You are on page 1of 30

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI BENTUK ALJABAR MELALUI MODEL NUMBERED HEADS

TOGETHER KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG

proposal penelitian tindakan kelas

disusun guna melengkapi tugas Proposal PTK

Oleh:

Rizal Aziz Ibnu Shidiq, S.Pd.

RB201723201

PENDIDIKAN PROFESI GURU MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
A. JUDUL

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI BENTUK ALJABAR MELALUI MODEL NUMBERED HEADS

TOGETHER KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG

B. PENDAHULUAN

Menurut Susanto (2012: 185) menyatakan bahwa matematika merupakan

salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-

hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh karena itu, matematika merupakan mata pelajaran yang

diajarkan mulai dari sekolah dasar yang bertujuan untuk membekali siswa

sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia sesuai dengan sistem

pendidikan nasional.

Berkembangnya ilmu pengetahuan secara cepat sangat perlu disiapkan

generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan

memanfaatkan informasi sehingga menjadi sebuah pengetahuan serta menjadi

alat untuk bertindak dan mengambil keputusan yang tepat dalam setiap situasi.

Kemampuan seperti ini akan berperan efektif jika ditunjang oleh kemampuan

berfikir logis, sistematis, analisis, kritis, dan kreatif. Berbagai jenis

kemampuan berfikir tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran

matematika.

Meningkatnya aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor yang

sangat berpengaruh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Slameto


(Fitrah, 2014: 413) bahwa dengan partisipasi aktif siswa, pengetahuan yang

didapatkan siswa akan berkembang dengan lebih baik yang pada akhirnya

diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dengan meningkatnya aktivitas siswa tersebut maka

prestasi siswa juga akan meningkat.

Berdasarkan hasil Observasi di kelas VIIA SMP Negeri 11 Semarang

ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan pembelajaran siswa. Pada

saat pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang kurang antusias

untuk belajar dan juga dikatakan kemampuan dalam menjawab soal masih

rendah sehingga mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam menjawab

soal seperti pada gambar berikut.

Gambar 1. Soal Observasi

Gambar 1.1. adalah salah satu soal observasi yang diberikan guru kepada

siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mengingat

kembali materi yang telah dipelajari yaitu tentang materi Bentuk Aljabar

sehingga dapat diterapkan untuk menjawab soal tentang materi Garis dan

Sudut seperti pada gambar diatas. Dari soal yang disuguhkan diatas siswa

masih belum bisa menjawab soal tersebut, seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2. Jawaban Siswa

Gambar 1.2. adalah salah satu jawaban dari seorang siswa. Pada gambar

diatas siswa masih belum mampu menjawab pertanyaan. Pada jawaban

tersebut tersebut masih belum bisa memahami materi tentang Bentuk Aljabar.

Oleh karena itu dapat diartikan bahwa siswa masih belum mampu menjawab

soal mengenai Bentuk Aljabar

Selain permasalahan yang diuraikan diatas, berdasarkan hasil wawancara

dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 11 Semarang bahwa siswa

kurang aktif dalam proses pembelajaran walaupun sudah dipancing untuk

bertanya oleh guru tetapi siswa masih tidak ada yang bertanya. Kurangnya

semangat dan aktivitas belajar siswa untuk dapat memahami materi yang telah

dipelajari mengakibatkan nilai yang didapat rendah. Sehingga perlu adanya

model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas belajar siswa

menjadi meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2017) dengan judul

penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads


Together (NHT) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa” didapat

kesimpulan bahwa Prestasi Belajar Matematika siswa SMP Negeri 4 Sewon,

Bantul menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) mengalami peningkatan, sehingga untuk meningkatkan rasa

ketertarikan siswa pada pelajaran matematika, guru diharapkan dapat

menentukan model pembelajaran kooperatif yang cocok dengan kondisi siswa

salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Selain itu juga berdasarkan Paemonan (2014) dengan judul penelitian

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together

untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan

Logika Matematika di Kelas X” didapat kesimpulan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X SMA GPID

Palu dengan mengikuti fase-fase pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai

berikut: (1) fase penyampaikan tujuan dan pemotivasian siswa, (2) fase

penyajian informasi, (3) fase pengorganisasian kelompok belajar dan

penomoran, (4) fase pengajuan pertanyaan/ masalah, (5) fase berpikir

bersama, dan (6) fase menjawab.

