You are on page 1of 51

MAKALAH

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Asuhan Keperawatan Fraktur

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Centhya Wulansari 6. M. Hisyam Mutashim


2. Firman Saefullahudin 7. Rakheyan Bagas SS
3. Hasna QW 8. Rosa Dwi Apriyani
4. Irma Nurzanah 9. Santi Novita Ariani
5. Lusi Kustini 10. Yuspin Alpianita

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Sistem Muskuloskeletal. Kami berterima kasih kepada Ibu Kiki R Amelia,
M.Kep selaku koordinator mata kuliah Sistem Muskuloskeletal. Serta ibu Rahayau
Savitri., M.Kep selaku dosen pembimbing/tutor kelompok 1 pada mata kuliah
sistem Muskuloskeletal.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, November 2017

Penyusun

Makalah Fraktur Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2

C. TUJUAN ................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 3

A. PENGERTIAN ........................................................................................................ 3

B. KLASIFIKASI ........................................................................................................ 3

C. ETIOLOGI .............................................................................................................. 6

D. MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................ 7

E. PATOFISIOLOGI ................................................................................................... 8

F. PATHWAY ............................................................................................................. 9

G. KOMPLIKASI ........................................................................................................ 9

BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................................... 33

I. BIODATA ............................................................................................................. 33

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN ...................................................................... 33

III. PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL ............................................................................ 33

IV. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) .................................................................... 34

V. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................................ 34

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG .......................................................................... 34

VII. PENATALAKSANAAN ...................................................................................... 35

VIII. ANALISA DATA ................................................................................................ 36

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................................... 39

Makalah Fraktur Page ii


X. INTERVENSI KEPERAWATAN ........................................................................ 39

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................ 43

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 45

A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 45

B. SARAN ................................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 46

Makalah Fraktur Page iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita
utama di berbagai media. Sebagaimana diketahui, masyarakat modern
menjadikan alat transportasi sebagai kebutuhan primer. Di Indonesia, mobilitas
yang tinggi dan faktor kelalaian manusia menjadi salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Menurut data kepolisian RI tahun 2012, terjadi
109.038 kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, sedangkan menurut
data badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2011, kecelakaan lalu lintas di
Indonesia dinilai menjadi pembunuh ketiga setelah penyakit jantung koroner
dan tuberculosis. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-
2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana
terjadi diintegritas tulang. Penyebab terbanyak Fraktur adalah kecelakaan, baik
itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga
bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes
RI, 2005).
Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,
fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang
paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia,970 2 orang mengalami fraktur pada
tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Walaupun
peran fibula dalam pergerakan ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi
terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya gangguan
aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Meskipun pasien yang mengalami fraktur
biasanya segera mendapatkan penanganan tetapi pada beberapa kasus post

Makalah Fraktur Page 1


fraktur, pasien sering mengalami keterlambatan pergerakan karena adanya
kelemahan otot dan keterbatasan rentang gerak (Purwanti, 2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab fraktur, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan fraktur?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
fraktur?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan klien fraktur dan
sebagai bahan bagi mahasiswa keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dan
mahasiswa keperawatan dalam :
a. Mengidentifikasi definisi, etiologi, tanda dan gejala, proses
penyembuhan, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari
Fraktur.
b. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Fraktur.

Makalah Fraktur Page 2


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang
dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner &
Suddart, 2000).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat,
2014).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat
& Jong, 2014).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2014).
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Doenges, 2013:625)

B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan
cruris dst).
2. Berdasarkan komplet atau ketidakklompletan fraktur:
1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.

Makalah Fraktur Page 3


2) Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah
tulang
3. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
1) Fraktur tertutup (closed) : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya
kulit bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera
jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2) Fraktur terbuka (open / Compound) : fraktur dengan luka pada kulit
atau membran mukosa sampai ke patahan tulang Fraktur terbuka
dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
a. Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
b. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
c. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.
4. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
1) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi
lainnya membengkak.
2) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
3) Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
4) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.

Makalah Fraktur Page 4


5) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang samaa
5. Berdasarkan posisi fragmen :
1) Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
2) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
3) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
:
1) Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang).
2) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
3) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
4) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau
tendo pada daerah perlekatannnya.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
1) Tidak adanya dislokasi.
2) Adanya dislokasi
a. At axim : membentuk sudut.
b. At lotus : fragmen tulang berjauhan.
c. At longitudinal : berjauhan memanjang.
d. At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

Makalah Fraktur Page 5


1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
4) Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
5) Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses
patologis tulang.

C. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan
sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan
oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada
anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges, 2013:627).
Menurut Carpenito (2013:47) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
Menurut (Doenges, 2013:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Trauma Langsung

Makalah Fraktur Page 6


Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan
fraktur
2) Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat kejadian kekerasan.
3) Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal(kongenital,peradangan,
neuplastik dan metabolik).
Menurut (aragon, 2000:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat
ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2) Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pegelangan tangan
3) Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis.
4) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntir

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

Makalah Fraktur Page 7


E. PATOFISIOLOGI
1. Cedera tulang
Ketika fraktur tulang pembuluh darah dalam tulang dan
jaringanlunak disekitarnya robek dan mulai berdarah, membenutk
hematoma. Jaringan tulang mekrotik yang berdekatan dengan fraktur
menyebabkan respons inflamasi yang intens yang diandai dengan
vasodilatasi, pembentukan eksudat, dan migrasi sel darah putih ketempat
fraktur
2. Pembentukan kalus fibroartilaginosa
Faktor pembekuan dalam hematoma, membentuk serat fibrin.dalam
48 jam, fibroblas dan kapiler baru tumbuh kedalam fraktur dari jaringan
granulasi yang secara bertahap mengganti hematoma. Fagosit mulai
mengeluarkan debris sel.
Osteoblas, sel pembentuk tulang, berproliferasi dan bermigrasi
kedalam tempat fraktur, membentuk halus fibrokartilaginosa. Osteoblas
membentuk jejaring serat, kolagen dalm kedua sisi tempat fraktur yang
akhirnya menggabugkan fragmen tulang hingga membelah tulang.
Kondroblas membentuk potongan kartilago yang memberi dasar untuk
pertumbuha n tulang.
3. Pembentukan kalus tulang
Osteoblas terus berpeliforasi dan menyintesis sertat kolagen dan
matriks tulang, yang secara bertahap memeniralisasi kalsium dan garam
mineral untuk membentuk masa spons tulang beranyam. Trabekula tulang
beranyam menjembatani fraktur. Osteoklas bermigrasi ketempat
pembalikan dan mulai membentuk cadangan tulang dalam kalus.
Pembentukan kalus tulang biasanya berlangsung selama 2-3 bulan.
4. Remodeling tulang
Osteoblas terus membentuk tulang beranyam baru, yang diatur
kedalam struktur lamela tulang padat. Osteoklas merebsorpsi kelebihan
kalus karena digantikan dengan tulang matur.

Makalah Fraktur Page 8


Seiring dengan penyembuhan tulang dan terpajan pada stress mekanis pada
penggunaan setiap hari, osteoblas dan osteoklas berespons dengan
remodelling tempat perbaikan sepanjang garis tekanan. Hal ini memastikan
bahwa bagian tulang yang sembuh pada akhirnya menyerupai struktur
bagian yang tidak mengalami cedera.

F. PATHWAY
Terlampir

G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Artery
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan
berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya
mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit
yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen,
rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan
paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang
kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar

Makalah Fraktur Page 9


bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung,
stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi
saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai
fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur
berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena
nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu
yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia
keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan
hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan
nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat

Makalah Fraktur Page 10


tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.
Kadang –kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor –
faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang
cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa
penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan

Makalah Fraktur Page 11


beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.

I. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri,
namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa
nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah
yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan
bidai atau gips.
e. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang
f. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai
dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
a) Immobilisasi dan penyangga fraktur
b) Istirahatkan dan stabilisasi
c) Koreksi deformitas
d) Mengurangi aktifitas
e) Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips
adalah :
1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
2) Gips patah tidak bisa digunakan
3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
4) Jangan merusak / menekan gips
5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur

Makalah Fraktur Page 12


Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu
yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti
pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal
tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain :
a) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan
pada keadaan emergency
b) Traksi mekanik, ada 2 macam :
1. Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain
misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk
menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit
melalui tulang / jaringan metal.
c) Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot
2. Memperbaiki & mencegah deformitas
3. Immobilisasi
4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang
sendi)
5. Mengencangkan pada perlekatannya
d) Prinsip pemasangan traksi :

Makalah Fraktur Page 13


1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan
gaya tarik
2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang
dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan.
3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan
khusus
4. Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai.
3. Pembedahan
1. ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk
pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang
mengalami fraktur.
Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang
agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini
berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang
panjang dengan tipe fraktur tranvers.
2. OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana prinsipnya
tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat
ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu
sama lain dengan suatu batang lain.
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan
kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil
untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang
dijaga agar tetap terjaga posisinya
kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa
nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini :
1) Indikasi
a. Fraktur terbuka grade II dan III
b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang
yang parah.

