You are on page 1of 69

0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE


GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATERI PTERIDOPHYTA DI KELAS XI IPA 2 SMA
NEGERI 11 MUARO JAMBI

Usulan Proposal Untuk Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas


Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Matematika dan pengetahuan alam
Oleh

RESKY APRIYANI .S (RRA1C415001)

DOSEN PENGAMPU :
Dra. EVITA ANGGREINI, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2018
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang


mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia.
Salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru dalam
konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar sehingga menuntut guru
mempunyai strategi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar. Salah satu
ilmu dalam pendidikan adalah sains, salah satu bagian dari ilmu sains yaitu
Biologi.
Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
mengkaji tentang kehidupan, lingkungan sekitar, interaksi antara kehidupan
dengan lingkungan sekitar dan fenomena yang berkaitan dengannya. Tujuan
dari pembelajaran biologi menurut Anonimus (2008) adalah agar siswa mampu
melakukan pengamatan, percobaan sederhana dan diskusi untuk memahami
konsep serta mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan
melaporkannya.
Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan tentu saja dibutuhkan
adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Siswa harus memiliki
keaktifan tinggi dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru harus mampu
mengadakan pembelajaran yang melibatkan siswa. Biologi memiliki peranan
penting dalam dunia pendidikan, untuk itu dibutuhkan guru yang kreatif dalam
memilih model pembelajaran agar proses belajar mengajar menjadi lebih
efektif dan efisien sehingga siswa mampu memahami konsep-konsep dalam
pelajaran Biologi.
Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar
memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh

1
2

karena itu guru dituntut agar dapat menerapkan model pembelajaran yang
efektif dan efisien yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Manfaat dari model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan suasana belajar yang lebih kondusif dengan lebih melibatkan
aspek-aspek kecerdasan siswa atau dengan kata lain siswa diarahkan untuk
melakukan aktivitas pembelajaran mandiri dengan pengawasan secara
proposional oleh guru.
Oleh karena itu peneliti akan meakukan studi pendahuluan, berupa
observasi dan wawancara dengan guru Biologi SMA Negeri 11 Muaro Jambi,
setelah melakukan studi pendahuluan akan diketahui kendala dalam
melaksanakan proses pembelajaran, yaitu kurangnya rasa keingintahuan siswa
dalam belajar, siswa juga cenderung pasif, tidak berani mengungkapkan
pendapat atau pertanyaan, siswa kurang dapat mengeksplor kemampuan yang
mereka miliki, siswa tidak memiliki rasa percaya diri ketika dilakukan tes dan
siswa tidak pernah diminta oleh guru untuk menerapkan/ mengaplikasikan
konsep dan keterampilan yang telah dimiliki dalam situasi baru sehingga
pembelajaran dirasakan siswa kurang bermakna.

Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dapat meningkat apabila guru
dapat membangkitkan minat siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam
belajar dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran,
memberikan umpan balik kepada siswa. Salah satu alternative untuk
pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yaitu model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group
Investigation.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dicari solusinya untuk


mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan salah satu model
pembelajaran Tipe Group Cooperative Learning Investigation. Dengan
menggunakan tipe Group Investigation (GI) diharapakan siswa bisa lebih aktif
dan efketif dalam belajar sehingga akan meningkatakan hasil belajar serta

2
3

sikap ilmiah siswa. yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2
SMA Negeri 11 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2017/2018.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu
masalah sebagai berikut.
Bagaimana Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Group Investigation dapat meningkatkan (Sikap ilmiah dan Hasil Belajar) sikap
ingin tahu siswa dan pemahaman konsep dalam pembelajaran Biologi kelas XI2
IPA SMA NEGERI 11 MUARO JAMBI Tahun Ajaran 2017/2018.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
“Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Group Investigation dapat meningkatkan sikap ilmiah dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Biologi materi Pteridophyta kelas
XI2 IPA SMA NEGERI 11 MUARO JAMBI Tahun Ajaran 2017/2018.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Group Investigation belajar siswa dalam pembelajaran Biologi
materi Pteridophyta kelas XI2 IPA SMA NEGERI 11 MUARO JAMBI Tahun
Ajaran 2017/2018.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian


Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai bekal pengetahuan bagi penulis

3
4

2. Sebagai bahan masukan bagi guru biologo dalam rangka mencari


alternatif pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
3. Menambah wawasan siswa dalam memahami konsep pembelajaran
4. Menambah pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Group Investigation pada pembealajaran Biologi

1.5 Definisi Istilah/Operasional


Untuk menghindari berbagai penafsiran, maka penulis terlebih dahulu
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat di dalam proposal ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk bertindak atau
berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-
langkah ilmiah.
2. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator.
4. model pembelajaran group investigation adalah salah satu bentuk model
pembelajaran
kooperatif yang memiliki titik tekan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi atau segala sesuatu mengenai materi pelajaran yang
akan dipelajari.

BAB II

4
5

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS


MASALAH

2.1 Kajian Teoritis


2.1 Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar
2.1.1 Definisi Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap yang dibentuk oleh orang yang
berkecimpung dalam ilmu alamiah dan bersifat ilmiah. Salah satu aspek tujuan
dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Sikap
ilmiah siswa dalam proses pembelajaran Biologi sangat di perlukan (Putra,
2010).
Chaplin (Patta Bundu, 2006: 137) menyatakan bahwa “sikap atau pendirian

adalah satu predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung

terus-menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan cara tertentu”.

Sedangkan Sulistyorini (2007: 10) menyebutkan sikap ilmiah merupakan “suatu

sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang

diamati”.

Abdullah Aly dkk (2011: 17) menyatakan yang dimaksud dengan sikap

ilmiah tersebut adalah:

sikap mencintai kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil; menyadari


bahwa kebenaran ilmu tidak absolut; tidak percaya pada takhayul,
astrologi maupun untung-untungan; ingin tahu lebih banyak; tidak
berpikir secara prasangka; tidak percaya begitu saja pada suatu
kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata; optimis, teliti dan
berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya
adalah benar.
Sedangkan National Curriculum Council (Patta Bundu, 2006: 39) menyatakan
bahwa:

5
6

sikap ilmiah yang sangat penting dimiliki pada semua tingkat


pendidikan adalah hasrat ingin tahu, menghargai kenyataan (fakta dan
data), ingin menerima ketidakpastian, refleksi kritis dan hati-hati, tekun,
kreatif untuk penemuan baru, berpikiran terbuka, sensitif terhadap
lingkungan sekitar, bekerjasama dengan orang lain.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tidak belajar, dan
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.Kemudian Mulyono
Abdurrahman (2009:38) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan
sesuatu proses dari seseorang yng berusaha memperoleh bentuk perubahan
perilaku yang relative menetap.

2.1.3 Jenis-jenis Hasil Belajar


Bloom dalam Nana Sudjana (2006:22) secara garis besar membagi hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
1). Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaaan dengna hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam
aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman, yang dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni pemahaman
terjemahan, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi.
2). Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif
kurang mendapat perhatian dari guru. Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, displin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas.
3). Ranah Psikomotrik

6
7

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan


bertindak individu.
Menurut Gagne dalam Sanjaya (2008 : 163), mengidentifikasi lima jenis hasil
belajar ,yaitu :
1. Belajar keterampilan intelektual yakni belajar diskriminasi, belajar konsep, dan
belajar kaidah.
2. Belajar informasi verbal, yaitu belajar melalui simbol-simbol tertentu.
3. Belajar mengatur kegiatan intelektual, yakni belajar mengatur kegiatan
intelektual yang berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan
intelektual.
4. Belajar sikap, yaitu belajar menetukan tindakan tertentu.
5. Belajar keterampilan motoric, yaitu bellajar melakukan gerakan-gerakan
tertentu mulai dari yang sangat sederhana hingga yang kompleks.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Slameto (2003:54) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor
yang ada pada diri siswa itu sendiri yang meliputi :
1. Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran, dan penglihatan.
2. Faktor Psikologis, yang meliputi inteligensi, minat, motivasi, serta perhatian
ingatan berpikir.
3. Faktor Kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.
Faktor-faktor yang ada diluar individu disebut faktor eksternal, yang meliputi :
a. Faktor keluarga, yaitu lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.
b. Faktor sekolah, yaitu metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, dan berdisplin di sekolah,\.
c. Faktor masyarakat, yaitu bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat
mempengaruhi prestasi siswa.

