Professional Documents
Culture Documents
BAB III Dan Bab 4 Fixxx
BAB III Dan Bab 4 Fixxx
METODOLOGI PERCOBAAN
pereaksi oksin ini dilakukan pada hari Senin tanggal 11 September 2017 pada pukul
13.30 hingga pukul 16.30 WITA. Percobaan ini bertempat di laboratorium anorganik
Hasanuddin.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu ukur 25 mL, gelas
kimia 600 mL, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 20 mL, pipet volume 25 mL, pipet
volume 10 mL, labu erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 10 mL, bulb, pipet tetes, buret
50 mL, kertas saring Whatman nomor 41, statif, klem, corong, batang pengaduk,
sendok tanduk, sikat tabung, aluminium foil, termometer 100 ºC, tissue roll, alat
larutan CH3COONa 0,1 M, larutan CH3COOH 0,1 M, larutan HCl 4 M, larutan HCl
2 M, larutan oksin 2 % dalam pelarut etanol, KBr 0,5 gram, larutan KBrO3 0,1015 N,
sabun, larutan Na2S2O3 0,05 N, indikator metil orange 0,1 %, larutan amilum 1 %,
Padatan CuSO4.5H2O
- Dihomogenkan.
Hasil
Oksin
- Dihomogenkan.
Hasil
HCl 37%
-
Hasil
3.3.4 Pembuatan HCl 2N dari HCl 4N
HCl 4N
Dihomogenkan.
Hasil
CH3COOH 99,5%
Hasil
Padatan CH3COONa
gelas kimia.
Hasil
3.3.7 Pembuatan Larutan KI 10%
Padatan KI
gelas kimia.
Hasil
Padatan KI
gelas kimia.
Hasil
Padatan amilum
gelas kimia.
Hasil
3.3.10 Pembuatan Larutan KIO3 0,1 N 100 mL
Padatan KIO3
gelas kimia.
-
Hasil
Padatan Na2S2O3
- Ditimbang pada neraca digital sebanyak 6,2034 gram menggunakan
gelas kimia.
Hasil
Padatan KBrO3
- Ditimbang pada neraca digital sebanyak 0,7065 gram menggunakan
gelas kimia.
Hasil
3.3.13 Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3
Larutan Na2S2O3
Erlenmeyer 250 mL
10 mL
muda.
Hasil
Larutan Cu2+
Filtrat Endapan
Hasil titrasi
- Diencerkan dengan 25 mL HCl 2 N
- Dibiarkan 5 menit dalam keadaan tertutup
- Ditambahkan 10 mL larutan KI 10%
- Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,0500N dengan hingga
larutan berwarna kuning muda
- Ditambahkan beberapa tetes indikator amilum
- Dititrasi kembali dengan larutan baku Na2S2O3 0,0500N hingga
larutan berwarna kuning muda
- Dicatat volume titran
Hasil
BAB IV
Mr CuSO4 .5H2 O
= Volume x Normalitas x
valensi
249,5 g/mol
= 250 mL x 0,1 N x
2
249,5 g/mol
= 0,25 L x 0,1 N x
2
= 3,11875 gram
66,00355 gram
62,8848 –
= 3,1608 gram
m 1000
N= x
Mr/valensi V
3,1608 g 1000
= x = 0,1013 N
249,5/ 2 g/mol 250 mL
4.1.3 Pembuatan Larutan Oksin 2% dalam Etanol
gram oksin
% oksin = x 100%
gram larutan
2 gram
2% = x 100%
x gram
2 gram
0,02 =
x gram
2 gram
x =
0,02
m 98 gram
V= = = 124,84cm3 = 124,84 mL = 125 mL
ρ 0,785 gram/cm3
% x BJ x 1000
N =
BE
= 12,06 N
V1 x C1 = V2 x C2
4 N x 100 mL = 12,06 N x C2
C2 = 33,16 mL
% x BJ x 1000
M=
BE
= 21,02 M
V1 x C1 = V2 x C2
V2 = 0,47 = 0,5 mL
m 1000
M= x
Mr V (mL)
m 1000
= x
82 100 mL
820
m= = 0,82 gram
1000
500
x=
100
x = 5 gram
1000
x=
100
x = 10 gram
50
x=
100
x = 0,5 gram
4.1.10 Pembuatan Larutan KIO3 0,1 N 100 mL
Mr KIO3
= Volume x Normalitas x
valensi
