Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Muhammad Yusuf
NIM S10029
2014
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah dan
Dengan Anak Riwayat Kejang Demam” Dalam penyusunan skripsi ini penulis
pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua STIKes Kusuma Husada
2. Ibu Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep., selaku ketua Program studi S-1
mahasiswanya.
3. Ibu Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep., selaku pembimbing I, yang telah
4. Ibu Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep., selaku pembimbing II, yang telah
iv
6. Bapak dan ibu dosen dan staf kepegawaian STIKes Kusuma Husada
7. Kedua orang tua atas doa dan dukungan, baik moril maupun materiil selama
mengikuti pendidikan.
dan semangat.
10. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan
terimakasih yang tak terhngga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Muhammad Yusuf
NIM S10029
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
ABSTRAK..........................................................................................................xiii
ABSTRACT..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
2.4 Hipotesis...............................................................................................23
vi
BAB III METODOLOGI PENELITAN
BAB V PEMBAHASAN
vii
5.6. Perbedaan Pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam
kelompok perlakuan 48
perlakuan 49
kelompok kontrol 51
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan 54
6.2. Saran 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 19 Leaflet
xi
Lampiran 22 Lembar Konsultasi
Lampiran 23 Dokumentasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Muhammad Yusuf
ABSTRAK
Kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal lebih dari
380C dan dapat berdampak serius seperti defisit neurologi, epilepsi, retardasi
mental dan gangguan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam
menggunakan audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan
anak riwayat kejang.
Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment non randomized
pretest-posttest with control group design. Sampel penelitian berjumlah 30
responden ibu dengan anak riwayat kejang demam. Penelitian ini menggunakan
uji marginal homogeneity dan mc nemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan
dengan p value 0,001 dan sikap dengan p value 0,012. Pendidikan kesehatan
menggunakan audio visual dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu
dengan anak riwayat kejang demam karena menampilkan gerak, gambar dan suara
sehingga lebih menarik dan tidak monoton.
xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
Muhammad Yusuf
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
transier pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini
merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada
menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat dibandingkan
anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak-anak mengalami satu kali
pada tahun 2004 berkisar antara 3%-4% (Brough dkk 2008). Angka kejadian
di Asia pada tahun 2004 dari seluruh kejang, 20% anak mengalami kejang
ditemukan sebelum usia 6 bulan dan setelah 6 tahun (Hull 2008). Faktor
keturunan adalah salah satu faktor terbesar terjadinya kejang demam pada
anak (Wardani 2012). Kejang demam berulang terjadi pada 50% anak yang
1
2
menderita kejang demam pada usia kurang dari 1 tahun dan dapat
setelah satu atau lebih kejang jenis apapun adalah 2% dan menjadi 4% bila
satunya memposisikan miring dan tengadahkan kepala agar jalan nafas tetap
bahwa 80% orang tua mempunyai fobia demam. Demam pada anak akan
membuat orang tua bingung karena anak cenderung rewel dan tidak bisa tidur
(Karnia 2007).
Hasil penelitian lain menunjukkan 57% orang tua takut saat anaknya
yang sifatnya berbahaya dan anak tidak akan meninggal dunia pada saat
anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi
pada anak selama kejang demam perlu dilakukan agar orang tua tidak panik
dan kebingungan (Wong 2009). Tingkat pengetahuan orang tua yang berbeda
orang tua disebabkan karena edukasi mereka tentang kejang demam yang
ceramah, karena modul dapat memuat materi lebih lengkap dan lebih rinci
berlebih dari orang tua disebabkan karena edukasi mereka tentang kejang
panik saat anaknya mengalami kejang demam, orang tua khususnya ibu
hanya bisa menangis disamping anaknya. Orang tua belum mengetahui cara
menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu
menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu
Sragen.
penanganan kejang demam dan dapat diaplikasikan oleh orang tua yang
lebih bervariasi.
