You are on page 1of 5

BAB 9

PEMBAHASAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis yang menyerang paru disebut tuberkulosis
paru dan yang menyerang selain paru disebut tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru
dengan pemeriksaan dahak menunjukkan BTA (Basil Tahan Asam) positif, dikategorikan
sebagai tuberkulosis paru menular (Depkes, 2011).
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak di dunia. World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,9 miliar manusia (sepertiga
penduduk dunia) telah terinfeksi kuman Tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang
terinfeksi Tuberkulosis di dunia ini. Dan dalam dekade mendatang tidak kurang dari 300 juta
orang akan terinfeksi olehnya. Setiap tahunnya dijumpai sekitar 4 juta penderita
Tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi dengan penderita yang tidak menular.
Artinya, setiap tahun akan ada sekitar 8 juta penderita Tuberkulosis paru di dunia dan akan
ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini (WHO, 2009)
Di Indonesia Tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah
India dan Cina dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah penderita Tuberkulosis di dunia.
Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 539.000 kasus baru dengan kematian sekitar 100.000
orang. Insiden kasus Tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif sekitar 110 per 100.000
penduduk. Munculnya pandemi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired
Immunedeficiency Syndrome (AIDS) di dunia menambah permasalahan Tuberkulosis.
Koinfeksi Tuberkulosis dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian Tuberkulosis secara
signifikan (Depkes, 2010)
Penyakit Tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium Tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita Tuberkulosis
batuk, sedangkan pada anak – anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
Tuberkulosis dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam paru – paru dan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Seseorang dikatakan terinfeksi Tuberkulosis apabila kuman Tuberkulosis berada dalam
tubuhnya meskipun tidak aktif. Seringkali setelah kuman Tuberkulosis memasuki badan,
kekebalan tubuh mengontrol kuman tersebut.Kuman ini hidup dalam tubuh bertahun – tahun
lamanya dalam bentuk tidak aktif. Saat kuman tidak aktif maka penyakit tidak dapat

59
ditularkan kepada orang lain (Castillo,2004).
Meningkatnya penularan infeksi Tuberkulosis banyak dihubungkan dengan
memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, dan
adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun,
jumlah kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi Tuberkulosis (Depkes
RI, 2006).
Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas Kalipare pada tahun 2014 tercatat
total ada 38 pasien Tuberkulosis dan dalam kurun waktu 6 bulan, sedangkan pada tahun
2015 ini dari bulan Januari hingga Juni, tercatat ada 14 pasien Tuberkulosis. Kasus
terbanyak TB di Kecamatan Kalipare adalah pada desa Kalipare, dimana letak puskesmas
Kalipare berada di Desa kalipare, sehingga perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk
mengetahui akar masalah dari kejadian ini menggunakan analisis fishbone / tulang ikan.
Berdasarkan hasil observasi lingkungan dan pelayanan kesehatan, wawancara pada
pemegang program tuberkulosis dan penderita TB serta kuesioner kepada warga, yang
dilakukan di desa Kalipare terlihat bahwa ada beberapa akar masalah utama yang
didapatkan yaitu antara lain kurangnya pengetahuan kader kesehatan dan warga mengenai
penyakit TB, belum terbentuk kader kesehatan khusus untuk memantau penyakit TB di desa
Kalipare, kurangnya media informatif yang dapat digunakan sebagai media penyuluhan oleh
kader, tidak ada metode yang berkesinambungan untuk memberikan informasi dan edukasi
tentang cara pencegahan penularan TB. Survei ini kami laksanakan selama 4 hari yaitu 9-12
Juli 2015.
Dari beberapa akar masalah ini dapat dilihat bahwa rata-rata termasuk dalam
kategori man dalam diagram fishbone / tulang ikan, sebagaimana tertulis dalam Bab 5.
Intervensi kategori man memang tidak mudah dan memerlukan strategi khusus karena
dipengaruhi oleh banyak faktor dan beraneka ragam karakter tiap-tiap orang dalam sebuah
komunitas. Selain itu, untuk mengatasi TB diperlukan tindakan pencegahan yang cepat dan
tepat karena TB dapat menular dengan mudah dan sangat berbahaya. Penanganan TB juga
harus dilakukan sesegera mungkin dengan pengobatan yang tepat untuk menghindari
komplikasi dan bahaya TB yang dapat mengancam nyawa. Oleh sebab itu diperlukan
pencegahan dan deteksi dini sebagai pemutus rantai penularan TB yang mudah
diaplikasikan pada masyarakat.
Intervensi yang kami lakukan pada Desa Kalipare adalah dalam serangkaian
kegiatan yaitu dalam program “BATUK” Berantas Tuberkulosis Untuk Kalipare. Program
terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu “MASKER TB” Informasi kepada Kader tentang TB,
“SESAK TB” Selamatkan Semua Warga dari Tuberkulosis dan “DAHAK TB“ Deteksi Awal
Terhadap Keluarga TB. Program BATUK dilaksanakan mulai tanggal 6-11 Agustus 2015.