2.2 Pembelajaran Cooperative Learning

7
8

Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk


meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Model-model pembelajaran
memiliki banyak variasi, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif atau
dalam bahasa Inggris disebut cooperative learning. Cooperative mengandung
pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan
kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata
dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2013: 15) cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 46 orang dengan struktur kelompok
heterogen. Suprijono (2015: 73) mengemukakan model pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk
bentukbentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Menurut Lie dalam Wena (2013: 189) pembelajaran kooperatif adalah
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini
guru bertindak sebagai fasilitator. Isjoni (2013: 23) mengemukakan pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student
oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang
agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membutuhkan kerja sama
tim atau kelompok yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 6 orang dengan struktur
kelompok bersifat heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

2.3 Langkah-langkah pembelajaran cooperative Learning


Menurut Saur (2012 : 89) menjelasakan bahwa ada enam fase atau tahapan
pembelajaran cooperative yaitu :

8
9

1. Menyediakan objek atau perangkat


2. Menghadirkan atau menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan peserta didik dalam belajar kelompok
4. Membimbing bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Mengenali prestasi

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation


2.4.1 Group Investigation
Menurut Sharan & Sharan dalam Huda (2013: 292) group investigation
merupakan salah satu tipe kompleks dalam pembelajaran kelompok yang
mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Menurut
Kurniasih dan Sani (2015: 71) model pembelajaran group investigation adalah
salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang memiliki titik tekan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau segala sesuatu
mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari.
Sejalan dengan Kurniasih dan Sani, Nurhadi, dkk. dalam Wena, (2013:
196) mengungkapkan group investigation merupakan salah satu bentuk tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa
untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia.
Sumarmi (2012: 124) mengemukakan pembelajaran kooperatif tipe group
investigation merupakan model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa
secara aktif dalam pembelajaran guna memecahkan masalah melalui penelitian
dan menemukan konsep melalui berbagai pengalaman, baik secara bersama-sama
antara siswa dengan siswa dalam satu kelompoknya, siswa dengan siswa dalam
kelompok yang berbeda, maupun siswa dengan guru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
group investigation menekankan pada partisipasi siswa yang baik dalam
berkomunikasi dan keterampilan proses kelompok antar sesama anggota
kelompok, sehingga siswa lebih menguasai materi ajar, untuk mencari sendiri

9
10

materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang


tersedia dan melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.

2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation


Sharan dalam Trianto (2011: 80) membagi langkah-langkah model
investigasi kelompok menjadi 6 fase, sebagai berikut.
1). Memilih topik
Siswa memilih sub topik khusus di dalam suatu daerah masalah umum
yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan
menjadi dua sampai enam anggota, tiap kelompok menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi tugas, komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.
2). Perencanaan cooperative
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan
khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap
pertama.
3). Penyelidikan
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap
kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.
4). Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap
ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh kelas.
5). Presentasi hasil
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan
cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang
lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh
perspektif yang luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasikan oleh guru.

10
11

6). Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik
yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok
terhadap kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat
berupa penilaian individual atau kelompok.

2.4.3 Ciri-ciri Model Pembelajaran Group Investigation


Menurut Sharan dalam Trianto (2011: 81) yang menjelaskan bahwa ciri-
ciri model pembelajaan group investigationyaitu :
1. Pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation berpusat
pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan
sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling berkerjasama
dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memamndang latar
belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan
pendapat.
3. Pembelajaran kooperatif dengan meode group investigation siswa
dilatih untuk memiliki kemampuan yang baikdalam berkomunikasi,
semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topikyang telah dipelajari.
4. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses
belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
2.4.4 Kelebihan dan kekurangan Model Group Investigation
Setiap model pembelajaran tentunya mempunyai kelebihan dan
kelemahan, termasuk model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation. Menurut Kurniasih dan Sani (2015: 73) kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
sebagai berikut.
1. Kelebihan
a. Model pembelajaran group investigation memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

11
12

b. Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat


meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling
bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok
tanpa memandang latar belakang.
d. Model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunkasi dan mengemukakan pendapatnya.
e. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses
belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.
2. Kelemahan
a. Model pembelajaran group investigation merupakan model
pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan
dalam pembelajaran kooperatif.
b. Model ini membutuhkan waktu yang lama.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran group investigation


menurut Sumarmi (2012: 132) antara lain:
1. Group investigation tidak ditunjang oleh adanya hasil penelitian
yang khusus.
2. Proyek-proyek kelompok sering melibatkan siswa-siswa yang
mampu karena siswa-siswa tersebut lebih mampu mengarahkan
belajar mereka sendiri.
3. Group investigation terkadang memerlukan pengaturan situasi
dan kondisi yang berbeda, jenis materi yang berbeda dan gaya
mengajar yang berbeda pula.
4. Keadaan kelas tidak selalu memberikan lingkungan fisik yang
baik bagi kelompok kecil karena antara kelompok satu dengan
kelompok yang lain terlalu dekat sehingga diskusi kelompok tidak
dapat berjalan dengan baik maka saling menggangu.

12
13

5. Keberhasilan model group investigation bergantung pada


kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja mandiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kelebihan pembelajaran


kooperatif tipe group investigation adalah dapat mendorong siswa belajar lebih
aktif dan lebih bermakna sehingga minat dan hasil belajar siswa meningkat,
karena siswa dituntut berpikir suatu persoalan dan mencari cara
penyelesaiannya sehingga siswa lebih terlatih untuk menggunakan
keterampilan pengetahuannya dan pengalaman belajar siswa tertanam untuk
jangka waktu yang lama. Sedangkan kelemahan group investigation yaitu
kecenderungan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi mendominasi
pembelajaran baik dalam diskusi maupun presentasi.

2.5 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


2.5.1 Pengertian Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang
anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh
pengangkut. Pteridophyta berasal dari kata pteron :sayap bulu, dan
phiton :tumbuhan. Sehingga Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang
tergolong dalam tumbuhan kormus berspora, dimana tumbuhan ini menghasilkan
spora dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap pada
pucuk tumbuhan terdapat bulu-bulu. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan
kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta
bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai
tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang
paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ
reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut
berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis,
korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom). Batang tumbuhan paku
tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, sangat pendek, ada

13
14

juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang. Daun
ketika masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan
ukurandan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan
makrofil. Mikrofil bentuk kecil atau bersisik, tidak bertangkai, tidak bertulang
daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Makrofil daun besar, bertangkai,
bertulang daun, bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi ( Tjittrosoepomo, 2004
: 206-207).
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada
tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah
dibicarakan sebelumnya, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia
tumbuhan dalam dua kelompok saja yng diberi nama Cryptogamae dan
phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi yang sekarang kita
sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta (
Tjittrosoepomo, 2004 : 207).

2.5.2 Morfologi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket

steril)yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler yang

terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar , dan yang paling penting

adalah sistem transport internal yang mengangkut air dan zat makanan dari

dalam tanah. Sistem transport ini sama baiknya seperti pengorganisasian

transport air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.

a) Struktur tubuh
1. Akar
Bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri
atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel – sel akarnya sendiri.

14
15

2. Batang
Pada sebagian jenis tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di
dalam tanah berupa rimbang, mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika
muncul di atas permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5
m. akan tetapi ada batang beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku
pohon /paku tiang yang panjangnya mencapai 5 m dan kadang – kadang
bercabang misalnya: Alsophilla dan Cyathea.
3. Daun
Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. berdasarkan
bentuk ukuran dan susunanya, daun paku dibedakan antara epidermis,
daging daun, dan tulang daun.

a. Mikrofil
Daun ini berbentuk kecil – kecil seperti rambut atau sisik, tidak
bertangkai dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan
diferensiasi sel, dan tidak dapat dibedakan antara epidermis, daging
daun dan tulang daun.
b. Makrofil
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang
daun, serta bercabang – cabang. Sel – sel penyusunnya telah
memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan
tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut
daun).

15
16

Gambar 1.1 Bagian-bagian Tumbuhan Paku (Tjitrosoepomo, 2004:210)


Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond, dan
keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna.

Gambar 1.2 Bagian-bagian Tumbuhan Paku (Tjitrosoepomo, 2004:210)

Jika diperhatikan pada permukaan bagian daun (frond) terdapat bentuk


berupa titik-titik hitam yang disebut sorus, dalam sorus terdapat kumpulan
sporangia yang merupakan tempat atau wadah dari spora. Gambar dibawah ini
menunjukkan sporangia yang tergabung dalam struktur sorus (jamak sori).

16
17

Gambar 1.3 Sporangia yang tergabung dalam struktur sorus


(Tjitrosoepomo, 2004:210)
Tidak semua daun paku memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki
sorus merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, daun paku yang tidak
memiliksorus disebut daun steril. Daun ini banyak mengandung klorofil dan
banyakdimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Daun ini disebut daun tropofil.
Ditinjau dari fungsinya , daun tumbuhan paku dibedakan atas:
1. Tropofil Merupakan daun yang khusus untuk fotosintesis.
2. Sporofil
Daun ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Tetapi daun ini juga dapat
melakukan fotosintesis, sehingga disebut pula sebagai troposporofil. Adapun
struktur sorus adalah bagian luar dari sorus berbentuk selaput tipis yang disebut
indusium. Bagian dalam qqsorus terdapat kumpulan sporangium yang
didalamnya berisi ribuan spora. Jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di
atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk
bedak berwarna hitam, coklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis
tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa
melalui proses yang kompleks. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.4 Sporangia yang tergabung dalam struktur sorus


(Tjitrosoepomo, 2004 :210)

17
18

2.5.3 Habitat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran


rendah, tepi pantai, lereng gunung, 350 meter diatas permukaan laut terutama
di daerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan
lain (Tjitrosoepomo, 2014 : 211).

