Professional Documents
Culture Documents
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal
Disusun Oleh :
Kelompok 1
CIMAHI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Sistem Muskuloskeletal. Kami berterima kasih kepada Ibu Kiki R Amelia,
M.Kep selaku koordinator mata kuliah Sistem Muskuloskeletal. Serta ibu Rahayau
Savitri., M.Kep selaku dosen pembimbing/tutor kelompok 1 pada mata kuliah
sistem Muskuloskeletal.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
C. TUJUAN ................................................................................................................. 2
A. PENGERTIAN ........................................................................................................ 3
B. KLASIFIKASI ........................................................................................................ 3
C. ETIOLOGI .............................................................................................................. 6
E. PATOFISIOLOGI ................................................................................................... 8
F. PATHWAY ............................................................................................................. 9
G. KOMPLIKASI ........................................................................................................ 9
I. BIODATA ............................................................................................................. 33
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 45
B. SARAN ................................................................................................................. 46
A. LATAR BELAKANG
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita
utama di berbagai media. Sebagaimana diketahui, masyarakat modern
menjadikan alat transportasi sebagai kebutuhan primer. Di Indonesia, mobilitas
yang tinggi dan faktor kelalaian manusia menjadi salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Menurut data kepolisian RI tahun 2012, terjadi
109.038 kasus kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia, sedangkan menurut
data badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2011, kecelakaan lalu lintas di
Indonesia dinilai menjadi pembunuh ketiga setelah penyakit jantung koroner
dan tuberculosis. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-
2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana
terjadi diintegritas tulang. Penyebab terbanyak Fraktur adalah kecelakaan, baik
itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga
bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes
RI, 2005).
Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,
fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang
paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia,970 2 orang mengalami fraktur pada
tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Walaupun
peran fibula dalam pergerakan ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi
terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya gangguan
aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Meskipun pasien yang mengalami fraktur
biasanya segera mendapatkan penanganan tetapi pada beberapa kasus post
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab fraktur, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan fraktur?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
fraktur?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan klien fraktur dan
sebagai bahan bagi mahasiswa keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dan
mahasiswa keperawatan dalam :
a. Mengidentifikasi definisi, etiologi, tanda dan gejala, proses
penyembuhan, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari
Fraktur.
b. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Fraktur.
A. PENGERTIAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang
dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner &
Suddart, 2000).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat,
2014).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat
& Jong, 2014).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2014).
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Doenges, 2013:625)
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan
cruris dst).
2. Berdasarkan komplet atau ketidakklompletan fraktur:
1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
C. ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan
sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan
oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada
anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges, 2013:627).
Menurut Carpenito (2013:47) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
Menurut (Doenges, 2013:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1) Trauma Langsung
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
F. PATHWAY
Terlampir
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Artery
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan
berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya
mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit
yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen,
rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan
paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang
kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada
pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang
cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa
penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan
I. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN
1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri,
namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa
nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah
yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan
bidai atau gips.
e. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang
f. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai
dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
a) Immobilisasi dan penyangga fraktur
b) Istirahatkan dan stabilisasi
c) Koreksi deformitas
d) Mengurangi aktifitas
e) Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips
adalah :
1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
2) Gips patah tidak bisa digunakan
3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
4) Jangan merusak / menekan gips
5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur
a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain :
a) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan
pada keadaan emergency
b) Traksi mekanik, ada 2 macam :
1. Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain
misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk
menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit
melalui tulang / jaringan metal.
c) Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot
2. Memperbaiki & mencegah deformitas
3. Immobilisasi
4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang
sendi)
5. Mengencangkan pada perlekatannya
d) Prinsip pemasangan traksi :
2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena
ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah
yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:
I. BIODATA
1. Nama pasien : Tn.M
Umur/tgl lahir : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa medis : Fraktur
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 140/90 mmHg
- Nadi : 86 x/menit
- Respirasi : 28x/menit
- Suhu : 38,5 oC
2. Pemeriksaan Fisik Persystem
a. Sistem Sensori Persepsi
Konjungtiva pucat.