Berdasarkan pernyataan-pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti

ingin melakukan penelitian mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa.


Dengan memperhatikan latar belakang diatas, peneliti berniat untuk

meneliti lebih lanjut mengenai “Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Bentuk Aljabar melalui model Numbered Heads

Together Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang”.

C. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut

1. Apakah dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi

Bentuk Aljabar kelas VII SMP Negeri 11 Semarang.

2. Seberapa besar peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada

materi Bentuk Aljabar dengan menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT).

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, akan dilakukan penelitian pada

materi Bentuk Aljabar untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

kelas VII SMPN 11 Semarang. Peneliti akan melakukan tindakan dengan

cara penerapan model Numbered Heads Together. Pada fase penyampaian

tujuan dan pemotivasian siswa, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut disampaiakan kepada siswa secara lisan serta tulisan

di papan tulis. Kemudian, pemberian motivasi disampaiakan kepada siswa

secara lisan. Pada fase penyajian informasi, informasi disampaikan kepada

siswa dengan cara demonstrasi yaitu dengan menyajikan materi di depan

kelas. Materi yang disajikan yaitu materi penarikan kesimpulan logika


matematika. Pada fase pengorganisasian kelompok belajar dan penomoran,

siswa dikelompokkan dalam 3 kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri

atas 5 s.d. 7 orang. Setiap kelompok diberikan nama yang berbeda yaitu

kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Siswa dalam setiap kelompok

mendapatkan nomor yang berbeda yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.

Kemudian tempat duduk siswa dalam kelompok diatur sesuai urutan nomor.

Pada fase pengajuan pertanyaan/permasalahan, pertanyaan/permasalahan

dituangkan dalam LKS yang diberikan kepada setiap kelompok dan

menjelaskan tanggung jawab siswa dalam kelompok. Pada fase berpikir

bersama, siswa diminta untuk mengerjakan LKS secara berkelompok.

Selanjutnya siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memperoleh jawaban

yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan

atau mengetahui jawabannya. Diskusi siswa dalam masing-masing kelompok

dipantau dan diberikan bantuan terbatas jika ada siswa yang merasa kesulita

dalam kelomponya. Pada fase menjawab, nomor siswa diundi untuk

menentukan siswa yang akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Siswa yang nomornya disebutkan, mengacungkan tangan dan

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ketika sedang berdiskusi, siswa

dibantu guru menyimpulkan jawaban akhir dari yang diberikan.

D. TUJUAN

1. Menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) dapat membantu

pemahaman pelajar Matematika pada umumnya dapat membantu


meningkatkan aktivits belajar dan hasil belajar siswa pada materi Bentuk

Aljabar di kelas VII SMP Negeri 11 Semarang.

2. Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi Bentuk

Aljabar dengan model Numbered Heads Together (NHT).

E. MANFAAT

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi.

1. Siswa

Membangkitkan minat belajar siswa dan memudahkan siswa dalam

mempelajari matematika, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Guru

Menumbuhkembangkan kreatifitas dan keterampilan guru dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan model belajar yang sesuai sehingga

dapat meningkatkan profesionalisme guru.

3. Sekolah

Meningkatkan mutu siswa SMP Negeri 11 Semarang yang berkualitas

terhadap pembelajaran matematika agar dapat tercapai melebihi Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM).

4. Peneliti

Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang dapat

diterapkan kepada siswa saat mereka terjun dilapangan.


F. KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

a. Aktivitas Siswa

Prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah

laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada

aktifitas. Itulah sebabnya aktifitas merupakan prinsip atau asas yang

sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Menurut Pinasthika

(2013: 294) aktivitas siswa adalah kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan siswa selama pembelajaran.

Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah

satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.

Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila sering bertanya kepada

guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

mampu menjawab pertanyaan, dan sebagainya.

Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan oleh siswa disekolah.

Menurut Diedrich (Sardiman, 2012: 101) jenis-jenis aktifitas dalam

belajar, diantaranya.