Beberapa paku dapat bertahan hidup di daerah yang ekstrim seperti


lingkungan kering dan panas. Beberapa jenis paku dapat tumbuh di daerah gurun
Tumbuhan paku meletakkan dirinya tepat sesuai dengan nitchenya, tanah yang
lembab, udara yang lembab, intensitas cahaya dan sebagainya. Jarang tumbuhan
paku hidup diluar nitchenya. Jika anda ingin menumbuhkembangkan paku, maka
anda harus menciptakan lingkungan yang sesuai sehingga tumbuhan paku tumbuh
dan berkembang dengan optimal.

2.5.4 Daur Hidup atau Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetatif), yakni dengan


stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun
atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi secara seksual (generatif)
melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat–alat kelamin
(gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid
dan gametogonium betina menghasilkan sel telur (ovum).seperti halnya tumbuhan
lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan) (
Tjitrosoepomo, 2014 :212).
1. Metagenesis paku homospora

18
19

Gambar 1.5 Metagenesis paku homospora (Tjitrosoepomo, 2004 :212)

2. Metagenesis Paku Heterospora dan Paku Peralihan

19
20

Gambar 1.6 Metagenesis paku heterospora (Tjitrosoepomo, 2004 :212)

Pada metagenesis tumbuhan paku, baik pada paku homospora,


paku heterospora, ataupun paku peralihan, pada prinsipnya sama. Ketika
ada spora yang jatuh di tempat yang cocok, spora tadi akan
berkembang menjadi protalium yang merupakan generasi penghasil gamet atau
biasa disebut sebagai generasi gametofit, yang akan segera
membentuk anteredium yang akan menghasilkan spermatozoid dan arkegonium
yang akan menghasilkan ovum. Ketika spermatozoid dan ovum bertemu,
akan terbentuk zigot yang diploid yang akan segera berkembang

20
21

menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari


merupakan generasi sporofit karena mampu membentuk sporangium yang
akan menghasilkan spora untuk perkembangbiakan. Fase sporofit pada
metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase
gametofitnya. Apabila kita amati daun tumbuhan paku penghasil spora
(sporofil), di sana akan kita jumpai organ-organ khusus pembentuk spora. Spora
dihasilkan dan dibentuk dalam suatu wadah yang disebut sebagai sporangium.
Biasanya sporangium pada tumbuhan paku terkumpul pada permukaan bawah
daun (Tjitrosoepomo, 2014 :212-213).
2.5.5 Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

a. Klasifikasi Berdasarkan Spora

Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dapat


dibedakan menjadi tiga golongan seperti berikut ini.
1. Paku Homospora (isospora)
Menghasilkan satu jenis spora, misalnya Lycopodium (paku kawat). Spora
dari paku ini dikenal sebagai 'Lycopodium powder' yang dapat meledak di
udara apabila terkumpul dalam jumlah cukup banyak dan pada jaman dulu
digunakan sebagai lampu kilat untuk pemotretan.

Gambar 1.7 Lycopodium clavatum (Tjitrosoepomo, 2004 :213)

2. Paku Heterospora

21
22

Menghasilkan dua jenis spora yanhg berlainan; yaitu mikrospora berkelamin


jantan dan makrospora (mega spora) berkelamin betina, misalnya : Marsilea
(semanggi), Selaginella (paku rane).

Gambar 1.8 Marsilea crenata (Tjitrosoepomo, 2004 :213)

Paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan


heterospora, yaitu paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan
ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya, satu berjenis kelamin
jantan dan lainnya berjenis kelamin betina, misalnya Equisetum debile
(paku ekor kuda).

Gambar 1.9 Equisetum debile (Tjitrosoepomo, 2004 :214)

b. Klasifikasi Berdasarkan Ciri Tubuh

Klasifikasi tumbuhan paku Dibagi menjadi 4 subdivisi, yaitu


Psilopsida, Lycophyta, Sphenophyta dan Pterophyta.
1. Paku Purba (Psilopsida)
Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan
hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba

22
23

hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak
memiliki akar sejati dan tidak memiliki daun sejati.
Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil
(mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi
dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak
memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil
sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung
mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang cabang
batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora).
Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan
arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk
memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak
berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum)
(Tjitrosoepomo, 2004 :215)
2. Paku Kawat (Lycopsida)
Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari
genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-
hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau
hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan
daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun
rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk
strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus
pada pinus.
Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane
(Selaginella sp) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium
dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil
(daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan.
Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung
megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan
tumbuh menjadi gametofit betina.

23
24

Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil.


Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis
dengannnya. Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu
mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat
juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium.
Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan
tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit biseksual terdapat pada
Lycopodium (Tjitrosoepomo, 2004 :215)

Gambar 1.10 Lycopodium sp Psilotum nudum


(Tjitrosoepomo,2014 :216)
3. Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu
genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab
di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m
sedangkan rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap
ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor
kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras
disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada
strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum
digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya
berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis.

24
25

Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga


merupakan gametofit biseksual.

Equisetum debile Dryopteris filx mas


Gambar 2.1 Equisetum debile dan Dryopteris filx mas
(Tjitrosoepomo, 2004 :215)

4. Paku Sejati (Pteropsida)


Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita
lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah
tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari
kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang
dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah.
Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun
bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung
(circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi
(Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku
sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku
sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica.

25
26

Marsilea crenata Asplenium nidus


Gambar 2.1 Marsilea creanata dan Asplenium nidus
(Tjitrosoepomo, 2004 :217)

2.6 Hasil Penelitian Yang Releven

1. Natalina, Mahadi, dan Suzane (2012) memperoleh kesimpulan bahwa


penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil
belajar siswa.
2. Noerhaidan (2008) mengemukakan bahwa aspek-aspek inkuiri muncul
dalam pembelajaran biologi melalui kegiatan inkuiri. Siswa perlu
dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan inkuiri
sehingga dapat menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan
orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif.
3. Berdasarkan hasil penelitian Musyiatun (2012) yang berjudul
Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Pendekatan Verification
Laboratory Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Kebon
Gembong, Kendal Peningkatan sikap ilmiah dapat dilihat dari pratindakan
hingga siklus kedua. Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa
dapat diteliti dan ditingkatkan agar mencapai kriteria keberhasilan yang telah
ditentukan.
4. Berdasarkan hasil penelitian Gusnery (2016) yang berjudul Peningkatan hasil
belajar biologi peserta didik menggunakn model koopeartif tipe mind map
kelas X2 SMA. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari pratindakan hingga

26
27

siklus kedua. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat
diteliti dan ditingkatkan agar mencapai kriteria keberhasilan yang di tentukan.

2.7 Kerangka Berfikir


Kerangka berfikir dapat dilihat atau digambarkan dalam bagan berikut :

Guru

Proses Pembelajaran Model Group Investigation

Metode Konvensional Meningkatkan sikap Ilimah dan Hasil


Belajar Siswa pada Materi
Pteridophyta

Hasil Belajar Kurang

Berdasarkan gambaran kerangka pemikiran diatas peneliti memperoleh


gambaran tentang apa yang akan diteliti yaitu : Bagaiman meningkatkan sikap
ilmiah dan hasil belajar siswa kelas dalam materi pteridophyta melalui
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Berdasarkan tindakan
yang dilakukan tersebut diharapkan mencapai kondisi akhir yaitu sikap ilmiah dan
hasil belajar dapat meningkat dan siswa juga lebih senang serta tertarik untuk
belajar biologi (Pteridophyta) sehingga hasil belajar dapat meningkat.
Sikap ilmiah dapat menjadi fondasi dalam meningkatkan kemampuan
kognitif siswa. Salah satu sikap yang merupakan bagian dari sikap ilmiah dan
sangat penting adalah sikap ingin tahu. Karena sikap ingin tahu merupakan
salah satu dimensi sikap yang harus dimiliki oleh siswa SMA. Sikap ingin tahu
merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan. Sikap ingin tahu siswa dapat
digali melalui pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki siswa dan

27
28

dihubungkan dengan kondisi dunia nyata. Sikap ingin tahu ini penting karena
merupakan fondasi dalam menambah pengetahuan-pengetahuan baru yang
akan dimiliki siswa. pengukuran sikap ingin tahu dapat dilakukan dengan
mengembangkan indikator-indikator sikap ingin tahu sehingga akan memudahkan
dalam penyusunan setiap butir instrumen sikap ingin tahu. Dalam pengukuran
sikap ingin tahu siswa di gunakan bentuk penilaian non tes.Dalam meningkatan
sikap ingin tahu siswa dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang
membuat siswa aktif dan kreatif.

2.8 Hipotesis Tindakan


Hipotesis dari penelitian indakan ini adalah Pembelajaran
CooperativeLearning Group Investigastion dapat meningkatkan sikap ilmiah dan
hasilbelajar siswa dalam materi Pteridophyta dikelas XI IPA 2 SMA 11 MUARO
JAMBI.

