You are on page 1of 9

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP

KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL DIAGNOSA SKIZOFRENIA


DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Pandeirot *, Luluk Maulidah**

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth


Jln. Cimanuk 20 Surabaya

ABSTRAK
Pendahuluan: Pasien dengan isolasi sosial cenderung suka menyendiri, tidak mau bergaul dengan orang
lain, sehingga tidak mampu bersosialisasi. Masalah isolasi sosial dapat dilakukan terapi salah satunya
yaitu TAKS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok
sosialisasi pasien isolasi sosial diagnose skizofrenia di Ruang Puri Mitra Permata Harapan Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan
metode one-group pra-post test design, populasi pada penelitian ini sebanyak 7 responden yaitu seluruh
pasien skizofrenia yang mengalami masalah isolasi sosial dan jumlah sampel yang diambil yaitu 7
responden dengan menggunakan total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi
sebelum dan sesudah dilakukan TAK, kemudian di uji menggunakan uji wilcoxson. Hasil: Hasil dari
penelitian ini semua responden tidak memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik sebelum dilakukan
TAKS sebanyak 7 orang (100%), sedangkan setelah dilakukan TAKS sebagian responden mampu untuk
bersosialisasi dengan baik sebanyak 5 orang (0,8%) dan ada pengaruh TAKS terhadap kemampuan
bersosialisasi dengan nilai p=0,025. Diskusi: Faktor yang mendasari keberhasilan pelaksanaan TAKS
salah satunya lama di rawat di RSJ, karena responden sering mendapatkan pengobatan dan perawatan
seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan diharapkan terapi ini untuk terus dilakukan pada pasien,
sehingga pasien dapat memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik.

Kata kunci : Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, Isolasi sosial.


