You are on page 1of 14

ETIK DAN LEGAL DALAM KEPERAWATAN

SISTEM PERSARAFAN

Disusun oleh:

Kelompok 2

Adenito Sri Kristiani A. 201611002


Agatha Silvi Romera 201611003
Asyera Surry 201611010
Alvienda Virda 201611006
Anna Ivana Mareta 201611008
Desy Natalia Hehakaya 201611018
Lala Aryana 201611023
Narita Cahya Dian 201611030
Rian Bagus Taufanda 201611038
Sherly Nur Cahya 201611035
Videlia Angel Wandita 201611046

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES ST. ELISABETH SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan
yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan
atau tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti
tidak memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik. Etika bisa
diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan, benar
atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang – undang atau peraturan
yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan
dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki
sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kadang -
kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal
yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan,
pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kritis perawat.
Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya
sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum
sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat harapkan dari
penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
Prinsip-prinsip legal dan etis di dunia keperawatan sangat penting. Karena jika
seorang perawat ingin menjadi perawat yang professional, seorang perawat harus
memahami prinsip-prinsip legal dan etis serta harus mampu mengimplementasikan
dan megaplikasikannya dalam menjalankan profesinya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa etik legal keperawatan dalam sistem
persyarafan

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui mengenai isi


peraturan yang mengatur perawat dalam berperilaku agar tidak
bertentangan dengan etik legal.

1.2.2.2 Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui dalam pemecahan


masalah mengenai kasus yang ada

1.3 Manfaat
1.3.1 Mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai etik dan legal dalam
keperawatan
1.3.2 Mengetahui dan memahami pemecahan masalah yang dapat diberikan
terhadap kasus – kasus yang telah tersedia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Komponen Etik Legal

2.1.1. Otonomi (Kebebasan)

Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri. Menghargai


otonomi berarti memberikan kesempatan seseorang untuk memutuskan
tindakannya sendiri. Perawat yang menghargai otonomi pasien secara
tidak langsung menghargai pasien yang memiliki harga diri dan martabat
yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Oleh karena itu perawat
harus selalu melibatkan pasien dalam mengambil segala keputusan
tentang perawatan diri pasien itu sendiri.Undang - undang untuk otonomi
tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 4 : “Setiap orang berhak atas kesehatan.”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 5 :

1) “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh


akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab


menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.”

c. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 7 : “Setiap orang berhak untuk mendapatkan
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab.”

d. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 8 : “Setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.”

e. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 56 :

1) “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau


seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.

2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak berlaku pada:

a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat


menular ke dalam masyarakat yang lebih luas;

b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau

c. Gangguan mental berat.

3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”

2.1.2. Beneficience (Berbuat Baik)

Beneficience adalah melakukan yang baik dan tidak merugikan orang


lain. Beneficience juga merupakan kewajiban untuk melakukan hal tidak
membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi
kesehatan dan kesejahteraan pasiennya. Undang - undang untuk
beneficience tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no.36 tahun 2014 tentang


Kesehatan Pasal 60 ayat c : “bersikap dan berperilaku sesuai dengan
etika profesi”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 35 :
1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
2.1.3. Keadilan

Keadilan adalah memperlakukan sama pada seluruh pasien tanpa


memandang suku, agama, ras, dan ekonomi. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Keadilan terdapat pada pasal:

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 16 : “Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata
bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 170 :

1) “Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan


pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan
pemanfaatan.

3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah,


pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.”

2.1.4. Tidak Merugikan (Non - Maleficient)

Tidak merugikan adalah tidak melukai, tidak membahayakan, dan tidak


mencederai orang lain. Prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Undang - undang untuk
non - maleficient tercantum dalam :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 35 :

1) “Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan


pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan
Klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
5) Ketentuan lebih lanjut”
b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 53 :

1) Pelayanan kesehatan perseorang ditujukan untuk


menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat.

3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa
pasien dibanding kepentingan lainnya.

2.1.5. Kejujuran

Kejujuran adalah menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak


berbohong. Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.
Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien
memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang
ia ingin tahu.

Undang - undang untuk non - maleficient tercantum dalam : UU


Keperawatan no. 38 tahun 2014 tentang Kesehatan Pasal 37e “
Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar,jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganyasesuai dengan batas kewenangannya.”

2.1.6. Menepati Janji

Menepati janji adalah tanggung jawab untuk setia terhadap segala


sesuatu yang telah disepakati bersama. Menepati janji merupakan
tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen
menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang


Kesehatan Pasal 61 : “Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan
yang memberikan pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan
Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan
Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.”
2.1.7. Rahasia

Rahasia adalah informasi tentang klien harus dijaga privacy klien.


Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Namun, diskusi
tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari. Rahasia terdapat pada
pasal :

a. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014 Tentang


Kesehatan Pasal 37 ayat 3 : “Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
praktik wajib: Menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan”

b. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 Tentang


Kesehatan Pasal 57 :

1) “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya


yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan.

