You are on page 1of 7

PRAKTIKUM VI

UJI DIFUSI (SUPPOSITORIA PRORIS)

DASAR TEORI

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat
terapetik yang bersifat local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol (Depkes R.I., 1995).

Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu
tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum cacao),
polietilenglikol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau Gelatin. Bobot suppositoria
kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Suppositoria
supaya disipan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk. Keuntungan bentuk
torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria
akan tertarik masuk dengan sendiri.

Bahan dasar suppositoria mempengaruhi pada pelepasan zat terapeutiknya. Lemak


coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, sehingga
menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. (Depkes RI,
1995).

Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah
dimasukan kedalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan
begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel, 2005).

Evaluasi sediaan
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
Peralatan yang digunakan untuk uji penetapan kadar ialah peralatan volumetrik
seperti: buret, gelas ukur, pipet, termometer, serta timbangan yang sesuai yang telah
dikalibrasi. Penetapan kadar zat aktif dapat dilakukan dengan metode titrimetri
dengan terlebih dahulu melelehkan suppositoria. Untuk hasil kadar yang diperoleh
harus sama dengan yang tertera pada etiket. Apabila tidak sama atau pun sama sekali
tidak mendekati maka suppositoria tersebut harus diulang.
2. Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan Oleum cacao.
Dalam farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan sebagai
rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna. Alat
penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan transparan, alat
pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas yang terkendali.
Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer dapat
tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar tangas.
Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran panjang lebih kurang
10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan ketebalan dinding 0,2 mm
sampai 0,3 mm. Metode pengerjaan ialah dengan pertama-tama menggerus
suppositoria sampai halus. Mengisi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya
tertutup dengan suppositoria tadi secukupnya hingga membentuk kolom didasar
tabung dengan tinggi 2,5 mm hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin.
Kemudian memanaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10o dibawah suhu yang
diperkirakan, dan menaikkan suhu dengan kecepatan 1o sampai 0,5o per menit.
Letakkan termometer sampai suhu-suhu tersebut kemudian diangkat dan
menempelkan tabung kapiler untuk membasahinya dengan cairan dari tangas. Bila
suhu mencapai 5o dibawah suhu temperatur yang diperkirakan, dilanjutkan pemanasan
hingga melebur sempurna. Metode ini dilakukan berulang dengan pengadukan tetap
pada tangas. Suhu pada saat kolom suppositoria yang diamati terlepas sempurna dari
dinding kapiler didefinisikan sebagai permulaan melebur, dan suhu pada saat
suppositoria melebur seluruhnya didefinisikan sebagai akhir peleburan atau suhu
lebur. Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya dapat
turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih
diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31o-34oC. Oleum cacao dapat
menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di atas
titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan
kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Untuk bahan dasar PEG maka suppositoria harus meleleh pada suhu tubuh sekitar
37oC, untuk titik lebur PEG pada keadaan normal adalah 35o-63oC. Untuk bahan dasar
gelatin, tween, polietilen glikol, serta surfaktan juga harus meleleh pada suhu tubuh.
Apabila terjadi penyimpangan titik lebur maka suppositoria harus diulang
3. Uji kerapuhan untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan.
Suppositoria hendaknya jangan terlalu lemah atau lembek maupun terlalu keras yang
menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas.
Suppositoria dipotong ke arah bagian yang melebar. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari
lebar bahan yang datar. Kemudian diberikan beban seberat 20N (lebih kurang 2 kg)
dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.
Apabila terlalu keras atau pun terlalu rapuh maka suppositoria harus diulangi.
4. Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk Oleum cacao dingin 3
menit.
Uji waktu hancur untuk suppositoria dan pesari adalah untuk menetapkan waktu
hancur atau menjadi lunaknya suatu sediaan suppositoria atau pesari dalam waktu
yang ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan media pada suatu kondisi
percobaan yang ditetapkan. Alat yang digunakan ialah: (a) suatu batang yang
transparan yang terbuat dari kaca atau plastik yang sesuai dengan tinggi 60 mm,
diameter dalam 52 mm dan tebal dinding yang sesuai; (b) suatu alat logam yang
terdiri atas dua cakram logam tahan karat, masing-masing cakram memiliki 39 lubang
dengan diameter 4 mm dan tersebar sedemikian rupa. Diameter dari cakram hampir
sama dengan diameter dalam dari tabung transparan. Cakram diletakkan terpisah pada
jarak lebih kurang 30 mm dari cakram lainnya. Alat logam tersebut dilekatkan pada
bagian luar tabung transparan dengan tiga alat pengait berjarak sama. Cara kerjanya
ialah dengan pertama-tama meletakkan satu suppositoria pada cakram berlubang
bawah dari alat logam dan memasukkan alat logam itu ke dalam tabung transparan
dan mengaitkan pada tabung. Mengulangi lebih lanjut dengan dua suppositoria
dengan alat logam dan tabung transparan. Menempatkan alat dalam wadah berisi
paling sedikit 4 liter air. Tiga alat tersebut semua dapat ditempatkan bersama-sama
dalam satu wadah berisi paling sedikit 12 liter air, bersuhu antara 36o hingga 37o,
dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat dan alat penopang agar bagian atas alat
berjarak 90 mm di bawah permukaan air. Setelah tiap 10 menit, alat dibalikkan tanpa
mengeluarkannya dari cairan. Suatu suppositoria dinyatakan hancur sempurna apabila
: (a) terlarut sempurna atau, (b) terdispersi menjadi komponen, bagian lemak cair
berkumpul pada permukaan, bagian serbuk yang tidak larut berada di dasar atau
terlarut atau, (c) menjadi lunak, mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa harus
terpisah menjadi komponennya dan massa tidak mempunyai inti yang memberikan
rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca. Kecuali dinyatakan lain, waktu
maksimal yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria tidak lebih dari 30
menit untuk suppositoria dengan dasar lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk
suppositoria yang larut dalam air. Apabila waktu hancur menyimpang dari yang
seharusnya maka suppositoria harus diulang.
5. Uji homogenitas.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria harus
memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Untuk
keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 tablet, satu per satu, dan dihitung
berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung jumlah zat aktif dari
masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Untuk
keseragaman kandungan, terpenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing 10
satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Chamber
- Pipet volume
- Micro pipet
- Beaker glass
- Labu ukur
- Spektrofotometer
- Mesin difusi tester