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan oranglain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

berkebun, beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, meganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian di atas aktivitas siswa yang meliputi aktivitas

jasmani (Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing

activities, Drawing activities, dan Motor activities) dan aktivitas jiwa

(Mental activities dan Emotional activities) tidak terlepas satu sama

lain. Siswa harus berperan aktif melakukan aktivitas fisik dan psikis

selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas

fisik maupun psikis siswa selama pembelajaran. Aktivitas fisik yang

diamati meliputi: memperhatikan, mengutarakan pendapat, bekerjasama


dalam kelompok, dan bertanya. Sedangkan aktivitas psikis yang diamati

meliputi: mengingat kembali materi bilangan bulat, mengaitkan

bilangan bulat pada materi bentuk aljabar, menyelesaikan masalah

bentuk aljabar, dan berani mengungkapkan pendapat selama

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered

Heads Together.

b. Hasil Belajar Siswa

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa

dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa

yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Menurut Sukmadinata (Satoto, 2013: 108) bahwa dalam

pembelajaran guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik,

memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuan-

kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang

dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru

terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya terjadi interaksi dengan

guru. Kemampuan yang dimiliki dari belajar mengajar harus bisa

mendapatkan hasil bisa melalui kreatifitas seseorang itu. Oleh karena

itu hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan

ketrampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan


yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Horwart Kingsley dalam bukunya (Sudjana, 2004:22)

membagi tiga macam hasil belajar mengajar yaitu:

1) Ketrampilan dan kebiasaan

2) Pengetahuan dan pengarahan

3) Sikap dan cita-cita

Menurut Bloom (Matondang, 2011: 156) menjelaskan bahwa hasil

belajar menunjukkan proses perkembangan kemampuan dalam diri

pembelajar, yang dapat dikategorikan ke dalam tiga ranah, yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar matematika adalah

dengan mengefektifkan proses pembelajarn, termasuk penggunaan

model yang sesuai dengan materi matematika. Selain itu, agar tujuan

pembelajaran mencapai sasaran dengan baik perlu adanya perangkat

pembelajaran yang sesuai, seperti: buku pedoman guru, buku ajar,

lembar kegiatan siswa (LKS), dan RPP yang realistik.

c. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Setyawan dan Susatyo (2015: 289) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan salah satu jenis pembelajaran

diamana proses pembelajarannya melibatkan siswa secara berkelompok

yang anggotanya terdiri dari empat hingga enam siswa dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Trianto (2010: 56), dalam


proses pembelajaran kooperatif siswa belajar kelompok dengan masing-

masing kelompok terdiri dari empat hingga lima orang siswa yang

homogen maupun heterogen dan satu sama lain saling membantu.

Dibuatnya kelompok-kelompok seperti itu memiliki tujuan agar siswa

dapat berkerja aktif dalam proses pembelajaran dan aktif dalam proses

berfikir.

Pendapat di atas juga dikuatkan oleh pendapat Lie (2008: 41),

bahwa kelompok yang dibuat secara heterogen adalah salah satu ciri

menonjol dalam proses pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran

kooperatif ini biasanya dalam sebuah kelompok terdapat siswa yang

memiliki kemampuan akademis yang terdiri dari satu orang

kemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dan yang lainya

berkemampuan kurang.

Adapun kendala yang mungkin akan terjadi yaitu adanya siswa

yang tidak menyukai sistem pengkelompokan heterogen, ini bisa terjadi

karena siswa merasa tidak nyaman dengan teman/anggota lain dalam

kelompoknya ataupun siswa yang pandai merasa merugi karena harus

berbagi pengetahuannya.

Hal ini diungkapkan oleh Lie (2008: 43) bahwa salah satu kendala

yang mungkin akan dihadapi guru dalam hal proses pembelajaran

berkelompok yang dilakukan secara heterogen adalah dari pihak siswa

yang berkemampuan akademis tinggi terkadang merasa dirugikan,

karena merasa dimanfaatkan oleh teman yang lainya untuk mengerjakan


tugas-tugas kelompok tanpa mengambil manfaat dari teman-teman

mereka yang kurang. Dalam bekerja secara berkelomok biasanya siswa

yang berkemampuan tinggi sulit untuk melakukan kerja kelompok

karena mereka berfikir bahwa mereka sanggup untuk mengerjakan

tugas tesebut secara mandiri. Oleh karena itu tugas seorang guru harus

mampu menjelaskan kepada para siswanya terutama kepada siswa yang

merasa dirugikan dalam pembentukan kelompok secara heterogen agar

pola pikir mereka dalam pembentukan kelompok tersebut dapat diubah.