60
Pada kegiatan “MASKER TB” yang dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Agustus 2015
bertempat di Balai Desa Kalipare kami memberikan pelatihan kepada kader-kader
kesehatan mengenai penyakit tuberkulosis dan bagaimana mereka harus menyuluh kepada
warga secara secara mandiri. Metode yang dipakai adalah secara kolaboratif-kooperatif
yaitu keaktivan kader dalam memecahkan masalah adalah hal yang utama, jadi bukan
hanya memeberikan pengetahuan saja tetapi juga melatih kader untuk berpikir memecahkan
masalah yang ada dan mengambil kesimpulan. Pada awal kegiatan ini kader tidak
mengetahui mengenai materi apa yang akan dilatihkan kepada mereka, lalu kader dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 5-6 orang tiap kelompok, para kader dilatih
untuk berani berpendapat dan berpikir untuk menyelesaikan masalah pada skenario yang
ada. Metode ini sangat menarik dan berhasil membuat kader aktif berbicara dan berpikir
untuk menyelesaikan masalah dalam skenario. Setelah para kader ingat dan paham dengan
kasus yang berkaitan dengan penyakit TB, lalu dilanjutkan dengan materi klarifikasi yang
berbasis pada kasus yang ada. Dalam materi klarifikasi ditekankan pada pengertian TB,
gejala dan pencegahan TB yang harus diketahui oleh kader dan menjadi bekal kader untuk
memberikan penyuluhan. Setelah materi klarifikasi dilanjutkan dengan pelatihan penyuluhan
oleh kader kepada warga. Dalam kegiatan ini kami memberikan alat bantu untuk
memberikan penyuluhan berupa poster dan buku materi mengenai TB. Acara ini dihadiri
oleh 17 peserta yang merupakan perwakilan dari setiap posyandu di Desa Kalipare (15
posyandu). Semua peserta aktif selama berjalannya acara baik melalui diskusi kelompok
dan tanya jawab. Seluruh acara dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Dalam
acara tanya jawab terdapat 10 kader yang bertanya mengenai TB antara lain mengenai
macam-macam penyakit paru, membedakan TB dengan penyakit paru lain, bagaimana cara
KIE kepada warga bila terdapat orang yang menderita TB, dll. Di akhir acara, dilakukan
penilaian objektif berupa post test untuk mengukur penguasaan materi peserta dimana
sebelum acara juga dilakukan pretest. Terdapat peningkatan yang signifikan nilai post-test
sebesar 25% dari nilai pre-test awal. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan berjalan baik dan
materi dapat diterima oleh peserta dengan 100% peserta memiliki nilai post test baik (70).
Peserta juga mengungkapkan kepuasan mereka terhadap kegiatan kami melalui metode
wawancara bahwa kegiatan yang kami lakukan sangat menarik dan berguna untuk
meningkatkan kesehatan di Kalipare.
Program “SESAK TB” terdiri dari 2 kegiatan utama yaitu penyuluhan kepada warga
desa Kalipare yang dilakukan oleh Kader TB yang telah diberi pelatihan pada program
“MASKER TB” dan pembagian stiker TB ke rumah-rumah warga serta x-banner dan poster
ke puskesmas-puskesmas pembantu. Penyuluhan oleh kader TB ini disimulasikan seperti
penyuluhan yang sebenarnya kepada warga dengan membentuk kelompok-kelompok kecil
5-7 orang dimana setiap kelompok dipimpin oleh 1-2 kader. Dalam memberikan penyuluhan

