Professional Documents
Culture Documents
Docslide. - Lembar Kerja Ruang05 Modul Wabah 2015
Docslide. - Lembar Kerja Ruang05 Modul Wabah 2015
MODUL
WABAH
Oleh :
RUANG 05
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2015
RUANG 05
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja sekitar 3100 penduduk dan di setiap desa ada
Posyandu dan kader kesehatan yang aktif. Laporan dari kader kesehatan juga terdapat
penderita batuk, panas, dan timbul bintik kemerahan disertai mata merah. Penderita yang lain
juga menderita lepuh di kulit, beberapa diantaranya telah dibawa ke Puskesmas.
KATA SULIT :-
KATA KUNCI :
Tindakan penanganan wabah banyak macamnya. Secara sederhana tindakan tersebut menurut
sasarannya dapat dibedakan atas tiga macam, yakni terhadap kasus, terhadap masyarakat dan
terhadap lingkungan.
1. MORBILI
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan
gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan,
gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri
dengan deskuamasi dari kulit.
Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat
akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas tertutup
yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi dengan cepat dan angka
serangan mendekati 100%. Pada tempat dimana jarang terjangkit penyakit, angka kematian
bisa setinggi 25%.
2. KOLERA
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan oleh
suatu enterotoksin yang di hasilkan oleh vibrio kolera, di tandai dengan diare cair ringan
sampai diare cair berat dengan muntah yang dengan cepat menimbulkan dehidrasi.
Factor penyebab/agent pada kolera
Vibrio cholera yang merupakan satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae selain
dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian dari genus Vibrio. Bakteri ini
pertama kali di temukan oleh Robert Koch pada tahun 1884. Vibrio cholera banyak
ditemukan di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman
tersebut, oleh karena itu penularan penyakit kolera dapat melalui air, makanan, dan sanitasi
yang buruk.
Factor kekebalan tubuh/host
a) Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibody yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: Shigella dan Vibrio
cholerae.
b) Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat
pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita.
d) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara,misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Auto Imune Deficiency Syndrome).
Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen
dan mungkin juga berlangsung lama. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi
pada golongan balita (55%)
Faktor Lingkungan
Sanitasi lingkungan merupakan kegiatan untuk melindungi kesehatan manusia melalui
pengendalian, pengelolaan dan pencegahan faktor lingkungan yang menganggu kesehatan.
Penyakit diare umumnya terjadi pada daerah yang memiliki sanitasi lingkungan yang buruk.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:
a. Sumber Air Bersih
Air bersih memiliki peranan yang penting dalam kehidupan, karena diperlukan untuk
memenuhi sebagian besar kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks
antara lain untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.. Berbagai air bersih
yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus yang memenuhi
syarat yang sesuai dari segi kontruksi sarang pengolahan, pemeliharan dan pengawasan
kualitasnya, urutan sumbernya air bersih berdasarkan kemudahan pengolahan dapat berasal
dari:
1. Perusahaan Air Minum (PAM).
2. Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)
3. Air hujan
Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah penting berkaitan
dengan kejadian diare. Oleh karena itu harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan bakteriologis). Kriteria sumber air minum antara
lain :
1) Mengambil air dari sumber air yang bersih;
2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air;
3) Memelihara dan menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak dan
sumber pencemaran lain. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pencemar
misalnya septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10
meter;
4) Menggunakan air yang direbus;
5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.
Hasil penelitian Purwidiana P.W menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian
Adisasmito disimpulkan bahwa sarana air bersih berhubungan dengan kejadian diare dengan
kejadian diare.
Tempat Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari sanitasi. Pembuangan
tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang
penularannya melalui tinja antara lain diare.
Syarat pembuangan tinja yang memenuhi aturan kesehatan adalah: tidak mengotori
permukaan tanah sekitar, tidak mengotori air permukaan sekitar, tidak mengotori air dalam
tanah sekitar, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lain, tidak menimbulkan bau, pembuatannya murah,
mudah digunakan dan dipelihara.
