You are on page 1of 73

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN

KEJANG DEMAM MENGGUNAKAN AUDIO VISUAL


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN
SIKAP IBU DENGAN ANAK RIWAYAT
KEJANG DEMAM

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Muhammad Yusuf

NIM S10029

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA


SURAKARTA

2014

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah dan

petunjuk-petunjuknya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul : “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam

Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Dengan Anak Riwayat Kejang Demam” Dalam penyusunan skripsi ini penulis

menyadari bahwa tanpa dorongan, bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai

pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

2. Ibu Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep., selaku ketua Program studi S-1

Keperawatan, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua

mahasiswanya.

3. Ibu Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep., selaku pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep., selaku pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Kepala Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen yang telah

memberikan izin terlaksananya penelitian ini..

iv
6. Bapak dan ibu dosen dan staf kepegawaian STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua atas doa dan dukungan, baik moril maupun materiil selama

mengikuti pendidikan.

8. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Niniz dan teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan

dan semangat.

10. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan

terimakasih yang tak terhngga serta iringan doa semoga amal baiknya

mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 12 Juni 2014

Muhammad Yusuf
NIM S10029

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ......................................................................................iii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL........................ ..........................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xi

ABSTRAK..........................................................................................................xiii

ABSTRACT..........................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................5

1.5 Keaslian Penelitian ..............................................................................6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori ........................................................................................8

2.2 Kerangka Teori.....................................................................................21

2.3 Kerangka Konsep.................................................................................22

2.4 Hipotesis...............................................................................................23

vi
BAB III METODOLOGI PENELITAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 24

3.2 Populasi dan Sampel 25

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 26

3.4 Definisi Operasional 26

3.5 Alat dan Cara Pengumpulan Data 28

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 30

3.7 Teknik Pengolahan Data 32

3.8 Etika Penelitian 34

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisa Univariat 37

4.2. Analisa Bivarat 38

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden 44

5.2. Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

sebelum dilakukan penkes 45

5.3. Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

sebelum dilakukan penkes 46

5.4. Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

setelah dilakukan penkes 46

5.5. Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

setelah dilakukan penkes 47

vii
5.6. Perbedaan Pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

kelompok perlakuan 48

5.7. Perbedaan Sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

perlakuan 49

5.8. Perbedaan Pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam

kelompok kontrol 51

5.9. Perbedaan Sikap ibu tentang penanganan kejang demam control 52

5.10. Keterbatasan Penelitian 53

BAB VI PENUTUP

6.1. Simpulan 54

6.2. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian


Tabel 3.1 Rancangan penelitian
Tabel 3.2 Definisi operasional
Tabel 4.1 Distribusii respondenmenurut umur
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut pekerjaan dan
pendidikan
Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan
kejang demam sebelum dilakukan penkes kelompok
kontrol dan perlakuan
Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan
kejang demam setelah dilakukan penkes kelompok
kontrol dan perlakuan
Tabel 4.5 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang
penanganan anak dengan kejang demam pada
kelompok perlakuan
Tabel 4.6 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan
anak dengan kejang demam pada kelompok perlakuan
Tabel 4.7 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang
penanganan anak dengan kejang demam pada
kelompok kontrol
Tabel 4.8 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan
anak dengan kejang demam pada kelompok kontrol

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori

Gambar 2.2 Kerangka konsep

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penelitian

Lampiran 2 Usulan topik penelitian

Lampiran 3 Pengajuan judul skripsi

Lampiran 4 Pengajuan ijin studi pendahuluan

Lampiran 5 Surat pengantar ijin studi pendahuluan

Lampiran 6 Surat balasan ijin studi pendahuluan

Lampiran 7 Lembar oponent

Lampiran 8 Lembar audience

Lampiran 9 Surat pengajuan ijin penelitian

Lampiran 10 Surat ijin validitas dan reliabilitas

Lampiran 11 Surat ijin penelitian

Lampiran 12 Surat balasan ijin validitas reliabilitas

Lampiran 13 Surat balasan penelitian

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan reliabilitas

Lampiran 15 Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 16 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 17 SAP Penanganan kejang demam

Lampiran 18 Pendidikan kesehatan menggunakan audio visual

Lampiran 19 Leaflet

Lampiran 20 Kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap.

Lampiran 21 Hasil uji statistik

xi
Lampiran 22 Lembar Konsultasi

Lampiran 23 Dokumentasi

xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014

Muhammad Yusuf

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam


Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Ibu dengan Anak Riwayat
Kejang Demam

ABSTRAK

Kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal lebih dari
380C dan dapat berdampak serius seperti defisit neurologi, epilepsi, retardasi
mental dan gangguan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam
menggunakan audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan
anak riwayat kejang.
Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment non randomized
pretest-posttest with control group design. Sampel penelitian berjumlah 30
responden ibu dengan anak riwayat kejang demam. Penelitian ini menggunakan
uji marginal homogeneity dan mc nemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan
dengan p value 0,001 dan sikap dengan p value 0,012. Pendidikan kesehatan
menggunakan audio visual dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu
dengan anak riwayat kejang demam karena menampilkan gerak, gambar dan suara
sehingga lebih menarik dan tidak monoton.

Kata Kunci: pendidikan kesehatan, audiovisual, pengetahuan, sikap, kejang


demam
Daftar Pustaka : 42 (2003-2012)

xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014

Muhammad Yusuf

The Effect of Health Education of The Ttreatment of Febrile Seizures Using


Audio Visual Devices On The Levels of Knowledge and Attitude of
Mothers With Children With History of
Febrile Seizures

ABSTRACT

A febrile seizure is the increase of body’s temperature above the normal


temperature more than 380C. It can have serious impacts such as neurological
deficit, epilepsy, mental retardation, and behavioral disorder. The objective of this
research is to investigate the effect of the health education administration of the
treatment of febrile seizures using audio visual devices on the levels of knowledge
and attitude of mothers with children with history of febrile seizures.
This research used the quasi experimental research method with the non
randomized pretest-posttest with control group design. The samples of the
research were 30 mothers with children with history of febrile seizures. The data
of the research were analyzed by using the marginal homogeneity test and the Mc
Nemar’s test.
The result of the research shows that there is a difference of knowledge as
indicated by the value of p = 0.001 and of attitude as signified by the value of p =
0.012. The health education using the audio visual devices can improve the levels
of knowledge and attitude of the mothers with children with history of febrile
seizures as they exhibit motions, images, and sounds so that such an education is
more interesting.

Keywords: Health education, audio visual, knowledge, attitude, and febrile


seizures
References: 42 (2003-2012)

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yang

tidak teratur dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan

pembatasan panas (Sodikin 2012). Kejang demam merupakan gangguan

transier pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini

merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada

anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Anak laki-laki lebih sering

menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat dibandingkan

anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak-anak mengalami satu kali

kekambuhan (Wong 2009).

Angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan di Eropa Barat

pada tahun 2004 berkisar antara 3%-4% (Brough dkk 2008). Angka kejadian

di Asia pada tahun 2004 dari seluruh kejang, 20% anak mengalami kejang

demam kompleks (Karimzadeh dalam Wardani 2012). Balita di Indonesia

16% diantaranya mengalami gangguan saraf dan otak seperti kejang-kejang,

gangguan pendengaran, kepala membesar dan lain-lain. (Depkes RI 2006).

