You are on page 1of 14

2.5.

PELAYARAN PELABUHAN

2.5.1. Pendahuluan
Pelayanan yang baik, dalam arti efisien terhaadap pengguna pelabuhan ( kapal,
barang dan penumpang ) adalah modal dasar bagi perkembangan suatu pelabuhan.
Untuk itu pelabuhan harus dapat menyediakan beberapa kondisi berikut ini :
1. Adanya infrastruktur pelabuhan yang memadai , modern, bersih dan
terpelihara baik ( dermaga da terminal yang bersih, tidak ada waktu
tunggu karena antrian atau kerusakan alat ).
2. Penyediaan pelayanan yang aman, efisien seperti pemanduan, operasi
penudaan, penambatan, mooring dan unmooring komunikasi, prosedur
clearance kapal. Aktivitas bongkar muat yang berkualitas, pemeriksaan
yang relevan dan penegakan peraturan prosedur keselamatan yang
tegas.
3. Operasi peralatan penanganan barang yang aman dan efisien,
manajemen bongkar muat yang profesional dan pekerja pelabuhan yang
terlatih, manajemen pelabuhan yang efektif, operasi pengawasan
dermaga dan terminal, optimasi keselamatan kapal dan turn around time
di pelabuhan.
4. Prosedur komuniksi yang lancar dan efektif antara agen pelayaran,
perusahaan bongkar muat dan organisasi manajemen pelabuhan.
2.5.2. Pemanduan dan Penundaan
Sebelum tiba di pelabuhan, kapal harus memberitahukan kedatangannya kepada
operator pelabuhan, Kepala Kantor Pelabuhan, pandu dan semua pihak terkait
melalui agen. Berdasarkan pemberitahuan ini, pandu dan kapal tunda akan
menjemput kapal untuk memandu nahkoda melalui alur diiringi kapal tunda. Petugas
pelabuhan akan memeriksa dokumen kapal sebelum memberikan ijin memasuki
pelabuhan.
Gambar 2.29.pergerakan kapal di pelabuhan dengan kapal tunda

1. Pemanduan
Dengan pertimbangan keselamatan bagi kapal dan muatannya, pada waktu
kapal masuk ke alur pelayaran menuju ke kolam pelabuhan,nahkoda kapal
memerlukan petunjuk dari seorang pandu. Pandu adalah seorang ahli yang
sudah berpengalamann layar dan mempunyai sertifikat pemanduan.Pandu
hanya bertugas sebagai penasehat/pengarah, sedangkan tanggung jawa
keselamatan kapal tetap pada nahkoda. Periran wajib pandu adalah perairan
dimana kapal-kapal dengan ukuran tertentu (diatas 150 GRT) yang akan
masuk dan keluar pelabuhan harus menggunakan bantuan jasa pandu.
Untuk dapat melaksanakan tugas pemanduan dengan baik diperlukan sarana
penunjang, yaitu kapal untuk mengantar jemput pandu di laut, kapal tunda
untuk membantu gerak kapal di alur pelayaran dan menyandarkan kapal di
dermaga, dan regu kepil ( regu yang membantu kapal untuk bertambat atau
melepas tambatan ) untuk membantu mengikat dan melepas tali kapal.

2. Penundaan Kapal
Penundaan kapal adalah pekerjaan mendorong, menarik atau menggandeng
kapal yang beroleh gerak untuk masuk ke kolam pelabuhan, bertambat dan
bersandar di dermaga.
Pada waktu masuk dan keluar pelabuhan, kapal dengan ukuran tertentu harus
menggunakan kapal tunda sebagai sarana bantu pandu. Jumlah dan ukuran
kapal tunda tergantung pada panjang kapal seperti diberikan tabel berikut:
Tabel 1.7.kebutuhan kapal tunda

2.5.3. Labuh Dan Tambat


Setelah masuk ke kolam pelabuhan, masih dengan bantuan pandu dan kapal tunda,
kapal bertambat dan bersandar di dermaga. Pandu akan meninggalkan kapal
setelah kapal tertambat dengan sempurna didermaga, setelah itu surveyor akan
datang untuk memeriksa tangki dan atau palka untuk menyatakan apakah
palka/tangki siap menerima muatan. Petugas imigrasi akan memeriksa dokumen
awak kapal untuk memastikan bahwa awak kapal memegang dokumen yang
berlaku dan sah untuk masuk ke negara, bila tidak mereka tidak diijinkan
meninggalkan kapal.
Tambatan adalah fasilitas pelabuhan untuk merapatnya kapal, bisa berupa
dermaga, pelampung atau dolphin.Di tambatan ini kapal melakukan bongkar muat
barang atau menaik turunkan penumpang.
Kapal yang bertambat di beri batas waktu dan apabila melebihi batas waktu
tersebut, akan dikenakan tarif tambatan 200% dari tarif dasar. Batas waktu
tambatan bobot kapal yang diberikan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.8.waktu tambat kapal


