You are on page 1of 7

PERSALINAN LAMA

Keberhasilan persalinan membutuhkan kontraksi rahim yang cukup kuat untuk melebarkan
leher rahim dan kemudian mengeluarkan janin.

Persalinan terbagi ke dalam fase berikut / tahapan:

■ Fase laten pada tahap pertama: melunak dan menipisnya leher rahim (dasarnya). Ini adalah
proses yang terjadi secara lambat sampai leher rahim melebar hingga 3-4 cm.

■ Fase aktif pada tahap pertama: kontraksi rahim yang menyebabkan leher rahim wanita
primigravid membesar sekitar 1 cm per jam sampai leher rahim melebar sepenuhnya (serviks
tidak teraba di sekitar kepala janin).

■ Tahap kedua, yaitu turunnya janin melalui panggul hingga bayi lahir. Bagian dari
persalinan akan terjadi sekitar 1 jam pada wanita primigravid. Pada wanita multiparous waktu
ini biasanya kurang.

■ Tahap ketiga, yaitu keluarnya plasenta dan membran janin. Proses persalinan wanita
direkam pada grafik partogram. Terdapat perbedaan layout (bentuk) antara negara yang
berbeda dan antara unit dalam satu negara yang sama. Mayoritas berbentuk persegi panjang,
meskipun di beberapa negara partogram digunakan berbentuk lingkaran (yang dikembangkan
oleh National University Hospital dari Ouagadougou). Partogram digunakan untuk merekam
atau melihat perkembangan proses persalinan. Dapat pula digunakan untuk memantau jika
hanya terjadi kemajuan yang rendah dan mungkin memerlukan intervensi (Fig. 1).
WHO mendefinisikan prolonged labour merupakan seorang wanita yang mengalami sakit
persalinan selama 12 jam atau lebih dan belum terjadi proses kelahiran .1 hal ini sering sulit
dilakukan untuk menentukan onset atau permulaan proses persalinan. Hal ini didefinisikan
sebagai waktu ketika terjadinya kontraksi rahim menjadi reguler dan menyebabkan
effacement (hilangnya) serviks dan dilatasi. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
rata-rata waktu durasi proses persalinan berbeda antara wanita primigravid dan multiparous.
Di Eropa, waktu rata-rata dalam persalinan untuk perempuan primigravid adalah 10 jam,
sementara 5,5 jam untuk perempuan multiparous. Menurut aturan umum, leher rahim harus
membesar setidaknya 1 cm per jam setiap tahap persalinan telah tercacapi.

Fakta ini harus diingat dalam praktek klinis. Seorang wanita multiparous dengan persalinan
lambat memerlukan perhatian khusus dalam penilaian (assessment). Bayi yang terlalu besar
atau malposition perlu dikecualikan. Prolongation of labour menggunakan oksitosin harus
melanjutkan dengan hati-hati, dan penilaian terdapat proses persalinan diperlukan.
Prolongation of labour dapat dianggap sebagai:

■ persalinan palsu atau misdiagnosis pada persalinan;

■ perpanjangan fase laten pada persalinan;

■ perpanjangan fase aktif pada persalinan;

■ perpanjangan expulsive pada persalinan.

Persalinan palsu dapat diduga ketika terjadi perut palpasi yaitu kontraksi rahim tidak
beraturan atau kontraksi jarang, atau kadang- kadang, disertai dengan pemeriksaan vagina
yang menunjukkan tidak tidak adanya effacement atau dilatasi serviks. Penting untuk
mengenali persalinan palsu dan perpanjangan fase laten pada tahap persalinan. Ini akan
membantu untuk menghindari dilakukan intervensi yang tidak perlu, dimana dapat
mengurangi kepuasan pasien dan menyebabkam peningkatan risiko saat kelahiran.

Perpanjangan persalinan dalam tahap aktif lebih umum terjadi pada wanita primigravid, dan
biasanya dikarenakan :

■ kontraksi rahim tidak efektif;

■ posisi occipitoposterior kepala janin;

■ ketidakseimbangan cephalopelvic

Penilaian (assessment) terhadap kualitas kontraksi rahim sangat sulit dan tidak akurat pada
palpasi perut. Hasil rekaman pada cardiotocograph adalah representasi dari frekuensi
kontraksi rahim dan tidak dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mengukur kekuatan
kontraksi.

Penggunaan catheters intrauterine pressure-transducer untuk mengukur kekuatan kontraksi


yang dilakukan setiap kontraksi jarang dilakukan di Inggris saat ini.

Pemeriksaan leher rahim, sebaiknya dilakukan dengan pemeriksaan sama, dimana


menunjukkan dilatasi progresif yaitu kontraksi rahim yang memadai dan kemajuan dalam
proses persalinan, terutama jika peningkatan pada partogram tercapai.

Jika kontraksi Rahim tidak menyebabkan dilatasi leher rahim, kemudian, hindari dari
kejadian kasus langka serviks distosia, itu akibat aktivitas rahim tidak memadai. Sangat
penting bahwa ketidakseimbangan cephalopelvic dan penghambatan persalinan dikecualikan
sebelum sampai pada kesimpulan ini.

Jika diduga terjadi penundaan proses persalinan tahap pertama, amniotomy harus
dipertimbangkan untuk semua wanita dengan membran utuh, dilanjutkan dengan penjelasan
terkait prosedur dan pemberian saran bahwa proses ini akan mempersingkat persalinan
sekitar satu jam serta dapat meningkatkan kekuatan dan nyeri kontraksi yang terjadi.