Kejang demam sangat berhubungan dengan usia, hampir tidak pernah

ditemukan sebelum usia 6 bulan dan setelah 6 tahun (Hull 2008). Faktor

keturunan adalah salah satu faktor terbesar terjadinya kejang demam pada

anak (Wardani 2012). Kejang demam berulang terjadi pada 50% anak yang

1
2

menderita kejang demam pada usia kurang dari 1 tahun dan dapat

berkembang menjadi epilepsi (Behrman 2010). Risiko epilepsi dapat terjadi

setelah satu atau lebih kejang jenis apapun adalah 2% dan menjadi 4% bila

kejang berkepanjangan (Hull2008). Kejang demam dapat berdampak serius

seperti defisit neurologik, epilepsi, retradasi mental, atau perubahan perilaku

(Wong 2009). Penatalaksanaan pada anak saat mengalami kejang salah

satunya memposisikan miring dan tengadahkan kepala agar jalan nafas tetap

terjaga (Meadow 2005).

Pencegahan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran

orang tua khususnya ibu. Hasil penelitian penelitian terdahulu menunjukkan

bahwa 80% orang tua mempunyai fobia demam. Demam pada anak akan

membuat orang tua bingung karena anak cenderung rewel dan tidak bisa tidur

(Karnia 2007).

Hasil penelitian lain menunjukkan 57% orang tua takut saat anaknya

mengalami demam dan beranggapan anak akan mengalami kejang demam

(Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007). Orang tua memerlukan informasi

yang menenangkan mereka bahwa kejang demam bukan merupakan keadaan

yang sifatnya berbahaya dan anak tidak akan meninggal dunia pada saat

mengalami kejang demam. Pendidikan kesehatan mengenai cara melindungi

anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi

pada anak selama kejang demam perlu dilakukan agar orang tua tidak panik

dan kebingungan (Wong 2009). Tingkat pengetahuan orang tua yang berbeda

dapat mempengaruhi pencegahan kejang demam pada anak saat anak


3

mengalami demam tinggi (Riandita 2012). Kecemasan yang berlebih dari

orang tua disebabkan karena edukasi mereka tentang kejang demam yang

tidak memadai (Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007). Pengetahuan ibu

berpengaruh terhadap sikap ibu mengenai imunisasi ulang difteri-tetanus

(Purnama, eddy, nanan 2008).

Pendidikan kesehatan melalui media modul lebih efektif

meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan menggunakan media

ceramah, karena modul dapat memuat materi lebih lengkap dan lebih rinci

(Tana, Delima & Woro 2004). Perubahan pengetahuan pada pendidikan

kesehatanakan merangsang perubahan sikap (Dewi 2008). Kecemasan yang

berlebih dari orang tua disebabkan karena edukasi mereka tentang kejang

demam yang tidak memadai (Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 Desember 2013 di Desa

Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, orang tua bingung dan

panik saat anaknya mengalami kejang demam, orang tua khususnya ibu

hanya bisa menangis disamping anaknya. Orang tua belum mengetahui cara

penanganan kejang demam pada anak dan cenderung memberikan selimut

tebal ketika anak sudah mengalami demam tinggi.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu

dengan anak riwayat kejang demam.


4

1.2 Rumusan Masalah

Pengetahuan yang berbeda akan mempengaruhi penanganan kejang

demam, perubahan pengetahuan akan mempengaruhi perubahan sikap.

Pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual lebih mudah diterima

dan dipahami. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah

pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu

yang mempunyai anak dengan riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi,

Kecamatan Jenar, kabupaten Sragen?.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam

menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap

pada orang tua di Desa Kandngsapi Kecamataan Jenar Kabupatean

Sragen.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik orang tua yang mempunyai anak

dengan riwayat kejang demam kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.


5

2. Menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua

sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan

perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

3. Menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua

setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan

perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

4. Menjelaskan perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan

perlakuan di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi masyarakat desa Kandangsapi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

penanganan kejang demam dan dapat diaplikasikan oleh orang tua yang

memiliki anak dengan riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi,

Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen khususnya dan masyarakat umum.

1.4.2 Manfaat bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat dalam

memberikan pendidikan kesehatan dalam memberikan discarge planing

kepada orang tua dengan anak riwayat kejang demam.


6

1.4.3 Manfaat bagi institusi pendidikan

Diharap penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan intervensi

pada pendidikan kesehatan khususnya media pendidikan kesehatan

mengenai penatalaksanaan kejang demam.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain

Diharap hasil penelitian ini dapat lebih aplikatif, untuk penelitian

berikutnya dapat dilakukan penelitian berupa penggunaan media

pendidikan kesehatan, sehingga pilihan media pendidikan kesehatan akan

lebih bervariasi.

1.4.5 Manfaat bagi peneliti

Menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian

dan menambah pengetahuan tentang pendidikan kesehatan menggunakan

media audio visual.

1.5 Keaslian penelitian

Tabel 1.1: Keaslian penelitian

Nama
Judul penelitian Metode Hasil
peneliti
Kumboyono Perbedaan efek Desain penelitian Terdapat perbedaan
penyuluhan menggunakan efek penyuluhan
menggunakan quasi kesehatan
media cetak experimental menggunakan
dengan media dengan media cetak dengan
audio visual rancangan media audio visual
terhadap pretest-posttest terhadap
peningkatan design with peningkatan
pengetahuan comparison pengetahuan
pasien group. pasien tuberculosis.
tuberkulosis.
7

Nama Judul Metode Hasil


Nurr Pengaruh Desain penelitian Pendidikan
setiawati pendidikan menggunakan kesehatan sangat
dewi kesehatan quasi experiment efektif untuk
terhadap with control meningkatkan
perubahan group. pengetahuan dan
pengetahuan dan sikap .
sikap dalam
pencegahan
HIV/AIDS pada
pekerja seks
komersial

Tarigan, Pengetahuan, Penelitian Kecemasan yang


Chairul, sikap dan ini bersifat berlebihan dari
Syamsidah perilaku orang deskriptif yang orangtua
tua tentang menggambarkan disebabkan karena
demam dan tentang edukasi
pentingnya perilaku, sikap mereka tentang
edukasi oleh orang tua demam tidak
dokter terhadap demam memadai. Begitu
serta juga penanganan
perlunya edukasi dokter terhadap
dari dokter demam
pada anak sangat
bervariasi.
Diperlukan suatu
standar edukasi
tentang demam
untuk
dokter dan
orangtua.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Kejang Demam
2.1.1.1 Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau

anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat yang terjadi

pada suhu pada suhu lebih dari 380C (Pudiastuti 2011). Kejang

demam jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun, anak laki-laki sering

menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat lebih

sering dibandingkan danak permpuan (Wong 2009)

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda. Anak

dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C,

tetapi pada anak dengan ambang yang tinggi kejang baru akan terjadi

pada suhu 400C atau bahkan lebih. Kejang demam sering terjadi pada

anak dengan ambang kejang rendah (Sodikin 2012).

2.1.1.2 Klasifikasi

Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu; kejang demam

komplek dan kejang demam sederhana. Kejang demam komplek

adalah kejang demam yang berlangsung selama lebih dari 15 menit

dan berulang dalam waktu singkat. Kejang demam sederhana adalah

kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang

dalam 24 jam.

8
9

2.1.1.3 Penyebab kejang demam

Penyebab kejang demam masih belum dapat dipastikan. Pada

sebagian anak tingginya suhu tubuh menjadi faktor pencetus

terjadinya kejang demam (Wong 2009).

2.1.1.4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala kejang demam yaitu: Bola mata terbalik keatas,

demam tinggi lebih tinggi dari 380C, tubuh bergetar khususnya lengan

dan tungkai kaki, Kesulitan bernafas, tidak bisa mengontrol buang air

besar dan buang air kecil (Saubers 2011).

2.1.1.5 Dampak kejang demam

Kejang demam sifatnya tidak berbahaya, hampir 95% anak-anak

dengan kejang demam tidak mengalami epilepsi dan gangguan

neurologi. Serangan kejang demam yang berkelanjutan dapat

menyebabkan sedikit risiko seperti defisit neurologik, epilepsi,

retradasi mental, atau perubahan perilaku pada anak. sembilan puluh

persen anak-anak dengan kejang demam tidak akan mengalami

epilepsi atau kerusakan neurologik (Wong 2009).

