You are on page 1of 10

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN LETJEN SUTOYO,

KLOJEN, KOTA MALANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

KAMELIA VANNY D
NIM. 155060107111008

HAFIDH FERDIANSYAH
NIM. 155060107111010

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI KINERJA RUAS JALAN LETJEN SUTOYO,
KLOJEN, KOTA MALANG

SKRIPSI
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

KAMELIA VANNY D
NIM. 155060107111008

HAFIDH FERDIANSYAH
NIM. 155060107111010

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing


pada tanggal 3 Mei 2018

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Rahayu K., ST., MT., M.Sc. Ir. A. Wicaksono, M.Eng,


Ph.D
NIP. 201304 880705 2 001 NIP. 19680210 199203 1
001

Mengetahui
Ketua Jurusan/Ketua Program Studi
Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo, ST, MT
NIP. 19700829 200012 1 001

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan berkembang pesatnya bidang pembangunan di berbagai lini dan
perlunya mobilitas yang cukup tinggi untuk menunjang kehidupan sehari-hari, maka
dituntut juga ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang lancar, aman dan
nyaman. Salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air.
Perjalanan yang lancar dan menyenangkan merupakan dambaan setiap orang
tentunya. Namun pada kenyataannya, saat ini kita pasti pernah merasakan terjebak
dalam kemacetan. Penyebab kemacetan itu sendiri ada beberapa hal. Diantaranya
karena jumlah kendaraan meningkat tajam sementara jalan yang ada tidak mampu
menampung seluruh kendaraan, perencanaan alur jalan raya dan tata kota yang tidak
baik sehingga tidak memberikan kenyamanan dari segi transportasi khususnya
pengguna jalan raya, kapasitas jalan lebih kecil dari jumlah kendaraan yang ada dan
masih banyak lagi penyebab kemacetan lainnya.
Kota Malang merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Karena Kota Malang berada pada dataran tinggi, ini tentunya merupakan
kelebihan tersendiri karena Kota Malang menjadi sejuk. Kota Malang juga dikenal
sebagai kota pendidikan. Tidak heran bahwa kehadiran penduduk dari berbagai
daerah sangatlah mempengaruhi tingkat transportasi yang ada di Kota Malang. Tak
lupa juga karena memiliki udara yang sejuk, banyak para wisatawan dari
mancanegara yang berkunjung ke Kota Malang untuk berlibur dan menikmati
keindahan wisata yang ada.
Sarana dan prasarana transportasi yang ada juga cukup memadai. Bandara
Abdul Rachman Saleh menjadi jawabannya jika ingin menggunakan transportasi
udara dan transportasi darat dapat di tinjau oleh taksi, angkot, bus, dan kereta. Namun
pada kenyataannya saat ini masyarakat lebih memilih untuk membawa kendaraan
pribadi. Ini sangat berdampak pada arus lalu lintas yang terjadi di ruas jalan. Dengan
bertambahnya jumlah kendaraan, memunculkan masalah yaitu kemacetan.
Ruas jalan yang menjadi lalu lalang masyarakat Kota Malang adalah Ruas
Jalan Letjen Sutoyo karena merupakan salah satu jalur utama di Kota Malang yang
menghubungkan jalan W.R Supratman – L. A Suprapto – Kaliurang serta menjadi
jalan antar kota menuju Kota Surabaya maupun arah sebaliknya menuju Kota Blitar,
Trenggalek. Tergolong sebagai jalan arteri dalam hierarki pembagian jalan, Ruas
Jalan Letjen Sutoyo memiliki 2 jalur dan 5 lajur, oleh karena itu tidak heran jika
tingkat kepadatan dan ramainya lalu lintas berada pada ruas ini.

1.2 Identifikasi Masalah


Permasalahan dalam penelitian yang kami tulis ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut :
1. Penentuan karakteristik arus lalu lintas yang terjadi pada jalan Letjen
Sutoyo apakah sudah sesuai dengan fungsi jalan pada hierarki jalan yang
ada.
2. Penentuan tingkat pelayanan jalan pada ruas jalan Letjen Sutoyo, serta
solusinya apabila tingkat pelayanan jalan mencapai kondisi dibawah
standar tingkat pelayanan jalan.
1.3 Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah yang bias diambil dalam penelitian ini :
1. Bagaimana karakteristik arus lalu lintas di jalan Letjen Sutoyo?
2. Bagaimana tingkat pelayanan pada ruas jalan Letjen Sutoyo?
3. Apa hubungan kecepatan actual dengan kecepatan arus bebas pada ruas
jalan Letjen Sutoyo?
1.4 Batasan Masalah
Dilihat dari latar belakang, rumusan masalah, dan identifikasi masalah, serta
untuk mempermudah jalannya tugas akhir ini, maka kami membuat Batasan-batasan
masalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilaksanakan di ruas Jalan Letjen Sutoyo sepanjang ruas jalan
dengan panjang segmen pengambilan data sepanjang 50 meter.
2. Survei pada ruas jalan Letjen Sutoyo dilakukan pada jam puncak, dengan
waktu survei selama 2 jam dan perkiraan jam puncak sekitar pukul 15.00
– 17.00
3. Pengambilan sampel perhitungan kecepatan dilakukan secara acak (tidak
semua kendaraan yang lewat dihitung kecepatannya).
4. Perhitungan nilai-nilai koefisien didasarkan pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia/MKJI Tahun 1997.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik arus lalu lintas pada ruas jalan
Letjen Sutoyo
2. Untuk mengidentifikasi bagaimana tingkat pelayanan pada ruas jalan
Letjen Sutoyo
3. Untuk mengetahui apa hubungan kecepatan aktual dengan kecepatan arus
bebas pada ruas jalan Letjen Sutoyo