b. Sistem Kardiovaskuler
CRT > 3 detik, Nadi 86x/menit, TD 140/90 mmHg.
c. Sistem Muskuloskeletal
Paha dibalut setelah debridment di ruang emergency, tidak bisa
duduk karena sangat sakit. Aktivitas sehari-hari di bantu oleh
keluarga.
d. Sistem Perkemihan
Terpasang folley kateter no.16 sejak dua hari yang lalu.
e. Sistem Pencernaan
Bising usus 10x/menit
VII. PENATALAKSANAAN
Therapi Medis
1. Terpasang infus Nacl 0,9% 12 tts/mnt
2. Terpasang folley chateter no 16 sejak dua hari yang lalu
3. Therapi pengobatan :
a. Cefazolin 2 x 1 gr IV
b. Keterolac 2 x 30 mg IV
c. Tramadol 2 x 50 mg drip
d. Ranitidine 2 x 50 mg IV
e. Gentamycin 2 x 1 gr IV
4. Rencana operasi untuk pemasangan fiksasi interna.
DO:
Pergeseran fragmen tulang
1. TTV
TD : 140/90 mmHg
Laserasi kulit : putus vena/arteri
S : 38,5 oC
N : 86x/mnt
Kerusakan pembuluh darah
RR : 28x/mnt
dalam tulang & jaringan lunak
2. Leukosit :
disekitarnya
16.500/mm3
Membentuk hematoma
Inflamasi, leukositopenia
Melepas Katekolamin
Emboli
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Tupan : 1. Kaji karakteristik nyeri 1. Memfasilitasi
Setelah dilakukan pengkajian objektif
asuhan keperawatan mngenai efektvitas
selama 3x24 jam strategi pereda nyeri yg
nyeri teratasi. dipilih.
2. Tinggian ekstremitas 2. Meningkatkan aliran
yg terkena diatas balik vena dan
tingkat jantung. menurunkan edema
juga meredekan nyeri.
3. Ajarkan teknik
Tupen : 3. Mengalihkan nyeri dan
manajemen nyeri.
Setelah dilakukan mengontrol nyeri.
asuhan keperawatan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa klien mengalami fraktur femur yang
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dengan tanda gejala klien mengeluh nyeri
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah kejaringan.
3. Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat.
Sekrup)
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
resriktif (imobilisasi).
5. Resiko infeksi b.d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
(pemasangan traksi)
6. Resiko syok (hipovolemik) b.d kehilangan volume darah akibat trauma
(fraktur).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda dengan
teori, namun dalam kasus ini kita dapatkan 4 diagnosa keperawatan, yaitu:
1. Nyeri b.d agen injury fisik, gerakan fragmen tulang, d.d Klien mengeluh nyeri
pada area fraktur yang terpasang bidai, nyeri yang dirasakan seperti disayat-
sayat benda tajam, nyeri bertambah saat dilakukan perawatan luka dan
berkurang saat diistirahatkan. Skala nyeri 6 (0-10). Hasil Rongent menunjukan
Simple fraktur femur dextra sepertiga distal
2. Infeksi b.d trauma, d.d S : 38,5 oC, Leukosit 16.500/mm3
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2 dalam darah
ke jaringan, d.d Konjungtiva pucat, CRT > 3 detik, Hb : 8,8 g/dl, Hemotokrit :
35%, Eritrosit 28 juta/uL.
4. Hambatan Mobilitas Fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, d.d
Aktivitas sehari-hari di bantu oleh keluarga, Terpasang folley kateter no.16
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca disarankan lebih safety
untuk mencegah terjadinya Fraktur. Karena kelak mahasiswa keperawatan tidak
hanya memperhatikan kesehatan dirinya sendiri namun akan memperhatikan
kesehatan orang lain (kliennya). Serta semoga dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ini pada pasien yang mengalami Fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.