28
29

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action


Research). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dalam kawasan
kelas dengan tujuan meningkatkan atau memperbaiki kualitas pembelajaran.
ilmu Pengetahuan Alam memberikan pengetahuan tentang alam yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga bersifat kontekstual. Dalam
pembelajaran guru harus melibatkan siswa sehingga pembelajaran terasa lebih
bermakna. pengetahuan yang disampaikan guru juga akan lebih dipahami
siswa karena siswa mengalami langsung. Dalam pendekatan ini guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan materi dengan kehidupan
nyata atau pengalaman siswa sebelumnya yang sudah dimiliki.
Bentuk penelitan ini merupakan penelitian tindakan kolaboratif.
Kasihani Kasbolah (2000 : 123) menyatakan “penelitian tindakan kolaboratif
melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah, maupun dosen secara
serentak melakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan praktik
pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan peningkatan karir
guru”. Sehingga antara guru dan peneliti saling terlibat dalam satu tim.
Pada penelitian ini guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti sebagai
observer. Guru kelas XI IPA 2 SMA NEGERI 11 MUARO JAMBI bertindak
sebagai pengajar yang melakukan perbaikan segala aspek pembelajaran salah
satunya adalah model pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh siswa serta wawasan siswa bertambah luas.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ingin tahu siswa
menggunakan model Cooperative Learning Tipe Group Investigation.

29
30

Model penelitian ini adalah model siklus (siklus spiral) yaitu model
pembelajaran yang semakin lama semakin meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Sedangkan bentuk penelitian tindakan kelas pada
penelitian ini adalah penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian tindakan
kolaboratif meliputi mahasiswa sebagai peneliti dan perancang rencana
tindakan, sedangkan guru yang melaksanakan tindakan tersebut.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di kelas XI IPA 2 SMA 11 MUARO JAMBI


Penelitian ini akan diadakan pada semester I tahun ajaran 2017/2018 pada
tanggal 15 April – 13 Mei 2018.
3.3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 MUARO JAMBI


sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 14 siswa laki-
laki. Peneliti memilih siswa KELAS XI IPA 2 MUARO JAMBI karena hasil
observasi di kelas tersebut menunjukkan bahwa sikap ingin tahu siswa masih
rendah (Sikap ilmiah dan hasil belajar)

3.4. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah sikap ingin tahu siswa melalui
pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Biologi Kelas XI IPA 2 MUARO
JAMBI
3.5. Desain Penelitian

Sa’dun Akbar (2010: 28) menjelaskan “tujuan penelitian tindakan kelas


untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas”.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Mctaggart.
Model penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Siklus kedua merupakan
perbaikan dari siklus pertama, siklus ketiga merupakan perbaikan dari siklus
kedua dan seterusnya. Jumlah siklus pada model ini tergantung pada
permasalahan yang perlu diselesaikan

30
31

Penelitian ini menggunakan model spiral yang setiap siklusnya terdiri


dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Namun pada komponen tindakan dan pengamatan dijadikan dalam satu -
kesatuan. Penelitian ini akan berakhir jika terjadi kesepakatan antara peneliti
dan guru dan pembelajaran Biologi yang dilakukan melalui model kooperatif
learning tipe group investigation sudah sesuai dengan rencana pembelajaran .

Gambar siklus sebagai berikut:

Keterangan:

Plan (rencana)
Action (tindakan)
Observe (observasi)
Reflect (refleksi)

Gambar 1 Siklus Model Kemmis dan Mctaggart


.
Langkah-langkah yang pada setiap siklus merupakan satu putaran. Jika
sudah sampai pada komponen ketiga, maka dilanjutkan pada komponen
pertama siklus berikutnya. Setelah komponen pertama selesai dilanjutkan ke
komponen kedua dan ketiga apabila antara tindakan dan pengamatan tidak
dapat dilaksanakan bersamaan.
F. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam satu tindakan pembelajaran


(siklus tindakan kelas). Pada setiap siklus dilakukan dua kegiatan
pembelajaran. Pada setiap kegiatan pembelajaran akan dilakukan evaluasi
untuk mengukur sikap ingin tahu siswa. Kegiatan pembelajaran pada

31
32

pembelajaran pertama akan menentukan pemberian tindakan pada siklus


kedua dan seterusnya. Pada penelitian ini akan direncanakan 2 siklus tindakan
dan akan dilakukan pengembangan bila siklus 3 diperlukan. Terdapat empat
tindakan dalam setiap siklus seperti yang dikemukakan.
Sebelum masuk pada siklus satu, peneliti melakukan kegiatan pra siklus
untuk mengetahui kondisi awal pada pembelajaran Biologi Kelas XI IPA 2
SMA 11 MUARO JAMBI. Rincian tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut.
1. Pra siklus

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan kegiatan


pembelajaran Biologi kelas XI IPA 2 SMA 11 MUARO JAMBI.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sikap ingin tahu (sikapi ilmiah
dan hasil belajar) siswa saat proses pembelajaran dan model pembelajaran
yang digunakan oleh guru di kelas. Setelah dilakukan kegiatan
pengamatan maka dapat didapatkan gambaran tentang sikap ingin tahu
siswa dan model pembelajaran yang dipakai oleh guru di kelas sebelum
diberi tindakan. Jika hasil pengamatan menunjukkan bahwa sikap ingin
tahu siswa belum mencapai indikator atau belum sesuai yang diharapkan,
maka akan diadakan perbaikan pada siklus I.

2. Siklus I

Pembelajaran Biologi pada siklus I akan diadakan sebanyak 2 kali


pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tahap perencanaan
Adapun kegiatan yang akan dilakukan peneliti sebagai berikut.
1) Mengenalkan model pembelajaran kooperatif learning tipe group
investigation serta kelebihan model pembelajaran tersebut kepada
guru kelas XI IPA 2 guru dan peneliti akan membuat kesepakatan
tentang materi yang disampaikan saat proses pembelajaran
Biologi.

32
33

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi


materi dan media pembelajaran yang sebelumnya sudah
disepakati oleh guru dan peneliti. Kemudian mengkonsultasikan
RPP tersebut kepada dosen pembimbing.

3) Menyusun lembar kerja siswa dan soal evaluasi yang selanjutkan


dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru yang
bersangkutan.

4) Peneliti menyusun lembar observasi yang digunakan sebagai


instrumen penelitian.

5) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang


diperlukan.

b. Tahap Tindakan

Pada tahap ini guru mengajar dengan menggunakan panduan


pembelajaran yang sudah dibuat dan dibantu oleh peneliti. Pada
setiap pertemuan guru menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Group Investigation saaat proses
pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Group Investigation yang harus
dilaksanakan oleh guru adalah sebagai berikut.
1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas
kelompok.
3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas,
sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi atau
tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah
ada secara kooperatif berisi penemuan.

33
34

5. Setelah selesai diskusi, melalui juru bicara, ketua


menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
6. Pendidik memberikan penjelasan singkat sekaligus
memberi kesimpulan.
7. Penilaian dan penutup.
c. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan


menggunakan lembar observasi yang bertujuan untuk melihat sikap
Ilimah dan hasil belajar (ingin tahu siswa ) dan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation yang digunakan oleh
guru selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk
melihat proses pembelajaran Biologi dengan menggunakan model
cooperative. Selain peneliti mengamati tentang proses tindakan,
peneliti juga mengamati hasil tindakan serta kendala-kendala yang
timbul dalam tindakan.
d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mencermati, mengumpulkan dan


menganalisis data dimulai pada kondisi awal siklus sampai kondisi
akhir siklus serta keberhasilan tindakan untuk memutuskan tindakan
yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
3. Siklus II

Bila indikator keberhasil pada siklus I belum sesuai dengan yang


diharapkan, maka akan diadakan perbaikan pada siklus II. Siklus ini akan
berhenti jika indikator keberhasilan sudah sesuai dengan yang
diharapkan.
4. Siklus III

Siklus III akan dilakukan apabila siklus II belum memenuhi kriteria


ketuntasan yang diharapkan. Siklus ini akan berhenti apabila sudah
memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan.

34
35

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat penting di dalam penelitian, karena


tujuan dari penelitian adalah memperoleh data. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pengamatan/observasi

“Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam


penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian”
(Wijaya Kusumah dkk, 2010: 66). Wijaya Kusumah dkk (2010: 66)
menjelaskan bahwa “tipe pengamatan dibagi dua yaitu pengamatan
berstuktur (dengan pedoman) dan pengamatan tidak berstuktur (tidak
menggunakan pedoman)”. Agar tujuan pengamatan dapat tercapai,
peneliti menggunakan pengamatan berstuktur.
Observasi bertujuan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar di
kelas. Berikut hal-hal yang diobservasi meliputi: 1) bagaimana kegiatan
guru dalam membelajarkan materi Pteridophyta dengan menggunakan
model cooperative 2) bagaimana sikap ilmiah yang timbul melalui model
cooperative
2. Wawancara

Wijaya Kusumah dkk (2010: 77) menyatakan “wawancara adalah


metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan
kepada subjek yang diteliti”. Jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak berstuktur, artinya jawaban dari pertanyaan yang
diajukan tidak ditetapkan oleh peneliti. Wawancara merupakan salah satu
sumber informasi yang baik. Dalam penelitian ini wawancara
dilaksanakan antara peneliti dan guru sebagai pelaksana tindakan.