2.1.1.6 Penatalaksanaan

1. Keperawatan

a. Saat serangan terjadi perhatikan jalan nafas, jika jalan nafas

tertutup segera buka jalan nafas.


10

b. Bila hal pertama sudah teratasi baringkan ditempat yang datar

untuk mencegah terjadinya pindahan posisi tubuh kearah

yang membahayakan

c. Atur posisi anak dengan posisi miring untuk mencegah

aspirasi.

d. Jangan memasang sudip lidah karena dapat menghambat

jalan nafas.

e. Singkirkan benda-benda berbahaya dari dekat anak.

f. Longgarkan pakaian untuk memberikan jalan nafas yang

adekuat bila terjadi distensi abdomen.

2. Medis

a. Jika kejang berlanjut dapat diberikan diazepam melalui IV

(Intra Vena),IM (Intra Muskular) atau rektal.

(Sodikin 2012).

2.1.1.7 Faktor yang mempengaruhi kejang demam

Seorang anak yang memiliki risiko kejang demam dipengaruhi

beberapa faktor, seperti adanya riwayat kejang tanpa demam dalam

keluarga, kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum

anak menderita kejang demam dan kejang yang berlangsung lama.

Seorang anak, jika memiliki dua dari tiga faktor risiko maka

dikemudian hari anak mengalami kejang tanpa demam sebesar 13%,

jika hanya ada satu atau tidak ada faktor risiko, serangan kejang tanpa

demam sebesar 2-3% (Sodikin 2012).


11

2.1.2 Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkatan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo 2012).

Perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain sesuai dengan tujuan

pendidikan yaitu: kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor). Domain tersebut dalam perkembangannya dimodifikasi

untuk hasil pendidikan kesehatan yaitu:

2.1.2.1 Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo 2003)

2. Tingkat pengetahuan

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada

sebelumnya.

b. Memahami

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang yang diketahui dan dapat

mengintepretasikan secara benar.


12

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d. Analisis

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan atau materi

atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi

masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu dengan yang lainnya.

e. Sintesis

Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

menilaian terhadap suatu objek tertentu.

(Notoatmodjo 2003).

3. Cara memperoleh pengetahuan

a. Cara tradisional

1) Cara coba salah

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan ini

tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

masalah dapat dipecahkan.


13

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan

masyarakat formal maupun informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang

empiris maupun pendapat sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masal lalu.

b. Cara modern

Cara ini disebut dengan metode ilmiah atau lebih populer

atau disebut metodologi penelitiandan akhirnya lahir suatu

cara untuk melakukan penelitian.

(Notoatmodjo 2003).

4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor internal.

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan dalam pembangunan.


14

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan semakin

mudah menerima informasi (Notoatmodjo 2003).

2) Pekerjaan.

Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarganya sedeangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu, bagi ibu-ibu

bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarganya (Wawan & Dewi 2011).

3) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Kepercayaan masyarakat orang yang lebih dewasa akan

diberkan kepercayaan lebih dari pada orang yang belum

tinggi kedewasaannya (Wawan & Dewi 2011).

4) Informasi

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa semua siswa di

SMA 1 Mojogedang mendapatkan informasi dari media

masa, orang tua, guru maupun teman. Informasi yang

diterima dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

(Putriani 2010).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan dibagi

menjadi dua yaitu:


15

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan dapat berpengaruh pada

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

(Wawan & Dewi 2011).

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dapat diketahui dan diintepretasikan dengan skala

yang bersifat kualitatif yaitu: baik (76%-100%), cukup (56%-

75%), dan kurang (> 56%) (Arikunto 2003).

2.1.2.2 Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan & Dewi 2011).

2. Komponen Sikap

a. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat


16

disamakan penanganan terutama apabila menyangkut

masalah isu atau problem yang kontroversial.

b. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikapyang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap

seseorang.

c. Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang yang

kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara

terentu.

(Wawan & Dewi 2011).

3. Tingkat Sikap

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan untuk

mengerjakan tugas yang diberikan.


17

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih

dengan segala risiko adalah yang mempunyai sikap paling

tinggi.

4. Faktor yang mempengaruhi sikap

a. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap

seseorang, lingkungan yang baik akan membentuk perilaku

yang baik sementaran lingkungan yang buruk akan

membentuk perilaku yang buruk. Contoh dari lingkungan

yaitu: rumah, pekerjaan, media, tradisi dan lain-lain.

b. Pengalaman sangat mempengaruhi sikap seseorang,

peristiwa-peristiwa sangat mempengaruhi pola pikir

seseorang seperti kesuksesan, kegagalan, kepahitan hidup,

penghinaan dan lain-lain.

c. Pendidikan bisa berupa pendidikan formal yaitu sekolah,

maupun pendidikan nonformal seperti pendidikan dari orang

tua berpengaruh pada sikap seseorang.

(Tjandra 2004).
18

2.1.3 Pendidikan kesehatan

2.1.3.1 Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah suatuproses untuk memampukan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga

mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo 2005).

2.1.3.2 Metode

1. Metode perorangan

Metode perorangan bersifat individu digunakan untuk membina

perlaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada

suatu perubahan perilaku.

2. Metode kelompok

Metode kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok besar

dan kelompok kecil. Kelompok besar adalah apabila peserta

penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Kelompok kecil adalah

apabila peserta kurang dari 15 orang.

3. Metode massa

Metode massa adalah metode yang penyampaian pesan ditujukan

kepada masyarakat umum dan tidak membedakan umur, jenis

kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan dan

sebagainya.

(Notoatmodjo 2003)
19

2.1.3.3 Alat bantu media

1. Alat bantu lihat (visual aids)

Alat bantu lihat berguna dalam membantu menstimulasi

indra penglihatan pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

Alat bantu lihat dibagi dua bentuk yaitu alat bantu yang

diproyeksikan dan alat bantu yang tidak diproyeksikan

(Notoatmodjo 2012).

2. Alat bantu dengar (audio aids)

Alat bantu dengar adalah alat yang membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian

bahan pendidikan/pengajaran, misalnya piringan hitam, radio, pita

suara dan lain-lain (Notoatmodjo 2012).

3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

Alat bantu audio visual adalah alat yang digunakan oleh

petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan

melalui alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, video cassette dan

DVD. Indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan

kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-87% pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata sedangkan 13%-25% lainnya

tersalur melalui indra yang lain (Notoatmodjo 2012).

Media audio visual dapat merangsang hasil belajar yang

lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali

(Rahmawati, Toto & ira 2007). Pendidikan kesehatan


20

menggunakan media audio visual informasi yang disampaikan

berupa gambar dan suara yang bisa diterima dua indra sekaligus

antara penglihatan dan pendengaran sehingga lebih menarik

perhatian dan meningkatkan antusiasme masyarakat untuk

mendapatkan informasi (Kumboyono 2011). Penerimaan pesan

melalui alat visual lebih mudah diterima dibandingkan dengan

kata-kata dan tulisan (Notoatmodjo 2012).

