You are on page 1of 4

Hari-Hari Indahku

Fitriyanti Dwi Rahayu ( P17335116016) – III A

Sudut mata yang terpejam seketika terbuka di tengah lantunan adzan yang indah nan
menenangkan hati serta hembusan angin yang seakan membangunkan diri untuk bergegas.
Inilah awal dari sebuah hari indah yang kelak akan menjadi sebuah cerita. Keberadaan bulan
telah tergantikan. Mentari pagi menyapa dengan perlahan dan mulai menyinari sisi yang
gelap. Hari indahku telah ku mulai.
Untukku pribadi, indahnya hari bukan hanya mengenai banyaknya tawa yang terjadi.
Hal kecil yang bisa membuatku tersenyum jugalah bagian dari hari indahku. Terkadang,
orang lain lebih memilih menceritakan hari indah yang terjadi saat mereka bersama dengan
orang yang terkasih. Tapi untukku, sendiri dengan kondisi hati yang baik merupakan bagian
dari hari indahku. Bukan berarti, sendiri mencerminkan kesepian.
Banyak hal yang bisa kulakukan untuk mengisi hari-hariku. Berkumpul bersama
keluarga, bermain dengan teman sebaya, hingga menghabiskan waktu dengan diri sendiri.
Mungkin, bagi orang lain yang menyukai keramaian, menghabiskan waktu dengan diri
sendiri adalah hal yang kurang mengasyikan. Tapi untukku, itu adalah saat dimana aku
merasa bebas, tanpa tekanan dan tak harus berpura-pura.
Pernah suatu ketika, muncul hasrat aneh untuk naik ke atap rumahku. Ya aneh, tapi
itu kerap kulakukan. Melihat bentangan langit biru, dengan awan putih yang saling beriringan
merupakan sesuatu yang sangat indah dan membuatku bahagia lebih tepatnya bersyukur.
Sungguh, semua itu seperti sebuah lukisan. Lukisan alam yang dengan bebas dinikmati oleh
siapapun dengan gratis.
Kesukaanku untuk menyendiri bukan berarti aku menjauhi kehidupan sosial. Aku
bahagia dengan hadirnya orang-orang yang selalu memberikan semangat kepadaku terutama
keluarga serta teman-temanku. Aku bersyukur karena mereka tak pernah mengusik sisi
kesendirianku. Biar saja aku dan kesendirianku yang tahu betapa indahnya hidup yang tengah
kujalani. Dimana setiap orag layak untuk mendapatkan sesuatu yang indah begitu juga
dengan diriku.
Hari-Hari Indahku
Fitriyanti Dwi Rahayu ( P17335116016) – III A

Saat sudut mata telah terbuka


Dimana hari telah dimulai
Diawali dengan sapaan mentari
Menyinari sisi yang gelap
Jumlah tawa tidak menjamin kebahagiaan
Kesendirian bukan pula makna dari kesepian
Sendiri juga bahagia, tanpa ada kepalsuan
Sungguh indah bukan…
Lukisan alam yang terbentang
Bersatu padu membentuk keindahan
Bebas untuk dirasakan
Merupakan hal kecil yang membawa kebahagian
Hariku indah dengan caraku sendiri
Tanpa mengikuti apalagi meniru yang lain
Biarkan aja aku yang rasakan
Indahnya hari dengan kesendirian
Tunas pada Ranting yang Kering
Fitriyanti Dwi Rahayu (P17335116016) - IIIA

Ranting-ranting kering merangkai diri dalam bayangan berwarna coklat keabuan.


Melebur dengan debu-debu yang terbawa oleh angin, terbakar oleh panasnya matahari dan
membeku akibat dinginnya angin malam. Bagai menggambarkan kerapuhan yang seakan
tidak pernah berhenti untuk bercerita. Mustahil untuk tumbuh besar seperti sedia kala.
Sebagian telah jatuh melayang tanpa daya akibat gemuruh angin yang terjadi. Tidak
lagi menempel dengan teman-teman lainnya di batang pohon, melainkan terpisah sendirian
dengan keletihan tiada tara. Kerapuhan itu bagai bukti kegagalan serta ketidakmampuan
untuk membangun kekuatan yang dicita-citakan. Namun suatu ketika, dalam riak cobaan,
ditengan kulit yang kian mengelupas, hal ajaib terjadi diantara serangkaian ranting-ranting
kering itu.
Sebuah tunas baru muncul pada ranting yang telah mengering. Bukankah hal itu
menakjubkan? Dimana sesuatu yang sudah hampir mati namun masih bisa menumbuhkan
tunas yang baru. Mungkin karena suatu alasan ranting tersebut mengering. Tapi tidak ada
larangan untuk sebuah tunas baru muncul. Sesuatu yang berwarna hadir diantara lingkungan
yang abu-abu.
Indahnya nampak jelas terlihat bagai sebuah semangat yang muncul dari keputus
asaan. Tunas yang selama ini ternyata dinantikan oleh banyak orang. Mungkin tunas tersebut
masih rapuh, sangat mudah untuk dipatahkan, bahkan bisa terlepas karena hembusan angin
kencang. Tapi yakinlah, keterpurukan yang selama ini terjadi, kesedihan yang selama ini
dirasakan, bagai pupuk yang siap menyuburkan tunas baru tersebut.
Tak ada yang menyangka, tunas itu tumbuh dengan baik, diiringi dengan nyanyian
burung-burung yang setiap pagi bertengger di ranting pohon kering di sekitarnya. Seiring
waktu, tunas tersebut tumbuh semakin kuat. Tak goyah saat angin kencang menerpa, tak
merintih saat panas menyengat, tak ikut mengangis saat hujan turun dan tak menggigil saat
dinginnya angin alam menyapa. Burung-burung kini menatap dengan pandangan penuh
kekaguman. Percayalah, sesuatu yang indah akan mucul pada akhirnya. Hiduplah dengan
penuh semangat. Semesta mengagumi setiap usaha kerasmu.
Tunas pada Ranting yang Kering
( Fitriyanti Dwi Rahayu / P17335116016)

Rangkaian ranting kering coklat keabuan


Terlihat pasrah dengan keadaan
Tak ada perlawanan
Membiarkan diri patah tanpa daya
Sungguh miris menyayat hati
Terhanyut dalam rintih yang tak menepi
Kerapuhan bukti sebuah ketidakmampuan
Hanya menunggu datangnya keajaiban
Tak disangka
Dari serangkaian ranting yang hamper mati
Muncul tunas cantik nan menawan
Berani melawan kerasnya keadaan
Si kecil yang masih rapuh saat diterpa angin
Tumbuh dengan indah bersama kicauan alam
Membiasakan diri dengan kerasnya keadaan
Tak goyah saat angin kencang menerpa
Tak merintih saat panas matahari menyengat
Tak ikut mengangis saat hujan turun
Kini semesta mengagumi setiap usahamu

You might also like