214 g/mol
= 100 mL x 0,1 N x
6
214 g/mol
= 0,1 L x 0,1 N x
6
= 0,3567 gram
Mr Na2 S2 O3 . 5H2 O
= Volume x Normalitas x
valensi
= 6,2034 gram
167 g/mol
= 0,25 L x 0,1015 N x
6
= 0,7065 gram
V Na2S2O3 = 50,00 mL
mg KIO3 356,7
N= = = 0,0500 N
fp x v x 35,7 4 x 50 x 35,67
4.2 Reaksi
N O
Cu + HCl 2 + CuCl2
O N N
OH
Penambahan CH3COOH
Warna tetap
+ CH3COONa
%Cu = 0,09 %
4.5 Pembahasan
endapan yaitu pada pH 6-7. Larutan yang mengandung ion tembaga ditambahkan
dengan campuran natrium asetat dan asam asetat yang berfungsi sebagai buffer pada
dalam etanol dengan konsentrasi 2 % sambil diaduk hingga terbentuk endapan, yaitu
dengan oksin. Penambahan ini dilakukan karena oksin merupakan senyawa yang
dengan tembaga. Proses selanjutnya yaitu larutan dipanaskan beberapa menit pada
suhu 80 ○C. Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan pelarut etanol yang dapat
dengan HCl 4 N panas. HCl panas berfungsi untuk melarutkan endapan dan
menguraikan oksin dengan logam tembaga (Cu). Endapan yang telah dilarutkan
ditambahkan dengan KBr 0,5 g dan indikator methyl prange. Penambahan KBr
untuk membantu agar reaksi dapat berjalan cepat ketika dititrasi dengan KBrO3
mempermudah melihat titik akhir titrasi. Larutan kemudian dititrasi dengan KBrO3
0,1051 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari
berwarna merah menjadi kuning muda. Titrasi yang dilakukan pada tahap ini adalah
titrasi bromatometri. Salah satu produk yang dihasilkan ketika titrasi berakhir yaitu,
agar larutan kembali ke suasana asam. Penambahan asam ini bertujuan agar larutan
tetap dalam suasana asam sehingga pada saat dititrasi dengan larutan tiosulfat, ion
tiosulfat tidak teroksidasi menjadi ion sulfat. Setelah itu, larutan dibiarkan dalam
keadaan tertutup selama kurang lebih 2 menit agar larutan tidak terkontaminasi
menghindari oksidasi atau iod terlepas ke udara, larutan dibiarkan dalam keadaan
mereduksi analit dan melarutkan I2 hasil reaksi. Kemudian dititrasi kembali dengan
larutan baku Na2S2O3 0,0500 N dengan indikator amilum. Titrasi yang berlangsung
pada tahap ini adalah titrasi iodometri. Pada titrasi iodometri menggunakan amilum
sebagai indikator yang berfungsi untuk menunjukan titik akhir titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna dari biru menjadi warna larutan semula. Larutan indikator
amilum ditambahkan pada saat akan menjelang titik akhir dititrasi, karena jika
indikator amilum ditambahkan diawal, warna biru pekat dari iod dan amilum akan
sukar hilang ketika dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat karena iod diikat kuat
oleh amilum. Setelah itu dititrasi kembali dengan larutan baku Na2S2O3 0,0500 N
Pada percobaan ini titrasi dilakukan senyak dua kali yang pertama dengan
menggunakan KBrO3 dan Na2S2O3 kemudian dicatat volume KBrO3 dan Na2S2O3
yang di butuhkan saat titrasi. Berdasakan volume KBrO3 dan Na2S2O3 yang
digunakan pada saat titrasi diketahui bahwa kadar logam Cu sebesar 0,09%.