Disini guru harus mampu menjelaskan manfaat dari pembentukan

kelompok tersebut baik itu manfaat untuk dirinya dan juga manfaat

untuk orang lain

Sebagaimana salah satu model pembelajaran, model pembelajaran

kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan lingkungan

belajar serta sistem pengelolaan yang khas. Menurut Ibrahim

(Suprihatiningrum, 2013: 193) dalam pembelajaran kooperatif terdapat

enam langkah yang dapat digunakan, langkah tersebut termuat dalam

tabel berikut:

Tabel 1.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
dan memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat
bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk
ke dalam kelompok kelompok belajar dan membantu setiap
belajar kelompok agar melakukan transisi secara
lengkap.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
bekerja dan belajar tugas mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau
masingmasing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan menghargai baik upaya maupun hasil
Penghargaan belajar individu dan kelompok.

Langkah-langkah tersebut menunjukkan alur pembelajaran yang

terjadi dalam kelas. Kelancaran proses pembelajaran bukan hanya

tanggung jawab guru saja, tetapi keaktifan siswa juga mempengaruhi

proses pembelajaran. Kerjasama antara guru dengan siswa sangat

diperlukan agar pembelajaran berjalan lancar, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dan proses pembelajaran berjalan sesuai

dengan yang direncanakan.

d. Model Numbered Heads Together

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer

Kagan. Menurut Ibrahim (2000:25) Struktur yang dikembangkan oleh

Kagen ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam

kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari

pada penghargaan individual. Ada struktur yang memiliki tujuan umum

untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur

yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan sosial.


Menurut Trianto (2010: 82), model Numbered Heads Together

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Sedangkan Huda (2011: 3)

menyatakan bahwa model Numbered Heads Together memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan

kerjasama siswa.

Menurut Lince, dkk (Paembonan 2014: 100) Model Pembelajaran

Numbered Heads Together merupakan satu diantara model alternatif

untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam matematika secara

optimal. Jika kemampuan siswa dapat berkembang secara optimal,

maka hasil belajar siswa dalam memahami materi pelajaran matematika

baik secara individual maupun kelompok karena pada saat proses

pembelajaran siswa menentukan nomor secara acak untuk mewakili

setiap kelompoknya dalam mempresentasikan hasil pekerjaan

kelompoknya, sehingga siswa senantiasa mempersiapkan diri untuk

menentukan kemampuannya di depan kelas, yang dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajarnya.

Untuk mencapai tujuan aktivitas dan hasil belajar siswa perlu

mengunakan model pembelajaran Numbered Heads Together. Upaya

dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan

metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat

langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam


kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain

diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif

berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Upaya tersebut

dapat terwujud dengan cara menerapkan model pembelajaran

Numbered Heads Together sebagai inovasi untuk mengaktifkan siswa

dalam kegiatan diskusi kelompok. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT ini merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran

yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi

pelajaran yang telah ditentukan.

Agar pembelajaran menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT) dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan belajar

mengajar harus dilaksanakan dengan tahapan-tahapan atau langkah-

langkah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT). Menurut Spencer Kagan (Hidayat,

2009: 25) ada 6 tahapan utama dalam kegiatan pembelajaran

menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) yaitu:

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan mastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor

yang lain.

6) Kesimpulan

2. Kerangka Berfikir

Fakta yang diperoleh di SMP Negeri 11 Semarang menunjukkan

bahwa siswa memiliki kemampuan matematika masih rendah. Padahal,

pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah mengharapkan adanya

penguasaan kemampuan matematika dan aktivitas belajar yang baik. Hal

ini terjadi karena siswa belum mengaitkan konsep-konsep matematika

yang diketahui untuk memecahkan masalah yang diberikan. Kalaupun ada

siswa yang sudah mengaitkan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah

yang diberikan, siswa tersebut masih belum yakin dengan

penyelesaiannya. Siswa belum percaya diri untuk menyampaikan pendapat

dan yakin dengan penyelesaian yang diperoleh.