PENDAHULUAN dipenuhi pasien dengan isolasi sosial tersebut
tidak sepenuhnya mau bicara dengan perawat,
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa mereka mau bicara dengan perawat jika perawat
yang banyak terdapat dalam masyarakat, dan mengajaknya untuk berbicara dan mereka tidak
sering dikonotasikan dengan keadaan gila mau untuk memulai pembicaraan. Sehingga hal
(Ayub.2011). Ada beberapa tipe pada skizofrenia tersebut dapat menyebabkan kemampuan
yaitu tipe paranoid, hebeperenik, dan katatonik. bersosialisasi pasien isolasi sosial mengalami
Salah satu masalah keperawatan pada skizofrenia gangguan. Kemampuan bersosialisasi merupakan
yaitu isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan
keadaan dimana seorang individu mengalami tindakan sosialisasi terhadap orang lain seperti
gangguan penurunuan atau bahkan sama sekali pasien mampu untuk berinteraksi dengan orang
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain lain, ketika bertemu mereka saling menegur,
disekitarnya (Damaiyanti. 2008). Pada masalah berjabat tangan, dan saling berbicara. Menurut
isolasi sosial seseorang tersebut akan merasa Kelliat (2005) pada pasien dengan isolasi sosial
kesepian, merasa tidak aman berdekatan dengan dapat dilakukan dengan terapi modalitas, salah
orang lain, pasien biasanya mengatakan satunya yaitu terapi aktivitas kelompok. Terapi
hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
pasien tidak mampu berkonsentrasi dan pasien modalitas yang dilakukan perawat kepada
dengan isolasi sosial biasanya tidak mampu untuk sekelompok klien yang mempunyai masalah
mengambil keputusan. Seseorang dengan keperawatan yang sama. Ada beberapa macam
masalah isolasi sosial akan merasa cepat bosan jenis terapi aktivitas kelompok salah satunya
dan lambat menghabiskan waktunya selain itu yaitu Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
pasien merasa tidak berguna. Ketika masalah (TAKS). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK):
tersebut semakin terus muncul pada pikiran Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
pasien isolasi sosial maka pasien tersebut akan kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan
merasa bahwa dirinya tidak yakin dapat masalah hubungan sosial (Keliat, 2005).
melangsungkan hidupnya (Keliat,dkk. 2011). Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat lab klinik di rumah sakit Jiwa Menur Surabaya
melakukan lab klinik di Rumah Sakit Jiwa Menur kegiatan TAK yang dilakukan tidak sepenuhnya
Surabaya peneliti menemukan bahwa orang diikuti oleh pasien isolasi sosial. Terapi Aktivitas
dengan masalah keperawatan isolasi sosial Kelompok tersebut bertujuan untuk
mereka cenderung menghindar dan tidak mau meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
berbicara terhadap orang yang baru dikenalnya, secara bertahap sehingga pasien mampu
ketika ditanya mereka akan menjawab dengan memperkenalkan diri dengan orang lain, pasien
jawaban seadanya dan mereka akan cenderung mampu berkenalan dengan anggota kelompok
untuk meninggalkan tempat sebelum yang mengikuti terapi aktivitas kelompok.
pembicaraan itu selesai, saat ada seseorang yang Menurut data dari Word Health
mengajaknya berbicara pasien dengan isolasi Organization (WHO) masalah gangguan
sosial tidak ada kontak mata dengan kesehatan jiwa sudah menjadi masalah yang
pembicaranya bahkan mereka cenderung untuk sangat serius. WHO menyatakan tahun 2001
melihat ke arah lain seperti keatas, ataupun ke paling tidak satu dari empat orang di dunia
bawah, saat diberikan pertanyaan pasien isolasi mengalami masalah mental. WHO
sosial akan menjawab seadanya. Pada pasien memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
isolasi sosial dapat dilakukan tindakan dunia yang mengalami gangguan jiwa (Yoseph,
keperawatan yaitu dengan memberikan asuhan 2009). Menurut DepKes RI jumlah penderita
keperawatan, ada 3 strategi pelaksanaan (SPTK) gangguan jiwa saat ini mencapai lebih dari 28
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan
pada pasien isolasi sosial. Saat melakukan asuhan 11,06%, dan 0,46% penderita gangguan jiwa
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa berat. Menurut Riset Kesehatan Dasar
seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu ± 3 (Riskesdas, 2013) pada penduduk usia diatas 15
minggu tetapi pada pasien isolasi sosial tahun, dijumpai Prevalensi Orang Dengan
membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan Gangguan Jiwa (ODGJ) ringan atau gangguan
pendekatan pada pasien, seperti melakukan mental emosional seperti gangguan kecemasan
tindakan keperawatan SP1 yaitu membina dan depresi sebesar 6% atau 16 juta orang dan
hubungan saling percaya, peneliti dapat Prevalensi Orang Dengan Gangguan Jiwa
menyelesaikan Sp1 tersebut dalam waktu 1 (ODGJ) berat seperti Psikosis sebesar 1,72/ 1.000
minggu. Tetapi walaupun Sp1 tersebut dapat atau estimasi 400. 000 orang. Di Jawa timur
menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun masalah yang lebih serius jika tidak segera diatasi
2007, didapatkan data nasional tentang angka seperti halusinasi. Halusinasi yang dialami oleh
kejadian gangguan jiwa berat (skizofrenia) di pasien dikarenakan pasien lebih suka menyendiri
Jawa Timur sebesar 1,4% dan Surabaya tercatat dan tidak mau bersosialisasi kepada orang lain
sebanyak 0,2%. Sedangkan gangguan mental sehingga menimbulkan kenyamanan terhadap
emosional (seperti kecemasan, depresi, dll) kesendiriannya yang dapat mengakibatkan
sebesar 35% dan di Surabaya tercatat 18,8%. munculnya perasaan-perasaan seperti melihat
Berdasarkan data Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur seseorang ataupun mendengar seseorang
Surabaya, dari tahun ke tahun jumlah pasien berbicara. Ketika pasien sudah memasuki pada
rawat inap penderita kesehatan jiwa terus naik. fase halusinasi dan tidak segera diatasi, masalah
Pada 2011 ada 2.460 pasien. Setahun kemudian yang serius lagi yang akan dialami oleh pasien