Makalah Fraktur Page 14


c. Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan
saraf.
e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak
cocok. Misal : infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
g. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
h. Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.
2) Keuntungan dan Komplikasi Eksternal Fiksasi
a. Keuntungan eksternal fiksasi adalah :
Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi
awal da latihan awal untuk sendi di sekitarnya sehingga
komplikasi karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan
b.Sedangkan komplikasinya adalah :
a) Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ).
b) Kekakuan pembuluh darah dan saraf.
c) Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed
union atau non union.
d) Emboli lemak.
e) Overdistraksi fragmen.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a. NIdentitas Klien

Makalah Fraktur Page 15


Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan.
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan utama
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.\
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka

Makalah Fraktur Page 16


di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun
kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetic.
d. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
e. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain
itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau
tidak.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit.
C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat
terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang

Makalah Fraktur Page 17


kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas
juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat. Semua klien
fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
d) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa
bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding
pekerjaan yang lain.
e) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap
f) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan
akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan body image).
g) Pola Sensori dan Kognitif

Makalah Fraktur Page 18


Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian
distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.
begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu
juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur
h) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya
i) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
j) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena
ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah
yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:

Makalah Fraktur Page 19


a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan)
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
i) Thoraks

Makalah Fraktur Page 20


Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
j) Paru
1. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan
paru.
2. Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3. Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
lainnya.
4. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
k) Jantung
1. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
2. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
3. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l) Abdomen
1. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
3. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi
Peristaltik usus normal ±20 kali/menit.

Makalah Fraktur Page 21


m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada
kesulitan BAB.
b. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama
mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P
yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan).
1) Nyeri (pain). Kaji nyeri di ekstremitas yang cedera dengan
meminta pasien membuat tingkatan pada skala 0 hingga 10,
dengan skala 10 sebagai nyeri yang paling hebat.
2) Nadi (pulse). Pengkajian nadi distal dimulai dengan ekstremitas
yang tidak terkena. Bandingkzin kualitas nadi di ekstremitas yang
terkena dengan eksttemitas yang tidak terkena.
3) Kepucatan (Palor). Observasi kepucatan dan warna kulit di
ekstremitas yang cedera. Pucat dan dingin dapat mengindikasikan
penurunan arteri, sedangkan hangat dan warna kebiruan dapat
mengindikasikan genangan darah vena. Kaji capillary refill,
bandingkan ekstremitas yang terkena dan yang tidak terkena.
4) Paralisis/Paresis. Kaji kemampuan untuk memindahkan bagian
tubuh distal ke tempat fraktur. Ketidakmampuan untuk berpindah
mengindikasikan paralisis. Kehilangan kekuatan otot (kelemahan)
ketika bergerak adalah paresis. Temuan keterbatasan rcntang gerak
dapat mengarah ke pengcnalan dini masalah sepcrti kerusakan
saraf dan paralisis.
5) Parestesia. Tanyakan pasien ada atau tidak adanya perubahan
dalam hal sensasi, seperti terbakar, baal, perasaan berduri, atau
menyengat (semua ini adalah parestesia) terjadi. Kaji sensasi distal
terhadap cedera, termasuk kemampuan untuk membedakan
sentuhan tajam clan tumpul serta membedakan dua titik.

Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:

Makalah Fraktur Page 22


1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
b) Cape au lait spot (birth mark).
c) Fistulae.
d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
e) hyperpigmentasi.
f) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
g) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
h) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada
dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi
dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu dicatat adalah:
a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time Normal 3 – 5 “
b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal).
d) Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan
yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang.
Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada
benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan
permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar
atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

Makalah Fraktur Page 23


Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan
dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini
perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan
sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari
tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau
dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada
gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat
adalah gerakan aktif dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien
rumatoid arthritis (Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus).
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti).
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup).
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya
informasi yang ada.

Makalah Fraktur Page 24


4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Intervensi Rasional

1. Pertahankan imobilasasi 1. Mengurangi nyeri dan


bagian yang sakit dengan mencegah malformasi.
tirah baring, gips, bebat dan
atau traksi
2. Tinggikan posisi ekstremitas 2. Meningkatkan aliran balik
yang terkena. vena, mengurangi
edema/nyeri.
3. Lakukan dan awasi latihan 3. Mempertahankan kekuatan
gerak pasif/aktif. otot dan meningkatkan
sirkulasi vaskuler.
4. Meningkatkan sirkulasi
4. Lakukan tindakan untuk umum, menurunakan area
meningkatkan kenyamanan tekanan lokal dan kelelahan
(masase, perubahan posisi) otot.
5. Mengalihkan perhatian
5. Ajarkan penggunaan teknik terhadap nyeri,
manajemen nyeri (latihan meningkatkan kontrol
napas dalam, imajinasi terhadap nyeri yang
visual, aktivitas dipersional) mungkin berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin 6. Menurunkan edema dan
selama fase akut (24-48 jam mengurangi rasa nyeri.
pertama) sesuai keperluan.
7. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi. 7. Menurunkan nyeri melalui
mekanisme penghambatan