2.5.4. Penanganan Muatan
Di pelabuhan terjadi perpindahan model transportasi, yaitu dari angkutan laut ke
angkutan darat dan sebaliknya.Agar perpindaha tersebut dapat berjalan dengan
lancar diperlukan kegiatan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan
sebaliknya.Jenis peralatan tergantung dari jenis muatan yang ditangani.Jenis
muatan dapat dikelompokkan dalam bentuk 1).Muatan umum (general cargo), 2)
muatan curah dan 3) muatan peti kemas.
Penanganan muatan setelah dibongkar dari kapal dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Barang-barang dapat langsung diangkut ke tempat tujuan dengan
menggunakan angkutan darat ( truk, kereta api)
2. Disimpan di gudang pelabuhan (gudang lini I dan II)
3. Dsimpan di lapangan penumpukan terbuka
4. Barang-barang disimpan sementara di pelabuhan untuk selanjutnya akan
diangkut dengan menggunakan kapal lain menuju lokasi tujuan akhir.
Bongkar muat barang di pelabuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut ini.
A. Bongkar muat barang umum ( general cargo )
Pekerjaan bongkar muat dari dan ke kapal dilakukan oleh perusahaan yang khusus
dibentuk untuk pekerjaan bongkar muat, yang bisa berupa perusahaan swasta atau
BHMN milik PT. Pelindo.Kegiatan bongkar muat barang umum dilaksanakan di
pelabuhan melalui kegiatan stevedoring, cargodoring dan
receiving/delivery.Pekerjaan stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang
dari dek atau palka kapal ke dermaga, tongkang, truk atau sebaliknya memuat
barang dari dermaga, tongkang dan truk ake dek atau palka kapal dengan
menggunakan kran kapal dan atau kran darat. Pekerjaan cargoding adalah
pekerjaan mengeluarkan barang dari sling ( alat pengangkat barang ) di atas
dermaga, mengangkat dari lantai dermaga, mengangkut dan menyusun barang di
dalam gudang lini I atau di lapangan penumpukan terbuka atau pekerjaan
sebaliknya. Sedangkan receiving adalah pekerjaan menerima barang dari atas truk
untuk ditimbun di gudang atau lapangan penumpukan lini I. Alat-alat yang
diguanakan adalah sama dengan kegiatan Cargoding.
Pelaksanaan bongkar muat dapat dibagi menjadi dua macam seperti dijelaskan
berikut ini.
1). Bongkar muat secara langsung ke truk ( truk losing)
Bongkar muat barang dengan cara truck losing dilakukan terhadap barang-barang
tertentu seperti barang berbahaya yang tidak boleh di timbun di gudang/lapangan
penumpukan terbuka dan barang-barang strategis seperti beras, gula, semen dll.
2). Bongkar muat barang dengan penimbunan
Barang-barang sebelum dimuat ke kapal, ditumpuk terlebih dahulu di gudang lini
I atau lapangan penumpukan terbuka dan disusun sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan rencana urutan pemuatan.Urutan pemuatan diperlukan untuk
memudahkan pembongkaran di pelabuhan tujuan. Bongkar muat dengan cara
penimbunan lebih cepat dibangdingkan dengan truck losing yang sering mendapat
hambatan, misalnya jumlah truck kurang atau terlambat karena lalu lintas di jalan
raya padat.
B. Bongkar muat barang curah
Muatan curah dapat dibedakkan menjadi muatan curah padat seperti batubara,
semen, tepung, beras jagung, kedelai dsb dan muatan curah cair seperti minyak
bumi, air, minyak nabati dsb.Penanganan muatan curah cair dilakukan dengan
menggunakan alat pompa di kapal yang mampu mendorong atau menghisap
muatan curah cair dan disalurkan melalui selang atau pipa ke dan dari kapal
langsung ke tangki penyimpanan atau ke tangki-tangki permanen di darat; atau
sebaliknya yaitu dari tangki penyimpanan di darat dimuat ke dalam kapal.
C. Bongkar muat peti kemas di terminal peti kemas
Angkutan barang dengan menggunakan peti kemas selalu meningkat tiap
tahun.Kegiatan bongkar muat peti kemas dapat dilakukan di terminal
konvensional maupun terminal khusus peti kemas.Dermaga dengan terminal
konvensional tidak dilengkapi dengan kran darat, dan bongkar muat dilakukan
dengan mengguankan kran kapal.
Bongkar muat peti kemas diterminal peti kemas dilakukan dengan menggunakan
berbagai peralatan seperti quai gantry crane, rubber tyred gantry crane atau
transtrainer, forklift, top loader , head truck chasis trailer, dsb.