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
kinerja ruas jalan Letjen Sutoyo Kota Malang, terutama dalam tingkat pelayanan
jalan. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa, jalan Letjen Sutoyo merupakan
jalur utama di Kota Malang yang menghubungkan jalan W.R Supratman – L. A
Suprapto – Kaliurang serta menjadi jalan antar kota, sehingga tingkat pelayanan jalan
yang diberikan harus berada dalam kondisi tingkat pelayanan yang baik.
BAB II
TINJAUAN MASALAH

2.1 Pengertian Jalan


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunanpelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Ada
beberapa bagian jalan yaitu jalan umum yang diperuntukkan bagi lalu
lintas umum, jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instansi,
badan usaha perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri dan yang terakhir adalah jalan tol yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan
membayar tol.

2.2 Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan itu sendiri merupakan satu kesatuan ruas jalan yang
saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarki. Dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006
disebutkan bahwa:

1. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang


terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
2. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata
ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan
antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan
perdesaan.
2.2.1 Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Primer merupakan sistem jaringan jalan yang
menghubungkan kota / wilayah di tingkat nasional. Disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah
tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi.
Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
Jaringan jalan primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu
ruas jalan primer dapat berakhir pada suatu kawasan primer. Kawasan
yang mempunyai fungsi primer antara lain: industri skala regional,
terminal barang/pergudangan,pelabuhan, bandar udara, pasar induk,
pusat perdagangan skala regional/ grosir.

2.2.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Sistem Jaringan Sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder ke satu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

2.3 Klarifikasi Jenis Jalan


Klasifikasi jalan dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu
berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintah dan
berdasarkan muatan sumbu. Volume lalu lintas, kapasitas jalan,
keekonomian dari jalan, perawatan jalan dan pembiayaan
pembangunan menjadi faktor penentuan klarifikasi. Berikut ini
adalah penjelasan untuk jenis klasifikasi jalan di Indonesia :

2.3.1 Klarifikasi Berdaasarkan Fungsi


Klasifikasi jalan di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku antara lain:

1. Jalan Arteri, adalah jalan umum yang berfungsi untuk


melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rencana > 60 km/jam, lebar badan jalan
> 8 m, kapasitas jalan lebih besar daripada volume lalu
lintas rata-rata, tidak boleh terganggu oleh kegiatan
lokal, dan jalan primer tidak terputus, dan sebagainya.
2. Jalan Kolektor adalah jalan yang digunakan untuk
melayani angkuatan pengumpul/pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rencana >40
km/jam, lebar badan jalan > 7 m, kapasitas jalan lebih
besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata,
tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, dan jalan
primer tidak terputus, dan sebagainya.
3. Jalan Lokal adalah jalan umum yang digunakan untuk
melayani angkutan setempat denan ciri perjalanan
dekat, kecepatan rencana > 40 km/jam, lebar jalan > 5
m.
4. Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang digunakan
untuk melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2.3.2 Klarifikasi Berdasarkan Administrasi Pemerintahan


1. Jalan Nasional adalah jalan arteri atau kolektor yang
menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan
strategis nasional dan jalan tol
2. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau kota, antar kabupaten dan jalan strategis
provinsi.
3. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibokota
kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis kabupaten
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan
sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan
dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antarpersil serta
menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan atau antar pemukiman di dalam desa serta
jalan lingkungan.

2.3.3 Klarifikasi Berdasarkan Muatan Sumbu


Jenis klasifikasi jalan di Indonesia juga dikelompokkan berdasarkan
muatan sumbu antara lain jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas IIIA,
jalan kelas IIIB, dan jalan kelas IIIC. Berikut penjelasan dari
klasifikasi jalan di Indonesia :
1. Jalan kelas I adalah jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18000 milimeter dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang
saat ini masih belum digunakan di Indonesia namun
sudah mulai dikembangkan di berbagai negara maju
seperti Perancis yang telah mencapai muatan sumbu
terberat sebesar 13 ton.
2. Jalan kelas II adalah jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi dari 2500 mm. Ukuran panjang
tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 10 ton. Jalan kelas ini merupakan jalan
yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
3. Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau kolektor yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 8 ton.
4. Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang
tida melebihi 12000 mm. dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
5. Jalan kelas III C adalah jalan lokal dan lingkungan
yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2100 mm,
ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm dan muatan
sumbu terbera yang diizinkan 8 ton.

You might also like