2.1.3.4 Manfaat alat bantu

Manfaat alat bantu dalam memberikan pendidikan kesehatan yaitu:

menimbulkan minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang lebih

banyak, membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam

pemahaman, mempermudah penerimaan informasi oleh

sasaran/masyarakat, mendorong keinginan orang untuk mengetahui,

kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapat pengertian yang

lebih baik, membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

(Notoatmodjo 2012).
21

2.2 Kerangka Teori

Anak kejang demam

Penatalaksanaan keperawatan Penatalaksanaan medis

1. Buka jalan nafas Diberikan diazepam melalui


2. Baringkan ditempat yang intra vena, intra muskular
datar atau rektal.
3. Atur posisi anak dengan
posisi miring
4. Jangan memasang sundip
lidah.
Dengan dengan
5. Singkirkan benda-benda dengan media media
berbahaya dari dekat anak. media visual aids audio aids
6. Longgarkan pakaian. audiovisual

Dampak

1. Defisitt
neurologik
2. Epilepsi Pendidikan kesehatan
3. Retradasi 1. Pendidikan
mental 2. Pekerjaan
3. Umur
4. Budaya Pengetahuan Sikap Orang
5. Lingkungan orang tua tua
6. Pengalaman
7. Informasi

Skema 2.1 : kerangka teori

(Meadow & Simon 2005, Notoatmodjo 2003, Tjandra 2004, wawan & Dewi 2012,Wong 2009)
22

2.3 Kerangka Konsep

Variabel dependen
Pengetahuan orang tua
dengan anak riwayat
Variabel independen
kejang demam
Pendidikan kesehatan media
audio visual
Variabel dependen
Sikap orang tua
dengan anak riwayat
kejang demam

Variabel perancu

1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur

Skema 2.2: Kerangka konsep


23

2.4 Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kejang demam

menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan

sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam.

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kejang demam

menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan

sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam.


BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan disain quasy experiment non randomized pretest-

posttest with control group design. Rancangan ini mirip dengan eksperimen

ulang, hanya saja pembagian subjek dalam kelompok tidak dilakukan secara

acak.

Tabel 3.1: Rancangan penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

A O X OX-A

B O Y OX-B

Keterangan:

A : Kelompok perlakuan

B : Kelompok kontrol

O : Tingkat pengetahuan dan sikap sebelum diberi perlakuan

Y : Tidak mendapatkan perlakuan pendidikaan kesehatan

menggunakan media audiovisual

X : Pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual

OX(A+B) :Tingkat pengetahuan dan sikap setelah diberi perlakuan

24
25

3.2 Populasi dan sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak

riwayat kejang demam di desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten

Sragen dengan jumlah 30.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini adalah orang tua

dengan anak riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi, Kecamatan

Jenar, Kabupaten Sragen dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Mampu berbahasa Indonesia

2. Orang tua dengan anak riwayat kejang demam usia <5 tahun

Kriteria eksklusi orang tua dengan anak riwayat kejang demam dengan:

1. Mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability

sampling dengan jenis sampel jenuh yaitu penentuan sampel dengan

mengambil semua anggota populasi sebagai sampel. Lima belas sampel

untuk kelompok kontrol dan lima belas sampel kelompok perlakuan,

pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah dibuat.
26

3.3 Tempat dan waktu penelitian

3.3.1 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar,

Kabupaten Sragen.

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 bulan, pengambilan data dilakukan pada

tanggal 14 April 2014 sampai dengan tanggal 14 Mei 2014.

3.4 Variabel penelitian, definisi operasional, dan skala pengukuran

Tabel 3.2: Variabel penelitian, definisi operasional, skala pengukuran


Alat
Variabel Definisi Indikator Skala data
ukur
Variabel Media pendidikan Kuesio 1. yang Nominal
independen kesehatan yang ner diberikan
Pendidikan menyajikan informasi pendidikan
kesehatan media dalam bentuk audio
kesehatan
audio visual visual.
tentang menggunaka
penanganan n media
kejang demam audio visual
2. yang tidak
diberikan
pendidikan
kesehatan
menggunaka
n media
audio visual.
27

Alat
Variabel Definisi Indikator Skala data
ukur
Variabel dependen
Tingkat Hasil dari orang tua Kuesio Penilaian Ordinal
pengetahuan menjawab kuesioner. ner dilakukan
dengan cara
jumlah jawaban
benar dibagi
jumlah soal
dikali 100.
Baik : >76
Cukup: 56-75
Kurang: <56
Sikap Respon orang tua Kuesio Pre test Nominal
setelah diberikan ner Perlakuan
pendidikan kesehatan 1. Sikap positif
tentang kejang demam >37,26
menggunakan media 2. Sikap negatif
audio visual. <37,26
Kontrol
1. Sikap positif
>36,73
2. Sikap negatif
<36,73

Post test
Perlakuan
1. Sikap positif
>47,93
2. Sikap negatif
<47,93
Kontrol
1. Sikap positif
>37,06
2. Sikap negatif
<37,06

Variabel
Perancu
Sekolah formal yang Kuesio 1. Tidak Ordinal
Pendidikan, telah diikuti dan telah ner sekolah
memiliki tanda bukti 2. SD
lulus dari instansi 3. SMP
resmi yang terkait. 4. SMA
5. Perguruan
tinggi
28

Alat
Variabel Definisi Indikator Skala data
ukur
Pekerjaan Kesibukan yang kuesion 1. Pegawai/ Nominal
dilakukan orang tua er karyawan
yang dilakukan setiap 2. Wiraswasta
hari. 3. Ibu rumah
tangga
Umur Usia responden Kuesio 1. 19 tahun- 23 Ordinal
dihitung berdasarkan ner tahun
ulang tahun terakhir 2. 24 tahun- 27
yang telah dijalani tahum
saat penelitian 3. 28 tahun- 31
tahun

3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data

3.5.1 Alat penelitian

Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

kuesioner pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh peneliti dan alat bantu

audio visual seperti laptop dan speaker aktif untuk kelompok perlakuan

dan untuk kelompok kontrol menggunakan lembar kuesioner yang dibuat

oleh peneliti dan leaflet. Kuesioner pengetahuan berisi 13 pertanyaan,

pernyataan positif dengan jumlah 10 dan negatif 3. Pernyataan positif

diberikan nilai 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan pernyataan negatif

diberikan nilai 1 jika salah dan nilai 0 jika benar. Pertanyaan valid adalah

soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19 dan 20. Kuesioner sikap

berisi pernyataan positif semua dengan jumlah pernyataan sebanyak 14

pernyataan valid yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, dan

20.
29

3.5.2 Cara pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan mendatangi satu per satu responden

kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil pre test tingkat pengetahuan pada

kelompok perlakuan didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 3 responden, cukup 10 responden dan baik 2 responden,

sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan ibu dengan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 10 responden, cukup 5 responden dan baik

tidak ada. Hasil post test tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan

didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang tidak ada,

cukup 1 responden dan baik sebanyak 14 responden, sedangkan pada

kelompok kontrol didapatkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 9 responden, cukup 6 responden dan kurang tidak ada.

Hasil pre test sikap responden pada kelompok perlakuan dikatakan

positif jika skor total lebih dari 37,26 dan dikatakan negatif jika skor total

kurang dari 37,26, sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan sikap

positif jika skor total lebih dari 36,73 dan dikatakan negatif jika kurang

dari 36,73. Hasil post test sikap responden pada kelompok perlakuan

dikatakan positif jika skor total lebih dari 47,93 dan dikatakan negatif jika

skor total kurang dari 47,93, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan

sikap positif jika skor total lebih dari 37,06 dan dikatakan negatif jika

kurang dari 37,06.


30

3.6 Mengukur validitas dan reliabilitas instrumen

3.6.1 Validitas

Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah itu

diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks

korelasi. Untuk tα = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel

berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji

validitas dilakukan di Desa Dawung Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen

dengan menggunakan 30 responden.

