You are on page 1of 2

Matematika

Paradoks Russell
Posted in Wawasan Matematika by Anwar Mutaqin on November 2, 2012

Alkisah, hiduplah seorang tukang cukur di suatu kampung. Tukang cukur itu bernadzar, ” Saya
akan mencukur semua orang di kampung ini yang tidak mencukur rambutnya sendiri”.
Kemudian ia melaksanakan nadzarnya dengan mencukur semua orang yang tinggal di
kampungnya tersebut. Ini tidak menimbulkan masalah, karena jika penduduk kampung itu
mencukur rambutnya sendiri, maka tukang cukur itu tidak perlu mencukur rambut penduduk
tersebut, tetapi jika seorang penduduk tidak mencukur rambutnya sendiri, maka tukang cukur itu
yang akan mencukurkan rambutnya.
Masalah muncul ketika tukang cukur tersebut ingat bahwa dirinya juga adalah warga kampung
itu, sehingga ia harus mencukur rambutnya sendiri. Tetapi, sesuai dengan nadzarnya, jika ia
mencukur rambutnya sendiri, maka ia tidak boleh mencukur rambutnya dan jika ia tidak
mencukur rambutnya, maka ia harus mencukur rambutnya sendiri. Nah, bingung kan apa yang
harus dilakukan oleh tukang cukur tersebut?
Kisah di atas dikenal dengan paradoks Russell. Nama lengkapnya Bertrand Russell, seorang
matematikawan, filsuf, dan pendiri filsafat analitik. Dalam konteks matematika, kisah tukang
cukur di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Misalkan kita mendefinisikan A adalah
himpunan hewan berkaki empat, maka anggota-anggota A adalah kambing, sapi, jerapah, onta,
dan lain-lain. Himpunan A sendiri jelas bukan hewan berkaki empat, sehingga Abukan
anggota A. Jika kita definisikan himpunan M dengan syarat keanggotaan semua hal yang
dipikirkan manusia, maka anggotanya beragam, termasuk M sendiri adalah anggota M karena M
juga merupakan hal yang dipikirkan manusia. Dengan demikian, ada himpunan yang dirinya
bukan anggota himpunan, seperti himpunan A di atas, dan ada juga himpunan yang dirinya
sendiri menjadi anggota himpunan tersebut, seperti himpunan M tadi.
Selanjutnya, definisikan M sebagai kumpulan semua himpunan yang tidak memuat dirinya
sebagai anggota. Nah, kontradiksi akan muncul di sini terkait dengan keanggotaan M dalam
himpunan M. Jika M tidak memuat M sebagai anggota, maka M adalah anggota dari M, tetapi
jika M anggota dari M, maka M harus dikeluarkan dari M berdasarkan syarat keanggotaan M. Ini

berarti jika dan hanya jika . Ini merupakan suatu kontradiksi yang menyesakkan.
Paradoks di atas bermulanya dari usaha Frege, Whitehead, Russell, dan teman-temannya untuk
menjawab pertanyaan tentang apa sih hakikat matematika (fondasi matematika). Matematika
telah berkembang pesat dan banyak cabang-cabang baru. Pertanyaannya adalah, apa yang
menyatukan cabang-cabang tersebut? Russell, dkk. mengajukan LOGIKA-lah yang menyatukan
cabang-cabang itu. Dengan kata lain, setiap pernyataan matematika dapat dipandang sebagai
pernyataan LOGIKA yang dapat dinilai benar atau salah. Aliran ini dalam fondasi matematika
disebut logisisme. Paradoks di atas menggagalkan usaha tersebut. Logika memang diperlukan
dalam matematika, tetapi mereduksi matematika menjadi hanya sekedar logika menimbulkan
kontradiksi seperti telah diceritakan di atas. Dengan demikian proyek logisisme gagal total.
Sekarang kembali kepada kisah tukang cukur. Tidak diceritakan sampai kapan tukang cukur itu
bingung dan apa keputusan yang diambil. Pertanyaannya adalah, bagaimana kelaur dari
kontradiksi seperti itu? Jelas logika tidak mampu menjawab. Nah, saya punya solusi untuk
masalah tukang cukur di atas berdasarkan ajaran Agama Islam. Dia bernadzar seperti yang telah
di sebutkan di atas, dan kemudian menimbulkan kebingungan tersendiri. Oleh karena itu, untuk
keluar dari kebingungan tersebut, dia bisa membatalkan nadzarnya dengan puasa 3 hari menurut
ajaran Agama Islam. Jadi, dia ga perlu bingungkan? (hehe, paragraf ini hanya becanda aja, tp
untuk membatalkan nadzar cukup puasa 3 hari memang ajaran Islam).

You might also like