Nama
Judul penelitian Metode Hasil
peneliti
Kumboyono Perbedaan efek Desain penelitian Terdapat perbedaan
penyuluhan menggunakan efek penyuluhan
menggunakan quasi kesehatan
media cetak experimental menggunakan
dengan media dengan media cetak dengan
audio visual rancangan media audio visual
terhadap pretest-posttest terhadap
peningkatan design with peningkatan
pengetahuan comparison pengetahuan
pasien group. pasien tuberculosis.
tuberkulosis.
7
TINJAUAN PUSTAKA
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat yang terjadi
pada suhu pada suhu lebih dari 380C (Pudiastuti 2011). Kejang
demam jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun, anak laki-laki sering
menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat lebih
dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C,
tetapi pada anak dengan ambang yang tinggi kejang baru akan terjadi
pada suhu 400C atau bahkan lebih. Kejang demam sering terjadi pada
2.1.1.2 Klasifikasi
dalam 24 jam.
8
9
Tanda dan gejala kejang demam yaitu: Bola mata terbalik keatas,
demam tinggi lebih tinggi dari 380C, tubuh bergetar khususnya lengan
dan tungkai kaki, Kesulitan bernafas, tidak bisa mengontrol buang air
2.1.1.6 Penatalaksanaan
1. Keperawatan
yang membahayakan
aspirasi.
jalan nafas.
2. Medis
(Sodikin 2012).
Seorang anak, jika memiliki dua dari tiga faktor risiko maka
jika hanya ada satu atau tidak ada faktor risiko, serangan kejang tanpa
2.1.2.1 Pengetahuan
1. Pengertian
(Notoatmodjo 2003)
2. Tingkat pengetahuan
a. Tahu
sebelumnya.
b. Memahami
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. Evaluasi
(Notoatmodjo 2003).
a. Cara tradisional
b. Cara modern
(Notoatmodjo 2003).
a. Faktor internal.
1) Pendidikan
2) Pekerjaan.
3) Umur
4) Informasi
(Putriani 2010).
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
2) Sosial budaya
2.1.2.2 Sikap
1. Pengertian
2. Komponen Sikap
a. Komponen kognitif
b. Komponen afektif
seseorang.
c. Komponen konatif
terentu.
3. Tingkat Sikap
a. Menerima
b. Merespon
c. Menghargai
d. Bertanggung jawab
tinggi.
(Tjandra 2004).
18
2.1.3.1 Pengertian
2.1.3.2 Metode
1. Metode perorangan
2. Metode kelompok
3. Metode massa
sebagainya.
(Notoatmodjo 2003)
19
Alat bantu lihat dibagi dua bentuk yaitu alat bantu yang
(Notoatmodjo 2012).
berupa gambar dan suara yang bisa diterima dua indra sekaligus
(Notoatmodjo 2012).
21
Dampak
1. Defisitt
neurologik
2. Epilepsi Pendidikan kesehatan
3. Retradasi 1. Pendidikan
mental 2. Pekerjaan
3. Umur
4. Budaya Pengetahuan Sikap Orang
5. Lingkungan orang tua tua
6. Pengalaman
7. Informasi
(Meadow & Simon 2005, Notoatmodjo 2003, Tjandra 2004, wawan & Dewi 2012,Wong 2009)
22
Variabel dependen
Pengetahuan orang tua
dengan anak riwayat
Variabel independen
kejang demam
Pendidikan kesehatan media
audio visual
Variabel dependen
Sikap orang tua
dengan anak riwayat
kejang demam
Variabel perancu
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
METODOLOGI
posttest with control group design. Rancangan ini mirip dengan eksperimen
ulang, hanya saja pembagian subjek dalam kelompok tidak dilakukan secara
acak.
A O X OX-A
B O Y OX-B
Keterangan:
A : Kelompok perlakuan
B : Kelompok kontrol
24
25
3.1.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak
3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini adalah orang tua
2. Orang tua dengan anak riwayat kejang demam usia <5 tahun
Kriteria eksklusi orang tua dengan anak riwayat kejang demam dengan:
telah dibuat.