Bahan :

- Suppositoria proris
- Larutan dapar posfat pH 7,4

CARA KERJA

 Masukan larutan dapar posfat PH 7,4 kedalam chamber sebanyak 500 ml.
 Atur mesin difusi tester dengan suhu 37ºC, dan 50 rpm.
 Masukan suppositoria proris kedalam chamber
 Ambil larutan dalam chamber sebanyak 5ml pada menit ke 5,15, 30
 Setelah diambil larutan didalam chamber, masukan larutan dapar posfat PH 7,4
sebanyak 5ml sebagai larutan pengganti dari larutan yang diambil
 Uji larutan pada waktu 5,10,30 dengan spektro
 Larutan yang telah diambil sebanyak 5ml tadi kemudian diencerkan dengan cara :
- Larutan 5ml yang diambil dalam chamber dipipet sebanyak 1ml
- Masukan kedalam labu ukur 25ml
- Tambahkan larutan dapar posfat PH 7,4 sampai batas labu ukur
- Uji spektro dengan panjang gelombang 221,6 nm

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil :

a. Hasil pengujian
- Menit ke 10 : 0,402
- Menit ke 20 : 0,536
- Menit ke 30 : 0,585
b. Perhitungan
Diketahui :
a) -0,001
b) 56,056
 Menit ke 10: y = bx + a
0,402 = 56,056.x + (-0,001)
0,402 + 0,001 = 56,056.x
0,403 / 56,056 = x
0,402 = x
 Menit ke 20: y = bx + a
0,536 = 56,056.x + (-0,001)
0,536 + 0,001 = 56,056.x
0,537 / 56,056 = x
9,579 x 10-3 = x
 Menit ke 30: y = bx + a
0,585 = 56,056.x + (-0,001)
0,585 + 0,001 = 56,056.x
0,586 / 56,056 = x
0,010 = x

Pembahasan

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat
terapetik yang bersifat local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol Bahan dasar
suppositoria mempengaruhi pada pelepasan zat terapeutiknya. Lemak coklat cepat meleleh
pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, sehingga menghambat difusi
obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati Bentuk dan ukurannya harus
sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukan kedalam lubang atau celah yang
diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu
waktu tertentu

Pada praktikum uji difusi suppositoria proris menggunakan bahan yang sudah disediakan atau
sudah menjadi suppos petama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu memasukan larutan
dapar posfat PH 7,4 kedalam chamber sebanyak 500ml setalah itu atur alat uji difusi dengan
suhu 37ºC dan rpm 50 setelah suhu dan rpm nya sudah sesuai barulah dimasukan suppos
kedalam chamber tadi dan ditunggu selama 5, 10, 30 menit .

Setelah pada menit ke 5 ambil cairan di dalam chamber yang sudah berisikan suppos
sebanyak 5 ml menggunakan pipet ukur lalu masukan kedalam beaker glass.lalu masukan
lagi dengan larutan dapar posfat sebanyak 5ml sebagai larutan pengganti. Setelah itu di cek
dengan spektro. Begitupun pada menit ke 10, dan 20. Pada saat dicek pada spektrofotometer
hasilnya terlalu besar sehingga harus diencerkan dengan cara mengambil 1ml dari larutan 5ml
tadi kemudian dimasukan kedalam labu ukur 25ml dan ditambahkan dengan larutan dapar
posfat sampai tanda batas labu ukur 25ml. Lalu cek pada spektro diulangi dengan panjang
gelombang 221,6 nm
DAFTAR PUSTAKA

Ansel. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI pressAnonim. 1978.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehat
an. Jakarta.

You might also like