You are on page 1of 6

DIARE [Definisi, Klasifikasi, Patofisiologi, Etiologi, Gejala,

Diagnosis, Terapi]
Posted on August 4, 2017 AbiPosted in Farmasi

DIARE
Definisi
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadi frekuensi defekasi yang
abnormal (lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari
200 gram per hari) dan konsistensi (feses cair). Pada definisi ini jelas
menyebutkan frekuensi diare terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari.
(Smeltzer,2002).
Diare juga merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer
dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja (WHO,1980).
Definisi diare yang diberikan oleh Depkes RI (2003) adalah penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih
banyak dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret,
tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-
muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar
melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh
maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-
anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya. 2008).
Beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, menjelaskan definisi diare
berdasarkan konsistensi dan bentuk tinja (feses) yang melembek dengan
atau tanpa menunjuk pada frekuensi diarenya. Bahkan definisi diare yang
diberikan WHO secara spesifik juga menyebutkan diare dengan feses yang
berwarna hijau, bercampur lendir dan atau darah. Dengan demikian,
secara umum berdasarkan beberapa definisi diare dapat disebutkan bahwa
diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang sering
melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek
sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Klasifikasi
Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare dibagi
menjadi diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis, diare
akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri maupun
kolera). Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten dan diare
kronik.
Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti
secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat
pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada
semua umur dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis
infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi
laktosa.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri
yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera,
memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras,
berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan
ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru
pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera
dikelompokkan kedalam diare akut.
Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non
spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non
spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat diklasifikasikan
menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14
hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik
lebih ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul,
sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut
lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.
Patofisiologi

1. Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air


atau elektrolit. Pada keadaan normal, absorpsi air dan elektrolit lebih
besar di bandingkan ekskresi.
2. Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan
elektrolit, adalah :
3. Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi
sodium (Na) dan peningkatan sekresi klorida
4. Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
5. Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
6. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
7. Diare sekretori dapat terjadi jika dalam saluran pencernaan terdapat
zat-zat sejenis vasoaktif peptide intestinal atau toksin bakteri yang
meningkatkan sekresi atau menghambat absorbs air atau elektrolit
dalam jumlah yang besar.
8. Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam intestinal yang
menyebabkan diare osmotic
9. Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif dan
terjadi sekresi mucus, protein atau darah dalam usus halus.
10. Adanya infeksi baik non invesif atau invasive. Pada non
invasive (enterotoksigenik) toksin yang diproduksi akan terikat pada
mukosa usus halus, namun tidak termasuk mukosa. Pada diare
invasive, diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulcerasi dan menyebabkan sekretorik eksudatif.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan keruakan
berupa ulkus yag besar ( hystolitica), kerusakan vili yang penting
untuk penyerapan air, elektrolit da zat makanan (G. lambria).
11. Obat antimikroba dapat merubah flora normal dalam saluran
pencernaan, sedangkan obat lain seperti laksatif dapat meningkatkan
motilitas saluran pencernaan.

Etiologi
Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida )

2. Malabsorbsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa), lemak atau protein


3. Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Immunodefisiensi
5. Psikologis, rasa takut dan cemas

Penyebab tidak langsung

1. Hygiene dan sanitasi


2. Perilaku masyarakat
3. Lingkugan hidup, rumah, iklim
4. Kasus infeksi yang tinggi
5. Kekurangan enzim
6. Pendidikan dan sosio ekonomi
7. Pengaruh psikis, terkejut, ketakutan
Manifestasi Klinik

1. Diare dibagi menjadi dua, diare akut dan kronik


2. Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri
parasit maupun virus. Penderita diare akut sering mengeluh flatulen,
malaise, nyeri lambung, diikuti berat adan turun, anoreksia, dan
lemah.
3. Diare yang menyebabkan kekurangan cairan akan menyebabkan
pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit
menurun, hipotensi, takikardi, dan suara menjadi serak. Gangguan
biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi
pernapasan menjadi lebih cepat dan dalam.
4. Komplikasi, dehidrasi merupakan akibat yang paling utama dari
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Berdasarkan
derajatnya dibagi menjadi 3, yaitu dehidrasi ringan (bila kehilangan
cairan mencapai 5% berat badan), dehidrasi sedang (bila kehilangan
cairan antara 5-10% berat badan), dan dehidrasi berat (jika
kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan).

Diagnosis
Dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. Pemeriksaan penting
dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam
keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik,
warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran
usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lendir berarti
rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada di
bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur
baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi
petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan, darah
bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda
biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan
mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud
terpenting (Gandasoebrata, 2007).
Terapi Diare

1. Tujuan Terapi

Mencegah gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa.


Memberikan terapi simtomatik, menghilangkan penyebab diare dan
mengatasi gangguan karena diare.
Terapi Non-Farmakologi
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan, meliputi :
 Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
 Mengkonsumsi makanan yang sehat.
 Menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus, seperti
makanan padat, pedas, produk susu dan makanan berserat.

 Imunisasi

Pemberian vaksin seperti : Salmonella typhi vaccine, Shigella vaccine, V.


cholera vaccine, Rotavirus vaccine seperti : live oral
vaccine (RotaTeq™) produksi Merck digunakan untuk anak-anak
dan GSK’s Rotarix™.

1. Penambahan suplemen zinc pada anak-anak.

 untuk mengurangi tingkat keparahan dan durasi diare. Suplemen


zinc dapat mengurangi produksi tinja dan pengurangan pengeluran
tinja. Pada dosis 20 mg/5 mL sirup yang mengandung zinc atau 20
mg pada tablet yang mengandung zinc sulfas, glukonat atau asetat.
 Untuk mencegah berulangnya episode diare.

Pada studi menunjukkan bahwa 10-20 mg (anak-anak) dan 10 mg (bayi <


6 bulan) pemberian zinc per hari selama 10-14 hari akan mengurangi
berulangnya episode diare 2-3 bulan setelah pemberian regimen terapi
zinc diberikan.

1. Penambahan vitamin A pada bayi dan anak untuk pencegahan diare


karena infeksi dan paparan HIV.

Rekomendasi dosis :
Bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun (100.000 IU untuk usia 6-12
bulan dan 200.000 IU untuk usia > 12 bulan) diberikan setiap 6 bulan.
Terapi Farmakologi

1. Terapi kausal misalnya penyebabnya adalah bakteri maka diberi obat


antibiotik.
2. Terapi simptomatis

 Zat – zat penekan peristaltik misalnya : atropin, belladonnae


ekstrak,difenoksilat, loperamid.
 Adstringensia ( menciutkan selaput lendir usus ), misalnya : garam –
garam bismuth dan alluminium tanin.
 Adsorbensia ( menyerap zat – zat beracun ), misalnya : carbo
adsorben ( norit ), zat – zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka – lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin,
pektin.

You might also like