You are on page 1of 10

PROSES PIROMETALURGI PENGOLAHAN LOGAM

GOLONGAN PLATINUM

1. Logam Platina
Platina merupakan salah satu contoh mineral yang termasuk dalam golongan
Native Element. Golongan Native Element atau unsur bebas adalah golongan
mineral yang hanya terdiri dari 1 unsur saja. Demikian pula Platina merupakan
unsur bebas. Mineral ini masuk dalam grup Platinum bersama dengan palladium
serta campuran alami platinum-iridium dan iridium-osmium, dimana semuanya
mempunyai sistem kristal isometrik.
Mineral platina mempunyai warna abu-abu keperakan yang cenderung tidak
berubah. Mempunyai kilap metalik dengan cerat berwarna abu-abu gelap. Mineral
ini tidak mempunyai belahan dengan pecahan runcing (hackly). Kristalnya
mempunyai bentuk kubik, lebih sering ditemukan dalam bentuk amorf dalam
bongkahan, atau butiran.
Platina mempunyai kekerasan yang cukup (4 – 4,5 Skala Mohs) namun dengan
berat jenis yang tinggi (21,4 pada Platina murni). Mineral ini juga mempunyai sifat
dalam ductile dan malleable. Platina juga merupakan konduktor panas yang baik
sehingga banyak digunakan dalam industri modern. Mempunyai sifat ketembusan
cahaya opaque dan kemagnetan diamagnetik. Platina banyak ditemukan pada
batuan beku basa dan ultrabasa (khususnya dunit dan serpentinit), berasosiasi
dengan olivin, piroksen, kromit dan magnetit. Hal tersebut dikarenakan asal mula
primer mineral ini dari tahap segregasi awal pada pembentukan batuan beku basa.
Biasa ditemukan sebagai butiran pada sungai yang berasal dari tepat yang
mengandung batuan ultrabasa.
Selain sebagai konduktor panas yang baik, platina juga dikenal resisten terhadap
korosi dari hampir semua jenis bahan kimia. Hal itu yang menyebabkan platina
banyak dipakai pada industri kimia, sebagai katalis pada proses kimia organik
maupun anorganik. Pada industri yang lain pun platina sangat dibutuhkan terutama
untuk pembuatan peralatan elektronik karena sifat konduktornya dan titik lelehnya
yang tinggi
Tujuan proses ekstraksi adalah untuk meningkatkan kadar logam platinum
hingga mencapai 65% lalu mereaksikan konsentrat tersebut dengan asam untuk
memisahkan individual platinum group metal dari logam lainnya.

2. Tipe Bijih Platina yang Dapat Diolah


1. Bijih Merensky Reef
Merensky Reef Ores mengandung sekitar 3% base-metal dalam bentuk
mineral sulfida. Base metal Mineral sulfida tersebut diantaranya pyrrhotite atau
sulfida besi (45%), pentlandite atau sulfida besi-nikel (32%), chalcopyrite atau
sulfida tembaga-besi (16%), and pyrite atau sulfida besi (2 hingga 4%).
Mineral lain yang ada dalam bijih ini dan mengandung logam golongan
Platinum adalah braggite (Pt,Pd,Ni)S, cooperate (PtS), laurite (RuS).
Kandungan logam golongan platina dalam mineral ini yaitu sekitar 4-10 g/t.
Sementara material ikutan (gangue) yang memiliki komposisi terbanyak adalah
pyroxene, plagioclase feldspar,biotite.
2. Bijih UG2
Bijih ini mengandung kandungan utama berupa kromitit(60%),
orthopyroxene, plagioclase. Dalam bijih UG2 ini juga mengandung mineral
sulfida base-metal dalam bentuk penlandit atau sulfida besi-nikel,kalkopirie
atau sulfida tembaga-besi,pirotit atau sulfida besi,pirit atau sulfida besi. Selain
kandungan tersebut,terdapat juga logam golongan platinum dalam jumlah kecil
yaitu sekitar 4,4 sampai 10,6 g/t.