Makalah Fraktur Page 25


rangsang nyeri baik secara
8. Evaluasi keluhan nyeri sentral maupun perifer.
(skala, petunjuk verbal dan 8. Menilai perkembangan
non verval,perubahan tanda- masalah klien.
tanda vital)

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah


(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus).
Intervensi Rasional

1. Dorong klien untuk secara 1. Meningkatkan sirkulasi


rutin melakukan latihan darah dan mencegah
menggerakkan jari/sendi kekakuan sendi.
distal cedera.
2. Hindarkan restriksi sirkulasi 2. Mencegah stasis vena dan
akibat tekanan bebat/spalk sebagai petunjuk perlunya
yang terlalu ketat. penyesuaian keketatan
3. Pertahankan letak tinggi bebat/spalk.
ekstremitas yang cedera 3. Meningkatkan drainase
kecuali ada kontraindikasi vena dan menurunkan
adanya sindroma edema kecuali pada adanya
kompartemen. keadaan hambatan aliran
arteri yang menyebabkan
penurunan perfusi.
4. Berikan obat antikoagulan 4. Mungkin diberikan sebagai
(warfarin) bila diperlukan. upaya profilaktik untuk
menurunkan trombus vena.
5. Pantau kualitas nadi perifer, 5. Mengevaluasi
aliran kapiler, warna kulit perkembangan masalah
dan kehangatan kulit distal klien dan perlunya

Makalah Fraktur Page 26


cedera, bandingkan dengan intervensi sesuai keadaan
sisi yang normal. klien.

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,


perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti).
Intervensi Rasional

1. Instruksikan/bantu latihan 1. Meningkatkan ventilasi


napas dalam dan latihan alveolar dan perfusi.
batuk efektif.
2. Lakukan dan ajarkan 2. Reposisi meningkatkan
perubahan posisi yang aman drainase sekret dan
sesuai keadaan klien. menurunkan kongesti paru.
3. Mencegah terjadinya
3. Kolaborasi pemberian obat pembekuan darah pada
antikoagulan (warvarin, keadaan tromboemboli.
heparin) dan kortikosteroid Kortikosteroid telah
sesuai indikasi. menunjukkan keberhasilan
untuk mencegah/mengatasi
emboli lemak.
4. Analisa pemeriksaan gas 4. Penurunan PaO2 dan
darah, Hb, kalsium, LED, peningkatan PCO2
lemak dan trombosit menunjukkan gangguan
pertukaran gas; anemia,
hipokalsemia, peningkatan
LED dan kadar lipase,
lemak darah dan penurunan
trombosit sering
berhubungan dengan emboli
lemak.

Makalah Fraktur Page 27


5. Evaluasi frekuensi 5. Adanya takipnea, dispnea
pernapasan dan upaya dan perubahan mental
bernapas, perhatikan adanya merupakan tanda dini
stridor, penggunaan otot insufisiensi pernapasan,
aksesori pernapasan, retraksi mungkin menunjukkan
sela iga dan sianosis sentral. terjadinya emboli paru tahap
awal.

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,


nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).
Intervensi Rasional

1. Pertahankan pelaksanaan 1. Memfokuskan perhatian,


aktivitas rekreasi terapeutik meningkatakan rasa kontrol
(radio, koran, kunjungan diri/harga diri, membantu
teman/keluarga) sesuai menurunkan isolasi sosial.
keadaan klien. 2. Meningkatkan sirkulasi
2. Bantu latihan rentang gerak darah muskuloskeletal,
pasif aktif pada ekstremitas mempertahankan tonus otot,
yang sakit maupun yang mempertahakan gerak sendi,
sehat sesuai keadaan klien. mencegah kontraktur/atrofi
dan mencegah reabsorbsi
kalsium karena imobilisasi.
3. Mempertahankan posis
3. Berikan papan penyangga fungsional ekstremitas.
kaki, gulungan
trokanter/tangan sesuai
indikasi. 4. Meningkatkan kemandirian
4. Bantu dan dorong klien dalam perawatan diri
perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan
klien.