Macam-macam tempat pembuangan tinja antara lain:
1) Jamban Cemplung (Pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaaan. Jamban ini dibuat dengan
jalan membuat lubang ke dalam tanah denga diameter 80-120 cm sedalam 2,5 sampai
8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah
dibawahnya. Jarak dari sumber air minum sekurangkurangnya 15 meter.
2) Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat
pemuangan tinja. Proses pembusukan sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.
3) Jamban Leher angsa (Angsa latrine)
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air agar bau
busuk kakus tidak tercium. Bila dipakai tinja akan teertampung sementara dan bila
disiram akan masuk ke bagian yang menurun masuk ke penampungan.
4) Jamban Bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena
pemakaian yang tidak lama. Kerugian bila air permukaan banyak mudah mengotori
tanah permukaan (meluap)
5) Jamban Keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung di ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain,
misal penderita sakit yang tidak bisa meninggalkan tempat tidur. Sistem ini biasanya
menarik lalat dan berbau.
6) Jamban Parit (Trench latrine)
Jamban ini dibuat dengan melubangi tanah sedalam 30-40 am untuk tempat
defaecatie. Tanah galian digunakan untuk menimbunnya. Penggunaan jamban ini
melanggar standar dasar sanitasi, terutama berhubungan dengan pencegahan
pencemaran tanah, pemberantasan lalat dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
7) Jamban Empang (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat diatas kolam, selokan, kali, rawa dan
sebagainnya. Kerugiannya mencemari air permukaan sehingga bibit penyakit akan
tersebar dan menimbulkan wabah.
8) Jamban Kimia (Chemical toilet)
Jamban ini menggunakan tampungan bejana yang berisi caustic soda sehingga tinja
akan hancur sekaligus didesinfeksi. Biasanya digunakan di kendaraan umum misalnya
pesawat.
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : konstruksi jamban kuat, rumah
dan lantai sebaiknya semen, memiliki resapan (septic tank), bangunan jamban ditempatkan
pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan (privacy), tidak menimbulkan bau (leher
angsa), disediakan alat pembersih seperti air yang cukup, dibersihkan secara teratur.
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan
risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan
keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinja di tempat yang memenuhi syarat
sanitasi. Hasil penelitian Purwidiana A.W menyebutkan bahwa jenis jamban dan kebersihan
jamban berhubungan dengan kejadian diare.
Lantai Rumah
Syarat rumah sehat memiliki lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah di musim penghujan. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan
tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan paling tidak diplester dan
akan lebih baik jika dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan.
Penelitian Purwidianan P.W menyebutkan bahwa jenis lantai mempunyai hubungan
yang bermakna dengan kejadian diare pada balita. Lantai dinaikan kira-kira 20 cm dari
permukaan tanah untuk mencegah masuknya air dalam rumah.
Tempat Pembuangan Sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari
RT/hasil proses prooduksi. Jenis sampah terbagi atas sampah anorganik dan sampah organik.
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat membusuk misalnya logam, besi plastik
gelas. Sedangkan sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk misalnya
makanan, daun, buah-buahan.
Sampah dapat menjadi sumber penyakit. Karena itu perlu dikelola sehingga tidak
mengotori lingkungan, tidak menjadi sarang vektor, maupun sarang penyakit. Sampah harus
ditempatkan pada tempat yang memenuhi syarat. Syarat tempat sampah yang dianjurkan
yaitu konstruksi kuat, tidak mudah bocor, tertutup, mudah dibuka, mudah dikosongkan,
dibersihkan, ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu
orang. Keluarga yang mempunyai tempat sampah khusus akan membuang sampah tersebut
sehingga dapat mencegah diare, sedangkan keluarga yang tidak mempunyai tempat sampah
khusus mempunyai resiko 2 kali lipat terkena diare dibandingkan yang mempunyai tempat
sampah khusus. Hasil penelitian Rochman T. B. disimpulkan bahwa Ada hubungan yang
bermakna antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare.