2.5.5. Kinerja Pelabuhan


Kinerja pelabuhan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan
pelabihan kepada pengguna (kapal dan barang), yang tergantung pada waktu
pelayanan kapal selama berada di pelabuhan, kinerja pelabuhan yang tinggi
menunjukkan bahwa pelabuhan dapat memberikan pelayanan yang baik waktu
pelayanan dapat dibedakkan menjadi dua bagian yaitu pada waktu kapal berada di
perairan dan ketika kapal bersandar di tambatan. Komponen waktu pelayanan
kapal di perairan sebagai berikut.
a. Waiting time (WT) atau waktu tunggu. Kapal yang akan masuk ke
pelabuhan harus menunggu bantuan pandu dan kapal tunda. Petugas pandu
akan memandu nahkoda kapal untuk masuk ke pelabuhan sampai
bertambat di dermaga. Waktu tunggu adalah waktu selama menunggu
datangnya pandu dan kapal tunda.
b. Approach time adalah waktu yang diperlukan kapal dari perairan dimana
dia melepas jangkar menuju ke perairan pelabuhan sampai mengikatkan
tali di dermaga, dan sebaliknya yaitu dari kapal melepas tali tambatan
setelah bongkar muat sampai tiba kembali di luar perairan pelabuhan.
c. Postpone time atau waktu tertunda yang tidak bermanfaat selama kapal
berada di perairan pelabuhan antara lokasi lego jangkar, dihitung dari
sebelum sampai sesudah melakukan kegiatan di pelabuhan.
d. Service time atau waktu pelayanan di tambatan adalah waktu yang
dihitung sejak kapal ikat tali di tambatan sampai lepas tali atau waktu
selama kapal berada di tambatan. Komponen waktu pelayanan kapal
ditambatan sebagai berikut ini.
1. Not operating time atau waktu tidak kerja adalah waktu yang
direncanakan kapal tidak bekerja selama berada di tambatan,
termasuk waktu istirahat dan waktu menunggu buruh, serta waktu
menunggu untuk lepas tambat kapal, yang dinyatakan dalam
satuan jam.
2. Effective time atau Operating time (OT) adalah waktu efektif
adalah jumlah waktu yang dipergunakan untuk melakukan
kegiatan bongkar muat yang dinyatakan dalam jam. Berth working
time adalah jam kerja bongkar muat yang tersedia selama kapal
berpedoman pada jumlah jam tertinggi dari kerja gang buruh tiap
gilir kerja (shift) tersebut, tidak termasuk waktu istirahat.
3. Turn round time (TRT) atau waktu pelayanan kapal di pelabuhan
adalah jumlah waktu selama kapal berada di pelabuhan yang
dihitung sejak kapal tiba di lokas lego jangkar di luar perairan
pelabuhan ketika menunggu bantuan pandu dan kapal tunda sampa
kapal berangkat meninggalkan lokasi lego jangkar, yang
dinyatakan dalam satuan jam.

2.5.6. Indikator Kinerja Pelabuhan


Kinerja pelabuhan ditunjukkan oleh Berth Occupancy ratio (BOR) atau tingkat
pemakaian dermaga, yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap
dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu yang tersedia selama satu periode
(bulan/tahun) yang dinayatakan dalam persentase.BOR dihitung untuk masing-
masing dermaga, dan nilainya tergantung padaa beberapa parameter berikut ini.

1. Jenis barang yang ditangani di dermaga


Pelabuhan melayani berbagai jenis muatan/barang yang diangkut melalui laut,
yang bisa berupa muatan barang potongan (general cargo), muatan peti kemas,
muatan curah dan muatan cair.
2. Ukuran Kapal
Ukuran kapal (kapasitas amgkut dan panjang kapal Loa ) sangat berpengaruh
terhadap nilai BOR suatu dermaga. Suatu dermaga dengan panjang tertentu dapat
digunakan bertambat satu kapal besar atau lebih dari satu kapal dengan ukuran
yang lebih kecil.
3. Produktivitas kerja untuk muat/bongkar
Produktivitas kerja untuk bongkar/muat tergantung pada sistem penanganan
barang yang dilakukan terhadap masing-masing jenis muatan.
4. Jumlah gang yang bekerja
Kegiatan bongkar muat barang dilakukan oleh tenaga kerja dalam suatu kelompok
yang disebut dengan gang.Jumlah gang yang melakukan kegiatan bongkar muat
tergantung pada ukuran kapal (volume barang) yang dilayani.Berikut tabel
penjelasan bongkar muat barang menurut jenis muatan dan ukuran kapal.