3. Proses Tambang Platinum Grup Ore (PGM)


Logam platina merupakan logam dengan golongan VIII B, dimana sifat logam
tersebut secara natural akan berikatan secara kimia bahkan berikatan masuk
kedalam batas butir dengan logam golongan VIII B lainnya. Logam Pt biasa disebut
dengan PGE (Platinum Grup Element). PGE ini akan menyatu pada satu bijih yang
bersifat calchopile. Sifat chalcopile ini merupakan sifat secara alami mempunyai
afinitas terhadap sufur yang lebih tinggi dibanding dengan oksigen. Di alam,
mineral-mineral platinum atau biasa disebut dengan PGM (Platinum Grup Mineral)
akan berbentuk mineral sulfide yang berikatan satu sama lain. Ikatan mineral
sulfide ini cukup banyak hingga mencapai ratusan mineral yang terikat dalam satu
bijih. Dalam proses konsentrasi PGM tidak dapat dipisiahkan menjadi base mineral
karena ikatan yang cukup kuat antara mineral satu denganyang lainnya dalam
PGM. Adapun untuk mendapatkan base metal dari Pt dapat dilakukan proses
berikut :
1. Smelting operations : Matte diproses secara smelting untuk menghasilkan
metallic nikel dan anoda tembaga
2. Electro refining operations : Anoda didisolvasi secara elektrolisis untuk
menghasilkan nikel murni, tembaga dan lumpur anoda yang mengandung
logam mulia
3. Chemical operations : untuk pemisahan dan refining dari logam platinum

4. Proses Pengolahan dengan Smelting dan Converting


1. Proses Pengeringan Konsentrat Pasca Kominusi
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan semprot atau
pengeringan flash. Pengeringan semprot atau flash dilakukan dengan cara
mengalirkan gas panas pada konsentrat yang akan dikeringkan. Pengeringan
dilakukan untuk mengurangi energi yang dibutuhkan untuk proses smelting.
Selain itu, proses pengeringan juga dapat menghindari terjadinya ledakan pada
furnace.
2. Proses Smelting
Proses smelting dilakukan untuk membuang material ikutan (gangue) yang
ada di dalam mineral. Material ikutan tersebut dibuang dalam bentuk oksida dan
silikat. Oksida dan silikat tersebut akan terbentuk dalam fasa slag. Saat umpan
masuk smelter mulai meleleh, akan terbentuk dua fasa berbentuk cairan. Kedua
fasa tersebut adalah fasa slag yang berisi silikat dan dan cairan yang
mengandung banyak besi dengan densitas 2,7 hingga 3,3 g/cm3 sementara fasa
yang lain adalah fasa lelehan yang berisi sulfida tembaga dan nikel,base-metal,
dan logam berharga lainnya termasuk logam golongan platinum dengan densitas
4,8 hingga 5,3 g/cm3.
Terkadang dalam proses smelting banyak lelehan matte yang tercampur
dalam fasa slag. Perlahan-lahan lelehan matte tersebut bergabung dengan lelehan
matte lainnya membentuk densitas yang lebih besar dan akhirnya masuk ke
dalam fase lelehan. Laju perpindahan fasa lelehan matte tersebut bergantung
pada viskositas fasa slag. Terkadang untuk mengurangi viskositas fasa slag
ditambahkan fluks berupa batu kapur untuk mengurangi viskositas fasa slag
tersebut. Proses smelting ini biasanya dilakukan pada suhu 1350oC untuk bijih
yang berasal dari Merensky Reef,sementara untuk bijih yang berasal dari UG2
o
biasanya proses dilakukan pada suhu 1600 C. lelehan matte dan slag
dikeluarkan dari furnace atau proses tapping dari arah yang berlawanan pada
furnace.