3. Catatan lapangan

35
36

Wijaya Kusumah dkk (2010: 65) menyatakan tentang “catatan


lapangan merupakan catatan sederhana milik pribadi untuk membantu
ingatan dalam memperoleh gambaran, isu khusus, ataupun studi khusus
saat pengamatan atau observasi.
4. Dokumentasi

Dokumentasi sangat penting pada saat pengambilan data.


Dokumentasi dapat berupa gambar maupun tulisan. Hasil penelitian akan
lebih obyektif jika didukung dengan bukti-bukti berupa hasil dokumentasi
selama penelitian.
3.7 Instrumen Penelitian

Wijaya Kusumah (2010: 49) menyatakan bahwa “instrumen untuk


mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses
dan sisi hal yang diamati”.
1. Pengembangan instrumen penelitian
Alat yang digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data adalah
lembar observasi dan pedoman wawancara.
a. Observasi/pengamatan
Pada penelitian ini menggunakan jenis observasi terstuktur yaitu observasi
yang menggunakan pedoman pengamatan dapat berupa format dan daftar cek.
Observasi dilaksanakan saat proses belajar mengajar pada materi pteridophyta
dalam model pembelajran cooperative. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh
data tentang sikap ingin tahu siswa saat proses pada materi pteridophyta dan
penerapan model cooperative yang digunakan oleh guru saat proses pembelajaran
sedang berlangsung. Sehingga pada penelitian ini menggunakan dua lembar
observasi sebagai berikut.
1) Lembar observasi penerapan pendekatan kontekstual oleh guru

Lembar observasi disusun dengan berpedoman pada tujuh asas

pembelajaran kontekstual yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat

36
37

belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata. Kisi-kisi lembar obsevasi

aktivitas guru sebagai berikut.

37
Kisi kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1
Unsur

No Aspek yang diamati

1. Guru menunjukkan
beberapa contoh tumbuhan √ √
paku
2. Guru mengamati bagian-
bagain tumbuhan paku

3. Guru mengamati siswa saat

bagian tumbuhan paku
4. Guru membagi siswa
membagi kelompok-

kelompok (pembagian
tugas)
5. Guru mengamati kegiatan √
percobaan / pratikum
6. Guru membimbing kegiatan
√ √
pratikum
7. Guru menilai kegiatan √
pratikum
8. Guru membimbing siswa
dalam menuliskan hasil √
pengamatan
9. Guru mengamati jalannya √
diskusi
10. Guru membimbing jalannya √ √
diskusi
11 Guru menilai jalannya √
diskusi
12. Guru mengamati jalannya √
presentasi

38
13. Guru membimbing jalannya

Presentasi
14. Guru menilai jalannya √
presentasi
15. Guru menanyakan √
kepahaman siswa
16. Guru memberikan
penekanan pada
hal-hal yang belum √
dimengerti siswa
17. Guru mengavaluasi
ketercapaian
kompetensi dasar √
18. Guru membimbing siswa
dalam
membahas jawaban soal √
evaluasi dengan menelaah
buku
19. Guru membimbing siswa
dalam menyimpulkan √ √
materi pembelajaran

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II


Unsur

No Aspek yang diamati

1. Guru menunjukkan
beberapa contoh tumbuhan √ √
paku
2. Guru menanyakan
√ √
klasifikasi tumbuhan paku
3. Guru membagi siswa
menjadi kelompok- √
kelompok.

39
4. Guru mengamati kegiatan
siswa saya

mengindentifikasi
tumbuhan paku
5. Guru membimbing kegiatan
mengindentifikasi √ √
tumbuhan paku
6. Guru menilai kegiatan

indentifikasi
7. Guru membimbing siswa
dalam menuliskan hasil √
indentifikasi
8. Guru mengamati jalannya √
diskusi
9. Guru membimbing jalannya √ √
diskusi
10. Guru menilai jalannya √
diskusi
11 Guru mengamati jalannya √
presentasi
12. Guru membimbing jalannya

presentasi
13. Guru menilai jalannya √
presentasi
14. Guru menanyakan √
kepahaman siswa
15. Guru memberikan
penekanan pada
hal-hal yang belum √
dimengerti siswa
16. Guru mengavaluasi
ketercapaian
kompetensi dasar √
17. Guru membimbing siswa
dalam
membahas jawaban soal √
evaluasi dengan menelaah
buku

40
18. Guru membimbing siswa
dalam
menyimpulkan materi √ √
pembelajaran
Kisi kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan I

Unsur

No Aspek yang diamati

1. Guru menunjukkan
beberapa contoh tumbuhan √ √
paku dan morfologi
2. Guru menanyakan daur
√ √
hiduptumbuhan paku
3. Guru membagi siswa
menjadi kelompok- √
kelompok.
4. Guru mengamati kegiatan
siswa mengetahuai daur √
hidup tumbuhan paku
5. Guru membimbing kegiatan
mengetahui daur √ √
hiduptumbuhan paku
6. Guru menilai kegiatan
mengetahui daur hidup √
tumbuhanpaku
7. Guru membimbing siswa
dalam menuliskan hasil √
daur hidup tumbuhan paku
8. Guru mengamati jalannya √
diskusi
9. Guru membimbing jalannya √ √
diskusi

41
10. Guru menilai jalannya √
diskusi
11 Guru mengamati jalannya √
presentasi
12. Guru membimbing jalannya

presentasi
13. Guru menilai jalannya √
presentasi
14. Guru menanyakan √
kepahaman siswa
15. Guru memberikan
penekanan pada
hal-hal yang belum √
dimengerti siswa
16. Guru mengavaluasi
ketercapaian
kompetensi dasar √
17. Guru membimbing siswa
dalam
membahas jawaban soal √
evaluasi dengan menelaah
buku
18. Guru membimbing siswa
dalam
menyimpulkan materi √ √
pembelajaran

42
Kisi kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Si klus II Pertemuan II dan Siklus III

Unsur

No Aspek yang diamati

1. Guru menunjukkan
beberapa contoh tumbuhan √ √
paku dan morfologi
2. Guru menanyakan daur
√ √
hiduptumbuhan paku
3. Guru membagi siswa
menjadi kelompok- √
kelompok.
4. Guru mengamati kegiatan
siswa mengetahuai daur √
hidup tumbuhan paku
5. Guru membimbing kegiatan
mengetahui daur √ √
hiduptumbuhan paku
6. Guru menilai kegiatan
mengetahui daur hidup √
tumbuhanpaku
7. Guru membimbing siswa
dalam menuliskan hasil √
daur hidup tumbuhan paku
8. Guru mengamati jalannya √
diskusi
9. Guru membimbing jalannya √ √
diskusi
10. Guru menilai jalannya √
diskusi
11 Guru mengamati jalannya √
presentasi
12. Guru membimbing jalannya

presentasi

43
13. Guru menilai jalannya √
presentasi
14. Guru menanyakan √
kepahaman siswa
15. Guru memberikan
penekanan pada
hal-hal yang belum √
dimengerti siswa
16. Guru mengavaluasi
ketercapaian
kompetensi dasar √
17. Guru membimbing siswa
dalam
membahas jawaban soal √
evaluasi dengan menelaah
buku
18. Guru membimbing siswa
dalam
menyimpulkan materi √ √
pembelajaran

2) Lembar observasi sikap ingin tahu siswa


Lembar observasi ini berpedoman pada indikator sikap ingin tahu antara lain antusias
mencari jawaban, perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains, menanyakan
setiap langkah kegiatan. Aspek yang diamati pada lembar observasi tergantung pada kegiatan
pembelajaran. Kisi-kisi lembar obsevasi aktivitas siswa sebagai berikut.
Kisi-kisi Lembar Observasi Sikap Ingin Tahu Siswa Siklus I Pertemuan I
No Indikator No. Butir Soal
1. Antusias mencari jawaban 14, 17, 18, 19

2. Perhatian pada obyek yang diamati 2, 4, 5, 11

3. Antusias pada proses Sains 1, 3, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 20

4. Menanyakan setiap langkah 7


kegiatan

44
b. Wawancara

Wawancara tidak terstuktur dilakukan antara peneliti dan guru sebagai

pemberi tindakan tanpa menggunakan pedoman wawancara dan alternatif

jawaban tidak ditentukan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan sebelum

ataupun sesudah kegiatan penelitian.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan berisi catatan sederhana yang dibuat ketika kejadian

sedang berlangsung untuk membantu ingatan peneliti ketika akan melaporkan

hasil observasi.

d. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini berupa pengambilan foto siswa saat


kegiatan penelitian sedang berlangsung.
e.Angket
Menurut Arikunto (2006) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-
hal yang ia ketahui. Angket dipilih sesuai dengan pengumpulan data yaitu metode angket.
Metode angket ini digunakan karena pertimbangan efesiensi waktu dibandingkan metode
wawancara. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan data tentang sikap
ilmiah siswa pada pembelajaran Biologi berpendekatan inkuiri.
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.angket
tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga respon tinggal memilih.
Dalam penelitian ini angket tertutup berupa Skala Likert. Skala Likert merupakan sejumlah
pernyataan positif dan negatif mengenai objek sikap dengan alternatif respon yang terdiri dari
empat kategori yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS).
Angket sikap ilmiah siswa pada pembelajaran pendekatan inkuiri dikembangkan

berdasarkan indikator-indikator sikap ilmiah siswa. Adapun indikator-indikator sikap ilmiah

45
siswa tersebut yaitu sikap bertanya tentang kegiatan atau materi yang sedang dipelajari; sikap

antusias mencari jawaban dari pertanyaan guru, sikap menanyakan setiap langkah kegiatan,

sikap kurang mempercayai atau meragukan temuan teman, sikap menyakan setiap perubahan/

hal baru, sikap mengulangi kegiatan yang dilakukan, sikap tidak mengabaikan data meskipun

kecil, sikap menghargai pendapat/ temuan orang lain, sikap mau mengubah pendapat jika

data kurang, sikap menerima saran dari teman, sikap tidak merasa selalu benar, sikap tidak

memanipulasi data, sikap mengambil keputusan sesuai fakta, sikap tidak mencampur fakta

dengan pendapat, dan sikap menyatakan apa adanya tanpa diikuti perasaan pribadi. Untuk

meningkatkan kevalidan maka angket divalidasi secara logis.