Saluran Pembuangan Air Limbah
Limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, Industri dan pada
umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Limbah yang tidak diolah akan
mengganggu kesehatan dan lingkungan hidup. Limbah merupakan media penyebaran
penyakit terutama diare, kolera, typus, tempat berkembang biaknya mikroorganisme patogen,
vektor, menimbulkan bau, pemandangan yang tidak sedap dan mencemari air permukaan
serta mengurangi produktifitas manusia karena bekerja menjadi tidak nyaman.
Dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat diperlukan sistem
pengelolaan limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu
diperlukan saluran pembuangan air limbah (SPAL). SPAL adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cucian dapur dan lain-lain
bukan dari jamban atau peturasan. SPAL tersebut harus memenuhi syarat kesehatan antara
lain jarak minimal 10 meter dari sumber air bersih sehingga air limbah tidak mencemari
sumber air minum dan air tanah permukaan, tidak menimbulkan genangan yang
mengakibatkan menjadi sarang vektor, tidak terbuka dan tidak terkena udara luar sehingga
tidak berbau dan tidak mengganggu lingkungan.
3. VARICELLA
Varisela merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular dengan sangat
cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru lahir, menyerang
anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang dewasa. Penyebab
penyakit ini adalah sejenis virus yang termasuk golongan Herpes Virus, yaitu Varicella
Zooster Virus (VZV). Pada kontak pertama virus ini menyebakan penyakit cacar air, dan
pada reaktivasi infeksi, virus ini menyebabkan penyakit yang disebut sebagai herpes zoster.
Factor menyebab/agent
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok
Herpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus
disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda.
Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan
ini bersifat infeksius.
Factor lingkungan
Varicella dapat berada pada lingkungan dimana saja baik perkotaan maupun pedesaan, tetapi penderita
cacar air lebih dominan di lingkungan yang tidak bersih dan padat penduduk.
Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989
1. Kholera
Ada dua siklus kehidupan yang berbeda pada bakteri kolera, yaitu di dalam tubuh manusia
dan lingkungan. Bakteri kolera di tubuh manusia ditularkan melalui tinja yang mengandung
bakteri. Bakteri kolera bisa berkembang biak dengan subur jika persediaan air dan makanan
telah terkontaminasi dengan tinja tersebut. Selain itu bakteri kolera juga dapat berkembang di
lingkungan sekitar manusia tinggal. Perairan pinggir pantai yang memiliki krustasea kecil
bernama copepoda merupakan tempat alami munculnya bakteri kolera. Plankton dan alga
jenis tertentu merupakan sumber makanan bagi krustasea, dan bakteri kolera akan ikut
bersama inangnya, yaitu krustasea, mengikuti sumber makanan yang tersebar di seluruh
dunia.
Sumber-sumber infeksi kolera bisa dari faktor makanan dan terpapar air yang mengandung
bakteri. Faktor-faktor yang paling umum adalah sebagai berikut.
Makan kerang mentah atau yang tidak dimasak dengan matang, atau makanan laut
lainnya yang berasal dari lokasi tertentu.
Tumbuhnya bakteri kolera di daerah kolera mewabah bisa melalui nasi dan milet yang
terkontaminasi setelah dimasak dan didiamkan di suhu ruangan selama beberapa jam.
Bakteri kolera bisa bertahan di air untuk jangka waktu yang lama dan mencemari
sumur-sumur yang digunakan oleh masyarakat umum.
Infeksi kolera bisa bersumber dari sayuran dan buah-buahan mentah yang tidak
dikupas. Lahan pertanian yang terkontaminasi oleh pemupukan yang tidak baik atau
air untuk pengairan yang mengandung sampah.
Lingkungan padat penduduk yang tidak memiliki sanitasi memadai.
Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di atas, ada juga beberapa
faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit bakteri kolera. Risiko seseorang terjangkit
kolera akan meningkat jika dia tinggal satu rumah bersama pengidap penyakit tersebut. Ada
juga sebagian kelompok orang, seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan orang-orang yang
memiliki kadar asam lambung rendah akan lebih rentan terjangkit kolera.