Gambar 1. Alat electric arc furnace yang digunakan pada proses smelting
Lelehan matte yang berukuran 3 inci yang sudah di crushing lalu dipisahkan
antara nikel dengan copper sulphides. Lelehan matte yang dihasilkan mengandung
nikel, tembaga, kobalt, besi, sulfur, dan logam golongan platinum. Sistem furnace
yang digunakan yaitu dengan “Black Top” atau sistem orford. Proses Orford
adalah proses smelting dengan menggunakan kokas dan sodium sulfat. Kedua zat
tersebut akan membentuk senyawa sodium sulfida yang selanjutnya dapat
membentuk campuran sulfida ganda dengan tembaga sulfida. Campuran sulfida
ganda tersebut ikut melarutkan Ag,Au,dan sebagian logam golongan platinum dan
campuran tersebut membentuk produk atas (Top Product). Selain itu,sebagian
logam golongan platinum juga terlarut dalam sulfida nikel dan membentuk produk
bawah (Bottom Product).
Sistem tersebut adalah adanya konsentrasi material yang bersifat inert atau
tidak mengalami proses smelting pada bagian atas fasa slag dan fasa lelehan.
Tujuan sistem tersebut untuk membatasi panas radiasi yang dipancarkan fasa
lelehan dan fasa slag terhadap dinding furnace. Konsumsi energi listrik yang
digunakan pada proses smelting ini sekitar 600 hingga 1100 kWh. Setelah melalui
proses smelting, lelehan matte diolah dalam suatu alat converter.
Pada Brimsdown smelter operasi dilakukan di blast furnace dan
reverberatory furnace. Feed yang masuk kedalam blast furnace nya adalah
converter matte, sodium sulfat dan kokas. Hasil output yang merupakan molten
material yang mana lapisan atas berupa tembaga sulfida diarahkan ke ladle dan
pada lapisan bawah terdapat nikel matte. Dengan mengontrol temperatur dan
mengontrol kandungan sulfur yang ada, kandungan nikel matte yang mengandung
sedikit tembaga dan keseluruhan platinum group metals dapat diperoleh.
Nikel matte yang ada di blast furnace lalu direduksi ukurannya dengan ball
mill hingga mencapai ukuran 20 mesh. Nikel matte lalu diroasting menjadi nikel
oksida dengan herreschoff furnace. Herreschoff furnace disini menggunakan dua
hearth. Nikel matte lalu dimasukkan kedalam atas hearth dan menuju kebagian
bawah dari hearth yang mana temperatur dari bagian bawah hearth tersebut
berkisar 900-950ºC. Setelah proses pendinginan, Resultan dari nikel oksida di
briquet dengan batubara antrasit dan pasir. Briquet ini lalu diarahkan ke
reverberatory furnace yang mana oksida yang ada pada logam tereduksi dan
logam tersebut ditapped menjadi cetakan anoda. Anoda yang dihasilkan yang
mana mengandung logam platinum diarahkan menuju tempat pemurnian nikel
elektrolitik.

3. Proses Converting
Selama proses konversi, udara dialirkan pada lelehan matte. Udara yang
dialirkan tersebut berguna untuk mengoksidasi besi dan sulfur yang
mengontaminasi lelehan matte. Converter yang umum digunakan adalah tipe
Pierce-Smith. Tahapan pertama yang terjadi adalah proses oksidasi sulfida besi
dan tembaga. Berikut adalah reaksi yang terjadi:
FeS + O2 → FeO + SO2
CuS + O2 → CuO + SO2
S + O2 → SO2
Karena besi memiliki afinitas terhadap oksigen lebih besar dibanding
tembaga,maka oksida tembaga akan kembali menjadi bentuk sulfida seperti
semula dengan reaksi sebagai berikut:

CuO + FeS → CuS + FeO

Untuk membentuk slag yang lebih ringan maka silica ditambahkan dan akan
bereaksi dengan besi oksida membentuk fayalit sesuai reaksi berikut:

2 FeO + SiO2 → Fe2SiO4

Proses oksidasi tersebut bersifat sangat eksotermik sehingga cukup untuk


mempertahankan konverter pada suhu 1250oC. Agar suhu tidak
berlebih,ditambahkan umpan yang bersuhu dingin. Matte keluaran hasil
konverter ini mengandung Ni3S2, Cu2S, sedikit kobalt dan logam golongan
platinum. Hasil converting ini mengandung Fe dan Sulfur yang kadarnya
rendah. Adapun tujuan utama dari proses converting ini adalah megurangi
kadar Fe dan kadar sulfur. Hasil dari proses converting ini kemudian akan di
proses kembali diproses elektrolisis atau electro refining process. Proses
pengambilan base metal platinum dari PGM (Platinum Grup Minerals) harus
diproses melalui beberapa tahap lagi.