3.8 Validitas instrumen

Suharsimi Arikunto (2007: 127) menyatakan bahwa “instrumen yang valid adalah

instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur”. Pengambilan

keputusan valid atau tidaknya suatu lembar observasi berdasarkan indikator yang telah

ditetapkan dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebagai expert

judgement.

F. Teknik Analisis Data

Data kegiatan pembelajaran model cooperative dianalisis secara deskriptif untuk


memperoleh gambaran proses pembelajaran Biologi pda materi pteridophyta menggunakan
model cooperative yang dilakukan guru, dan memperoleh gambaran sikap ilmiah siswa kelas
XI IPA 2 SMAN 11 Muaro Jambi pada pembelajaran Biologi berpendekatan inkuiri. Data
pembelajaran inkuiri dianalisis dengan rerata, dan kategori. Rumus rerata
(Sudijono, 2006 : 121) :
Rerata skor=

Keterangan: X= skor pengamatan kegiatan pembelajaran berpendekatan inkuiri

46
N= jumlah pengamat
Kategori rerata dan skor aspek pembelajaran berpendekatan inkuiri dikategorikan
pada penelitian ini adalah baik, cukup, dan kurang. Penentuan kisaran skor setiap kategori
menggunakan rumus menurut Sudijono (2006) :

Range

Data sikap ilmiah siswa dianalisis secara deskriptif dengan rerata, standar deviasi, dan
persentase kategori sikap ilmiah. Rerata digunakan untuk memeroleh gambaran rerata skor
sikap ilmiah siswa di masing-masing siklus pembelajaran berpendekatan inkuiri. Rumus
rerata menurut Sudijono (2006) :

Keterangan:
X = Rata-rata skor angket
N = Banyaknya subyek penelitian
Σ X = Jumlah skor angket
Standar deviasi rata-rata skor sikap ilmiah siswa dihitung dengan menggunakan rumus
menurut Arikunto (2006) :

Keterangan :
SD = Standar Deviasi
= total skor
𝑋2 = total skor dikuadratkan
N = Jumlah subyek
Persentase kategori digunakan untuk memeroleh gambaran proporsi kategori sikap
ilmiah siswa pada pembelajaran berpendekatan inkuiri. Kategori sikap ilmiah siswa
ditetapkan peneliti adalah baik, cukup, dan kurang.

47
Untuk menentukan kategori sikap ilmiah siswa setiap skor sikap ilmiah siswa, dihitung
range (kisaran) setiap kategori, dengan rumus menurut Sudijono (2006:121) :

Range

Rumus persentase kategori menurut Riduwan (2006):

Keterangan:
%: persentase siswa kategori X f: jumlah
siswa untuk kategori X
N: jumlah seluruh siswa

Setelah data dianalisis , maka data akan disajikan dalam tabel konversi nilai, didasarkan pada
konversi nilai sesuai yang disebutkan Suharsimi Arikunto (2003: 245) yaitu sebagai berikut.
Konversi Nilai Sikap Ingin Tahu Siswa (Sikap Ilmiah ) dan Konversi Nilai
Penggunaan model pembelajaran cooperative
Angka 100 Keterangan
80-100 Baik sekali
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
30-39 Gagal

3.9 Kriteria Keberhasilan

Tujuan PTK untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas”.
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Meningkatnya sikap ingin tahu siswa ditandai dengan 75% dari jumlah siswa sikap ingin
tahunya dan hasil belajar meningkat pada mata pelajaran Biologi materi Pteridophyta kelas XI
IPA 2 SMAN 11 Muaro Jambi Meningkatnya kemampuan guru.

48
SOAL EVALUASI

1 . tumbuhan paku yang merupakan bentuk peralihan antara yang homospor dengan
heterospor adalah …..
a. Selaginella
b. Marsilea
c. Lycopodium
d. Equisetum
e. Adiantum
Jawaban: d

2. Selaginella adalah paku heterospora karena …..


a. menghasilkan spora yang sama
b. menghasilkan spora yang berbeda
c. menghasilkan spora yang berbeda jenis
d. menghasilkan gamet yang sama
e. menghasilkan gamet yang berbeda
Jawaban: c

3.Bagian tumbuhan Pteridophyta yang menunjukkan tingkat perkembangan lebih maju dari
tumbuhan Bryophyta adalah …..
A. Gigi peristom
B. Kapsul spora
C. Jaringan steril
D. Rhizoid multiseluler
E. Jaringan angkut
PEMBAHASAN:
Bagian tumbuhan Pteridophyta yang menunjukkan tingkat perkembangan lebih maju dari
tumbuhan Bryophyta adalah pada jaringan pengangkutnya dan tipe akar paku adalah akar
serabut.
JAWABAN: E

4. Daun tumbuhan paku yang berfungsi untuk fotosintesis adalah …..


A. Mikrofil
B. Makrofil
C. Tropofil
D. Sporofil
E. Gametofit
PEMBAHASAN:
– Tropofil = Daun tumbuhan paku untuk proses fotosintesis
– Sporofil = Daun tumbuhan paku untuk memproduksi spora
– Makrofil = Daun paku yang ukurannya besar

49
– Mikrofil = Daun paku yang ukurannya kecil
JAWABAN: C

5.Struktur pembentukkan gamet pada tumbuhan Pterydophyta terdapat pada bagian …..
A. Mikroprotalium
B. Sporangium
C. Makroprotalium
D. Sporogonium
PEMBAHASAN:
Struktur pembentuk gamet pada tumbuhan Pterydophyta terdapat pada bagian
mikroprotalium (pembentuk spermatozoa) dan makroprotalium (pembentuk sel telur).
JAWABAN: B

6. Manfaat tumbuhan paku untuk tanaman hias antara lain …..


A. Adiantum (paku suplir)
B. Platyserium (paku tanduk rusa)
C. Alsophyla (paku tiang)
D. Azolla (paku sampan)
PEMBAHASAN:
Manfaat tumbuhan paku untuk tanaman hias antara lain:
A. Adiantum (paku suplir)
B. Platyserium (paku tanduk rusa)
C. Alsophyla (paku tiang)
D. Azolla (paku sampan)
JAWABAN: A

7. Anggota dari tumbuhan paku di bawah ini yang termasuk paku homospora adalah …..
A. Filicinae (paku benar)
B. Platyserium (paku tanduk rusa)
C. Lycopodium (paku kawat)
D. Marsilea (paku semanggi)
PEMBAHASAN:
Anggota dari tumbuhan paku di bawah ini yang termasuk paku homospora adalah:
A. Filicinae (paku benar)
B. Platyserium (paku tanduk rusa)
C. Lycopodium (paku kawat)
D. Marsilea (paku semanggi)
JAWABAN: A

8. Pada tumbuhan paku heterospora yang membentuk anteridium dan arkegonium adalah …..
A. Mikroprotalium
B. Mikrosporofil
C. Makroprotalium

50
D. Makrosporofil
PEMBAHASAN:
9. Pada tumbuhan paku heterospora yang membentuk anteridium dan arkegonium adalah:
A. Mikroprotalium
B. Mikrosporofil
C. Makroprotalium
D. Makrosporofil
JAWABAN: B

10. ditemukan fase-fase dari perkembangbiakan tumbuhan paku adalah seperti di bawah ini:
1) tumbuhan paku dengan sporangium
2) protalium
3) spora
4) zigot
5) embrio
6) tumbuhan paku muda
Dari fase-fase perkembangbiakan paku tersebut dapat disusun secara urut adalah …..
a. 3 – 1 – 2 – 5 – 4 – 6
b. 3 – 4 – 5 – 2 – 6 – 1
c. 3 – 2 – 4 – 5 – 6 – 1
d. 3 – 2 – 5 – 4 – 6 – 1
e. 3 – 5 – 4 – 2 – 1 – 6
Jawaban: b