Permasalahan di atas diindikasi dipengaruhi oleh pemilihan model

pembelarajan yang kurang tepat. Model pembelajaran yang selama ini

diterapkan oleh guru mungkin belum bisa mengembangkan hasil belajar

siswa. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika. Oleh karena itu, perlu adanya suatu model pembelajaran yang

tepat yang dapat mengakomodasi kedua hal tersebut.

Model pembelajaran Numbered Heads Together dapat menjadi

alternatif model pembelajaran yang diterapkan di kelas untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Trianto (2010: 82), model

Numbered Heads Together merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga siswa dapat

menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan

yang lebih tinggi dan, memandirikan siswa, dan meningkatkan

kepercayaan diri sendiri.

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa pembelajaran

Numbered Heads Together memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan matematis. Selain itu, siswa juga dilatih agar

aktif dalam pembelajaran matematikanya.

Kerangka berpikir di atas dapat dilihat pada bagan berikut.

Keadaan Aktivitas siswa


Awal 1. Kurang berani dalam menyampaikan gagasan
2. Mencontek pekerjaan temannya
3. Keengganan untuk bertanya
Hasil tes siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang
yang mencapai nilai 70 hanya mencapai 30%.

Tindakan Pembelajaran dengan menerapkan model


Numbered Heads Together

Keadaan Aktivitas dan Hasil belajar siswa kelas VII SMP


Akhir Negeri 11 Semarang meningkat

Gambar 3. Bagan Kerangka


Berpikir
3. Hipotesis

a. Menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi

Bentuk Aljabar kelas VII SMP Negeri 11 Semarang.

b. Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi Bentuk

Aljabar dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT)

menunjukkan peningkatan yang signifikan.

G. METODE PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 11 Semarang. Subjek

penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 36

orang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2018/2019 bulan

Agustus sampai September 2018 dengan menyesuaikan jam pelajaran

matematika kelas VII A di SMP Negeri 11 Semarang.

3. Rencana Tindakan

Penelitian ini direncanakan akan terjadi dalam dua siklus

pembelajaran. Apabila setelah tindakan sebanyak dua siklus ternyata

belum mencapai indikator keberhasilan penelitian, maka akan

dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan yang

ditetapkan tercapai. Satu siklus terdiri dari empat tahapan yakni (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Arikunto,

2011: 17).

Model penelitian tindakan kelas pada penelitian ini secara garis besar

dapat dilihat pada bagan di halaman berikutnya.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Dilanjutkan ke siklus
berikutnya hingga indikator
keberhasilan tercapai.

Gambar 4. Model Penelitian Tindakan Kelas

Adapun rincian langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan

sebagaimana di bawah ini.

Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

(1) peneliti menetapkan materi matematika kelas VII SMP semester 1

yang disajikan pada siklus I yakni materi Bentuk Aljabar;


(2) peneliti menentukan banyak pertemuan pada siklus I ini sebanyak 4

jam pelajaran (2 pertemuan) terdiri atas tiga jam pelajaran

menjelaskan materi dan satu jam pelajaran tes kemampuan siswa;

(3) peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan materi

yang ditetapkan, meliputi penggalan silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran

Numbered Heads Together berbantuan Multimedia, bahan ajar,

Lembar Kerja Siswa (LKPD), kisi-kisi soal dan soal tes tiap akhir

siklus, lembar observasi sikap siswa untuk mengamati ada atau

tidaknya peningkatan rasa percaya diri siswa. Instrumen-instrumen

tersebut disusun dan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing dan guru pamong matematika; dan