61
kader menggunakan alat bantu dalam menyuluh berupa poster dan buku materi penyuluhan
yang telah kami sediakan. selama berjalannya acara penyuluhan, kader dapat melakukan
penyuluhan dengan baik dan mandiri sesuai dengan materi yang telah diberikan. Warga
Desa Kalipare juga memberikan respon yang baik dan antusias dalam mengikuti
penyuluhan terlihat dalam keaktivan warga saat bertanya dalam kelompok-kelompok kecil.
Penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Sabtu 8 Agustus 2015, pukul 09.30-12.00 bertempat
di Balai Desa Kalipare. Peserta yang hadir sebanyak 40 orang (57%) dari target 35-70 orang
yang merupakan perwakilan dari 7 Dukuh di Desa kalipare. Peserta tampak aktif dan
antusias dalam mengikuti penyuluhan, hal ini nampak pada jumlah warga yang bertanya
saat penyuluhan adalah 100% warga aktif tanya jawab dalam kelompoknya. Di akhir acara,
dilakukan penilaian objektif berupa post test untuk mengukur penguasaan materi dan
peningkatan pengetahuan peserta dimana sebelum acara juga dilakukan pretest kepada 40
peserta. Terdapat peningkatan yang signifikan nilai post-test sebesar 20% dari nilai pre-test
awal. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan berjalan baik dan materi dapat diterima oleh
peserta ditambah dengan nilai post test baik (70) sebesar 100% peserta. Peserta
berpendapat bahwa kegiatan yang kami berikan sangat bermanfaat dan menambah
pengetahuan mereka. Banyak peserta yang memberikan dukungan dan saran agar kegiatan
ini dapat terus dilanjutkan sampai ke semua warga di dukuh-dukuh, Desa Kalipare. Kegiatan
pembagian stiker, x-banner dan poster dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 10-
11 Agustus 2015 bersamaan dengan program “DAHAK TB”. Pembagian stiker sebanyak 30
stiker dibagikan disekitar rumah warga penderita TB dan tempat umum dimana banyak
orang dapat melihat sehingga tujuan dari program ini dapat tercapai yaitu untuk memberikan
informasi kepada warga secara berkelanjutan mengenai penyakit TB.
Program “DAHAK TB” (Deteksi Awal Terhadap Keluarga TB) merupakan kegiatan
ketiga dari rangkaian kegiatan program BATUK dan dilaksanakn selama 2 hari yaitu tanggal
10-11 Agustus 2015. DAHAK TB ini merupakan kegiatan berupa kunjungan ke rumah warga
pasien TB yang ada di desa Kalipare dan masih aktif dalam pengobatan. Jumlah pasien
sampai dengan bulan Agustus 2015 ini berjumlah 12. Saat kunjungan ke keluarga pasien
TB ini kami menanyakan mengenai kondisi anggota keluarga yang lain, misalnya anggota
keluarga ada juga yang memiliki gejala-gejala TB. Jika ada anggota keluarga yang memiliki
gejala maka kami akan lakukakan pemeriksaan dahak. Selain itu kami juga melihat prilaku
dari pasien TB itu sendiri berkaitan dengan kapatuhan minum obat dan juga pencegahan
untuk tidak menulari orang-orang sekitar. Selain itu dalam program DAHAK TB ini kami
membagi-bagikan stiker yang berisi informasi mengenai tuberkulosis. Sasaran dari
pembagian stiker ini yaitu rumah-rumah pasien TB dan juga tempat-tempat yang banyak
dikunjungi warga seperti warung dan tempat makan. Dari 12 rumah pasien tuberkulosis

62
yang kami kunjungi kami memberikan 10 pot kepada orang-orang dengan gejala batuk
lama. Namun, hanya 3 orang yang mengumpulkan kembali pot dahak untuk pemeriksaan
SPS. Hal tersebut dapat dikarenakan kurangnya kesadaran keluarga dan tetangga
penderita TB. Selain itu juga kurangnya pendampingan dari tenaga kesehatan maupun
kader kesehatan.
Pengetahuan yang baik mengenai Tuberkulosis pada kader kesehatan dan warga
Desa Kalipare, deteksi dini pada keluarga penderita Tuberkulosis di Desa kalipare, serta
pemberian informasi melalui stiker dan x-banner yang telah dilakukan dalam serangkaian
program “BATUK” diharapkan mampu meningkatkan angka penemuan kasus TB BTA positif
di Desa Kalipare sebesar 15% dalam kurun waktu 1 tahun yang diharapkan dapat diikuti
dengan penurunan prevalensi kejadian TB di Desa kalipare.

63

You might also like