Makalah Fraktur Page 28


(kebersihan/eliminasi) sesuai 5. Menurunkan insiden
keadaan klien. komplikasi kulit dan
5. Ubah posisi secara periodik pernapasan (dekubitus,
sesuai keadaan klien. atelektasis, penumonia)
6. Mempertahankan hidrasi
6. Dorong/pertahankan asupan adekuat, men-cegah
cairan 2000-3000 ml/hari. komplikasi urinarius dan
konstipasi.
7. Berikan diet TKTP. 7. Kalori dan protein yang
cukup diperlukan untuk
proses penyembuhan dan
mempertahankan fungsi
fisiologis tubuh.
8. Kerjasama dengan
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapis perlu untuk
fisioterapi sesuai indikasi. menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
9. Menilai perkembangan
masalah klien.
9. Evaluasi kemampuan
mobilisasi klien dan program
imobilisasi.

e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,


kawat, sekrup).
Intervensi Rasional

1. Pertahankan tempat tidur 1. Menurunkan risiko


yang nyaman dan aman kerusakan/abrasi kulit yang
(kering, bersih, alat tenun lebih luas.

Makalah Fraktur Page 29


kencang, bantalan bawah
siku, tumit). 2. Meningkatkan sirkulasi
2. Masase kulit terutama perifer dan meningkatkan
daerahpenonjolan tulang kelemasan kulit dan otot
dan area distal bebat/gips. terhadap tekanan yang
relatif konstan pada
imobilisasi.
3. Mencegah gangguan
3. Lindungi kulit dan gips integritas kulit dan jaringan
pada daerah perianal akibat kontaminasi fekal.
4. Menilai perkembangan
masalah klien
4. Observasi keadaan kulit,
penekanan gips/bebat
terhadap kulit, insersi
pen/traksi.

f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan


kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).
Intervensi Rasional

1. Lakukan perawatan pen 1. Mencegah infeksi


steril dan perawatan luka sekunderdan mempercepat
sesuai protokol penyembuhan luka.
2. Ajarkan klien untuk 2. Meminimalkan kontaminasi.
mempertahankan sterilitas
insersi pen.
3. Kolaborasi pemberian 3. Antibiotika spektrum luas
antibiotika dan toksoid atau spesifik dapat
tetanus sesuai indikasi. digunakan secara
profilaksis, mencegah atau

Makalah Fraktur Page 30


mengatasi infeksi. Toksoid
tetanus untuk mencegah
infeksi tetanus.
4. Analisa hasil pemeriksaan 4. Leukositosis biasanya
laboratorium (Hitung darah terjadi pada proses infeksi,
lengkap, LED, Kultur dan anemia dan peningkatan
sensitivitasluka/serum/tulang LED dapat terjadi pada
) osteomielitis. Kultur
untukmengidentifikasi
organisme penyebab infeksi.
5. Observasi tanda-tanda vital 5. Mengevaluasi
dan tanda-tanda peradangan perkembangan masalah
lokal pada luka. klien.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya
informasi yang ada.
Intervensi Rasional

1. Kaji kesiapan klien 1. Efektivitas proses


mengikuti program pemeblajaran dipengaruhi
pembelajaran. oleh kesiapan fisik dan
mental klien untuk
mengikuti program
pembelajaran.
2. Diskusikan metode 2. Meningkatkan partisipasi
mobilitas dan ambulasi dan kemandirian klien
sesuai program terapi fisik. dalam perencanaan dan
pelaksanaan program terapi
fisik.

Makalah Fraktur Page 31


3. Ajarkan tanda/gejala klinis 3. Meningkatkan kewaspadaan
yang memerluka evaluasi klien untuk mengenali
medik (nyeri berat, demam, tanda/gejala dini yang
perubahan sensasi kulit memerulukan intervensi
distal cedera) lebih lanjut.
4. Persiapkan klien untuk
mengikuti terapi 4. Upaya pembedahan
pembedahan bila diperlukan mungkin diperlukan untuk
mengatasi maslaha sesuai
kondisi klien.

Makalah Fraktur Page 32


BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Ny.Y Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal


Akibat Fraktur

I. BIODATA
1. Nama pasien : Tn.M
Umur/tgl lahir : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa medis : Fraktur

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama
Nyeri
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Klien dirawat sejak dua hari yang lalu karena kecelakaan lalu lintas.
Klien mengeluh nyeri pada area fraktur yang terpasang bidai, nyeri
yang dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam, nyeri bertambah
saat dilakukan perawatan luka dan berkurang saat diistirahatkan,
dengan skala nyeri 6 dari rentang 0 – 10.
b. Keluhan penyerta
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat Kecelakaan
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga saat ini di rawat.
4. Riwayat kesehatan keluarga

III. PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL


a. Pengkajian psikologis
b. Pengkajian Sosial

Makalah Fraktur Page 33


c. Support system
d. Sistem nilai kepercayaan

IV. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 140/90 mmHg
- Nadi : 86 x/menit
- Respirasi : 28x/menit
- Suhu : 38,5 oC
2. Pemeriksaan Fisik Persystem
a. Sistem Sensori Persepsi
Konjungtiva pucat.
b. Sistem Kardiovaskuler
CRT > 3 detik, Nadi 86x/menit, TD 140/90 mmHg.
c. Sistem Muskuloskeletal
Paha dibalut setelah debridment di ruang emergency, tidak bisa
duduk karena sangat sakit. Aktivitas sehari-hari di bantu oleh
keluarga.
d. Sistem Perkemihan
Terpasang folley kateter no.16 sejak dua hari yang lalu.
e. Sistem Pencernaan
Bising usus 10x/menit

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hasil Rongent menunjukan “Simple fraktur femur dextra sepertiga
distal”

Makalah Fraktur Page 34


2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
NO INDIKATOR HASIL NILAI NORMAL
1. HEMATOLOGI (11/9/14)
Haemoglobin LK : 14 – 16
8,8 g/dl
PR : 12 - 16
Hematokrit 35% 35 -45 %
Leukosit 16.500/mm3 5.000 – 10.000/mm3
Eritrosit 2.8 juta/uL 4.5 – 6.5 juta/uL
Trombosit 150.000 –
171.000/mm3
450.000/mm3
2. KIMIA KLINIK (11/9/14)
Natrium 145 137 -147
Kalium 4,0 3,6 – 5,4
Kalsium 1,18 1,15 – 1,29
Ureum 26 15 - 45
Kreatinin 0,77 0,5 – 0,9
GDS 98 76 - 110

VII. PENATALAKSANAAN
Therapi Medis
1. Terpasang infus Nacl 0,9% 12 tts/mnt
2. Terpasang folley chateter no 16 sejak dua hari yang lalu
3. Therapi pengobatan :
a. Cefazolin 2 x 1 gr IV
b. Keterolac 2 x 30 mg IV
c. Tramadol 2 x 50 mg drip
d. Ranitidine 2 x 50 mg IV
e. Gentamycin 2 x 1 gr IV
4. Rencana operasi untuk pemasangan fiksasi interna.

Makalah Fraktur Page 35


VIII. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Trauma langsung/kecelakaan Nyeri
Klien mengeluh nyeri
pada area fraktur yang Fraktur
terpasang bidai, nyeri
Diskontinuitas tulang
yang dirasakan seperti
disayat-sayat benda
Pergeseran fragmen tulang
tajam, nyeri bertambah
saat dilakukan
Laserasi kulit : putus vena/arteri
perawatan luka dan
berkurang saat
Kerusakan pembuluh darah
diistirahatkan
dalam tulang & jaringan lunak
DO:
disekitarnya
1. Paha dibalut setelah
debridment di ruang
Menekan saraf transmitter
emergency, tidak
bisa duduk karena
Respon nyeri
sangat sakit.
2. Skala nyeri 6 (0-10)
3. Hasil Rongent
Nyeri
menunjukan
“Simple fraktur
femur dextra
sepertiga distal”
2. DS: Trauma langsung/kecelakaan Hambatan
Klien mengeluh nyeri Mobilitas Fisik
pada area fraktur yang Fraktur
terpasang bidai.
Diskontinuitas tulang
DO:

Makalah Fraktur Page 36


1. Aktivitas sehari-
hari di bantu oleh Pergeseran fragmen tulang
keluarga.
2. Terpasang folley Deformitas
kateter no.16 sejak
dua hari yang lalu. Gangguan fungsi gerak
3. Hasil Rongent
menunjukan
Hambatan Mobilitas
“Simple fraktur Fisik
femur dextra
sepertiga distal”
3. DS: Trauma langsung/kecelakaan Infeksi
Klien mengeluh nyeri
pada area fraktur yang Fraktur
terpasang bidai.
Diskontinuitas tulang

DO:
Pergeseran fragmen tulang
1. TTV
TD : 140/90 mmHg
Laserasi kulit : putus vena/arteri
S : 38,5 oC
N : 86x/mnt
Kerusakan pembuluh darah
RR : 28x/mnt
dalam tulang & jaringan lunak
2. Leukosit :
disekitarnya
16.500/mm3

Membentuk hematoma

Respon imun dalam tubuh


meningkat

Inflamasi, leukositopenia

Makalah Fraktur Page 37


Infeksi

4. DS: Trauma langsung/kecelakaan Ketidakefektifan


- Perfusi Jaringan
DO: Fraktur Perfer
1. Konjungtiva pucat
Diskontinuitas tulang
2. CRT > 3 detik
3. Hb : 8,8 g/dl
Kerusakan fragmen tulang
4. Hemotokrit : 35%
5. Eritrosit 28 juta/uL
Tekanan sumsum tulang
meningkat melebihi tekanan
kapiler