26
Kabupaten Sragen.
Alat
Variabel Definisi Indikator Skala data
ukur
Variabel dependen
Tingkat Hasil dari orang tua Kuesio Penilaian Ordinal
pengetahuan menjawab kuesioner. ner dilakukan
dengan cara
jumlah jawaban
benar dibagi
jumlah soal
dikali 100.
Baik : >76
Cukup: 56-75
Kurang: <56
Sikap Respon orang tua Kuesio Pre test Nominal
setelah diberikan ner Perlakuan
pendidikan kesehatan 1. Sikap positif
tentang kejang demam >37,26
menggunakan media 2. Sikap negatif
audio visual. <37,26
Kontrol
1. Sikap positif
>36,73
2. Sikap negatif
<36,73
Post test
Perlakuan
1. Sikap positif
>47,93
2. Sikap negatif
<47,93
Kontrol
1. Sikap positif
>37,06
2. Sikap negatif
<37,06
Variabel
Perancu
Sekolah formal yang Kuesio 1. Tidak Ordinal
Pendidikan, telah diikuti dan telah ner sekolah
memiliki tanda bukti 2. SD
lulus dari instansi 3. SMP
resmi yang terkait. 4. SMA
5. Perguruan
tinggi
28
Alat
Variabel Definisi Indikator Skala data
ukur
Pekerjaan Kesibukan yang kuesion 1. Pegawai/ Nominal
dilakukan orang tua er karyawan
yang dilakukan setiap 2. Wiraswasta
hari. 3. Ibu rumah
tangga
Umur Usia responden Kuesio 1. 19 tahun- 23 Ordinal
dihitung berdasarkan ner tahun
ulang tahun terakhir 2. 24 tahun- 27
yang telah dijalani tahum
saat penelitian 3. 28 tahun- 31
tahun
kuesioner pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh peneliti dan alat bantu
audio visual seperti laptop dan speaker aktif untuk kelompok perlakuan
diberikan nilai 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan pernyataan negatif
diberikan nilai 1 jika salah dan nilai 0 jika benar. Pertanyaan valid adalah
soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19 dan 20. Kuesioner sikap
pernyataan valid yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, dan
20.
29
kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil pre test tingkat pengetahuan pada
tidak ada. Hasil post test tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan
positif jika skor total lebih dari 37,26 dan dikatakan negatif jika skor total
positif jika skor total lebih dari 36,73 dan dikatakan negatif jika kurang
dari 36,73. Hasil post test sikap responden pada kelompok perlakuan
dikatakan positif jika skor total lebih dari 47,93 dan dikatakan negatif jika
skor total kurang dari 47,93, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan
sikap positif jika skor total lebih dari 37,06 dan dikatakan negatif jika
3.6.1 Validitas
diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasi. Untuk tα = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel
berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji
ǣ
n = jumlah responden
Pertanyaan valid adalah soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19
valid adalah pada nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20.
31
3.6.2 Reliabilitas
atau tidak. Uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbach’s alpha. Uji
Cronbach’s alpha dapat digunakan pada tes yang respon terhadap item
yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1) maupun terhadap item skor
ఙమ
ݎଵଵ ൌ ቀିଵቁ ൬ͳ െ σఙ మ ൰
Keterangan:
Alpha. Pertanyaan yang tidak valid tidak diuji validitas dan hanya
pertanyaan yang valid yang diuji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas pada
3.7.1 Editing
3.7.2 Coding
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku
(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu
kode dari suatu variabel. Kode diberikan pada kelompok perlakuan dan
jika baik, 2 jika cukup dan 3 jika kurang, sedangkan untuk sikap diberikan
umur dan pekerjaan. Sedangkan perbedaan pre test dan post test
sikap dan variabel perancu yang meliputi pendidikan, umur dan pekerjaan
Uji chi square dilakukan untuk mengetahui perbedaan pre test dan
post test pengetahuan dan sikap kelompok kontrol dan perlakuan. Uji chi
square tidak memenuhi syarat karena nilai expected count lebih dari 5
smirnov adaah uji alternatif chi square yang digunakan untuk menguji
perbedaan pengetahuan pre test dan post test kelompok kontrol dan
34
alternatif chi square yang digunakan untuk menguji perbedaan pre test dan
Secara umum prinsip etika dalam penelitian dibagi menjadi tiga (Nursalam
2011), yaitu:
bentuk apapun.
