You are on page 1of 21

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849, ia meraih penghargaan

nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya


mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di
Amerika. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain
tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme. Pavlov melakukan
suatu eksperimen terhadap anjing. Anjing mengeluarkan air liur apabila
diperlihatkan makanan.air liur yang dikeluarkan oleh anjing merupakan
suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga
menggunakan lonceng dahulu sebelum makanan diberikan. Dengan
sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian
dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya
membunyikan lonceng saja saja tanpa makanan maka air liurpun akan
keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang lonceng adalah
rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan
berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi)
untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek
Bersyarat atau Conditioned Respons. Dari contoh tersebut dapat diketahui
bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal
dari luar dirinya. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov diperoleh
kesimpulan berkenan dengan beberapa cara perubahan tingkah laku yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya murid dimarahi
karena ujian biologinya buruk.Saat murid untuk ujian kimia dia juga akan
menjadi gugup karena kedua pelajaran tersebut saling berkaitan. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus respon atau reaksinya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan pentingnya pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement/penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Teori
ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi hadiah atau pujian.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/elfa.dianymufida/teori-
belajar-behaviorisme-ivan-pavlov_54f7603ba3331116368b46c1
Teori Belajar dan Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal


dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang
dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.

Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti


sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-
eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker
bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran,
peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai
tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat
sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai
dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang
memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS)


maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon
atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang,


maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan,
secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur
dari mulutnya (CR).

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing


agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air
liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2)
anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses


akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:

Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui


kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh:
makanan

Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral


dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel
adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi
berupa makanan.

Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara


otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan
bunyi bel dengan makanan.

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-
refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning
process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan
rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan
demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar
(unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat
dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-
keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing


menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.


Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.

Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.


Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya
akan menurun

Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu


proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions)
yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan
seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang
terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-
latihan yang continue(terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini
adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.

Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan


ekperimental, refleksiologis objektif Pavlov tetap merupakan model yang
luar biasa dan tidak tertandingi.

C. Penerapan Teori dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga
tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-
latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau
perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar
penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah
Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus
dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian
dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical
Conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada
umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya
kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses
pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari
situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan
wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan
metode dengar ucap.

Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada
anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling
dari rumah ke rumah.Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si
pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air
liur apalagi pada siang hari yang panas.Bayangkan, bila tidak ada lagu
tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan
dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu
atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai
sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak,
es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-
istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri
lama.Contohlain adalahuntuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika
anda mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat
(UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah
sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka
dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan
secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda
tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat
suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku
antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan
oleh pavlov. Contoh lain bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau
tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu
yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi
goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau
usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi


Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

D. Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar menurut


Pavlov adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

Mementingkan pengaruh lingkungan

Mementingkan bagian-bagian

Mementingkan peranan reaksi


Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon

Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma


Pavlov akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap,
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi
instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan


pencapaian suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada
hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar
Pavlov ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatif.Evaluasi atau penilaian didasari atas
perilaku yang tampak.
kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil
yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena
penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan
ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai
metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi
belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang


membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau pujian.

Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa
belajar itu hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan
pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu
ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat
sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar.
Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan
menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan
kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam
hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skills
(kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak
kecil.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:


Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal
dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons.

Menurut teori conditioningPavlov, belajar itu adalah suatu proses


perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response).

Eksperimen Pavlov: Anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka


secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).Jika anjing
dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air
liur.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
(UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing
akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. Setelah
perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing
akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak banyak
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Brennan, James F. 2006.Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Dwijandono dan Sri Esti Wuryani. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta:


Depdikbud

Sarlito W. Sarwono. 2002.Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-


tokoh Psikologi. Surakarta: PT Bulan Bintang.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Belajar. (Online),
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, diakses tanggal 13 November
2011).

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Teori Behaviorisme versi Ivan P. Pavlov