11. Kingdom Plantae terdiri dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta.


Ciri-ciri Bryophyta yang membedakannya dari Pteridophyta adalah …..
a. berkembang biak dengan spora, fase sporofit lebih dominan
b. mengalami pergiliran keturunan, sporanya lebih dari dua macam
c. memiliki daun steril dan fertil, yang berfungsi membuat spora
d. gametofit berumur lebih panjang dari sporofit, belum memiliki pembuluh angkut
e. akar, batang, dan daun yang jelas, memiliki kumpulan sporangium

Pembahasan:
Hal yang membedakan Bryophyta dan Pteridophyta dari Spermatophyta adalah Bryophyta
dan Pteridophyta belum mampu menghasilkan biji. Hal yang membedakan Bryophyta dan
Pteridophyta:
1. Bryophyta belum memiliki pembuluh angkut, sedangkan Pteridophyta sudah memiliki
pembuluh angkut.
2. pada metagenesis Bryophyta, gametofit berumur lebih panjang dari sporofit, sedangkan
pada metagenesis tumbuhan paku, generasi sporofit lebih dominan daripada generasi
gametofit.
Jawaban: d

12. Berikut ini merupakan ciri-ciri tumbuhan:


1. memiliki sorus
2. gametofit lebih dominan

51
3. memiliki protonema
4. belum memiliki pembuluh angkut
5. tingkat sporofit lebih dominan dalam hidupnya
6. memiliki protalium
Ciri-ciri tumbuhan paku adalah …..
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 5, dan 6
c. 2, 3, dan 4
d. 3, 4, dan 5
e. 4, 5, dan 6

Pembahasan:
Ciri-ciri tumbuhan paku, yaitu:
1. memiliki sorus
2. daun dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil
3. sudah memiliki pembuluh angkut
4. tingkat sporofit lebih dominan dalam hidupnya
5. memiliki protalium
Jawaban: b

13. Perhatikan gambar daur hidup tumbuhan paku berikut.

Pernyataan yang benar adalah …..


a. 2 adalah protonema, fase gametofit
b. 2 adalah protalium, fase gametofit
c. 4 adalah protonema, fase sporofit
d. 4 adalah protalium, fase sporofit
e. 3 adalah protalium, fase sporofit muda

Pembahasan:
Keterangan gambar di atas sebagai berikut.
1 = spora, 2 = protalium, fase gametofit, 3 = sporofit muda, 4 = tumbuhan paku, fase sporofit
Jawaban: b

52
14. Daun pada tumbuhan paku yang sudah menjadi epidermis, daging daun, dan tulang daun
tersebut …..
a. mesofil
b. mikrofil
c. makrofil
d. tropofil
e. sporofil

Pembahasan:
• Mesofil adalah daging daun yang terdiri atas jaringan palisade dan spons
• Mikrofil adalah daun pada tumbuhan paku yang belum terdiferensiasi menjadi epidermis,
daging daun, dan tulang daun
• Makrofil adalah daun pada tumbuhan paku yang sudah menjadi epidermis, daging daun, dan
tulang daun
• Tropofil adalh daun yang mengandung sorus dan berfungsi menghasilkan spora untuk
reproduksi
• Sporofil adalah daun yang tidak mengandung sorus dan berfungsi untuk fotosintesis
Jawaban: c

15. Pada tumbuhan paku, sporagonium terkumpul dalam suatu tempat yang disebut ….
A. indusium
B. operkulum
C. annalus
D. strobilus
E. sorus
Jawab: E
Porangium pada tumbuhan paku akan mengumpul dalam suatu tempat yakni sorus.

16. Spora yang dhasilkan tumbuhan paku jika jatuh ditempat yang cocok akan tumbuh
menjadi ….
A. protalium
B. sporopit
C. gametopit
D. makrofil
E. protonema
Jawab: A
Spora tumbuhan paku bila tumbuh akan menjadi protalium sedangkan spora lumut menjadi
protonema.

SOAL ESAI

1. Sebutkan 3 macam reproduksi vegetatif pada tumbuhan paku!


Jawab: Tiga macam reproduksi vegetative tumbuhan paku adalah spora, stolon, dan
bertunas.

53
2. Apa yang menjadi dasar pengelompokan tumbuhan menjadi kelompok talophyta dan
kormophyta?
Jawab: Dasar pengelompokkan talopohtya dan kormopytha adalah ada atau jelas
tidaknya akar, batang dan daun sejati.
3. Apa yang dimaksud dengan paku homospor, paku heterospos, paku peralihan?
Jawab: Paku homospora adalah paku menghasilkan satu jenis spora, heterospora adalah
menghasilkan dua jenis spora yang berlainan: yaitu mikrospora berkelamin jantan dan
makrospora (mega spora) berkelamin betina, paku peralihan adalah paku yang
menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya,
satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis kelamin betina.4
4. Apa yang anda ketahui tentang tropofil dan sporofil? Jelaskan!
Jawab: Tropofi l adalah daun steril tidak menghasilkan spora berfungsi sebagai tempat
fotosintesis, sedangkan sporofi l adalah daun penghasil spora.

54
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI XI MUARO JAMBI
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Tumbuhan Paku
Alokasi Waktu : 2 × 45 Menit
(2x 45 menit : LKS1 klasifikasi tumbuhan paku)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mendeskripsikan ciri-ciri berbagai macam tumbuhan paku berdasarkan pengamatan morfologi
media herbarium yang telah di sediakan.
2. Mengklasifikasikan tumbuhan paku ke dalam divisi berdasarkan ciri yang diamati.
B. KOMPETENSI DASARDAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. (KD : 3.7 ) Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio
berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya
dalam kelangsungan kehidupan di bumi.
3.7.1 Mendeskripsikan ciri-ciri berbagai macam tumbuhan paku berdasarkan
pengamatan morfologi media herbarium yang telah di sediakan.
3.7.2 Mengklasifikasikan tumbuhan paku ke dalam divisio berdasarkan ciri yang
diamati pada media herbarium yang telah di sediakan.

2. (KD 4.7)Menyajikan data tentang morfologi dan peran tumbuhan pada berbagai aspek kehidupan
dalam bentuk laporan tertulis.
4.7.1 Menuliskan data hasil pengamatan berupa menggambar dan pendeskripsian
tumbuhan paku pada tabel LKS setelah melakukan pengamatan.

Materi Pengayaan
Tumbuhan paku merupakan jenis tumbuhan kormus, artinya telah memiliki akar, batang,
dan daun sejati serta berkembangbiak dengan menggunakan spora

55
No Karakter Divisi
Pembeda
Polydophyta Equisetophyta Lycophyta Psilophyta
1 AKAR
Jenis akar Akar sejati Akar sejati Akar sejati Tidak
memiliki
akar
Sistem akar Serabut serabut serabut Akar rhizoid
2 BATANG
Arah Arah Arah Arah Arah
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
tegak tegak merayap tegak
Sistem batang simpodial monopodial dikotomi dikotomi
Bentuk batang Oval oval oval oval
3 DAUN
Ruasdaun Parallel - - -
Bentuk daun Bentuk daun - Bentukdaun -
belah ketupat linier
4 SPORANGIUM
Bentuk Sorus strobilus strobilus synangium
Letak Tepi abaksial Ujung batang Ujung batang Di ruas-ruas
dari daun batang

D MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


Model : Kooperatif Learning
Metode :Ceramah dan Tanya jawab

E. MEDIA/ALAT,DAN BAHAN
 Slide berbasis powerpoint
 Herbarium paku-pakuan
F. SUMBER BELAJAR
 LKS I (Pengklasifikasian)
 Buku siswa
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1 (2×45 Menit)

56
Fase Kegiatan

Kegiatan Awal 1. Guru mengucapkan salam, menunjuk salah satu siswa untuk
(± 5 menit) memimpin Doa (Implementasi Nilai Religius).
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Guru memotivasi siswa dengan menayangkan gambar makanan
semanggi dan menanyakan “Menurut kalian, termasuk tumbuhan
apakah yang digunakan dalam makanan tersebut?’’
4. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi
yang telah disajikan untuk menumbuhkan rasa ingin tau siswa.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti 1. Mengamati


(± 80 menit)  Siswamengamati keanekaragaman tumbuhan paku dengan
seksama.
 Siswa diminta untuk menemukan ciri-ciri paku dari gambar yang
ditayangkan.
 Siswa dengan bimbingan guru diminta untuk menuliskan ciri-ciri
yang telah ditemukan.
 Guru menjelaskan kepada siswa bahwasanya tumbuhan paku
beranekaragam jenisnya sehingga perlu dikelompokkan untuk
memudahkan dalam mempelajarinya.

2. Menanya
 Siswa diminta untuk menyusun pertanyaan mengenai hasil
pengamatan keanekaragaman tumbuhan paku berkaitan dengan
penggolongan tumbuhan paku. Harapan pertanyaan yang
dimunculkan :

57
- Apa ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing
kelompok paku tersebut?
- Bagaimana cara mengelompokkan/klasifikasi tumbuhan
paku agar mudah dipelajari?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru meminta siswa untuk
melakukan pengamatan.