to full disclosure)
3. Informed consent
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
rahasia (confidentiality).
HASIL PENELITIAN
proporsi.
Sebagian besar rerata umur responden adalah 24-27 tahun yaitu sebanyak
53,3%.
37
38
sebagai berikut:
39
\Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol
Kontrol Perlakuan
Variabel P Value
F % F %
Pengetahuan
Baik 0 0 2 13,3
Cukup 5 33,3 10 66,7 0,998
Kurang 10 66,7 3 20
Total 15 100 15 100
Sikap
Positif 7 46,7 5 66,7
0,608
Negatif 8 53,3 10 33,3
15 100 15 100
value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan sikap sebelum
4.2.2 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam setelah
Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam
setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol
Kontrol Perlakuan
Variabel P Value
F % F %
Pengetahuan
Baik 0 0 14 93,3
Cukup 6 40 1 6,7 0,398
Kurang 9 60 0 0
Total 15 100 15 100
Sikap
Positif 9 60 14 93,3
0,400
Negatif 6 40 1 6,7
Total 15 100 15 100
Tabel 4.5 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok perlakuan
Pengetahuan sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Baik Cukup Kurang
Pengetahuan sebelum Baik 2 0 0 2
pendidikan kesehatan Cukup 10 0 0 10 0,001
Kurang 2 1 0 3
Total 14 1 0 15
Tabel 4.6 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok perlakuan
Sikap sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Positif Negatif
Sikap sebelum pendidikan
Positif 4 1 5
kesehatan 0,012
Negatif 10 0 10
Total 14 1 15
Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata sikap responden sebelum
kesehatan.
Tabel 4.8 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok kontrol
Sikap sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Positif Negatif
Sikap sebelum pendidikan
Positif 5 2 7
kesehatan 1,000
Negatif 1 7 8
Total 6 9 15
kesehatan.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.1 Usia
yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola
5.1.2 Pendidikan
pendidikan ibu cukup, tetapi beda selisih dengan pendidikan SMP tidak
44
45
5.1.3 Pekerjaan
(<0,05). Hasil tersebut berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dapat berupa media cetak, elektronik, dan sosialisasi dari petugas kesehatan
(Notoatmodjo 2003).
5.3 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan
bahwa nilai p value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Ini berarti bahwa terdapat
Hasil analisa dapatkan hasil nilai p value 0,398 (>0,05) pada pengetahuan
ibu pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil tersebut berarti bahwa tidak
dari beberapa faktor seperti informasi yang didapatkan bisa dari media massa
dan elektronik atau informasi yang diterima dari tenaga kesehatan (Tjandra
2004). Banyak media elektronik dengan harga murah dan menyediakan fitur
yang dibutuhan. Selain itu acara televisi seperti talk show dengan mengundang
5.5 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
value 0,400 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap antara
dan pendidikan non formal maupun formal (Azwar 2011, Tjandra 2004).
mempengaruhi sikap sangat tergantung pada isi, sumber, dan media informasi
yang bersangkutan. Dilihat dari segi isi informasi, bahwa informasi yang
perlakuan
Perpaduan saluran informasi melalui mata yang mencapai 87% dan telinga
disampaikan berupa gambar dan suara bisa diterima kedua indera sekaligus
49
(Kumboyono 2011).