2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:

a) Perintah undang-undang;

b) Perintah pengadilan;

c) Izin yang bersangkutan;

d) Kepentingan masyarakat; atau

e) Kepentingan orang tersebut.”

2.1.8. Tanggungjawab

Tanggung jawab adalah Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan


dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung jawab berarti perawat
bersedia menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban dan bergerak
dibawah hukum. Undang - Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2014
Tentang Kesehatan Pasal 37 ayat 1: “Tenaga Kesehatan dalam
menjalankan praktik wajib: Memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur
Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima
Pelayanan Kesehata
BAB III

PEMBAHASAN

Tn. Michael 65 th dirawat dirumah sakit dengan diagnosa medis Cidera Medulla
Spinalis pada pukul 07.30 pasien mengeluh nyeri dengan skala 6 menjalar sampai
kedua lengan, pasien memencet bel untuk memanggil perawat dan perawat pun datang
dan melakukan kontrak waktu dengan pasien karena akan diajarkan teknik relaksasi
napas pada pukul 07.35 tetapi waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 dan perawat
belum ada yang datang untuk mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.

Untuk prinsip legal etik yang terkait sesuai kasus yaitu:


1. Aspek etik (Kode Etik Keperawatan) PPNI Th. 2000
Ditinjau dari Kode Etik keperawatan , perawat dan praktik yaitu :
(4) perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku professional
2. Aspek Legal
UU Keperawatan RI No. 38 Th. 2014
Dalam Undang-Undang Keperawatan nomor 38 tahun 2014. Pasal 2 point (a), (c),
(e) ,(f) dan (g) yang mengatur tentang Praktik keperawatan. Praktik keperawatan
harus berazaskan :
a. perikemanusiaan;
b. etika dan profesionalitas;
c. keadilan;
d. pelindungan; dan
e. kesehatan dan keselamatan Klien.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan pada pasal 37(b) perawat juga
memiliki kewajiban antara lain :
1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang - undangan.
Komponen etik legal sesuai kasus :
No Komponen Etik Legal Analisis
1. Otonomi -
2. Beneficience ( berbuat baik) -

3. Keadilan -

4. Tidak merugikan -

5. Kejujuran -
“Pasien memencet bel untuk
memanggil perawat dan perawat
pun datang dan melakukan kontrak
waktu dengan pasien karena akan
diajarkan teknik relaksasi napas
pada pukul 07.35 tetapi waktu
sudah menunjukkan pukul 07.45
dan perawat belum ada yang
datang untuk mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam.”

6. Menepati janji
Pada kasus dikatakan bahwa
perawat sudah kontrak waktu pada
pukul 07.35, tetapi pada pukul
07.45 perawat tak kunjung datang
untuk mengajarkan relaksasi nafas
dalam. Di sini perawat melanggar
etik legal menepati janji karena
tidak melakukan apa yang diminta
padahal sudah berjanji untuk
mengajarkan relaksasi nafas
dalam.

7. Rahasia -

8. Tanggung jawab -
Dari kasus di atas, hal etik legal yang paling menonjol adalah :
Berdasarkan kasus diatas, kelompok kami menganalisa bahwa etik legal yang paling
menonjol adalah menepati janji, karena pada kasus tersebut perawat telah berjanji akan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam kepada pasien untuk mengurangi nyeri,
namun tidak segera datang dan dilakukan. Perawat melanggar aspek etik legal menepati
janji.

Tindakan perawat tersebut sudah sesuai dengan UU no. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan pasal 37 dan pasal 38 :

Dalam melaksanakan praktik keperawatan pada pasal 37(b) dan perawat juga
harus memiliki kewajiban antara lain :

1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar


pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 38 (c ), dalam praktik keperawatan, klien berhak :
1. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat; menerima


tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual
yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit;
serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Karena beberapa
fenomena diatas sebagai seorang perawat yang profesional wajib mengetahui
fungsi dan perannya sebagai seorang perawat, dan juga mengenal etika-etika dan
konsep hukum yang berlaku dalam prosfesinya supaya dapat terhindar dari
tindakan - tindakan yang menyalahi etika profesinya yang akan berujung kepada
malpraktik atau kelalaian yang merugikan klien, perawat itu sendiri dan
profesinya.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat kita diharapkan untuk berhati – hati dan tidak
melangar etik dan legal yang berlaku bagi perawat. Sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan dan dapat mempertanggungjawabkan dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Sebisa mungkin sebagai perawat harus menjaga fisik dan
psikologis pasien agar nyaman dengan tindakan keperawatan yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA

Available from : http://sireka.pom.go.id/requirement/UU-36-2009-Kesehatan.pdf

Nurhayati,V. ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN CRITICAL


CARE.Available from : https://www.scribd.com/doc/312108814/03-Aspek-legal-
dan-etik-keperawatan-Kritis-pdf

UU no 38 tahun 2014.2014. Available from


https://www.kemenkopmk.go.id/content/uu-nomor-38-tahun-2014

You might also like