Tabel 1.9. Jumlah gang

5. Jam kerja dan jumlah shift kerja


Jam kerja dan jumlah shift kerja untuk penanganan barang juga berpengaruh
terhadap kinerja pelabuhan. Pada pelabuhan besar yang sangat padat, jam kerja
bisa selama 24 jam sehari dengan 3 shift pekerja; sementara untuk pelabuhan kecil
bisa hanya 8 jam kerja per hari.
Pada terminal muatan curah cair dan curah kering dapat dioperasikan selama 2
jamm per hari tergantung pada kebutuhan, karena pemuatan dilakukan oleh mesin
otomatis.
6. Panjang Tambatan
Panjang dermaga berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan(nilai BOR). Dermaga
yang cukup panjang dapat digunakan merapat lebih dari satu buah kapal sehingga
antrian kapal bisa berkurang.
7. Hari kerja efektif per tahun
Hari kerja efektif per tahun juga berpengaruh terhadap kinerja pelabuhan.Nilai
BOR dihitung berdasar hari kerja efektif, dengan mempertimbangkan waktu
pemeliharaan.

8. Cadangan waktu untuk tidak bekerja selama kapal bersandar


Setelah kapal bertambat di derrmaga, kegiatan bongkar muat barang tidak
langsung dilakukan.Demikian juga setelah selesai melakuakn bongkar muat
barang, kapal tidak langsung meninggalkan dermaga. Waktu dimana tidak
dilakukan kegiatan ini disebut dengan Not Operating Time, yang digunakan untuk
kegiatan survei, inspeksi, pengurusan dokumen, persiapan pemuatan, menunggu
pandu untuk lepas sandar dll.
2.5.7. Nilai BOR
Nilai BOR dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut yang
tergantung pada jenis tambatan.
a. Tambatan Tunggal
Apabila dermaga hanya digunakan untuk satu tambatan, penggunaan dermaga
tidak dipengaruhi oleh panjang kapal, dan nilai BOR diberikan sebagai berikut.

dengan:
BOR = Berth Occupany Ratio (%)
Waktu tambat = waktu sejak kapal tertambat dengan
sempurna di dermaga sampai lepas sandar (hari)
Waktu Efektif= total waktu operasi pelabuhan dalam
satu periode satu tahun (hari).

b. Dermaga untuk beberapa tambatan

Dengan:
Loa = Lenght Overall kapal (m)
Jagaan = jarak aman antar kapal di tamnbatan 10 m untuk kapal kecil dan 20 m
untuk kapal besar
Panjang tambatan = panjang permukaan dermaga yang bisa digunakan bagi untuk
bersandar dalam satuan meter.

c. Tambatan secara umum


Secara umum timgkat pemakaian dermaga juga dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut .

Service time adalah waktu pelayanan kapal di tambatan, yang terdiri dari
operating time (waktu efektif untuk bongkar muat ) dan not operating time.
Produktifitas tergantung pada jenis alat bongkar muat dan keterampilan operator,
yang berbeda antarapelabuhan yang satu dengan yang lain. Not operating time
adalah waktu tidak produktif karena operator istirahat, pengurusan administrasi,
menunggu buruh serta waktu menunggu untuk lepas tambat kapal.

Tabel 1.10 nilai BOR yang disarankan

2.5.8. Berth Throughput


Berth throughput (BTP) adalah jumlah barang yang dibongkar muat di
tambata. BTP dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.

Dengan:
BTP : berth throughput (m3, ton, box, atau TEUs/m/tahun)
H : jumlah hari kerja dalam satu tahun (hari)
BOR : berth occupany ratio (%)
J : jam kerja per hari
G : jumlah gang dala satu waktu
P : produktifitas B/M (m3, ton, box, atau TEUs/jam)
Loa: panjang kapal (m)

2.5.9. Kapasitas terpasang


Kapasitas terpasang dermaga adalah kemampuan dermaga untuk dapat menerima
arus bongkar muat peti kemas, yang diberikan oleh persamaan

2.5.10. Panjang Dermaga


Dalam perencanaan pengembangan pelabuhan, data arus kedatangan kapal dan
arus peti kemas dapat digunakan untuk menetukan panjang dermaga. Panjang
dermaga berdasar arus peti kemas dihitung dengan persamaan.
Tabel 1.11. Pertumbuhan arus kapal dan arus peti kemas

Tabel 1.12. Penentuan panjang kapal rerata

You might also like