Teori ini mengatakan bahwa setiap rangsangan akan menimbulkan gerak
balas. Gerak balas ialah apa sahaja tingkah laku yang timbul akibat
daripada rangsangan. Manakala rangsangan pula adalah apa sahaja bentuk
tenaga yang menimbulkan gerak balas pembelajaran boleh berlaku akibat
kaitan di antara rangsangan dengan gerak balas. Rangsangan juga boleh
dikaitkan dengan satu rangsangan yang lain untuk mendatangkan
pembelajaran. Pembelajaran yang berlaku karena perkaitan di namakan
pelaziman manakala pembelajaran akibat dari perkaitan dua rangsangan di
namakan pelaziman klasik.
Sebagai contoh apabila guru memberikan arahan supaya murid mengangkat
tangan, maka murid dengan cepat akan mengangkat tangannya. Arahan
ialah rangsangan, manakala tindakan mengangkat tangan ialah gerak balas.
Hasil daripada kajiannya, Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran boleh
berlaku kesan daripada kaitan antara rangsangan dengan gerakbalas.
Pembelajaran yang berlaku melalui perkaitan tersebut dinamakan sebagai
pelaziman dan pembelajaran yang berlaku akibat dua ransangan ini dikenali
sebagai pelaziman klasik. Pelaziman klasik ini termasuklah mengaitkan
simbol-simbol dengan apa yang dilambangkan, mengaitkan nama dengan
watak, mengaitkan istilah teknik di dalam fisik dengan apa yang
dimaksudkan atau mengaitkan tarik dengan peristiwa
Menurut Ragbir Kaur Joginder Singh (2010), beliau menyatakan bahawa
terdapat tiga prinsip asas di dalam eksperimen Ivan Pavlov. Prinsip tersebut
ialah:
1. Setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas
2. Pembelajaran berlaku akibat kaitan antara rangsangan dan gerak balas
3. Pembelajaran yang berlaku akibat perkaitan di antara dua rangsangan
dinamakan pelaziman

2.2 Teori pelaziman klasik Ivan Pavlov


Teori pelaziman klasik adalah tentang tingkah laku pembelajaran yang
telah dipelopori oleh Ivan Pavlov ( 1849-1936). Pada tahun 1980-an.
Pavlov mengkaji fungsi pencernaan pada anjing dengan melakukan
pemerhatian pada kelenjar air liur. Dengan cara itu, beliau dapat
mengumpulkan, menyukat dan menganalisis air liur hewan itu dan
bagaimana ia dapat diberikan makanan pada keadaan yang berbeda. Beliau
sadar anjing akan mengeluarkan air liur sebelum makanan sampai ke
mulutnya dan mencari hubungan timbal balik antara air liur dengan aktiviti
perut. Pavlov hendak melihat rangsangan luar dapat mempengaruhi proses
ini. Oleh itu contoh paling awal dan terkenal bagi pelaziman klasik
melibatkan pelaziman air liur pada anjing kajian Pavlov.
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan:
Pertama, apabila anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak Terlazim –
RTT ) maka secara refleks anjing akan mengeluarkan air liur( Gerakbalas
Tidak Terlazim – GTT ).
Kedua, Jika loceng dibunyikan ( Ransangan neutral – RN ) maka anjing
tidak memberi respon atau mengeluarkan air liur.
Ketiga, Dalam eksperimen ini anjing diberikan makanan (Ransangan Tidak
Terlazim – RTT ) setelah mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim –
RT ) terlebih dahulu, anjing akan mengeluarkan air liur akibat pemberian
makanan.
Keempat. Setelah perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
ketika anjing mendengar bunyi loceng (Ransangan Terlazim – RT ) tanpa
diberikan
makanan, secara automatik anjing akan memberikan respon berupa
keluarnya air
liur dari mulutnya ( GerakbalasTerlazim – GT ).
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk
perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi
respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan.
Karena pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika
mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng
dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan.

Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan


respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau
penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses
akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
Konsep Keterangan
Ransangan tidak terlazim sesuatu yang mampu menghasilkan suatu gerak
balas.
Contoh: makanan
Gerak balas tidak terlazim sesuatu yang dihasilkan oleh sesuatu
rangsangan.
Contoh: lelehan air liur
Ransangan terlazim ransangan yang baru yang diberi bersama ransangan
lama.
Contoh: loceng
Gerak balas terlazim Gerak balas yang dihasilkan oleh ransangan baru
setelah dipadankan dengan ransangan lama.
Contoh: lelehan air liur
Dalam eksperimen ini menunjukkan bagaimana cara untuk membentuk
perilaku anjing agar ketika mendengar bunyi loceng ia akan memberi
respon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan.
Kerana pada awalnya anjing tidak memberi respon apapun ketika
mendengar bunyi loceng.
Jika anjing secara terus menerus diberikan ransangan berupa bunyi loceng
dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.

2.3 Contoh Dalam Kehidupan Nyata


Menurut Brennan, James F. 2006 dalam bukunya Sejarah dan Sistem
Psikologi, sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan,
jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka ” dengan coklat (RTT),
setiap kali anda bertemu (GTT) dengan kekasih anda maka berikanlah
sebuah coklat untuk kekasih anda, secara automatik dia akan sangat suka
dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,
selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat,
maka secara automatik pasangan anda akan sangat suka dengan anda, hal
ini dapat terjadi pembentukan perilaku antara (RTT), (GTT), (RT), dan
(GT) seperti eksperimen yang telah dilakukan oleh Pavlov.