Rumus Pearson product moment:

݊ሺߑ‫ݕݔ‬ሻି ሺσ‫ݔ‬ሻǤ ሺσ‫ݕ‬ሻ


‫ݎ‬௛௜௧௨௡௚ ൌ
ඥሺ݊Ǥ ߑ‫ ݔ‬ଶ െ ሺσ‫ݔ‬ሻଶ ሻǤ ሺ݊Ǥ ߑ‫ ݕ‬ଶ െ ሺߑ‫ݕ‬ሻଶ ሻ

‡–‡”ƒ‰ƒǣ

‫ݎ‬௛௜௧௨௡௚ ൌ koefisien korelasi

ߑ‫ݔ‬ = jumlah skor item

ߑy = jumlah skor total item

n = jumlah responden

berdasarkan pengujian pertanyaan pengetahuan dan sikap, dari 20

pertanyaan pengetahuan 13 pertanyaan valid dengan nilai r>0,361.

Pertanyaan valid adalah soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19

dan 20. Pengujian pertanyaan sikap didapatkan hasil dari 20 pertanyaan

sikap 14 diantaranya valid dengan nilai r>0,361. Pertanyaan sikap yang

valid adalah pada nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 20.
31

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah alat ukur dapat digunakan

atau tidak. Uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbach’s alpha. Uji

Cronbach’s alpha dapat digunakan pada tes yang respon terhadap item

yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1) maupun terhadap item skor

bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4) (Azwar 2012). Kuesioner

dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7 (Priyanto 2012).

Rumus Cronbach’s Alpha :

௞ ఙమ
‫ݎ‬ଵଵ ൌ  ቀ௞ିଵቁ ൬ͳ െ σఙ೟ మ ൰

Keterangan:

‫ݎ‬ଵଵ = Reliabilitas instrumen

ߪ௧ଶ = Jumlah varians butir

σߪ௜ଶ = Varian total

‫ܭ‬ = banyaknya soal

Hasil uji validitas kemudian diuji reliabilitas menggunakan Cronbach’s

Alpha. Pertanyaan yang tidak valid tidak diuji validitas dan hanya

pertanyaan yang valid yang diuji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas pada

pertanyaan pengetahuan dengan jumlah 13 pertanyaan didapatkan nilai

Cronbach’s Alpha 0,938 dan pertanyaan sikap dengan jumlah 14

pertanyaan didapatkkan nilai Cronbach’s Alpha 0,919 yang berarti

kuesioner layak untuk digunakan.


32

3.7 Teknik pengolahan data dan analisa data

3.7.1 Editing

Editing merupakan langkah untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang telah diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul (Hidayat 2007).

3.7.2 Coding

Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku

(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

kode dari suatu variabel. Kode diberikan pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontol (Hidayat 2007). Tingkat pengetahuan diberkan kode 1

jika baik, 2 jika cukup dan 3 jika kurang, sedangkan untuk sikap diberikan

kode 1 jika sikap positif dan 2 jika sikap negatif.

3.7.3 Entri Data

Data entri merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan tabel kontigensi

(Hidayat 2007). Data yang sudah dimasukkan dalam komputer kemudian

didistribusikan dalam bentuk frekuensi dan prosentase untuk pendidikan,

umur dan pekerjaan. Sedangkan perbedaan pre test dan post test

didistribusikan dalam bentuk tabel.


33

3.7.4 Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis. Penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan

statistik deskriptif. Sedangakan analisis analitik akan menggunakan

statistika inferensial (Hidayat 2012). Tingkat pengetahuan,umur, dan

pekerjaan dianalisa menggunakan analisis deskriptif sedangkan analisis

inferensial untuk menganalisis perbedaan kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol dan pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan

kejang demam sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan antara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

3.7.4.1 Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan variabel pengetahuan,

sikap dan variabel perancu yang meliputi pendidikan, umur dan pekerjaan

(Saryono 2013). Variabel pendidikan, pekerjaan dan umur dijelaskan

menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi.

3.7.4.2 Analisa bivariat

Uji chi square dilakukan untuk mengetahui perbedaan pre test dan

post test pengetahuan dan sikap kelompok kontrol dan perlakuan. Uji chi

square tidak memenuhi syarat karena nilai expected count lebih dari 5

kurang dari 50% sehingga dilakukan uji alternatif. Uji kolmogorov

smirnov adaah uji alternatif chi square yang digunakan untuk menguji

perbedaan pengetahuan pre test dan post test kelompok kontrol dan
34

perlakuan. Sama dengan kolmogorov smirnov uji fisher adalah uji

alternatif chi square yang digunakan untuk menguji perbedaan pre test dan

post test sikap kelompok kontrol dan perlakuan

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara dua

variabel. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon/marginal homogenity

untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan,

uji wilcoxon/marginal homogenity digunakan untuk menguji hipotesis

komparatif kategorik berpasangan dengan membagi menjadi 3 tingkatan,

yaitu baik, cukup, dan kurang. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

sikap menggunakan uji mc nemar. Uji mc nemar digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif kategorik berpasangan dengan pengelompokan positif

dan negatif (Dahlan 2008).

3.8 Etika penelitian

Hampir 90% subjek yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah

manusia, maka penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian.

Secara umum prinsip etika dalam penelitian dibagi menjadi tiga (Nursalam

2011), yaitu:

3.8.1 Prinsip manfaat

1. Bebas dari penderitaan

penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.


35

2. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,

tidak dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam

bentuk apapun.

3. Risiko (benefits ratio)

Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiaptindakan.

3.8.2 Prinsip menghargai hak asasi manusia

1. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

subjek mempunyai hak untuk memutuskan bersedia menjadi subjek

atau tidak, tanpa adanya sangsi apa pun.

2. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

3. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk menolak

berpartisipasi menjadi responden. Pada informed consent juga perlu

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk pengembangan ilmu.


36

3.8.3 Prinsip keadilan

1. Hak jaga kerahasiaannya (right to privacy)

subjek mempunyai hakuntuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).

2. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tdak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan

dan sikap. Variabel pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan dan umur

dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau

proporsi.

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur


Kontrol Perlakuan Total
Variabel (n=15) (n=15) (n=30)
F % F % F %
Umur
19-23 Tahun 2 13,3 1 6,7 3 10
24-27 tahun 7 46,7 9 6,0 16 53,3
18-31 Tahun 6 40,0 5 33,3 11 36,7
Total 15 100 15 100 30 100

Sebagian besar rerata umur responden adalah 24-27 tahun yaitu sebanyak

53,3%.

37
38

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut pekerjaan dan pendidikan


Kontrol Perlakuan Total
Variabel (n=15) (n=15) (n=30)
F % F % F %
1. Pekerjaan
Ibu rumah
5 33,3 6 40 11 36,7
tangga
Wiraswasta 6 40,0 9 60 15 50,0
Pegawai 4 26,7 0 0 4 13,3
Total 15 100 15 100 30 100
2. Pendidikan
Tidak sekolah 0 0 0 0 0
SD 0 0 0 0 0 0
SMP 8 46,7 6 40 14 46,7
SMA 7 53,3 8 53,3 15 506
Perguruan tinggi 0 0 1 6,7 1 3,3
Total 15 100 15 100 30 100

Hasil analisa yang didapatkan, dari 30 responden sebagian besar bekerja

wiraswasta yaitu sebanyak 50%. Dari tingkat pendidikan responden

didapatkan sebanyak 50% berpendidikan SMA.

4.2 Analisa Bivariat

4.2.1 Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Penatalaksanaan Kejang Demam

Sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam sebelum

dilakukan pendidkan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan

sebagai berikut:
39

\Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol
Kontrol Perlakuan
Variabel P Value
F % F %
Pengetahuan
Baik 0 0 2 13,3
Cukup 5 33,3 10 66,7 0,998
Kurang 10 66,7 3 20
Total 15 100 15 100
Sikap
Positif 7 46,7 5 66,7
0,608
Negatif 8 53,3 10 33,3
15 100 15 100

Analisa pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada

kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan p value 0,998 (p>0,05) yang

berarti tidak terdapat perbedaan pada tingkat pengetahuan sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.