Manajemen atau penatlaksanaan aktivitas rahim yang tidak memadai adalah dengan
pembesaran/ penambahan oksitoksin setelah pecahnya membrane secara spontan atau buatan,
dan perempuan harus diberitahu bahwa penggunaan oxytosin akan mempercepat menuju
waktu kelahiran tapi tidak akan mempengaruhi proses kelahiran atau hasil lainnya.

2 hal sangat penting bahwa infus oxytosin yang diberikan pada dosis yang memadai
menyebabkan kontraksi reguler dan kuat dan relaksasi di antaranya. Jika wanita mengalami
dehidrasi dan terjadi peningkatan keton dalam urin nya, cairan pengganti dapat memberi efek
positif untuk mempengaruhi efisiensi kontraksi nya.

Kemajuan atau progress proses persalinan harus dinilai dengan pemeriksaan perut dan vagina
setelah terjadi kontraksi uterus yang kuat.

Penggunaan rutin enema selama proses persalinan awal merupakan praktek kuno (jadul);
namun, pada kesempatan tertentu hal ini dapat sangat berguna dalam memfasilitasi proses
turunnya janin saat akan lahir (yg ini aku gak paham maksudnya apa hahaha baca lagi deh
inggrisnya aku gk maksud itu proses apa) pada wanita saat mengalami sembelit selama
kehamilan.

Demikian juga, kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi turunnya janin saat akan
lahir dan kateter mungkin diperkukan, terutama pada wanita dengan kateter epidural di situ.

Posisi occipitoposterior (OP) pada kepala janin adalah sebuah peristiwa yang relatif umum,
yang terjadi di sekitar 10 persen proses persalinan, dengan janin berada pada posisi occiput
lying di bagian posterior Maternal panggul. Itu bisa menjadi masalah tertentu pada wanita
dengan indeks massa tubuh tinggi, dimana kelebihan jaringan adiposa di ischiorectal fosa
akan menyebabkan lambatnya penurunan kepala janin ke panggul. Dalam posisi OP, kepala
janin menyebabkan perbesaran diameter pada panggul dan mungkin terjadi defleks (Fig. 2).
Diagnosis telah dibuat dengan antenatally oleh inspeksi dan palpasi. Kepala janin cenderung
mudah teraba dalam keadaan unengaged. Di Eropa, posisi janin ini adalah penyebab paling
umum yang tinggi pada posisi kepala janin. Selama persalinan, ibu mungkin mengeluh sangat
sakit pada punggung dan memburuk selama kontraksi rahim.

Wanita yang bersalin dengan posisi janin OP cenderung untuk merasakan dorongan sebelum
fase pertama pada persalinan selesai. Hal ini sebagian disebabkan oleh fetal occiput yang
menekan pada dubur ibu Prematur bearing down dapat menyebabkan edema serviks selama
perkembangan fetal caput dan tengkorak (Fig. 3).
Posisi Occipitoposterior berhubungan dengan:

■ kebutuhan nfus syntocinon karena kontraksi yang tidak memadai dalam tahap kedua dari
saat persalinan.

■ perpanjangan tahap kedua pada persalinan;

■ peningkatan kebutuhan untuk operasi kelahiran;

■ peningkatan risiko kegagalan dalam persalinan dan tahap kedua Caesar.

Penghambatan persalinan didiagnosis ketika tidak ada penuran janin yang progresif meskipun
terjadi kontraksi rahim yang kuat.

Ketidakseimbangan absolut pada cephalopelvic adalah jarak antara ukuran janin dan panggul
ibu. Masalah contracted pelvis jarang ditemukan, tapi mungkin lebih bermasalah di dunia
berkembang atau di muda gadis-gadis yang menemukan diri mereka hamil sebelum mereka
potensi pertumbuhan mereka tercapai. (ini kagak ngerti dah ngomong apaan hahaha)
Kelahiran dengan operasi sesar dibutuhkan pada beberapa kasus tersebut.

Ketidakseimbangan relatif cephalopelvic terjadi ketika munculnya kepala janin tidak optimal
melalui malposition. Manajemen kasus tersebut memerlukan dokter berpengalaman. Sesuai
dengan yang baik dari kontraksi rahim, pemeriksaan ulang akan menunjukkan kemajuan
baik, atau itu akan menunjukkan peningkatan kulit kepala edema (caput) dan moulding
tengkorak janin.
Manajemen selanjutnya adalah Caesar. Penyebab lain terjadinya prolonged labour adalah
posisi melintang dimana tidak terjadi rotasi dari posisi OP secara lengkap. Diamater
Occipitofrontal pada janin menjadi tetap.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah operasi kelahuram. Menurut praktek lokal, ini akan
dilakukan dengan cara manual yaitu rotasi, ventouse, atau Keilland's forceps (rotasi). Dalam
semua kasus, kepala janin dibuat dalam posisi occipitoanterior sebelum kelahiran. Analgesia
diperlukan, biasanya melalui anestesi regional.

Kebanyakan wanita menerima kehamilan ultrasound scan. Rarities tersebut meliputi


hidrosefalus dan kembar Siam. Kelainan rahim dan adnexa yang mungkin menghambat
persalinan biasanya ditemukan sebelum proses persalinan, dan termasuk sebagian besar atau
beberapa fibroid di segmen rahim dan massa ovarium besar dipengaruhi di panggul.

Kista ovarium biasanya bukan menjadi halangan untuk persalinan, posisinya berada disisi
atau di atas rahim, sehingga mereka tidak menghalangi.

You might also like