(4) peneliti menyusun daftar kelompok dan anggotanya. Daftar

kelompok dibuat berdasarkan hasil belajar materi sebelumnya.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan perangkat pembelajaran yang telah

dibuat. Pelaksanaan pembelajaran bersifat fleksibel dan terbuka

terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan yang ada selama

proses pelaksanaan di lapangan. Selain itu, dalam pembelajaran di

kelas, peneliti juga mengamati aktivitas siswa yang menunjukkan

indikator rasa percaya diri. Pengamatan ini dibantu dengan lembar

pengamatan yang telah dibuat. Pada akhir pelaksanaan tindakan, siswa


diberi tes. Hasil tes ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan

pada tahap refleksi.

c. Pengamatan

1) Pengamatan terhadap guru.

a. Cara penyampaian materi pelajaran.

b. Penggunaan metode yang tepat.

c. Mengorganisasikan siswa dalam belajar (pengelolaan kelas).

d. Performance (penampilan) guru.

e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil belajar.

2) Pengamatan terhadap siswa.

a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

b. Keantusiasan siswa dalam melaksanakan tugas.

c. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan

oleh guru.

d. Keterampilan berfikir siswa dalam menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

e. Kemandirian siswa dalam menyelesaikan LKPD yang diberikan

oleh guru.

f. Kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan oleh guru.

g. Berani menyajikan penyelesaian soal di papan tulis.

h. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat


d. Refleksi

Tahap akhir dalam suatu siklus adalah refleksi. Tahap refleksi

dilakukan setelah tes dan pengamatan aktivitas siswa dilaksanakan.

Refleksi merupakan tahap penting yang bertujuan untuk mengevaluasi

hasil tindakan yang dilakukan dan merupakan cermin hasil penelitian

pada tiap siklus. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal atau permasalahan dan data

pengamatan proses pembelajaran yang sudah diperoleh. Data yang

diperoleh dianalisis sesuai dengan indikator keberhasilan yang

ditetapkan. Hasil analisis data yang diperoleh digunakan untuk

menyusun tindakan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Tahapan-tahapan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Kegiatan

yang dilaksanakan pada siklus 2 dimaksudkan sebagai perbaikan dari

siklus 1. Oleh karena itu, kegiatan pada masing-masing tahapan dirancang

berdasarkan hasil dari siklus I.

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

(1) peneliti menetapkan materi matematika kelas VII SMP semester 1

yang akan disajikan pada siklus II yakni materi Bentuk Aljabar;

(2) peneliti menentukan banyak pertemuan pada siklus II ini sebanyak

4 jam pelajaran (2 pertemuan) terdiri atas tiga jam pelajaran


menjelaskan materi dan satu jam pelajaran tes kemampuan

menyelesaikan soal;

(3) peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan materi

yang ditetapkan, meliputi penggalan silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran

Numbered Heads Together berbantuan Multimedia, bahan ajar,

Lembar Kerja Siswa (LKPD), kisi-kisi soal dan soal tes tiap akhir

siklus, lembar observasi sikap siswa untuk mengamati ada atau

tidaknya peningkatan rasa percaya diri siswa. Instrumen-instrumen

tersebut disusun dan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing dan guru pamong matematika; dan

(4) peneliti menyusun daftar kelompok dan anggotanya. Daftar

kelompok dibuat berdasarkan hasil belajar materi sebelumnya..

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan perangkat pembelajaran yang telah

dibuat. Dalam pembelajaran di kelas, peneliti juga mengamati aktivitas

siswa yang menunjukkan indikator rasa percaya diri. Pengamatan ini

dibantu dengan lembar pengamatan yang telah dibuat. Pada akhir

pelaksanaan tindakan, siswa diberi tes. Hasil tes ini akan digunakan

sebagai bahan pertimbangan pada tahap refleksi.

c. Observasi
1) Pengamatan terhadap guru.

a. Cara penyampaian materi pelajaran.

b. Penggunaan metode yang tepat.

c. Mengorganisasikan siswa dalam belajar (pengelolaan kelas).

d. Performance (penampilan) guru.

e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil belajar.

2) Pengamatan terhadap siswa.

a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

b. Keantusiasan siswa dalam melaksanakan tugas.

c. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan

oleh guru.

d. Keterampilan berfikir siswa dalam menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

e. Kemandirian siswa dalam menyelesaikan LKPD yang diberikan

oleh guru.

f. Kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan oleh guru.

g. Berani menyajikan penyelesaian soal di papan tulis.

h. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

d. Refleksi

Tahap akhir dalam suatu siklus adalah refleksi. Tahap refleksi

dilakukan setelah tes dan pengamatan aktivitas siswa dilaksanakan.