jumlahnya bertambah menjadi 2.582 pasien. Nah, yaitu PK atau perilaku kekerasan, sehingga
tahun ini, hingga semester I (Januari–Juni), sudah proses penyembuhan pada pasien akan menjadi
ada 1.350 pasien. Sehingga tiap bulan terdapat lama.
328 pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Pasien isolasi sosial dapat dilakukan
Gangguan jiwa skizofrenia menimbulkan masalah dengan memberikan asuhan keperawatan dan
yang negatif pada penderitanya yaitu pada fungsi tindakan terapi. Asuhan keperawatan yang
sosialnya seperti isolasi sosial. Menurut Maramis dilakukan pada pasien isolasi sosial yaitu
(2006) dalam jurnal Anjas Surtiningrum (2011) membina hubungan saling percaya, membantu
mengatakan klien mengalami isolasi sosial pasien mengenal penyebab isolasi sosial,
sebesar 72% kasus Skizofrenia, 64% mengalami membantu pasien mengenali keuntungan dari
penurunan kemampuan memelihara diri (makan, membina hubungan dengan orang lain,
mandi, dan berpakaian). Dengan demikian dapat membantu pasien mengenal kerugian dari tidak
disimpulkan bahwa 72% klien mengalami membina hubungan, membantu pasien untuk
masalah isolasi sosial sebagai akibat dari berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
kerusakan kognitif dan afektif. Berdasarkan studi Sedangkan pada terapi, ada beberapa macam
pendahuluan yang dilakukan peneliti disalah satu terapi yang dapat dilakukan pada pasien isolasi
ruangan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sosial salah satunya yaitu terapi aktivitas
yaitu di Ruang Puri Mitra Permata Harapan kelompok. Terapi aktivitas kelompok terdiri dari
terdapat 17 pasien yang dirawat di dan 7 terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/
diantaranya mengalami gangguan isolasi sosial. persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
Menurut Damaiyanti (2012) isolasi sosial sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor realitas, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
predisposisi dan factor presipitasi. Pada faktor Pada penelitian ini penulis melakukan terapi
predisposisi meliputi, faktor perkembangan, aktivitas kelompok sosialisasi. Pada penelitian ini
faktor biologi, dan faktor sosial budaya. peneliti menggunakan 7 sesi dengan indicator
Sedangkan pada faktor presipitasi terjadinya pada sesi 1 pasien isolasi sosial dapat
isolasi sosial meliputi factor internal maupun memperkenalkan dirinya dengan baik, sesi 2
eksternal seperti stressor sosial budaya dan pasien isoalsi sosial dapat berkenalan dengan
stressor biokimia. Penyebab yang terjadi pada orang lain secara baik, pada sesi 3 pasien isolasi
pasien isolasi sosial tersebut dapat menyebabkan sosial dapat bercakap-cakap dengan orang lain
koping individu inefektif seperti secara baik, sesi ke-4 pada terapi aktivitas
ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu kelompok sosialisasi pasien isoalsi sosial dapat
menghadapi kenyataan dan menarik diri dari bercakap-cakap topic tertentu dengan baik, sesi
lingkungan, tidak mampu menerima realitas ke-5 pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi
dengan rasa syukur sehingga hal tersebut dapat pasien isoalsi sosial dapat bercakap-cakap
menyebabkan harga diri rendah kronik pada masalah pribadi dengan baik, sesei ke-6 pada
pasien. Jika harga diri rendah kronik pada pasien terapi aktivitas kelompok sosialisasi pasien
tidak segera ditangani pada pasien, maka pasien isolasi sosial dapat bekerja sama dengan orang
tersebut akan mengalami isolasi sosial karena lain secra baik, dan pada sesi ke-7 pasien isolasi
mereka lebih suka untuk menyendiri daripada sosial dapat bersosialisasi dengan baik kepada
bergabung dengan teman-temannya karena orang lain.
menurut mereka tidak ada yang bisa
membantunya dalam menyelesaikan masalahnya, METODE
pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan Dalam penelitian ini rancangan yang
waktu, pasien merasa tidak berguna. Isolasi sosial digunakan adalah quasi eksperiment dengan
yang dialami oleh pasien dapat menyebabkan metode one-group pra-post test design, yaitu
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan 2. Karakteristik responden berdasarkan
cara melibatkan satu kelompok subjek, metode pendidikan
penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh Diagram 2 Diagram pie karaktristik responden
terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap isolasi sosial berdasarkan
kemampuan bersosialisasi. Sebagai populasi pendidikan di Ruang Puri Mitra
dalam penelitian adalah semua Pasien skizofrenia Permata Harapan Rumah Sakit
yang mengalami Isolasi Sosial Di Ruang Puri Jiwa Menur Surabaya,
Mitra Harapan Rumah Sakit Jiwa Menur Desember 2015.
Surabaya sebanyak 7 orang, yang diambil
menggunakan tehnik total sampling Pasien Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui sebagian
skizofrenia yang mengalami isolasi sosial Di besar responden memiliki tigkat pendidikan
Ruang Puri Mitra Harapan Rumah Sakit Jiwa SMA yaitu sebanyak 72%.
Menur Surabaya sebanyak 7 orang. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah terapi aktivitas
kelompok sosialisasi dan variabel terikat dalam 3. Karakteristik responden berdasarkan
penelitian ini adalah kemampuan bersosialisasi. status perkawinan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Karakteristik responden berdasarkan Status perkawinan
umur
0% tidak kawin
UMUR 14%
29% kawin
0% duda
57%
0% 20-30 TAHUN
14% janda
29% 31-40 TAHUN
41-50 TAHUN
51-60 TAHUN Diagram 3 Diagram pie karaktristik responden
57%
> 61 TAHUN isolasi sosial berdasarkan status
perkawinan di Ruang Puri Mitra
Permata Harapan Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya, Desember 2015.
Diagram 1 Diagram pie karaktristik responden
isolasi sosial berdasarkan umur di Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui sebagian
ruang Puri Mitra Permata Harapan besar responden memiliki status perkawinan
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, sebanyak 57%.
Desember 2015.