Hasil analisa sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan didapatkan p

value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan sikap sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.


40

4.2.2 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam setelah

dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan

Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam
setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol
Kontrol Perlakuan
Variabel P Value
F % F %
Pengetahuan
Baik 0 0 14 93,3
Cukup 6 40 1 6,7 0,398
Kurang 9 60 0 0
Total 15 100 15 100
Sikap
Positif 9 60 14 93,3
0,400
Negatif 6 40 1 6,7
Total 15 100 15 100

Hasil analisa pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada

kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan p value0,398 (p>0,05) yang

berarti terdapat perbedaan tingkat pengetahuan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil analisa

sikap setelah dilakukan pendidikan kesehatan didapatkan p value 0,400

(p>0,05) yang berarti terdapat perbedaan sikap setelah dilakukan

pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.


41

4.2.3 Perbedaan pengetahuan pada kelompok perlakuan

Tabel 4.5 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok perlakuan
Pengetahuan sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Baik Cukup Kurang
Pengetahuan sebelum Baik 2 0 0 2
pendidikan kesehatan Cukup 10 0 0 10 0,001
Kurang 2 1 0 3
Total 14 1 0 15

Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah cukup sedangkan rerata setelah

dilalukan pendidikan kesehatan adalah baik. Hasl uji statistik

menggunakan uji marginal homogeniety didapatkan p=0,001(p<0,05)

yang berarti terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan.

4.2.4 Perbedaan sikap pada kelompok perlakuan

Tabel 4.6 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok perlakuan
Sikap sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Positif Negatif
Sikap sebelum pendidikan
Positif 4 1 5
kesehatan 0,012
Negatif 10 0 10
Total 14 1 15

Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata sikap responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah negatif sedangkan rata-rata setelah

dilalukan pendidikan kesehatan adalah positif. Hasil uji statistik

menggunakan uji mc nemar didapatkan p=0,012 (p<0,05) yang berarti


42

terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan.

4.2.5 Perbedaan pengetahuan pada kelompok kontrol

Tabel 4.7 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan anak


dengan kejang demam pada kelompok perlakuan
Pengetahuan sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Baik Cukup Kurang
Pengetahuan sebelum Baik 0 0 0 0
pendidikan kesehatan Cukup 0 4 1 5 0,564
Kurang 0 2 8 10
Total 0 6 9 15

Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah kurang sedangkan rata-rata setelah

dilalukan pendidikan kesehatan adalah kurang. Hasil uji statistik

menggunakan uji marginal homogeniety didapatkan p=0,564 (p>0,05)

yang berarti tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

4.2.6 Perbedaan sikap pada kelompok kontrol

Tabel 4.8 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok kontrol
Sikap sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Positif Negatif
Sikap sebelum pendidikan
Positif 5 2 7
kesehatan 1,000
Negatif 1 7 8
Total 6 9 15

Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata responden sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah negatif sedangkan rata-rata setelah

dilalukan pendidikan kesehatan adalah negatif. Hasil uji statistik


43

menggunakan uji mc nemar didapatkan p=1,000 (p>0,05) yang berarti

tidak terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Usia

Sebagian besar usia ibu di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar

Kabupaten Sragen adalah 24-27 tahun. Usia seseorang akan

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi

yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola

pikir seseorang semakin berkembang (Notoatmodjo 2003). Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi 2011).

5.1.2 Pendidikan

Hasil analisa yang didapat sebagian besar ibu di Desa

Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen berpendidikan SMA

sebanyak 50% dengan jumlah sebanyak 15 responden. Rata-rata tingkat

pendidikan ibu cukup, tetapi beda selisih dengan pendidikan SMP tidak

banyak. Salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang

adalah adalah tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang lebih

tinggi akan lebih mudah mendapatkan informasi dan menerima hal-hal

baru yang berpengaruh pada sikap positif (Herijulianti 2003).

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan.

Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar,

44
45

semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap

informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah umtuk menerima

informasi. Orang dengan pendidikan rendah cenderung pasif dalam

mencari informasi bisa disebabkan karena kemampuannya yang terbatas

dalam memahami informasi atau karena kesadaran pentingnya informasi

yang masih rendah (Notoatmodjo 2005).

5.1.3 Pekerjaan

Hasil analisa yang didapat sebagian besar ibu di Desa

Kandangsapi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen bekerja wiraswasta

sebanyak 50%. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman baik secara langsung maupun tidak

langsung (Mubarak 2007). Selain itu adanya pengalaman, interaksi dengan

lingkungan serta informasi dari media massa dan elektronik akan

membantu seseorang mendapatkan informasi yang akan mempengaruhi

pengetahuan dan sikap menjadi lebih baik (Sulisdiana 2011).

5.2 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan

Hasil analisa pengetahuan yang didapat diketahui bahwa p value 0,998

(<0,05). Hasil tersebut berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini dikerenakan

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persamaan pengetahuan antara

kedua kelompok yaitu rata-rata pendidikan kelompok perlakuan dengan rata-


46

rata tingkat pendidikan kelompok kontrol. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi, sehingga

akan semakin mudah untuk menerima informasi (Notoatmodjo 2012). Selain

itu informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan ibu, informasi tersebut

dapat berupa media cetak, elektronik, dan sosialisasi dari petugas kesehatan

(Notoatmodjo 2003).

5.3 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan

Hasil analisa sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan diketahui

bahwa nilai p value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Ini berarti bahwa terdapat

kesamaan sikap antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi sikap kedua kelompok adalah pengalaman,

pendidikan, pekerjaan, usia dan informasi yang didapatkan ibu sehingga

berpengaruh pada sikap (Tjandra 2004; Wawan & Dewi 2011).

5.4 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam setelah

dilakukan pendidikan kesehatan

Hasil analisa dapatkan hasil nilai p value 0,398 (>0,05) pada pengetahuan

ibu pada kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil tersebut berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Hasil tersebut dikarenakan


47

dari beberapa faktor seperti informasi yang didapatkan bisa dari media massa

dan elektronik atau informasi yang diterima dari tenaga kesehatan (Tjandra

2004). Banyak media elektronik dengan harga murah dan menyediakan fitur

internet yang bisa diakses oleh siapapun sehingga mendapatkan informasi

yang dibutuhan. Selain itu acara televisi seperti talk show dengan mengundang

pakar yang bisa dilihat dipedesaan maupun perkotaan sehingga informasi

dapat disampaikan dengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya lebih

5.5 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam setelah dilakukan

pendidikan kesehatan

Perbedaan sikap antara kelompok kontrol dan pengetahuan diketahui p

value 0,400 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap antara

kelompok kontrol dan perlakuan. Faktor yang mempengaruhi sikap kedua

kelompok adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, agama, dan faktor emosional

dan pendidikan non formal maupun formal (Azwar 2011, Tjandra 2004).

Tidak semua informasi dapat mempengaruhi sikap. Informasi yang dapat

mempengaruhi sikap sangat tergantung pada isi, sumber, dan media informasi

yang bersangkutan. Dilihat dari segi isi informasi, bahwa informasi yang

menumbuhkan dan mengembangkan sikap adalah berisi pesan yang bersifat

persuasif. Dalam pengertian, pesan yang disampaikan dalam proses

komunikasi haruslah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keyakinan

sasaran didik (Simamora 2009).