Melepas Katekolamin

Metabolisme asam lemak

Bergabung dengan trombosit

Emboli

Menyumbat pembuluh darah

Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer

Makalah Fraktur Page 38


IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d agen injury fisik, gerakan fragmen tulang, d.d Klien mengeluh
nyeri pada area fraktur yang terpasang bidai, nyeri yang dirasakan
seperti disayat-sayat benda tajam, nyeri bertambah saat dilakukan
perawatan luka dan berkurang saat diistirahatkan. Skala nyeri 6 (0-10).
Hasil Rongent menunjukan Simple fraktur femur dextra sepertiga distal
2. Infeksi b.d trauma, d.d S : 38,5 oC, Leukosit 16.500/mm3
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2 dalam
darah ke jaringan, d.d Konjungtiva pucat, CRT > 3 detik, Hb : 8,8 g/dl,
Hemotokrit : 35%, Eritrosit 28 juta/uL.
4. Hambatan Mobilitas Fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
d.d Aktivitas sehari-hari di bantu oleh keluarga, Terpasang folley kateter
no.16 sejak dua hari yang lalu, Hasil Rongent menunjukan Simple
fraktur femur dextra sepertiga distal.

X. INTERVENSI KEPERAWATAN

No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Tupan : 1. Kaji karakteristik nyeri 1. Memfasilitasi
Setelah dilakukan pengkajian objektif
asuhan keperawatan mngenai efektvitas
selama 3x24 jam strategi pereda nyeri yg
nyeri teratasi. dipilih.
2. Tinggian ekstremitas 2. Meningkatkan aliran
yg terkena diatas balik vena dan
tingkat jantung. menurunkan edema
juga meredekan nyeri.
3. Ajarkan teknik
Tupen : 3. Mengalihkan nyeri dan
manajemen nyeri.
Setelah dilakukan mengontrol nyeri.
asuhan keperawatan

Makalah Fraktur Page 39


selama 1x24 jam 4. Lakukan kompres 4. Menurunkan edema
nyeri teratasi dengan dingin selama fase akut dan menurunkan nyeri.
kriteria hasil : (24-48 jam pertama).
a. Klien 5. Kolaborasi dengan 5. Meredakan nyeri
menyatakan nyeri dokter dalam dengan menstimulasi
berkurang pemberian obat tempat reseptor opiate.
b. Tampak rileks, analgetik (ketorolac 2 x
dan mampu 30mg IV, tramadol 2 x
berpartisipasi 50mg Drip).
dalam
aktivitas/tidur/isti
rahat dengan
tepat

2. Tupan : 1. Monitor tanda-tanda 1. Peningkatan dalam


Setelah dilakukan vital dan hasil lab kecepatan nadi,
asuhan keperawatan WBC. respirasi, suhu dan wbc
selama 3x24 jam dapat mengindikasi
infeksi teratasi. infeksi.
2. Gunakan teknik steril 2. Untuk menghindari
Tupen : untuk mengganti infeksi yang lebih
Setelah dilakukan balutan. lanjut.
asuhan keperawatan 3. Kaji luka mengenai 3. Kemerahan,
selama 1x24 jam ukuran, warna, dan pembengkakan, dan
trauma teratasi. adanya drainase. drainase purulen
Dengan KH : mengindikasikan
1. Suhu normal infeksi.
(36,5-37,2). 4. Kolaborasidengan 4. Antibiotik spektrum
2. Leukosit normal dokter dalam luas dapat digunakan
(5.000-10.000). pemberian obat secara profilaktik atau
dapat ditujukan pada

Makalah Fraktur Page 40


3. Tidak ada tanda- Antibiotik ( mikroorganisme
tanda infeksi. Gentamycin 2 x 1gr IV, khusus.
Cefazolin 2 x 1gr IV)
3. Tupan : 1. Auskultasi frekuensi 1. Mengetahui adanya
Setelah dilakukan dan irama jantung. bunyi dan irama
asuhan keperawatan tambahan.
selama 3x24 jam, 2. Observasi penurunan 2. Mengetahui tingkat
perfusi perifer status mental. kesadaran pasien.
teratasi.
3. Observasi warna, suhu
3. Mengetahui derajat
kulit dan membran
Tupen : gangguan perfusi
mukosa.
Setelah dilakukan jaringan.
asuhan keperaatan
4. Tempatkan dalam
4. Berguna dalam
selama 1x24 jam,
posisi telentang secara
mempertahankan posisi
penurunan suplai
periodik mungkin, bila
fungsional ektermitas
darah ke jaringan
traksi digunakan untuk
dan mencegah
teratasi. Dengan
menstabilkan fraktur
komplikasi (ex.
kriteria hasil :
tungkai bawah.
Kontratur atau kaki
1. CRT normal.
jatuh)
2. Konjungtiva
anemis.
3. Hb normal (14 –
16)