Refleksi merupakan tahap penting yang bertujuan untuk mengevaluasi


hasil tindakan yang dilakukan dan merupakan cermin hasil penelitian

pada tiap siklus. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data hasil tes

kemampuan menyelesaikan soal atau permasalahan dan data

pengamatan proses pembelajaran yang sudah diperoleh. Data yang

diperoleh dianalisis sesuai dengan indikator keberhasilan yang

ditetapkan. Apabila pada akhir tahap refleksi siklus II aktivitas dan hasil

belajar siswa masih tidak mengalami peningkatan dapat dilanjutkan

sampai siklus III, IV, dan seterusnya.

Siklus III

Siklus III dilaksanakan apabila pada akhir tahap refleksi siklus II aktivitas

dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematika masih

tidak mengalami peningkatan. Tindakan berhenti dilakukan sampai

indikator keberhasilan yang ditetapkan tercapai.

4. Data dan Cara Pengumpulan Data

a. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) hasil pengamatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran yang

dilakukan pada setiap siklus; dan

(2) hasil tes dalam menyelesaikan soal atau permasalahan

matematika pada siswa kelas VIIA pada akhir setiap siklus.

b. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini menggunakan metode dokumentasi, observasi, dan tes.


(1) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar

nama siswa siswa kelas VIIA dan hasil tes materi sebelumnya.

Data ini bermanfaat untuk menyusun daftar anggota kelompok

yang diperlukan saat pembelajaran berlangsung.

(2) Metode Tes

Metode ini diberikan pada setiap akhir siklus digunakan

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

atau permasalahan. Tes yang diberikan berupa tes tertulis dengan

uraian. Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Numbered Heads Together

(3) Metode Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengamati aktivitas

siswa kelas VIIA pada proses pembelajaran yang dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar

observasi ini bertujuan untuk mengetahui informasi dan gambaran

tentang model pembelajaran yang dikembangkan. Observasi ini

dilakukan dengan mengamati kegiatan dan prilaku siswa secara

langsung. Data yang diperoleh akan menjadi bahan evaluasi. Data

ini bersifat relatif, karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan

subyektivitas pengamat. Dalam observasi ini dilakukan oleh guru

mata pelajaran matematika dan guru lain.


H. ADWAL PENELITIAN

Bulan
No Jenis Kegiatan
Jun Jul Agt Sept Okt Nov
1 Persiapan
2 Menentukan LKPD dan Powerpoint
3 Persiapan Rencana Pembelajaran
4 Pelaksanaan Siklus Pertama
5 Pelaksanaaan Siklus Kedua
6 Pembuatan Laporan Sementara
7 Pembuatan Laporan

I. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khoirudin dkk (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa. Jurnal Prosiding Seminar Etonomatnesia

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Hidayat, Moh. Asikin dkk. (2009). Cara Cepat dan Cerdas Menguasai
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru. Semarang: Manunggal
Karso.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning; Mempraktikan Cooperative Learning


di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Paembonan. Roni Dudung dkk. (2014). Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif tipe Numbered Heads Togethder untuk meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan Logika
Matematika Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako Vol. 2

Pinasthika, C. dkk. (2013). Aktivitas Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas


Menggunakan LKS Berbasis Web Materi Kingdom Animalia. Jurnal
UNESA Vol. 2 No.3

Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.
Satoto, Seto dkk. (2013). Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa dalam
Menyelesaikan Soal dengan Prosedur Newmen. Unnes Jurnal of
Mathematics Education 2013 Vol. 1 No. 2

Setyawan & Susatyo. (2015). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berfikir


Kritis Melalui Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual). Jurnal Prosiding Seminar Nasional 2015.

Sudjana, Nana. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinar Baru Algensido Offset.

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi.


Jogjakarja: Ar-Ruzz Media.

Susanto, A. (2012). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Prenada Media Grup.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif:


Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

You might also like