2. Pes
PES atau yang juga dikenal dengan Pesteurellosis, merupakan penyakit pada tikusdan hewan
pengerat lainnya yang disebabkan oleh bakteri dan dapat ditularkan pada manusia. Kutu tikus
adalah yang paling sering menjadi perantara dalam penularan penyakit ini. Pada manusia,
PES dapat dibedakan menjadi . Yaitu PES Kelenjar Getah Bening, PES Infeksi Luas, Dan
PES Pneumonik atau PES Paru-paru.
Penularan
1. Terkena gigitan kutu tikus yang sebelumnya telah menghisap darah tikus dengan
penyakit PES.
2. Melalui titik-titik air liur di udara dari penderita PES Paru-paru.
3. Kontak langsung dengan menyentuh luka atau nanah penderita PES.
4. Kontak tidak langsung dengan menyentuh permukaan tanah yang berbakteri.
5. Makanan dan minuman yang tidak bersih dan tercemar bakteri.
3. Campak
Penyakit Campak,- Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang
sistem saluran pernapasan yang menyebabkan infeksi. Pada penyakit ini penderita akan
mengalami demam, batuk, flu (pilek), dan gangguan saluran pernapasan lainnya. Selain itu,
akan timbul bintik merah di seluruh tubuh (termasuk wajah) penderita. Penyakit campak
dikategorikan sebagai penyakit menular, penularannya dapat dengan cara kontak langsung,
atau melalui udara jika penderita batuk dan virus penyebab penyakit campak akan menyebar
di udara dan terhirup oleh orang lain. Jika kekebalan tubuh orang sekitar lemah, maka akan
dengan mudah terserang penyakit campak.
4. Influenza
Kejadian influenza A dipengaruhi oleh penyebab (agent), faktor pejamu (host),
dan lingkungan (environment).
1.Faktor agent
adalah adanya virus influenza A yang penyebarannya cukup luas.
2.Faktor Manusia dan hewan
Faktor manusia meliputi imunitas seseorang yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan
status gizi.
a.Manusia
1).Umur
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat.
Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan
orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut
dengan penakit ginjal kronik atau gangguan metabolik endokrin dapat meninggal akibat
penyakit yang dikenal sebagai penyakit yang tidak berbahaya ini.
2).Jenis kelamin
Semua jenis kelamin dapat terinfeksi virus influenza.
b.Hewan
Manusia merupakan reservoir utama untuk infeksi yang terjadi pada manusia, namun
demikian reservoir mamalia seperti babi dan burung merupakan sumber subtipe baru pada
manusia yang muncul karena pencampuran gen (gene reassortmen). Subtipe baru darisuatu
strain virus virulen dengan surface antigensbaru mengakibatkan pandemik influenzayang
menyebar terutama kepada masyarakat rentan. Faktor risiko adalah daerah yang padat
penduduk pada ruangan tertutup, seperti dalam bis, penularan dapat juga terjadi dengan
kontak langsung. Faktor risiko kejadian Influenza A dipengaruhi adanya kontak orang sehat
kepada sumber penularan yaitu unggas yang teserang AI beserta produknya atau penderita
influenza A. Penularan dari orang ke orang melalui droplet sedangkan dari unggas
dikarenakan kontak dengan unggas atau produknya yang terkontaminasi virus influenza yang
terhirup oleh penderita.
3.Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi adanya sumberpenular yaitu orang yang terinfeksi virus influenza
A serta keberadaan unggas yang terinfeksi virus influenza A. Faktor perilaku mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya influenza yaitu perilaku hygiene dan sanitasi yang baik akan
mengurangi penularan influenza. Selain itu faktor pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap
penyebaran virus, dengan peningkatan pendidikan masyarakat agar mengurangi kontak
kepada penderita influenza maka penularan dapat dibatasi. Faktor lingkungan meliputi
keberadaan unggas dan produknya, serta musim. Faktor risiko kejadian Influenza A
dipengaruhi adanya kontakorang sehat kepada sumber penularan yaitu unggas yang teserang
AI beserta produknya atau penderita influenza A. Penularan dari orang keorang melalui
droplet sedangkan dari unggas dikarenakan kontak dengan unggas atauproduknya yang
terkontaminasi virus
influenza yang terhirup olehpenderita. Faktor lingkungan meliputi keberadaan unggas dan
produknya, serta musim.