Brown. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.


eori

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal


dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang
dikenang darinya hingga kini. Classic conditioning (pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.

Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti


sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-
eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker
bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran,
peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai
tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat
sesuatu. Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai
dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang
memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.

B. Proses Eksperimen

Eksperimen Pavlov :

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS)


maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon
atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang,


maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan,
secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur
dari mulutnya (CR).

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing


agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air
liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2)
anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa
makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses


akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:

1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang


melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik.
Contoh: makanan

2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat


netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi
bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak
terkondisi berupa makanan.

3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan


secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat
dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat
penggabungan bunyi bel dengan makanan.

C. Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran untuk


anak usia dini berdasarkan teori belajar menurut Pavlov adalah ciri-ciri
kuat yang mendasarinya yaitu:

1. Mementingkan pengaruh lingkungan

Dalam pembelajaran untuk anak usia dini, guru memberikan materi yang
dapat merefres otak anak, hal ini dapat di lakukan seperti guru yang
menyampaikan materi dengan cerita dan dapat di lakukan dengan mengajak
anak keliling lingkungan sekitarnya dengan menunjukan sebuah benda atau
memberikan cerita tentang alam tersebut. Karena dengan bercerita akan
lebih dapat mengingatnya dan pengaruh lingkungan tersebut dapat
membekas dalam ingatan anak sebagai pengalaman baru.

2. Mementingkan bagian-bagian

Dalam pembelajaran bagi anak usia dini, guru harus mementingkan bagian-
bagian aspek dari ilmu yang akan di ajarakan dan di terapkan agar anak
bisa dan menerima materi dengan baik. Aspek tersebut seperti anak di
ajarkan untuk menulis, mengingat kembali akan memori yang sudah anak
dapatkan. Oleh karena itu pembelajaran menggunakan cerita perlu di
lakukan oleh guru. Setelah guru memberikan cerita, anak di minta untuk
menulis atas pengalaman yang tersimpan dalam memorinya tersebut.

3. Mementingkan peranan reaksi


Guru dalam membimbing muridnya harus mementingkan perasaan reaksi,
jika reaksi dari anak tidak terlalu menyukai hal yang di sampaikan guru,
maka guru harus tau dan bisa mengganti dengan metode yang lain. Dan
kebanyakan dari anak menyukai cerita, sehingga pembelajaran akan mudah
di terima oleh anak jika disertai dengan cerita

4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui


prosedur stimulus respon.

Hasil dari perkembangan pembelajaran dari hasil kurikurum yang harus di


terapkan kepada anak usia dini dan akan menghasilkan perkembangan
pembelajaran dengan baik. Ketika anak mendapatkan stimulus berupa rasa
senang dan menikmati cerita dari tiap gurunya. maka anak dapat
meresponnya dengan perilakunya, hal tersebut di buktikan dengan anak
yang dapat belajar dengan baik, seperti anak akan terbiasa mendengarkan
orang lain. Selain itu juga guru yang mengajarkan untuk mempraktekan
langsung dapat memberikan respon positif pada anak untuk mengasah
skillnya.

5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk


sebelumnya

Pada usia dini sebelum sekolah .biasanya orang tua sedikit-demi sedikit
telah mengajarkan anak membaca huruf dan menulis angka, guru mampu
mementingkan kemampuan siswa dengan teliti sehingga guru mampu
melihat kekurangan dan kelebihan dari diri individu. Dengan stimulus yang
sering anak terima berupa cerita dan pengalamannya langsung sehingga
membuat anak terbiasa dan meningkatkan serta mengasah daya ingat anak
itu sendiri.

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan


pengulangan

Kebisaan biasanya sudah muncul sebelum memasuki sekolah, seperti


kebiasaan menyanyi, menggambar, kebiasaan membaca dongeng. Setiap
pembelajaran orang tua wajib mengulang latihan atau materi yang telah di
sampaikan di sekolahan agar latihan dan pengulangan bisa menghasilkan
hasil yang maksimal.

7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang


diinginkan.

Setiap guru akan memberikan pembelajaran, latihan dan ilmu yang akan
menghasilkan perilaku yang di inginkan, semua itu tidak lepas dari
bimbingan orangtua dan guru.

Guru yang menganut pandangan pembelajaran di masa lalu dan pada masa
sekarang merupakan segenap tingkah laku yang bereaksi terhadap
lingkungan mereka yang merupakan hasil belajar. Teori ini
menganalisiskejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang
penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.

PENUTUP

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang


membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau pujian.

Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa
belajar itu hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan
pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu
ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat
sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar.
Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan
menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan
kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam
hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skills
(kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak
kecil

You might also like