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui sebagian


besar responden berumur 31-40 tahun yaitu
sebanyak 57%.

4. Karakteristik responden berdasarkan


lama dirawat di RSJ

Lama dirawat di RSJ


0% 0%
0-1 bulan

PENDIDIKAN 29% 1-2 bulan

14% 0% 14% 71% 2-3 bulan


Tidak sekolah >3 bulan
Kemampuan Jumlah Presentase
bersosialisasi
Diagram 5.4 Diagram pie karaktristik responden
isolasi sosial berdasarkan lama Mampu 0 0%
dirawat di RSJ di Ruang Puri Mitra
Permata Harapan Rumah Sakit Jiwa Tidak mampu 7 100%
Menur Surabaya, Desember 2015
Total 7 100%
Gambar .4 dapat diketahui sebagian besar
responden lama dirawat di RSJ terbanyak yaitu 0-
1 bulan (71%). Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa seluruh responden tidak mampu
bersosialisasi sebelum pelaksanaan Terapi
5. Karakteristik responden berdasarkan Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan jumlah
berapa kali dirawat di RSJ responden 7 orang sebanyak (100%).

2. Karakteristik responden berdasarkan


Berapa kali di rawat kemampuan bersosialisasi sebelum
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok :
di RSJ Sosialisasi

Tabel 2. Distribusi frekuensi resonden


14% 1 berdasarkan kemampuan
kali bersosialisasi setelah pelaksanaan
43%
Terapi Aktivitas Kelompok
43% Sosialisasi di Ruang Puri Mitra
Permata Harapan Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya, Desember 2015.

Kemampuan Jumlah Presentase


Diagram 5. Diagram pie karaktristik responden bersosialisasi
isolasi sosial berdasarkan berapa kali
dirawat di RSJ di Ruang Puri Mitra Mampu 5 8%
Permata Harapan Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya, Desember 2015. Tidak mampu 2 2%