48

5.6 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

perlakuan

Kelompok perlakuan memiliki 66,7% berpengetahuan cukup dan setelah

dilakukan pendidikan kesehatan 93,3% memiliki pengetahuan baik. Perbedaan

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan meningkat

26,6%. Peningkatan pengetahuan ini menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam pada kelompok

perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan p

value 0,001(p<0,05). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kumboyono (2011) terdapat perbedaan efek penyuluhan

kesehatan menggunakan media cetak dengan media audio visual terhadap

peningkatan pengetahuan pasien tuberkulosis.

Indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah

mata. Kurang lebih 75%-87% pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

sedangkan 13%-25% lainnya tersalur melalui indra yang lain. Media

seharusnya mampu merangsang atau memasukkan informasi melalui indera,

semakin banyak yang dirangsang maka masuknya informasi akan semakin

mudah. Media audiovisual memberikan rangsangan melalui mata dan telinga.

Perpaduan saluran informasi melalui mata yang mencapai 87% dan telinga

25% akan memberikan rangsangan yang cukup baik sehingga dapat

memberikan hasil yang optimal (Notoatmodjo 2012). Informasi yang

disampaikan berupa gambar dan suara bisa diterima kedua indera sekaligus
49

antara penglihatan dan pendengaran sehingga lebih menarik perhatian dan

meningkatkan antusiasme msyarakat untuk mendapatkan informasi

(Kumboyono 2011).

Pemilhan audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan dapat diterima

dengan baik oleh responden, media ini menampilkan gerak, gambar dan suara

sehingga lebih menarik dan tidak monoton. Penelitian yang mendukung

menunjukkan terdapat perbedaan antara metode ceramah dengan

menggunakan filpchart dan pemutaran video dalam meningkatkan

pengetahuan dan sikap terhadap IMD (Zulkarnain dkk 2009). Penelitian lain

yang mendukung adalah terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

dengan media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam

penatalaksanaan balita dengan diare (Kapti 2010).

5.7 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok perlakuan

Kelompok perlakuan memiliki rata-rata sikap negatif sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan yaitu sebesar 66,7% dan 93,3% setelah diberikan

pendidikan kesehatan. Perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan meningkat 26,6%. Peningkatan sikap ini menunjukkan

adanya perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang

demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan p value 0,012(p<0,05).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati

(2007) yang menggunakan media video sebagai media penyuluhan kesehatan.


50

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan pengetahuan dan

sikap ibu balita gizi kurang dan buruk. Penelitian lain yang mendukung adalah

terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah dilakukan penyluhan

menggunakan media video dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

hamil terhadap IMD (Zulkarnain dkk 2009).

Perubahan sikap dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu: sumber pesan,

isi pesan dan penerima pesan. Sumber pesan dapat berasal dari seseorang,

kelompok, institusi yang dapat dipercaya oleh penerima pesan, semakin

percaya dengan orang yang mengirim pesan maka semakin mudah untuk

dipengaruhi pemberi pesan. Isi pesan biasanya berupa tulisan, kata-kata,

simbol dan gambar. Sebagai contoh video adalah gabungan dari kata-kata,

tulisan, dan gambar yang disajikan dalam bentuk gerak sehingga pesan dapat

mudah diterima karena lebih menarik dan tidak monoton. Penerima pesan,

sifat dan kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya

seseorang untuk dibujuk. Orang dengan pendidikan rendah lebih mudah

dipengaruhi dari pada yang berpendidikan tinggi. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi sikap adalah pengalaman, pengalaman personal yang langsung

dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat dari pada pengalaman tidak

langsung (Wawan & Dewi 2011).


51

5.8 Perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam kelompok

kontrol

Hasil analisa didapatkan kelompok kontrol memiliki 66,7% pengetahuan

kurang dan setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki 60%

pengetahuan kurang. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan meningkat 6,7%. Peningkatan pengetahuan ini tidak

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pengetahuan ibu tentang

penanganan kejang demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan p value 0,564(p>0,05). Leaflet media yang

berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan pada kedua belah

sisi serta dapat dilipat sehingga praktis dan mudah dibawa, tetapi media ini

hanya dapat diulang-ulang pemahamannya dan tidak memiliki efek gerak dan

suara (simamora 2009). Berbeda dengan media audiovisula, leaflet hanya bisa

diterima satu indera yaitu penglihatan sedangkan audiovisual mampu diterima

oleh indera penglihatan dan pendengaran. Indera yang paling banyak

menyelurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-85%

pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata sedangkan 13%-25% lainnya

tersalur melalui indera yang lain (Notoatmodjo 2012). Penerimaan

pengetahuan kelompok kontrol lebih sedikit yaitu sebesar 6,7% berbeda

dengan kelompok kontrol yang mampu meningkatkan pengetahuan sebesar

26,6% . Perbedaan tersebut dikarenakan penggunaan media dalam penyuluhan

kesehatan yang mana kelompok media cetak, responden terlihat pasif karena

kurang menarik, sedangkan kelompok media audio visual lebih


52

memperhatikan karena lebih menarik (kumboyono 2011). Kelemahan

terbesarnya dibandingkan media elektronik adalah kurang dapat menciptakan

stimulasi efek suara maupun efek gerak (audio visual). Kelemahan lain adalah

mudah terlipat dan rentan terhadap air jika dipasang di luar ruangan (Ilmas

2011).

5.9 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok kontrol

Kelompok perlakuan memiliki rata-rata sikap positif sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan yaitu sebesar 46,7% dan 60% setelah diberikan

pendidikan kesehatan. Perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan meningkat 13,3%. Peningkatan sikap ini menunjukkan

tidak ada perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang

demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan p value 1,000 (p<0,05). Peningkatan sikap pada kelompok kontrol

lebih sedikit dibangingkan peningkatan sikap pada kelompok perlakuan. Hal

ini dipengaruhi dengan penggunaan media. Penggunaan media leaflet dirasa

kurang menarik karena tidak mempunyai efek visual dan cenderung

membosankan. Seseorang belajar sangat sedikit ketika mereka

mendengarkan atau melihat saja, tetapi mereka belajar sedikit lebih ketika

melihat dan mendengar apa yang mereka harus pelajari (Efendi&makhfudli

2009).

Selain itu leaflet merupakan cara yang tidak memadai dalam mendorong

perubahan prilaku atau sikap. Leaflet dapat menimbulkan kesadaran akan


53

suatu persoalan umum tetapi tidak akan mengakibatkan perubahan kerana

orang yang membacanya tidak akan mengingat pesan tersebut dengan

lingkungan pribadi mereka sendiri (Gibney dkk 2009). Media leaflet berisi

gagasan mengenai pokok persoalan secara langsung dan memaparkan cara

melakukan tindakan secara ringkas dan lugas. Leaflet sangat efektif untuk

menyampaikan pesan singkat dan padat dan ukuran kecil dan mudah dibawa

(Simamora 2009).

5.10 Keterbatasan penelitian

Kesulitan pada penelitian ini terletak pada pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden satu per satu

dengan jumlah sebanyak 30 responden. Hal itu dikarenakan luasnya wilayah

yang diteliti oleh peneliti dan kesibukan masing-masing responden sehingga

tidak mungkin untuk di kumpulkan dalam satu tempat. Penelitian selanjutnya

bisa mengambil responden di rumah sakit sehingga tidak menyulitkan peneliti.

Kelemahan pada responden adalah kurang kondusifnya lingkungan ruangan.

Hal ini dikarenakan rumah responden tidak memiliki ruangan khusus untuk

dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan audio visual sehingga

penyampaian pendidikan kesehatan kurang maksimal.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

6.1.1 Karakteristik usia ibu dengan anak riwayat kejang demam berusia 27-24

tahun sebagan besar peerjaan ibu dengan anak riwayat kejang demam

adalah swasta dan rata-rata tingkat pendidikan ibu dengan anak riwayat

kejang demam adalah SMA.

