Professional Documents
Culture Documents
Tuberkulosis Pendahuluan
Tuberkulosis Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian
terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2015 10,4 juta orang menderita
tuberkulosis. Dari angka tersebut, 1,8 juta orang meninggal akibat tuberkulosis.
Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi pada negara dengan pendapatan
rendah hingga menengah. Indonesia termasuk negara high burden tuberkulosis,
yang mana merupakan salah satu negara dengan jumlah insidensi tuberkulosis
terbanyak.1
2.1 Tb Paru
2.1.1 Etiologi
2.1.2 Patogenesis
A. Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis post-primer muncul sekitar lima belas hingga empat puluh tahun
setelah tuberkulosis primer.3 Tuberkulosis post-primer inilah yang menjadi
problem kesehatan masyarakat karena dapat menjadi sumber penularan, terlebih
jika pasien tidak sadar bahwa dirinya sudah sembuh tuberkulosis namun masih
potensial untuk menularkan kuman tuberkulosis ke orang lain. Tuberkulosis post-
primer diawali dengan terbentuknya sarang dini berupa suatu sarang pneumonik
kecil yang pada umumnya terletak pada segmen apikal lobus superior maupun
lobus inferior paru. Sarang pneumonik ini akan berkembang sebagai berikut:
1. Sarang di-resopsi kembali, sehingga pasien sembuh dengan tidak
meninggalkan cacat.
2. Sarang dini tersebut awalnya meluas, namun segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya, jaringan
tersebut akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran,
dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya, dapat juga sarang
tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan perkejuan (kaseosa)
dan menimbulkan kavitas bila jaringan perkejuan dikeluarkan melalui
batuk.
3. Sarang dini yang aktif meluas membentuk jaringan perkejuan (kaseosa).
Kavitas akan muncul seiring dengan dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Pada awalnya, kavitas berdinding tipis, namun lama-kelamaan akan
menjadi tebal (sklerotik).3
Tuberkulosis paru:
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
● Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
● Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
● Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
● Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus
juga resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan
minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin,
Kapreomisin dan Amikasin)
● Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan
atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional).
d. Status HIV
● batuk ≥ 3 minggu
● batuk darah
● sesak napas
● nyeri dada
b. Gejala sistemik
● demam
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi: foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif:
● Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
● Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
● Bayangan bercak milier
● Kompleks ranke
Pemeriksaan Penunjang
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi
serologi yang terjadi.
d. ICT
3. Pemeriksaan BACTEC
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
● Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, tetapi dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.4
Tabel 1. OAT lini pertama3
Tabel 2. Dosis OAT lini pertama3
● Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang):
● Pasien kambuh
3
Tabel 6. Dosis OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/HRZE/ 5H3R3E33