3. Mengumpulkan Data
 Guru membagikan LKS 1 mengklasifikasikan tumbuhan paku.
 Siswa diorganisasikan kedalam kelompok belajar menjadi 3
kelompok.
 Guru memintaperwakilan kelompok untuk mengambil bahan
yaitu media herbarium paku-pakuan yang sudah disediakan.
 Siswa dibimbing guru dalam kelompok belajar dan bekerja.
 Siswa secara berkelompok diminta untuk mengamati media
herbarium paku.
 Siswa diminta untuk mencatat semua data deskripsi ciri-ciri yang
diperoleh dengan teliti.
 Guru membimbing siswa untuk menganalisis ciri-ciri yang
sudah didapatkan dari hasil mengamati secara teliti dengan
mengisi pada tabel perbedaan empat divisi.
 Guru membimbing siswa dalam tahapan klasifikasi seperti
panduan yang ada pada LKS dengan menggunakan
kuncidikotomi yang sudah disediakan.

4. Mengasosiasi
 Siswa menjawab LKS setelah memperoleh informasi dari hasil
mencoba.
 Siswa dapat membandingkan antara yang telah diketahui
sebelumnya dengan fakta objek yang diamatinya.

58
 Guru mengamati dan membantu siswa jika ada kesulitan.

5. Mengkomunikasikan
Siswa secara berkelompok diminta untukmempresentasikan hasil
pengamatanya di depan kelas.
 Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa.
 Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang dinilai
sebagai kelompok terbaik selama pembelajaran.

Kegiatan 1. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan semua informasi


Penutup yang berkaitan dengan konsep pengklasifikasian serta ciri-ciri
(± 5 menit) masing-masing divisi pada tumbuhan paku.
2. Guru menginformasikan kepada siswa mengenai peran Allah
menciptakan makhluk hidup yang beranekaragam, dan
mengingatkan siswa untuk selalu bersyukur.
3. Guru memberikantugas lanjutan kepada siswa untuk memperbaiki
hasil pengamatan yang telah dilakukan dan dibawa pada pertemuan
selanjutnya.
4. Guru mengucapkan salam.

H. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMIDIAL DAN PENGAYAAN


1. Teknik Penilaian
a. Kompetensi spiritual : observasi
b. Kompetensi sosial : observasi
c. Kompetensi pengetahuan : paper and pencil
d. Kompetensi keterampilan : produk
2. Instrumen Penilaian
a. Kompetensi spiritual : lembar penilian diri kompetensi spiritual

59
b. Kompetensi sosial : lembar peniliain diri kompetensi sikap
c. Kompetensi pengetahuan : lembar evaluasi (tes hasil belajar)
d. Kompetensi keterampilan : lembar penilaian produk laporan pengamatan
3. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
a. Pembelajaran Remidial
Pembelajaran remidi merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan
bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar atau keterlambatan belajar.Pembelajaran
remidial dilakukan diluar pembelajaran.Remidi menekankan pada materi yang belum dikuasai
oleh siswa.
Penilian pembelajaran remidial berasal dari rata-rata skor hasil belajar yang
diperoleh siswa.Nilai remidial biasanya labih tinggi dari KKM yang ditetapkan oleh
sekolah, dengan nilai maksimal 100. Maka dari itu, pemerolehan nilai remidial sama
dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni 75. Berikut ini soal remidi yang
diberikan pada siswa:

Soal Remidi
Nama :
Kelas :
No Abs :

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !


1. Sebutkan 3 karakteristik umum tumbuhan paku!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………........
2. Buatlah tabel perbedaan deskripsi ciri dari Divisi Pteridophyta, Artrophyta,
Micropilophyta, dan Psilophyta ditinjau dari akar, batang, daun dan
sporangium!

60
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………....
3. Buatlah skema siklus hidup tumbuhan paku homospora!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 14 Palembang


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/ Genap
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati


Kompetensi Dasar : 3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam dunia
tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup
di bumi
Indikator :
 Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan paku.
 Menjelaskan dasar pengelompokkan tumbuhan paku.
 Membedakan berbagai tumbuhan paku berdasarkan ciri-ciri morfologinya
 Menjelaskan cara perkembangbiakan pada tumbuhan paku
 Menjelaskan metagenesis pada tumbuhan paku
 Menyajikan data contoh peran tumbuhan paku bagi kehidupan

Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat :
 Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan paku.

61
 Menjelaskan dasar pengelompokkan tumbuhan paku.
 Membedakan berbagai tumbuhan paku berdasarkan ciri-ciri morfologinya
 Menjelaskan cara perkembangbiakan pada tumbuhan paku
 Menjelaskan metagenesis pada tumbuhan paku
 Menyajikan data contoh peran tumbuhan paku bagi kehidupan
III. Metode Pembelajaran
 Praktikum, Ceramah informasi, diskusi dan tanya jawab
Model Pembelajaran
 Think Pairs Share (TPS)

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan Guru Siswa Waktu
Motivasi : ada yang pernah melihat sudah 10’
tumbuhan suplir atau semanggi?
Apersepsi : suplir atau semanggi Tumbuhan paku
merupakan salah satu spesies tumbuhan
apa?

Menuliskan topik pembelajaran yaitu Menyimak penjelasan guru


Awal Tumbuhan paku

Menyebutkan tujuan pembelajaran


yang harus dicapai dalam belajar

Memberitahukan kepada siswa untuk


duduk sesuai kelompoknya

A. Eksplorasi: 70’

Inti
 Membacakan prosedur praktikum

62
 Mengajak siswa untuk mengamati  Mengamati tumbuhan paku
tumbuhan paku dengan dengan menggunakan lup
menggunakan lup dan mikroskop dan mikroskop

 Mengajak siswa untuk mempelajari  Menggali informasi dengan


ciri-ciri tumbuhan paku, dasar membaca buku teks dan
pengelompokkan tumbuhan paku, lembar kerja siswa (LKS)
perbedaan berbagai tumbuhan paku tentang ciri-ciri tumbuhan
berdasarkan ciri-ciri morfologinya, paku, dasar
cara perkembangbiakan pada pengelompokkan tumbuhan
tumbuhan paku, peran tumbuhan paku, perbedaan
paku bagi kehidupan dengan berbagai tumbuhan paku
membaca buku teks berdasarkan ciri-ciri
morfologinya, cara
perkembangbiakan pada
B. Elaborasi: tumbuhan paku, peran
tumbuhan paku bagi
 Memantau siswa dalam kerja kehidupan.
kelompok
 Merespon interaksi antara
siswa-guru, siswa-siswa

 Mengamati tumbuhan paku


dengan menggunakan lup
ataupun mikroskop dan
menjawab pertanyaan
 Meminta siswa untuk menyajikan dalam lembar kerja siswa
hasil kerja kelompoknya (LKS)

C. Konfirmasi:

63
 Menguraikan hasil kerja
 Memberi penjelasan kembali atau kelompok
memantapkan pengetahuan siswa

 Guru bersama siswa memberikan  Mengajukan pertanyaan


apresiasi kepada kelompok terbaik. dan tanggapan secara
santun.
10’
Guru bersama siswa menyimpulkan Menyimpulkan materi
materi pelajaran yang telah dipelajari. pelajaran yang telah dipelajari.

Akhir Melakukan Evaluasi dengan Menjawab pertanyaan yang


mengajukan pertanyaan kepada siswa diberikan

Menjelaskan rencana pembelajaran Menyimak penjelasan guru


pada pertemuan selanjutnya.

V. Media Pembelajaran
Alat/ Bahan : Tumbuhan paku
Sumber Belajar :
 Buku Biologi 1A, Istamar Syamsuri, Erlangga,
 Buku Biologi kelas X, Pratiwi dkk, Erlangga,
 Berbagai informasi tentang Tumbuhan paku

VI. Penilaian
Penilaian meliputi:
1. Ranah afektif
Prosedur : Pengamatan Keaktifan siswa di dalam kelas
2. Ranah psikomotorik : keterampilan mengkomunikasikan informasi.

64
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung : Universitas Bandar
Lampung.

Abdullah Aly, dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Gusnery. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Peserta Didik dengan Menggunakan Model
Kooperatif Tipe Mind Map Kelas X2 SMAN 5 Bukit Tingggi.Jurnal Pendidikan dan
Teknologi Informasi V0. 3, No.1, September 2016, (Hal 58-80) ISSN 2355-9977

Huda. 2013. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi.


Yogyakarta : Depdinas PPPG Matematika.

Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta


Didik. Pustaka Belajar. Yogyakarta Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam
Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitasan Guru. Kata
Pena.
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk
Peningkatan Profesionalitasan Guru. Jakarta :Kata Pena.
Musyiatun. 2012. Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Pendekatan Verification
Laboratory Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Kebon Gembong, Kendal.
Skripsi. Jurusan PPSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Sanjaya. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta ; Kencana

65
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Bandung :Nusa Media.

Sa’ud Akbar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Filosofi, Metodologi, Implementasi.


Yogyakarta: Cipta Media.

Slameto. 2003 . Belajar dan Faktor-faktor yang Mengpengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sudijono.2006.Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode R& D.Bandung : Alfabeta

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media Publising.

Tampubolon, Saur. 2012. Pemanfaatan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Erlangga

Tjitrosopeomo. 2014. Taksonomo Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Jakarta : Prestasi


Pustaka

Wijaya Kusumah. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Bumi Aksara. Jakarta

66
67
68

You might also like