You are on page 1of 3

DIFTERI

Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan


imunisasi. Infeksi saluran respiratorik atas atau nasofaring
menyebabkan selaput berwarna keabuan dan bila mengenai laring
atau trakea dapat menyebabkan ngorok (stridor) dan penyumbatan.
Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin difteri menyebabkan
paralisis otot dan miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya
angka kematian.

Diagnosis

Secara hati-hati periksa hidung dan tenggorokan anak, terlihat


warna keabuan pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. Kehati-hatian
diperlukan untuk pemeriksaan tenggorokan karena dapat mencetuskan
obstruksi total saluran napas. Pada anak dengan difteri faring, terlihat
jelas bengkak pada leher (bull neck).
Tatalaksana
Antitoksin

 Berikan 40 000 unit ADS IM atau IV sesegera mungkin, karena


jika terlambat akan meningkatkan mortalitas.

Antibiotik

 Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain


dengan dosis 50 000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7
hari.
 Karena terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS
maka perlu dilakukan tes kulit untuk mendeteksi reaksi
hipersensitivitas dan harus tersedia pengobatan terhadap reaksi
anafilaksis.

Oksigen

 Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran


respiratorik.
 Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat
dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau
intubasi) daripada pemberian oksigen. Penggunaan nasal
prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat
membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran
respiratorik.
 Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi
obstruksi saluran respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan
trakeostomi.
 Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang
berpengalaman, jika terjadi tanda obstruksi jalan napas disertai
gelisah, harus dilakukan trakeostomi sesegera mungkin.
Orotrakeal intubasi oratrakeal merupakan alternatif lain, tetapi
bisa menyebabkan terlepasnya membran, sehingga akan gagal
untuk mengurangi obstruksi.

Perawatan penunjang

 Jika anak demam (≥ 39º C) yang tampaknya menyebabkan


distres, beri parasetamol.
 Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri
makanan melalui pipa nasogastrik.

Hindari pemeriksaan yang tidak perlu dan gangguan lain pada anak.

Pemantauan
Kondisi pasien, terutama status respiratorik, harus diperiksa oleh
perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 2 kali sehari. Pasien
harus ditempatkan dekat dengan perawat, sehingga jika terjadi
obstruksi jalan napas dapat dideteksi sesegera mungkin.

Komplikasi
Miokarditis dan paralisis otot dapat terjadi 2-7 minggu setelah awitan
penyakit. Tanda miokarditis meliputi nadi tidak teratur, lemah dan
terdapat gagal jantung. Cari di buku standar pediatrik untuk rincian
diagnosis dan pengelolaan miokarditis.

Tindakan kesehatan masyarakat

 Rawat anak di ruangan isolasi dengan perawat yang telah


diimunisasi terhadap difteri.
 Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai riwayat imunisasi.
 Berikan eritromisin pada kontak serumah sebagai tindakan
pencegahan.
 Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga serumah.

You might also like