Gambar 2. Konverter tipe Pierce-Smith

Batasan-batasan dari Proses Smelting dan Converting


a. Proses tersebut menghasilkan emisi SO2 yang berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembangunan unit
pembuatan asam sulfat dengan bahan baku dari gas emisi tersebut.
b. Umpan masuk pada proses tersebut berupa campuran dari bijih UG2 dan
bijih Merensky Reef. Saat umpan lebih banyak mengandung bijih UG2
maka kandungan sulfida base-metal semakin kecil. Proses smelting
tersebut membutuhkan kandungan sulfida base-metal yang cukup besar
agar proses penggabungan droplet dari fasa slag menuju fasa lelehan
matte berjalan secara efektif sehingga konsentrasi logam golongan
platinum yang diperoleh cukup banyak.
c. Bijih UG2 mengandung banyak kromit,sehingga dapat terbentuk lapisan
refraktori yang dapat mempengaruhi kinerja furnace.
5. Electro Refining Operations
Anoda tembaga yang dihasilkan dari proses sebelumnya didisolvasi secara
elektrolisis dengan menggunakan larutan asam sulfida tembaga yang digunakan
sebagai larutan elektrolit. Produk yang dihasilkan dari proses elektrolisis ini adalah
katoda tembaga murni dan lumpur anoda yang mana lumpur anoda ini mengandung
emas dan sejumlah kecil logam platinum. Dalam proses elektrolisisnya, larutan
elektrolit mulai mengumpulkan nikel dan kuantitas dari larutan elektrolitnya mulai
terdegradasi dan digantikan dengan tembaga sulfat murni. Larutan elektrolit yang
tidak murni digunakan untuk recovery pada tembaga sulfat dan nikel sulfat diarahkan
ke tempat pemurnian nikel. Terdapat 21 anoda dan 20 katoda disetip sel dan
kuantitas lumpur anoda yang terbentuk dengan mendisolvasi anoda tersebut
menghasilkan jumlah yang sedikit. Produk yang dihasilkan adalah katoda nikel
murni dan lumpur anoda yang mengandung platinum group metals.
Larutan elektrolit yang merupakan larutan netral dari nikel sulfat yang
mengandung asam borik sebagai buffer harus dimurnikan secara terus menerus untuk
menghasilkan katoda murni. Tembaga dan besi yang muncul dalam anoda dan
menjadi lebih elektro-negatif dibandingkan nikel harus disingkirkan dari larutan
elektrolit atau logam tersebut akan mendeposit katoda. Agar tidak terjadi hal
tersebut, setiap katoda ditempatkan dalam kantung calico yang kemudian dialirkan
larutan elektrolit yang murni. Cairan lalu mengalir keluar dari kantung calico dan
mengambil impurities dari larutan dalam anoda.

Gambar 3. Sel Elektrolisis Pemurnian Logam Golongan Platinum


Cairan ini mengalir keluar dari setiap sel menuju launder yang kemudian di
pompakan kearah tangki perlakuan sirkular yang mana dalam tangki tersebut cairan
dipanaskan sampai temperatur 70ºC. Emulsi dari nikel karbonat dicampurkan untuk
mengatur pH dan udara yang ditiupkan kearah hidrolis dan langsung keluar dari besi.
Setelah itu, tambaga yang muncul dipresipitasi dan kandungan dari tembaga
dipompakan menuju filter yang tujuannya untuk memisahkan solid impurities.
Dalam tempat pemurnian tembaga, terdapat 21 anoda dan 20 katoda disetiap sel yang
mana anoda dan katoda diposisikan secara paralel. Kuantitas lumpur anoda yang
dihasilkan dari anoda nikel mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dari
anoda tembaga.

6. Chemical Operations
Pada tahap ini, proses yang terjadi secara keseluruhan terjadi secara kimia.
Pertama kali lumpur anoda diroasting dan dileaching untuk menghilangkan
kandungan tembaga, nikel, besi dan sulfur. Produk yang dihasilkan dari produk ini
adalah lumpur anoda yang mengandung 65 % kandungan platinum group metal dan
emas. Pada tahap ini, platinum-bearing gravity konsentrat dibawa menuju tempat
pemurnian secara basah. Proses yang ada pada tempat pemurnian secara basah
tersebut adalah logam platinum direaksikan dengan larutan yang mempunyai
konsentrasi tinggi dan sangat korosif yang mana tujuannya untuk memisahkan
platinum tersebut dan pemurnian secara individual. Dalam prosesnya, handling
dilakukan dengan cara siphoning dan gravity draining yang mana vesel yang ada
terbuat dari kaca beserta penggunaan pipa kaca yang tahan terhadap reaksi kimia.
Proses pemisahan dan pemurnian dari logam tersebut melibatkan presipitasi
logam tersebut sebagai garam kompleks yang diikuti dengan tahap rekristalisasi dan
kalsinasi didalam muffle furnace untuk memproduksi logam dalam bentuk sponge
atau bubuk. Perlakuan awal termasuk digesting logam dengan aqua regia untuk
menghasilkan larutan yang mengandung kandungan utama emas, platinum,
palladium dalam bentuk klorida dan residunya yang tersusun atas logam insoluble,
iridium, rhodium, ruthenium, dan osmium. Larutan direduksi dengan penambahan
ferrous klorida untuk menghilangkan emas. Penambahan amonium klorida pada
filtrat berfungsi sebagai presipitasi ammonium koloroplatina yang tidak murni yang
mana filtrat tersebut dikalsinasi menjadi platinum sponge mentah yang lalu di
redisolvasi dan direpresipitasi yang menghasilkan ammonium kloroplatinat dan lalu
dikalsinasi lagi untuk menghasilkan platinum sponge yang murni.

You might also like