You are on page 1of 2

Sore ini, merah merona seperti wajah seorang gadis yatim piatu di suatu desa.

Miris, gadis
itu sangatlah miskin. Sore itu, gadis itu menemui rentenir, karena, yah, selain baju dan gubuknya,
tidak ada yang ia punya.

Widia : “Bagaimana, nyonya?”

Elok : “tidak tidak. Dengan apa kau akan membayar??”

Widia : “akan saya usahakan semampu saya”

Bagas : “kasih saja Bu Bos, kalau gelandangan ini ingkar, tahu sendiri akibatnya”

Elok : “Baik. Namun, waktumu untuk membayar hanya 4 bulan, tak lebih. Paham??!!”

Widia : “B..baik nyonya”

Sore ini, tidak sama dengan sore 4 bulan lalu. Sore ini mendung, seperti hati gadis itu, karena
hanya menunggu saat hingga rentenir itu datang. Namun, didalam gubuknya, ia tak sendirian. Ia
ditemani anak dari KADES, Gebril.

Bagas : “hai rakyat jelata!! Cepat keluar dan bayar hutangmu!!”

Widia : “m..maaf tuan, saya masih belum ada uang.

Bagas : “dasar gelandangan, rasakan ini!!”

Gebril : “Berhenti!!”

Bagas : “siapa kau, berani membentakku?!!”

Gebril : “Aku Gebril, anak Kepala Desa ini”

Bagas : “A..apa??!! kau anak kades?!! Sial!! Kali ini kau selamat, gelandangan. Lain kali, khhhk”
(sambil mengancam akan membunuh)

Gebril : “temanku, kau tak pernah cerita apapun tentang ini”

Akhirnya, gadis itu bercerita semuanya pada Gebril. Ia memang tidak pernah bercerita
apapun pada siapapun tentang ini, karena takut akan membebani orang lain. Namun, setelah gadis
itu menceritakan semuanya, gebril menjadi aneh. Ia menjadi tidak ingin berteman lagi dengan gadis
itu. Bahkan, setelah beberapa lama, gebril diketahui bekerja untuk para rentenir itu dengan
sembunyi-sembunyi.

Widia : “kenapa, temanku? Mengapa kau melakukan semua ini?!”

Gebril : (terdiam, lalu membuang muka)

Bagas : wah, di sini kau rupanya, gelandangan. Temanku si anak kades ini tak becus saat kusuruh
menagih hutangmu. Sekarang, serahkan utangmu, atau kau yang kuserahkan ke liang lahat!!!

Ega : ada apa ini??!! Wah rentenir, kau berulah lagi?!! Tak bosa bosan ya??!!

Bagas : sial!! Kau selamat lagi, gelandangan!! (lalu pergi meninggalkan TKP)
Saat itu kades pun tak bisa berbuat banyak, karena kades itu pun tak punya banyak uang sehingga
dapat membantu gadis itu. Namun, suatu ketika, gadis itu mendapat kiriman uang, entah dari siapa,
sehingga ia dapat membayar hutangnya ke rentenir.

Widia : nyonya, saya ingin membayar hutang saya.

Elok : dapat dari mana kamu??!!

Widia : d...dari bekerja, nyonya

Rentenir itu pun curiga, akhirnya, mereka melakukan penyelidikan,tak terkecuali Gebril, ia
ikut dalam aksi rentenir itu.

Elok : bagaimana menurut kalian?

Gebril : kurasa, mungkin ia tidak berbohong. Aku mengenalnya sejak lama, dan ia pekerja keras.

Bagas : tidak tidak. Di desa ini, tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang sebanyak itu. Lagi
pula, gebril, kau seperti membela gelandangan itu!! Lalu, saat kau kutugaskan menagih hutang
hutangnya, kau selalu tak becus!! Nyonya, kurasa kita patut menyelidiki teman kita ini!!

Elok : benar juga. Hei, kau!! Ikut aku!!

Setelah itu, gebril pun digeledah, mulai dari rumahnya, kamar, hingga rumah rekan-
rekannya. Akhrinya, ditemukan sebuah bukti pengiriman uang kepada gadis itu.

Bagas : apa ini??!!

Gebril : ini bukan seperti yang kau pikirkan!!

Bagas : Biadab!! Pengkhianat!! Sialan kau!! (menarik pistol)

Gebril : tidak, jangaaan!!!

Bagas : terlambat!! Kau pengkhianat!! Temanmu akan segera menyusulmu!!

Pistol pun tertarik pelatuknya. Karena kerasnya suara pistol itu, akhirnya warga pun
berdagangan, tak terkecuali ayah gebril pak kades. Ia menangis lemas. Di saku bajunya yang penuh
darah, ia menemukan surat yang rupanya ditujukan kepada gadis itu. Pak kades mengambilnya, lalu
menyimpannya.

Paginya, pemakaman dilakukan. Gadis itu histeris ketika diberitahu gebril telah tiada. Ia
bahkan masih histeris ketika jenazah telah dikebumikan. Setelah pemakaman, surat dari gebril itu
diserahkan kepada gadis itu. Sambil menangis ia membaca surat yang isinya:

Temanku, teman seperjuangan.

Maafkan aku, yang akhir-akhir ini tidak ada di sampingmu. Hal ini demi kebaikanmu juga. Aku
bekerja dengan renternir biadab itu, semata-mata untuk mencari uang, untuk meringankan beban
hutangmu. Maafkan aku yang berpura-pura jahat selama ini. Rencana nya, besok pagi, aku akan
meminta maaf padamu, dan kita berteman lagi. Bisa, kan?

You might also like