Berdasarkan gambar 5 dapat diketahui Total 7 100%


sebagian responden pernah di rawat di Rumah
Sakit Jiwa sebanyak 2-3 kali (43%) dan 1 kali
(43%).
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui bahwa sebagian responden
tidak mampu bersosialisasi setelah
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
Data Khusus Sosialisasi dengan jumlah responden 2
Karakteristik responden berdasarkan kemampuan orang (2%) sedangkan responden yang
bersosialisasi sebelum pelaksanaan Terapi mampu bersosialisasi sebanyak 5 orang
Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (8%).
3. Tabulasi Silang Kemampuan bersosialisasi
Tabel 1 Distribusi frekuensi resonden sebelum dengan sesudah pelaksanaan TAK :
berdasarkan kemampuan Sosialisasi
bersosialisasi sebelum pelaksanaan
Terapi Aktivitas Kelompok Tabel 3. Tabulasi silang kemampuan
Sosialisasi di Ruang Puri Mitra bersosialisasi sebelum dan setelah
Permata Harapan Rumah Sakit Jiwa pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
Menur Surabaya, Desember 2015. Sosialisasi di Ruang Puri Mitra Permata
Harapan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
kebutuhan sosial dalam kehidupan bermasyarakat
Pelaksanaan TAK seperti bergaul. Jika kemamapuan bergaulnya
Pre % Post % baik maka kemampuan bersosialisasi seseorang
Kemampuan juga ikut baik. Berdasarkan hasil penelitian bila
Bersosialisasi dikaitkan dengan teori maka terdapat keselarasan
antara fakta dengan teori yang ada. Menurut
Mampu 0 0% 5 8% peneliti hal ini disebabkan karena seseorang yang
Tidak mampu 7 100% 2 2% sulit untuk bergaul dengan orang lain mereka
Total 7 100% 7 100% cenderung tidak memiliki teman sehingga mereka
Uji Wilcoxson P= 0,025 merasa lebih nyaman terhadap dirinya sendiri
daripada bergaul dengan orang lain. hal ini dapat
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa hasil dari menyebabkan responden tidak memiliki
penelitian di Ruang Puri Mitra Permata Harapan kemampuan dalam bersosialisasi, sehingga
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya seluruh didapatkan hasil seluruh responden tidak mampu
responden tidak mampu bersosialisasi yaitu dalam bersosialisasi sebelum dilakukan TAKS.
sebanyak 100%, dan setelah pelaksanaan Terapi Berdasarkan data yang diperoleh dari
Aktivitas kelompok Sosialisasi sebanyak 5 orang diagram 2 dapat diketahui bahwa paling banyak
(8%) mampu bersosialisasi sedangkan responden responden dengan lama dirawat di RSJ memiliki
yang tidak mampu bersosialisasi sebanyak 2 frekuensi yang sama yaitu 1 dan 2-3 kali (43%).
orang (2%). Menurut Keliat (2010) menyebutkan penyebab
dari perilaku isolasi sosial adalah harga diri
Hasil analisis dari uji wilcoxson diketahui bahwa rendah yaitu perasaan negative terhadap diri
nilai p=0,025 yaitu p < α (0,05) sehingga dapat sendiri, hilang kepercayaan diri, rasa gagal
dikatakan bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas mencapai keinginan yang ditandai dengan
Kelompok Sosialisasi terhadap kemampuan perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
bersosialisasi pada pasien isolasi sosial diagnosa terhadap diri sendiri serta gangguan hubungan
skizofrenia di Ruang Puri Mitra Permata Harapan sosial. Berdasarkan hasil penelitian jika dikaitkan
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. dengan teori maka terdapat keselarasan anatara
fakta dan teori. Menurut peneliti hal tersebut
dapat terjadi karena adaya pengalaman yang
PEMBAHASAN dialami oleh responden, dimana pengalaman
tersebut dapat berpengaruh terhadap persepsi
Pada pembahasan akan diuraikan hasil penelitian responden karena stigma negative dari
dari kemampuan bersosialisasi sebelum lingkungannya seperti seringnya keluar masuk
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Rumah Sakit Jiwa. Hal ini membuat responden
Sosialisasi, kemampuan bersosialisasi setelah malas berinteraksi dengan orang lain dan
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok menjauh dari orang lain sehingga didapatkan
Sosialisasi, dan pengaruh Terapi Aktivitas hasil penelitian yang menunjukkan sebelum
Kelompok Sosialisasi terhadap kemampuan dilakukannya taks seluruh responden tidak
bersosialisasi di Ruang Puri Mitra Permata mampu bersosialisasi.
Harapan Surabaya, Desember 2015. Faktor lain yang membuat seluruh
responden tidak mampu bersosialisasi salah
Kemampuan responden dalam bersosialisasi satunya yaitu gangguan jiwa yang dialami
sebelum pemberian Terapi Aktivitas sebelumnya seperti halusinasi dan resiko perilaku
Kelompok Sosialisasi terhadap pasien isolasi kekerasan. Berdasarkan gambaran umum yang
sosial. peneliti dapatkan dari 7 orang responden
Berdasarkan tabel 1 kemampuan pasien memiliki riwayat gangguan persepsi sensori
bersosialisasi sebelum pelaksanaan TAKS dapat halusiansi sebanyak 4 orang (57%) dan responden
