Professional Documents
Culture Documents
Berkatalah Yang Baik, Atau Diamlah
Berkatalah Yang Baik, Atau Diamlah
KHUTBAH PERTAMA:
Hadirin Rahimakumullah!
Itulah kekuatan lisan dalam menentukan kedudukan dan
keselamatan seorang hamba. Kemudian marilah kita renungkan,
bagaimana agar kita secara pribadi-pribadi sekaligus secara maj-muk
masyarakat, mampu mempergunakan kekuatan lisan kita untuk
mencapai kedudukan yang tinggi, derajat yang terhormat, bahkan
pangkat yang paling mulia, bukan hanya di kalangan manusia atau
segenap makhluk, akan tetapi kemuliaan di sisi Allah juga, bagaimana
caranya?
Junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai
pemimpin yang paling mengasihi dan menyayangi umatnya, telah
berpesan serta berwasiat demi keselamatan, kemuliaan, serta
ketinggian derajat kita, umat beliau, dalam sabda beliau shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau menerangkan,
َل ْليفه ْهبيا ه ه
ب ْا ف
ت ْفييييهكتْف ف إهنن ْأييحيدفكهم ْليييتْييكلنفم ْهباَلهيكليمهة ْهمهن ْهر ه
ضيواهن ْال ْيماَ ْييظفنن ْأيهن ْتيهيبيلفيغ ْيماَ ْبييليغي ه
ْ .ضيوانَيفه ْإهيل ْيييهوهم ْيييهليقاَفه
هر ه
"Sesungguhnya seseorang dari kalian berkata dengan perkataan
yang diridhai Allah, dia tidak menyangka bahwa kalimat itu bisa
sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat itu), kemudian Allah
mencatat baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaanNya
sampai hari dia bertemu denganNya." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-
Nasa`i, Ibnu Hibban dari sahabat Bilal bin Harits )رضيِ ال عنه.
Sekali lagi, kita perhatikan dalam wasiat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tersebut, bahwa derajat yang tinggi dapat dicapai
dengan kalimat yang diridhai oleh Allah. Kalimat apakah itu?
Hadirin Rahimakumullah!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan bahwa kalimat
yang diridhai oleh Allah Ta’ala, dijamin dapat menyelamatkan dan
menjadikan kita bahagia bahkan mencapai derajat yang setinggi-
tingginya di sisi Allah adalah dzikir kepada Allah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
خييةر ْليفكهم ْهمهن ْإهنَهييفاَهق ه ه ه ه ه ه ه
أييل ْأفنَييبئففكهم ْبيههي ْأيهعيماَلفكهم ْيوأيهزيكاَيهاَ ْعهنيد ْيملهيكفكهم ْيوأيهرفيعيهاَ ْهف ْيديريجاَتفكهم ْيو ي ه
: ْيقاَلفهوا.ضهربيفهوا ْأيهعيناَقيفكهم
ضهربيفهوا ْأيهعيناَقييفههم ْيويي هخييةر ْليفكهم ْهمهن ْأيهن ْتييهليقهوا ْيعفدنوفكهم ْفييتْي ه ه النذيه ه
ب ْيوالهيوهرق ْيو ي ه
ْهذهكر ْا ه: ْيقاَيل.بييلى
ْ .ل ف ي
"Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang sebaik-baik amal
kalian, yang paling bersih di sisi Maharaja kalian, amalan yang
paling tinggi (yang mengangkat) derajat kalian, dan lebih baik bagi
kalian daripada menginfakkan emas maupun perak, juga lebih baik
(bagi kalian) daripada kalian bertemu musuh kalian, kemudian
kalian memenggal leher mereka atau mereka memenggal leher
kalian?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tentu (wahai
Rasulullah)." Beliau bersabda, "Dzikir kepada Allah Ta’ala." (HR.
Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
Hadirin Rahimakumullah!
Tiada cara untuk bisa mempertahankan kedudukan termulia dan
tertinggi itu selain dari bersyukur kepada Allah, senantiasa mensyukuri
nikmat kesehatan lisan, dengan berupaya mengguna-kannya untuk
mengucapkan kalimat yang diridhai Allah Ta’ala semata, menggunakan
lisan hanya untuk menyeru kepada Allah, memperbanyak dzikir di
manapun berada, sehingga bibir senantiasa basah oleh dzikir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh seorang sahabat,
"Duhai Rasulullah, sesungguhnya syari'at Islam telah terlalu banyak
yang harus aku jalankan, maka beritahukan kepadaku apa yang dapat
aku pegangi (terus menerus)." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab,
ك ْرطهباَ ْهمن ْهذهكهر ْا ه
ْ .ل ه
يل ْييييزافل ْليساَنَف ي ي د ه
"Lidahmu tidak henti-hentinya basah dari dzikir kepada Allah." (HR.
at-Tirmidzi).
Di samping itu juga, sangat dianjurkan bahkan akan memperoleh
satu kedudukan yang tinggi jika kita menggunakan lisan untuk
bermudzakarah, menyebarkan, dan menuntut ilmu. Allah Ta’ala
berfirman,
ييرفيهع ْاللنه ْالنهذين ْآمنفوا ْهمنفكم ْوالنهذين ْفأوتفوا ْالهعههلم ْدرجاَ ن
ْ ت ي يي ي هي ي يه ف ي ي
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
(Al-Mujadilah: 11).
Hadirin Rahimakumullah!
Dengan cara seperti itulah kaum Muslimin senantiasa bisa
mempertahankan kedudukan yang paling mulia sejak zaman para Nabi
dan Rasul sampai saat sekarang, maka janganlah sekali-kali kita
melupakan atau tidak mau mewarisinya dengan sungguh-sungguh,
sehingga tersungkur dalam jurang kehancuran, karena tidak mampu
lagi menjaga lisan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita tidak mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memberi satu solusi jitu yaitu, "Diamlah!"
Karena diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh
ke dalam jurang kehancuran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ْ .َت ْ يينا
صيم ي
يمهن ْ ي
"Siapa yang diam, niscaya akan selamat." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi,
ad-Darimi, Ibnul Mubarak, Ibnu Abi ad-Dunya).
Dengan diam, kita akan selamat dari jurang neraka, seperti yang
diperingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya, "Dan sesungguhnya
seorang hamba mengucapkan kalimat dari yang dimurkai Allah yang
tidak diperhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan
kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam." (HR. al-Bukhari).
5. Menuduh.
ت ْالهيغاَفهيل ه
ت ْالهمهؤهميناَ ه
ت ْلفعهنفوا ْهف ْالندنَهيياَ ْواهلهخرهة ْويلم ْعيذاب ْع ه
}ظيم إهنن ْالنهذين ْييرموين ْالهمحصيناَ ه
ة ف ي ة ي ي ي ي ي ه ف ه ي ي يه ف ف
ْ {24}{ ْيييهويم ْتيهشيهفد ْيعليهي ه هم ْأيلههسنيتْفيفههم ْيوأييههدي ه هم ْيوأيهرفجلففهم ْهبياَ ْيكاَنَفوا ْيييهعيمفلوين23
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berbuat zina) wanita-
wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman, mereka menda-
patkan laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang
besar, pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi
saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(An-Nur: 23–24).
ْ َب ْيخهطيئيدة ْأيهو ْهإهثداَ ْ فنث ْيييهرهم ْبههه ْبيهريئداَ ْفيييقهد ْاهحتْييميل ْبيفههتْياَنَداَ ْيوهإهثداَ ْنمهبيندا ه
يويمن ْييهكس ه
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka
sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang
nyata." (An-Nisa`: 112).