5. Antraks
Proses penularan Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan
saluran cerna. Sumber utama infeksi adalah tanah dan air.
Adapun pada manusia penularan penyakit antraks seringnya melalui hal-hal sebagai berikut :
• Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit,
maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang dan
darah.
• Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu
mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora
Antraks.
• Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll
a. water borne
Escherichia coli diare campur darah disertai kejang perut (disentri), kolitis
hemoragik (radang usus)
Vibrio cholerae diare dengan kotoran seperti air cucian beras (kolera)
6. Penyakit apa saja yang sering diderita dalam masyarakat dalam kasus namun bukan
wabah?
1. Penyakit jantung
Nama ini digunakan untuk semua gangguan yang terjadi pada organ jantung,
gangguan tersebut tentunya berbeda dan memiliki efek yang berlainan antara satu
dengan lainnya.
Salah satu contohnya adalah kardiovaskular, merupakan kondisi dimana terjadi
penyempitan arteri dan penyumbatan pada pembuluh darah. Gangguan ini dapat
memicu stroke dan nyeri dada.
Selain itu ada pula aritmia, suatu kondisi dimana detak jantung terlalu cepat, lambat
atau tidak beraturan. Semua gangguan pada organ tersebut lebih sering dinamakan
dengan penyakit jantung. Penyakit ini dilaporkan menjadi pembunuh nomor satu di
dunia dan paling banyak diderita. Faktor penyebab penyakit jantung : Faktor Usia
dan Jenis kelamin, Faktor Keturunan Dari Keluarga, Faktor Perokok Aktif atau
Perokok Pasif, Faktor Penyakit Diabetes (kencing manis), Faktor Tekanan darah
tinggi (hipertensi), Faktor Kegemukan atau Obesitas, Faktor Gaya hidup kurang
Olahraga.
2. Kanker
Gangguan kesehatan ini memiliki banyak jenis, tergantung dimana sel kanker tersebut
tumbuh dan berkembang. Jika tumbuh dan menyerang bagian lidah dinamakan
kanker lidah, jika menyerang tenggorokan maka para ahli menamakannya dengan
kanker tenggorokan. Kanker sendiri merupakan pembunuh normor dua setelah
jantung. Merupakan penyakit yang diawali dengan berkembangnya sel tidak normal
pada bagian tubuh atau organ tertentu. Perkembangan relatif cepat dan dapat
menyebar serta menginfeksi bagian lainnya. Ada empat faktor utama penyebab
kanker seperti lingkungan, makanan, biologis dan psikologis.
Lingkungan : bahan kimia, penyinaran yang berlebihan, merokok, polusi udara
Makanan : mengandung zat-zat kimia tertentu
Biologis : virus, hormon, keturunan
Psikologis : kepribadian, stress
3. Hipertensi
Penyakit yang biasanya dipicu karena adanya penyempitan pada pembuluh darah.
Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja dan faktor resiko akan meningkat
seiring bertambahnya usia. Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
4. Diabetes Melitus
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak
dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut (Inzuchi SE,
2003). Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungka n dengan salah satu
efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-
sel tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism
lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga
timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton
CA. 1996).
Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan
diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari
4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah
< 2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh
>23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL <35
mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat.
Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom
ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin,
sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa
terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah
koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).
Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat di dunia, karena
penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang sangat akrab di masyarakat. ISPA
merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA
menjadi perhatian bagi anak-anak (termasuk balita) baik dinegara berkembang
maupun dinegara maju karena ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-
anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh
yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA
sangat tinggi bagi anak-anak dan balita (Riskerdas, 2007).
B. Faktor Penyebab/Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007). Ada juga penyebab ISPA yang lain
Salah satu penyebab adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak.
Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga
banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari
bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon,
Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan
(Depkes RI, 2002).
D. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan atau mungkin menimbulkan pengaruh
yang merugikan bagi kesehatan yang meliputi kondisi sesuai syarat rumah sehat
meliputi :
- Ventilasi
- Kepadatan penghuni
- Penerangan alami
- Suhu ruangan
- Kelembaban
- Lantai rumah
- Dinding rumah
- Atap rumah
- Sumber air bersih
- Tempat pembuangan sampah
- Saluran pembuangan air limbah dan debu.
7. Undang-Undang dan Peraturan tentang wabah?
c.Penderita adalah seseorang yang menderita sakit karena penyakit yang dapat
menimbulkan wabah.
i.Tim Gerak Cepat adalah Tim yang tugasnya membantu upaya penanggulangan
KLB/Wabah.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan meliputi penetapan jenis penyakit menular tertentu yang
dapat menimbulkan wabah,tata cara penetapan daerah KLB/Wabah,tata cara
penanggulangan,& tata cara pelaporan.
Pasal 3
Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah
didasarkan pada pertimbangan epidemiologis,sosial
budaya,keamanan,ekonomi,ilmu pengetahuan, & teknologi,& menyebabkan
dampak malapetaka di masyarakat.
Pasal 4
1.Jenis –jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah:
Kolera
Pes
Demam Berdarah Dengue
Campak
Polio
Difteri
Pertusis
Rabies
Malaria
Avian Influenza H5N1
Antraks
Leptospirosis
Hepatitis
Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
Meningitis
Yellow Fever & Chikungunya
2.Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 5
1.Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukan
secara pasif & aktif.
2.Penemuan secara pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
diagnosis secara klinis & konfirmasi laboratorium.
3.Penemuan secara aktif seperti dikatakan pada ayat (1) melalui kunjungan
lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis secara epidemiologi berdasarkan
gambaran umum penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah
selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis & pemeriksaan laboratorium.
4.Selain pemeriksaan klinis & pemeriksaan Lab sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.
5.Ketentuan lebih lanjut mengenai gambaran umum penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah,tata cara pemeriksaan,pemeriksaan Lab,&
pemeriksaan penunjang lainnya yang tercantum pada peraturan ini.
Pasal 6
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB,apabila memenuhi salah satu
kriteria:
a.Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal pada suatu daerah
b.Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 kurun waktu dalam
jam,hari/minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
d.Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukan kenaikan dua
kali/lebih dibandingkan dengan angka rata-rata bulan dalam tahun sebelumnya.
f.Angka kematian kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 kurun waktu
tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
g.Angka proporsi penyakit (proportional rate) penderita baru pada satu periode
menunjukan kenaikan dua kali/lebih dibandingkan satu periode sebelumnya
dalam waktu yang sama.
Pasal 7
1.Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota,kepala dinas kesehatan provinsi,atau
Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB,apabila suatu daerah
memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.
(2) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam
keadaan KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
Pasal 9
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atau
Menteri harus mencabut penetapan daerah dalam keadaan KLB berdasarkan
pertimbangan keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 10
(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi
KLB berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan
malapetaka, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angka
kesakitan dan/atau angka kematian.
b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya,
ekonomi, dan pertimbangan keamanan.
Pasal 11
Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 12
Menteri harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan pertimbangan
keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10.
Pasal 13
(1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat.
(2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat; dan
g. upaya penanggulangan lainnya.
(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
g antara lain berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup
fasilitas umum untuk sementara waktu, melakukan pengamatan secara
intensif/surveilans selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadap
upaya penanggulangan secara keseluruhan.
(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/Wabah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan KLB/Wabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan
ini.
Pasal 14
(1) Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan upaya penanggulangan
secara dini apabila di daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, baik sebelum maupun setelah daerah ditetapkan dalam keadaan KLB.
(2) Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 (dua puluh
empat) jam terhitung sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 15
(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, atau suatu daerah dalam keadaan wabah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 diperlukan untuk mempermudah koordinasi dan
optimalisasi sumber daya di bidang kesehatan dalam upaya
penanggulangan KLB/Wabah.