dilihat bahwa seluruh responden tidak mampu yang memiliki riwayat resiko perilaku kekerasan
bersosialisasi yaitu sebanyak 7 orang (100%). sebanyak 3 orang (43%). Menurut teori
Berdasarkan informasi yang didapat pelaksanaan Damaiyanti (2012) penyebab terjadinya gangguan
TAK sudah dilakukan setiap hari tetapi masih ada persepsi sensori halusinasi adalah isolasi sosial,
pasien yang tidak mampu bersosialisasi dengan sedangkan menurut Iyus (2011) seseorang dengan
lingkungannya. Menurut Kuntjoro (1989) dalam Harga Diri Rendah mereka mengalami perasaan
jurnal Jhon (2009) ada beberapa aspek cemas, merasa tidak mampu, tidak memiliki
ketidakmampuan bersosialisasi salah satunya percaya diri, hal-hal tersebut bila tidak disalurkan
yaitu tingkah laku, hal ini berhubungan dengan dengan cara yang tepat maka pasien tersebut
dapat menyebabkan koping individu inefektif 72%. Menurut Prof Dr.John Dewey yang
salah satunya resiko perilaku kekerasan. mengartikan bahwa pendidikan merupakan suatu
Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan proses pengalaman. Dimana pengalaman tersebut
dengan teori terdapat kesenjangan antara fakta dapat mempengaruhi tingkat sosialisasi
dengan teori. Menurut peneliti hal itu dapat seseorang. Berdasarkan hasil penelitian bila
terjadi karena kemungkinan gangguan persepsi dikaitkan dengan teori maka terdapat keselarasan
sensori halusinasi responden masih muncul, antara fakta dan teori. Menurut peneliti hal
sehingga reponden mungkin masih merasakan tersebut dapat terjadi karena semakin tinggi
kenyamanan terhadap halusinasi tersebut tingkat pendidikan seseorang maka semakin
akibatnya responden tersebut masih suka banyak pengalaman yang didapatkan, jadi saat
menyendiri, tidak dapat berinteraksi dengan baik, dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
sedangkan pada responden perilaku kekerasan mereka telah mampu melakukannya karena
mungkin sebelumnya responden tersebut sebelumnya mereka telah memiliki pengalaman,
memiliki riwayat isolasi sosial yang tidak tampak sehingga terjadi peningkatan kemampuan
atau mungkin juga responden tersebut sejak awal bersosialisasi terhadap responden.
mengalami resiko perilaku kekerasan karena Kemampuan bersosialisasi seseorang
halusinasi, sehingga didapatkan hasil seluruh dapat dipengaruhi juga terhadap lamanya dirawat
responden tidak mampu bersosialisasi. di RSJ. Berdasarkan diagram 4 lama responden
dirawat dirsj sebagian besar responden tersbut
Kemampuan pasien bersosialisasi setelah dirawat antara 0-1 bulan sebanyak 71%, Menurut
pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Noviandi (2008) yang menyatakan semakin lama
Sosialisasi terhadap pasien isolasi sosial. pasien dirawat maka semakin banyak pasien
Berdasarkan tabel 2 kemampuan pasien tersebut mendapat terapi pengobatan dan
bersosialisasi setelah dilakukan tindakan terapi perawatan. Berdasarkan hasil penelitian bila
aktivitas kelompok sosialisasi didapatkan data dikaitkan dengan teori maka terdapat keselarasan
bahwa sebagian responden mampu untuk antara fakta dengan teori yang ada. Menurut
bersosialisasi yaitu sebanyak 5 orang (8%) dan peneliti hal tersebut dapat terjadi karena
responden tidak mampu bersosialisasi sebanyak 2 responden sering mendaatkan pengobatan dan
orang (2%). Kemampuan bersosialisasi perawatan seperti terapi aktivitas kelompok
responden tersebut dipengaruhi oleh salah satu sosialisasi, dimana setiap sesi dalam terapi
terapi yaitu terapi aktivitas kelompok sosialisasi, tersebut memiliki pengaruh yang baik terhadap
terapi tersebut dilakukan selama 45 menit dalam kemampuan seseorang dalam bersosialisasi.
waktu 8 hari. Pengaruh terhadap terapi aktivitas Sehingga terjadi peningkatan kemampuan
kelompok sosialisasi tersebut didukung oleh teori bersosialisasi terhadap responden.
dari Budi Anna Kelliat dimana yang Berdasarkan gambar 1 mengenai
mengemukakan bahwa terapi aktivitas kelompok karakteristik umur pada responden dapat
sosialisasi adalah upaya memfasilitasi diketahui bahwa sebagian responden berumur 31-
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan 40 tahun (57%), dimana dalam tumbuh kembang
masalah hubungan sosial. Berdasarkan hasil pada usia tersebut termasuk dalam usia dewasa
penelitian yang dikitkan dengan teori terdapat muda. Menurut Sunaryo (2004) pada fase dewasa
kesamaan antara fakta dengan teori. Menurut memiliki tugas perkembangannya yaitu belajar
peneliti hal ini dapat dikatakan bahwa terapi untuk saling ketergantungan dan tanggung jawab
aktivitas kelompok sosialisasi tersebut dapat terhadap orang lain. dimana tanggung jawab
membantu seseorang dalam bersosialisasi tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam
terhadap orang lain sehingga mereka akan bergaul dengan orang lain. Berdasarkan hasil
cenderung mudah bergaul dan bekerja sama penelitian bila dikaitkan dengan teori terdapat