6.1.2 Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang

penanganan kejang demam sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

antara kelompok kontrol dan perlakuan.

6.1.3 Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang

penanganan kejang demam setelah dilakukan pendidikan kesehatan antara

kelompok kontrol dan perlakuan.

6.1.4 Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penanganan

kejang demam sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada

kelompok perlakuan; sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat

perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penanganan kejang

demam sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

54
55

6.2 Saran

6.2.1 Masyarakat

Masyarakat dapat memberikan gambaran dan mengaplikasikan

penanganan kejang demam secara benar serta dapat memberikan informasi

kepada tetangga atau orang lain tentang penanganan anak dengan kejang

demam.

6.2.2 Pelayanan kesehatan

Perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lain dapat menggunakan media

penyuluhan kesehatan berupa audiovisual dalam kegiatan pendidikan

kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak baik di tingkat

puskesmas maupun Rumah Sakit.

6.2.3 Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam materi tentang media

pendidikan kesehatan sehingga meningkatkan praktikum tentang

pendidikan kesehatan dengan berbagai jenis media dan pembuatan media

yang sesuai dengan sasaran penyuluhan.

6.2.4 Peneliti lain

Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan mengubah

metode penelitian. Misalnya membandingkan efektifitas pendidikan

kesehatan dengan menggunakan audio visual dan pendidikan kesehatan

dengan demonstrasi, sehingga masyarakat tidak hanya melihat dan

mendengarkan tetapi juga dapat mempraktekkannya sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, RE & RM, Kliegman 2010, Nelson esensi pediatri edisi 4, EGC,
Jakarta.

Brough, H dkk 2008, Rujukan cepat pediatric & Kesehatan anak, EGC, Jakarta.

Dahlan, M.S 2008, Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5, Salemba
medika, Jakarta.

Depkes 2006, 16 persen balita di indonesia alami gangguan perkembangan saraf,


diakses 11 Novenber 2013 < http://www.depkes.go.id/index.php.>.

Dewi, NS 2008,’Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan


dan sikap dalam mencegah HIV/AIDS pada pekerja seks komersial’,
Media Ners, Vol. 2, No. 1, Hal 15-22, diakses 12 Desember 2013,
<http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article>.

Efendi, F & Makhfudli, Keperawatan kesehatan komunitas, Salemba Medika,


Jakarta

Gibney, M.J dkk 2009, Gizi kesehatan msayarakat, EGC, Jakarta.

Herjajulianti, E dkk 2003, Pendidikan kesehatan gigi, EGC, Jakarta.

Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba
medika, Jakarta.
Hull, D & Joohnston DI 2008, Dasar-dasar pediatri.edisi 3, EGC, Jakarta.

Ilmas, T.H.A 2011.’ Kesesuaian media promosi kesehatan penyakit tropis


demam berdarah oleh dinas kesehatan surabaya’, Jurnal Promkes,vol.1.
No.2.
Indonesiatvshow 2013, dr oz indonesia eps pertolongan kejang demam anak.
Video, diakses 1 maret 2014, http://www.youtube.com/watch?v=uY0HCjfl6Rk.

Karnia, N 2007,’Penatalaksanaan demam pada anak’, diseminarkan pada siang


klinik penanganan kejang pada anak, Bandung, 12 Februari 2007, diakses
20 November 2013 http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/02
Kapti, E.R 2010,’efektifitas audiovisual sebagai media penyuluhan Kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan dan Sikap ibu dalam tatalaksana balita
dengan diare Di dua rumah sakit kota malang’, tesis, Universitas Indonesia,
Depok.

Kumboyono 2011, ’Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media


Cetak dengan media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan
Pasien Tuberkulosis’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol. 7,
No. 1, Hal 9-25. diakses 25 November 2013 <
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/>.
Meadow, R & Simon Nl 2005, Lecture notes pediatrika, Erlangga, Jakarta.
Mubarak, W.I 2007, Promosi Kesehatan, Graha ilmu, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S 2003, Ilmu kesehatan masyarakat, Rineka cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S 2005, Promosi kesehatan teori dan aplikasi, Rineka cipta,


Jakarta.
Notoatmodjo, S 2012, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, Rineka cipta,
Jakarta.
Nursalam 2011, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan, Salemba
medika, Jakarta.
Priyatno, D 2012, Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan
spss, Penerbit gava media, Yogyakarta.
Pudiastuti, RD 2011, Waspasai penyakit pada anak, Indeks, Jakarta.

Purnama, Y, Eddy F, Nanan S 2008, ‘Pengaruh pengetahuan terhadap sikap ibu


mengenai imunisasi ulang difteri-tetanus’, Sari Pediatri, Vol.10, No. 2,
Hal. 117-121.
Putriani, Nasria 2010 ‘Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang’, Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Rahmawati, I, Toto S, Ira P 2007, ‘Pengaruh penyuluhan dengan audio visual
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi
kurangdan buruk di kabupaten kotawaringi barat propinsi kalimantan
tengah’,Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 4, No.2, Hal. 66-77.
Riandita, A 2012, ‘Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam
dengan pengelolaan demam pada anak’, Jurnal Medika Muda, diakeses
15 November 2013 <http://eprints.undip.ac.id/37333/>.
Saubers, N 2011, Semua yang harus anda ketahui p3k, palmall, Yogyakarta.

Saifudin, A 2011. Sikap manusia:teori dan pengukurannya (Edisi 2),Pustaka


pelajar, Yogyakarta.
Sifuddin, A 2012, Reliabilitas dan validitas edisi 4, Pustaka belajar, Yogyakarta.

Saryono, Mekar D.A 2012, Metodologi penelitian kualitatif kuantitatif dalam


bidang kesehatan, Noha Medika, Yogyakarta.
Simamora, H.R 2009, Buku ajar pendidikan dalam keperawatan, EGC, Jakarta.

Sodikin 2012, Prinsip Perawatan Demam Pada Anak, Pustaka Pelajar ,


Yogyakarta.
Sugiyono 2013, Statistik untuk penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sulisdiana 2011,‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu


tentang regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di bps miji winarnik
mojokerto’, Hospital Majapahit, Vol.03, No. 01, Hal 15-33.
Tana, L, Delima & Woro R 2004, ‘Evaluasi Model Penyuluhan Dalam
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Mengenai sindrom
Terowongan Karpal Pada Pekerja Beberapa Perusahaan Garmen di
Jakarta, Tahun 2004’, Media Peneliti dan pengembang Kesehatan, Vol.
XIX, No. 3, Hal 109-115, diakses 25 November
<http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index>.

Tarigan, T, Chairul A.H, Syamsidah L 2007, ‘Pengetahuan, sikap dan perilaku


orang tua tentang demam dan pentingnya edukasi oleh dokter’, Sari
Pediatri, Vol. 8, No.3, Hal. 27-31.

Tjandra, SH 2004, Motiv-8koleksi motivasi untuk karier dan kehidupan yang lebih
baik, Elex media komputindo, Jakarta.

Wardani, AK 2013, ‘Kejang demam sederhana pada anak usia satu tahun’,
Medula, Vol. 1, No. 1, Hal 57-64, diakses 23 November 2013
<http://portalgaruda.org/download_article.php?article=122474>.
Wawan A & Dewi M 2011, Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan
perilaku manusia, muha medika, Yogyakarta.
Wong, DL dkk 2009, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed.6,Vol.2, EGC,
Jakarta.
Zulkarnain,E dkk 2010, ‘Perbedaan efektifitas antara metode penyuluhan dengan
flipchart dan menggunakan video compact disc (VCD) dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap insisasi
menyusu dini’, diseminarkan diseminar nasional jampersal, Jember, 26
Nopember 2011.

You might also like