(2) Sumber daya di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan
farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi.
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 19
Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulangan
KLB/Wabah kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 20
Dalam penanggulangan KLB/Wabah, Pemerintah dapat bekerja sama dengan
negara lain atau badan internasional dalam mengupayakan sumber pembiayaan
dan/atau tenaga ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
1) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB/Wabah, dibentuk Tim Gerak
Cepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga
medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, entomolog kesehatan, tenaga
Laboratorium,dengan melibatkan tenaga pada program/sector terkait maupun
masyarakat.
Pasal 22
Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ditetapkan oleh:
a. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas nama bupati/walikota untuk
tingkat kabupaten/kota;
b. Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi;
dan
c. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat.
Pasal 23
Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelah
mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 24
Pasal 25
Dalam keadaan KLB/Wabah, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menyediakan perbekalan kesehatan meliputi bahan, alat, obat dan vaksin serta
bahan/alat pendukung lainnya
Pasal 26
(1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulangan
KLB/Wabah.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam penanggulangan
KLB/Wabah;
b. peningkatan jejaring kerja dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah;
c. pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan penanggulangan
KLB/Wabah; dan
d. bimbingan teknis terhadap penanggulangan KLB/Wabah
Pasal 27
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya, dan Tata Cara
Penanggulangan Seperlunya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Penyediaan bidan desa dimaksudkan dalam rangka menjamin ketersediaan bidan desa
yang berkualitas di setiap desa. Hal ini untuk memastikan keberadaan bidan desa yang
bertugas dan bekerja untuk pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas,
terutama kesehatan ibu dan anak.
3. Air bersih bagi setiap rumah tangga
Penyediaan air bersih yang aman dan sehat dimaksudkan agar dapat digunakan
sebagai air minum yang merupakan salah satu penentu dasar tercapainya standar
kesehatan yang berkualitas. Air bersih untuk setiap rumah tangga merupakan pilar
penting bagi terlaksananya percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis
perdesaan.
Penyediaan sanitasi yang baik untuk setiap rumah tangga merupakan salah satu
penentu dasar tercapainya standar kesehatan yang berkualitas. Ketersediaan dan
keterjangkauan sanitasi yang baik untuk setiap rumah tangga adalah pilar penting bagi
terlaksananya percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan.
Penyediaan gizi yang baik dan seimbang untuk setiap ibu hamil, ibu menyusui, bayi
dan balita merupakan tujuan yang harus direalisasikan untuk tercapainya kualitas
kesehatan. Asupan gizi untuk setiap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan Balita
dikedepankan.
Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta tentang
penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah pengendalian hendaknya segera
dilakukan. Makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan
pengendalian. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan
yang paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang berhubungan..
Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah sebagai berikut:
1. Mengeliminasi sumber patogen
a. Eliminasi atau inaktivasi patogen
b. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)
c. Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi
(karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)
d. Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak daging
dengan benar, dan sebagainya)
e. Pengobatan kasus
2. Memblokade proses transmisi
a. Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung tangan,
respirator)
b. Disinfeksi/ sinar ultraviolet
c. Pertukaran udara/ dilusi
d. Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara
e. Pengendalian vektor.
3. Mengeliminasi kerentanan
a. Vaksinasi
b. Pengobatan (profilaksis, presumtif)
c. Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”)
d. Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).
Hal terkhir dan merupakan hal terpenting dalam penanganan wabah adalah menentukan cara
pencegahan di masa yang akan datang.
KESIMPULAN
Untuk menentukan keadaan wabah di suatu daerah, diperlukan data epidemiologi tentang
morbiditas dan mortalitas suatu penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Resna A. Soerawidjaja & Prof. DR. Dr. Azrul Azwar, M.P.H; Penanggulangan
Wabah oleh PUSKESMAS
Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989
www.djpp.depkumham.go.id
(Suhandayani, 2007)
(Riskerdas, 2007)
(Tedjapranata M, 2009)
(Muttaqin, 2008)
(Nelson, 2003)