dengan orang lain tanpa memiliki rasa keselarasan antara fakta dengan teori yang ada.
ketidakpercayaan terhadap dirinya. Sehigga Menurut peneliti, ketika seseorang memiliki
terdapat peningkatan kemampuan bersosialisasi tanggung jawab terhadap orang lain mereka
terhadp responden. cenderung akan mudah menerima informasi dari
Faktor yang mendasari responden mampu orang lain baik itu informasi bersifat positif
untuk bersosialisasi setelah dilakukan terapi maupun negative, jadi pada saat pelaksanaan
aktivitas kelompok sosialisasi salah satunya yaitu terapi aktivitas kelompok sosialisasi responden
faktor pendidikan. Menurut diagram 2 diagram mudah untuk melewati persesinya karena mereka
pie berdasarkan karakteristik pendidikan terhadap mudah untuk menerima informasi dari orang lain
pasien isolasi sosial didapatkan data, sebagian sehingga setelah pelaksanaan TAKS terjadi
besar responden berpendidikan SMA sebanyak perubahan terhadap diri mereka yaitu mampu
untuk bergaul dan berinteraksi terhadap orang kelompoknya. Pada sesi keempat responden
lain. sehingga terdapat peningkatan kemampuan diajarkan untuk bercakap-cakap topic tertentu.
bersosialisasi terhadap responden. Menurut Budi Anna Keliat (2005) tujuan
dilakukan TAKS sesi 4 yaitu klien mampu
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok menyampaikan dan membicarakan topic
Sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi percakapan. Berdasarkan hasil penelitian bila
pasien isolasi sosial. dikaitkan dengan teori terdapat keselarasan antara
Berdasarkan tabel 3 mengenai tabulasi fakta dengan teori yang ada. Menurut peneliti hal
silang kemampuan bersosialisasi sebelum dan tersebut dapat terjadi karena saat dilakukan
setelah pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok TAKS pada sesi 4 responden mampu untuk
Sosialisasi, terlihat ada pengaruh yang signifikan memilih, menyampaikan, dan memberi pendapat
terhadap responden tersebut. Seperti pada saat terhadap topic yang disampaikan. Pada sesi
sebelum dilakukan tindakan terapi aktivitas kelima responden diajarkan untuk bercakap-
kelompok sosialisasi dari 7 responden yang cakap masalah pribadi. Menurut Budi Anna
peneliti temui seluruh responden tidak mampu Keliat (2005) tujuan dilaksanakan TAKS pada
bersosialisasi dengan baik, sedangkan pada saat sesi 5 yaitu klien mampu menyampaikan dan
setelah dilakukan tindakan terapi aktivitas membicarakan masalah pribadi kepada orang
kelompok sosialisasi dari 7 responden, 5 lain. Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan
responden mampu untuk bersosialisasi dengan dengan teori terdapat keselarasan antara fakta
baik sedangkan 2 responden tidak mampu dengan teori yang ada. Menurut peneliti hal
bersosialisasi dengan baik. Dalam terapi tersebut dapat terjadi karena saat dilakukan
Aktivitas Kelompok Sosialisasi terdapat 7 sesi TAKS ada sesi 5 responden mampu
dimana didalam ketujuh sesi tersebut terdapat untukmenyampaikan, memilih, dan memberi
komponen persesi diantaranya yaitu pada sesi pendapat terhadap orang lain. Pada sesi keenam
pertama responden diajarkan untuk responden diajarkan untuk bekerja sama. Menurut
memperkenalkan diri, hal ini sesuai dengan Budi Anna Keliat (2005) tujuan dilaksanakan
tujuan TAKS yang dikemukakan oleh Budi Anna terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada sesi 6
Keliat (2005) bahwa tujuan dari terapi aktivitas yaitu klien mampu bekerja sama dalam
kelompok sosialisasi sesi 1 yaitu klien mampu permainan sosialisasi kelompok. Berdasarkan
untuk memperkenalkan diri. Berdasarkan hasil hasil penelitian bila dikaitkan dengan teori
penelitian bila dikaitkan dengan teori terdapat terdapat keselarasan antara fakta dengan teori
keselarasan antara fakta dengan teori yang ada. yang ada. Menurut peneliti hal tersebut dapat
Menurut peneliti hal tersebut dapat terjadi karena terjadi karena saat dilakukan TAKS ada sesi 6
saat dilakukan TAKS pada sesi 1 responden responden mampu untuk bertanya, menjawab,
mampu untuk menyebutkan nama lengkap, nama dan meminta bantuan terhadap anggota
panggilan, hobi, dan alamat rumahnya. Pada sesi kelompoknya. Pada sesi ketujuh responden
kedua responden diajarkan untuk berkenalan. diajarkan untuk bersosialisasi. Menurut Budi
Menurut Budi Anna Keliat (2005) tujuan Anna Keliat (2005) tujuan dilaksanakannya
pelaksanaan TAKS sesi 2 yaitu klien mampu TAKS pada sesi ke-7 yaitu klien mampu
berkenalan dengan anggota kelompok. menyampaikan pendapat tentang manfaat
Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
dengan teori terdapat keselarasan antara fakta Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan
dengan teori yang ada. Menurut peneliti hal dengan teori terdapat keselarasan antara fakta
tersebut dapat terjadi karena saat dilakukan dengan teori yang ada. Menurut peneliti hal
TAKS pada sesi 2 responden dapat menyebutkan tersebut dapat terjadi karena saat dilakukan
nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan alamat TAKS pada sesi 7 responden mampu untuk
teman kelompoknya. Sesi ketiga responden menyebutkan manfaat dilakukannya terapi
diajarkan untuk bercakap-cakap. Menurut Budi aktivitas kelompok sosialisasi. Jadi dalam ketujuh
Anna Keliat (2005) tujuan dilaksanakan terapi komponen tersebut dapat diketahui bahwa terapi
aktivitas kelompok sosialisasi pada sesi 3 yaitu aktivitas kelompok sosialisasi memiliki pengaruh
klien mampu bercakap-cakap dengan anggota yang baik terhadap kemampuan bersosialisasi
kelompok. Berdasarkan hasil penelitian bila terhadap orang lain, karena dengan melakukan
dikaitkan dengan teori terdapat keselarasan antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi seseorang
fakta dengan teori yang ada. Menurut peneliti hal dapat berinteraksi dengan baik terhadap orang
tersebut dapat terjadi karena saat dilakukan lain sehingga responden tersebut memiliki rasa
TAKS ada sesi 3 responden mampu untuk percaya diri dan eningkatan harga diri ketika
bertaya dan menjawab pertanyaan dari teman bergaul dengan orang lain.
article/download/73/68. Diunduh
SIMPULAN DAN SARAN tanggal 25 Oktober 2015 Pukul 15.08
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik
Berdasarkan hasil penelitian yang Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
dilakukan dengan jumlah responden 7 orang Jakarta: Balai Penerbit FKUI
mengenai pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Ibrahim Sani Ayub. 2011. Skizofrenia Splitting
Sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi Personality. Tangerang : Jelajah Nusa
pada pasien isolasi sosial diagnose skizofrenia di Jhon Edision Purba. 2009. Pengaruh Intervensi
Ruang Puri Mitra Permata Harapan Rumah Sakit Rehabilitasi Terhadap
Jiwa Menur Surabayadapat diambil kesimpulan Ketidakmampuan Bersosialisasi Pada
1) Kemampuan pasien isolasi sosial diagnose Penderita Skizofrenia. Medan :
skizofrenia dalam bersosialisasi sebelum Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/12345
pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi 6789/6915/1/09E01834.Pdf. Diunduh
didapatkan bahwa semua responden tidak mampu Pada Tanggal 23 Nov 2015 Pukul
bersosialisasi dengan baik yaitu sebanyak 7 13.00
orang. 2) Kemampuan pasien isolasi sosial Keliat Anna Budi, Dkk. 2007. Keperawatan
diagnose skizofrenia dalam bersosialisasi setelah Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN.
pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Jakarta: EGC
didapatkan bahwa sebagian besar responden , Akemat. 2004. Terapi
mampu untuk bersosialisasi dengan baik Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC
sebanyak 5 orang. 3) Ada pengaruh Terapi Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap Metodologi Penelitian Ilmu
kemampuan bersosialisasi pada pasien isolasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
sosial diagnose skizofrenia. Saran yang dapat Purwaningsih Wahyu, Ina Karlina. 2010. Asuhan
diberikan adalah 1) dosen dapat menerapkan Keperawatan Jiwa Terapi Modalitas
terapi aktivitas kelompok sosialisasi kepada Dan Standard Operating Procedure
mahasiswa saat turun dinas di ruangan sehingga (SOP). Yogyakarta : Nuha Medika
mahasiswa dapat menerapkannya dengan baik PT. Jpg Multimedia. 2014. Pendertita Gangguan
dan benar, 2) diharapkan untuk terus melakukan Jiwa Terus Naik. Jakarta :
terapi aktivitas kelompok sosialisasi, khusunya Www.Jpnn.Com/News/Penderita-
pada paien isolasi sosial, agar kemampuan Gangguan-Jiwa-Terus-Naik.
bersosialisasi pada pasien isolasi sosial semakin Diunduh Tanggal 19 November 2015
baik. Pukul 15.19
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Jakarta : Graha Permai
DAFTAR PUSTAKA Sunaryo.2004. Psikologi Untuk
Ardi Al-Maqqasari. 2014. Pengertian rasa Keperawatan. Jakarta : EGC
percaya diri (Jurnal hasil riset). Jakarta Surtiningrum Anjas. 2010. Pengaruh Terapi
: www.e- Suportif Terhadap Kemampuan
jurnal.com/2014/03/pengertian-rasa- Bersosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial.
percaya-diri.html. Diunduh pada Semarang :
tanggal 23 Nov 2015 pukul 14.00 Lib.Ui.Ac.Id/File?File=Digital/...T%20
Damaiyanti Mukhripah, Dkk. 2012. Asuhan Anjas%20Surtiningrum.Pdf.Diunduh
Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika tanggal 10 November 2015 Pukul 12.07
aditama Yoseph Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung
Dyanrch. 2015. Definisi permainan menurut para : Refika Aditama
ahli . Jakarta :
dyanrch.weebly.com/design-
course/definisi-permainan-menurut-
para-ahli. Diunduh pada tanggal 23 Nov
2015 pukul 18.28
Efendi Surya, dkk. 2012. Pengaruh Pemberian
Terapi AKtivitas Kelompok Sosialisasi
Terhadap Perubahan Perilaku Klien
Isolasi Sosial. Padang :
jurnal.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/

You might also like