4. Tupan : 1. Kaji derajat imobilitas 1. Pasien mungkin


Setelah dilakukan yg dihasilkan oleh dibatasi oleh
asuhan keperawatan cedera/pengobatan dan pandangan diri/
selama 3x24 jam, perhatikan persepsi persepsi diri tentang
hambatan mobilitas pasien terhadap keterbatasan fisik
fisik teratasi, imobilisasi, aktual, memerlukan

Makalah Fraktur Page 41


informasi/intervensi
untuk meningkatkan
Tupen : 2. Dorong partisipasi pada kemajuan kesehatan.
Setelah dilakukan aktivitas 2. Memberikan
asuhan keperaatan terapeutik/rekreasi, kesempatan untuk
selama 1x24 pertahankan rangsang mengeluarkan energi,
jam,dengan kriteria lingkungan memfokuskan kembali
hasil : perhatian,
1. Keadaan umum meningkatkan rasa
klien baik. kontrol diri/harga diri
2. Tidak terpasang dan membantu
polley catheter. menurunkan isolasi
sosial.
3. Instruksikan pasien 3. Meningkatkan aliran
untuk/bantu dalam darah ke otot dan
rentang gerak tulang untuk
pasien/aktif pada meningkatkan tonus
ekstremitas dan yg otot, mempertahankan
tidak sakit. gerak sendi mencegah
kontraktur/atrofi, dan
resorpsi kalsium
karena tidak
digunakan.
4. Berikan atau bantu 4. Mobilisasi dini
dalam mobilisasi menurunkan
dengan kursi roda, komplikasi tirah baring
kruk, atau tongkat contohnya : plebitis
sesegera mungkin dan dan meningkatkan
Instruksikan keamanan penyembuhan dan
dalam menggunakan normalisasi fungsi
alat mobilitas. organ.

Makalah Fraktur Page 42


BAB IV
PEMBAHASAN

Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa klien mengalami fraktur femur yang
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dengan tanda gejala klien mengeluh nyeri

Makalah Fraktur Page 43


pada area fraktur yang dipasang bidai dengan skala nyeri 6 (0 – 10), hasil rongent
menunjukanm simple fraktur femur dextra sepertiga distal.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan fraktur


menurut NANDA NIC-NOC adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan.
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat.
Sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
resriktif (imobilisasi).
5. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
(pemasangan traksi)
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda dengan
teori, namun dalam kasus ini kita dapatkan 4 diagnosa keperawatan, yaitu:

1. Nyeri b.d agen injury fisik, gerakan fragmen tulang, d.d Klien mengeluh nyeri
pada area fraktur yang terpasang bidai, nyeri yang dirasakan seperti disayat-
sayat benda tajam, nyeri bertambah saat dilakukan perawatan luka dan
berkurang saat diistirahatkan. Skala nyeri 6 (0-10). Hasil Rongent menunjukan
Simple fraktur femur dextra sepertiga distal
2. Infeksi b.d trauma, d.d S : 38,5 oC, Leukosit 16.500/mm3
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2 dalam darah
ke jaringan, d.d Konjungtiva pucat, CRT > 3 detik, Hb : 8,8 g/dl, Hemotokrit :
35%, Eritrosit 28 juta/uL.
4. Hambatan Mobilitas Fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, d.d
Aktivitas sehari-hari di bantu oleh keluarga, Terpasang folley kateter no.16

Makalah Fraktur Page 44


sejak dua hari yang lalu, Hasil Rongent menunjukan Simple fraktur femur
dextra sepertiga distal.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada

Makalah Fraktur Page 45


tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat
& Jong, 2014).
Menurut (Doenges, 2013:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
4) Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan
fraktur
5) Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat kejadian kekerasan.
6) Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal(kongenital,peradangan,
neuplastik dan metabolik).

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca disarankan lebih safety
untuk mencegah terjadinya Fraktur. Karena kelak mahasiswa keperawatan tidak
hanya memperhatikan kesehatan dirinya sendiri namun akan memperhatikan
kesehatan orang lain (kliennya). Serta semoga dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ini pada pasien yang mengalami Fraktur.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Makalah Fraktur Page 46


Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta:
Media hardy.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Makalah Fraktur Page 47

You might also like