Adapun hubungan
jumlah arus dan ketangguhan dalam hasil las sebagai berikut :

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Arus dan Energi Impak

Ketangguhan hasil las akan semakin menurun dengan naiknya voltase dan arus
yang digunakan . Arus yang semakin tinggi menyebabkan temperatur las naik
sehingga ukuran butir hasil las dan daerah HAZ (Heat Affected Zone) membesar
dan pristiwa terjadi re-kristalisai.

Tabel 3.2 Arus dan Energi Impak Pada Baja A36

Re-kristalisasi adalah perubahan struktur kristal yang erapatan dislokasinya


tinggi menjadi kristal baru bebas dislokasi. Secara metalurgi proses re-
kristalisasi menyebabkan dislokasi pada batas butir berkurang sehingga tegangan
alir hasil las akan berkurang yang menyebabkan logam atau hasil las lebih
mudah terjadi deformasi. Pada tabel 3.2 terlihat bahwa ketangguhan hasil las
yang paling baik terjadi pada arus yang digunakan 70 A dan ketangguhan yang
paling buruk terjadi ketika arus yang digunakan 120 A. Ukuran butir yang
semakin kasar ditambah dengan terjadinya pristiwa re-kristalisasi
mengakibatkan ketangguhan hasil las semakin menurun.

C. Ukuran Mikrostruktur
Ukuran mikrostruktur yang dihasilkan tergantung dari kecepatan
pendinginan hasil las. Sama seperti pada base metal, fasa pada hasil las
tergantung dari temperatur dan kecepatan pendinginannya.

Gambar 3.2 Mikrostruktur Hasil Las Gambar 3.3 Mikrostruktur Hasil Las
A36 dengan Arus 70 A A36 dengan Arus 90 A

den den
Arus dan voltase yang tinggi mengakibatkan butiran pada hasil las menjadi
kasar. Ukuran butir akan bertambah besar seiring dengan naiknya arus yang diberikan,
temperatur akan naik dengan naiknya arus yang diberikan. Semakin kecil arus maka
pendinginan hasil las lebih cepat yang mengakibatkan ukuran butir lebih halus. Hal ini
diperlihatkan pada 3.2 dan 3.5 yaitu mikrostruktur dengan arus 70 A lebih halus
dibanding mikrostruktur dengan 120 A. Temperatur yang tinggi membuat atom-atom
menjadi mudah untuk bergerak dan mempunyai cukup energi untuk bertambah besar
sehingga ukuran butiran lebih kasar dan kekuatannya menurun.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa semakin besar arus pengelasan, kekuatan,
kekerasan, dan ketangguhan hasil las semakin menurun dan ukuran butir akan semakin kasar.

You might also like