dengan baik oleh responden, media ini menampilkan gerak, gambar dan suara
pengetahuan dan sikap terhadap IMD (Zulkarnain dkk 2009). Penelitian lain
dengan media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam
5.7 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok perlakuan
sikap ibu balita gizi kurang dan buruk. Penelitian lain yang mendukung adalah
isi pesan dan penerima pesan. Sumber pesan dapat berasal dari seseorang,
percaya dengan orang yang mengirim pesan maka semakin mudah untuk
simbol dan gambar. Sebagai contoh video adalah gabungan dari kata-kata,
tulisan, dan gambar yang disajikan dalam bentuk gerak sehingga pesan dapat
mudah diterima karena lebih menarik dan tidak monoton. Penerima pesan,
dipengaruhi dari pada yang berpendidikan tinggi. Faktor lain yang dapat
dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat dari pada pengalaman tidak
kontrol
berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan pada kedua belah
sisi serta dapat dilipat sehingga praktis dan mudah dibawa, tetapi media ini
hanya dapat diulang-ulang pemahamannya dan tidak memiliki efek gerak dan
suara (simamora 2009). Berbeda dengan media audiovisula, leaflet hanya bisa
kesehatan yang mana kelompok media cetak, responden terlihat pasif karena
stimulasi efek suara maupun efek gerak (audio visual). Kelemahan lain adalah
mudah terlipat dan rentan terhadap air jika dipasang di luar ruangan (Ilmas
2011).
5.9 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok kontrol
tidak ada perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang
mendengarkan atau melihat saja, tetapi mereka belajar sedikit lebih ketika
2009).
Selain itu leaflet merupakan cara yang tidak memadai dalam mendorong
lingkungan pribadi mereka sendiri (Gibney dkk 2009). Media leaflet berisi
melakukan tindakan secara ringkas dan lugas. Leaflet sangat efektif untuk
menyampaikan pesan singkat dan padat dan ukuran kecil dan mudah dibawa
(Simamora 2009).
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden satu per satu
Hal ini dikarenakan rumah responden tidak memiliki ruangan khusus untuk
PENUTUP
6.1 Simpulan
6.1.1 Karakteristik usia ibu dengan anak riwayat kejang demam berusia 27-24
tahun sebagan besar peerjaan ibu dengan anak riwayat kejang demam
adalah swasta dan rata-rata tingkat pendidikan ibu dengan anak riwayat
6.1.2 Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang
6.1.3 Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang
6.1.4 Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penanganan
54
55
6.2 Saran
6.2.1 Masyarakat
kepada tetangga atau orang lain tentang penanganan anak dengan kejang
demam.
Perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lain dapat menggunakan media
Behrman, RE & RM, Kliegman 2010, Nelson esensi pediatri edisi 4, EGC,
Jakarta.
Brough, H dkk 2008, Rujukan cepat pediatric & Kesehatan anak, EGC, Jakarta.
Dahlan, M.S 2008, Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5, Salemba
medika, Jakarta.
Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba
medika, Jakarta.
Hull, D & Joohnston DI 2008, Dasar-dasar pediatri.edisi 3, EGC, Jakarta.
Tjandra, SH 2004, Motiv-8koleksi motivasi untuk karier dan kehidupan yang lebih
baik, Elex media komputindo, Jakarta.
Wardani, AK 2013, ‘Kejang demam sederhana pada anak usia satu tahun’,
Medula, Vol. 1, No. 1, Hal 57-64, diakses 23 November 2013
<http://portalgaruda.org/download_article.php?article=122474>.
Wawan A & Dewi M 2011, Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia, muha medika, Yogyakarta.
Wong, DL dkk 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed.6,Vol.2, EGC,
Jakarta.
Zulkarnain,E dkk 2010, ‘Perbedaan efektifitas antara metode penyuluhan dengan
flipchart dan menggunakan video compact disc (VCD) dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap insisasi
menyusu dini’, diseminarkan diseminar nasional jampersal, Jember, 26
Nopember 2011.