You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Restrain adalah menghalangi gerak/aksi dari hewan sehingga dapat
menghindari mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun hewan itu
sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa sepakan, desakan, injakan dari sapi pada waktu
diperiksa kesehatannya, dilakukan pemeriksaan, pengobatan, dioperasi, dibersihkan,
maupun pada waktu akan diperah. Metode restrain ada bermacam-macam dan tergantung
pada cara penanganan yang baik adalah penanganan yang lembut tetapi Tegas.
Dalam merestrain harus dilakukan dengan tepat dan menggunakan metode yang
benar. kuda merupakan salah satu hewan yang sering ditangani oleh dokter hewan,
sehingga harus benar benar dikuasai cara merestrain dan menghandling baik secara fisik
maupun kimiawi. Unggas merupakan hewan ternak yang cukup banyak diternakan di
Indonesia sehingga teknik – teknik handling dan restrain pada unggas harus bisa dikuasai
oleh dokter hewan itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


 Bagaimana cara merestrain dan menghandling unggas?

1.3. Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui cara merestrain dan menghandling unggas dengan baik.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Handling dan Restrain pada unggas.


Sebelum kita bertanya bagaimana cara handling dan restrain pada unggas, kita
perlu mengetahui apa itu unggas,hewan apa saja yang termasuk dalam golongan
unggas. Unggas adalah hewan dari keluarga burung yang memiliki sayap, berbulu,
berkaki dua, memiliki paruh dan berkembang biak dengan cara bertelur. Contoh
hewan unggas adalah, semua jenis burung, ayam, itik, angsa, mentok, dan binatang
sejenisnya. Unggas merupakan hewan yang bisa diternak untuk diambil manfaatnya.
Misalnya, dagingnya, telurnya, bulunya, suaranya (kicaunya), dan sebagainya.
Unggas yang paling banyak diternak adalah ayam pedaging, ayam telor dan itik.
Ketiga jenis unggas ini paling banyak memiliki peranan dalam hajat hidup manusia.

Sebelum melakukan handling dan restrain terhadap burung yang akan


diperiksa maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Mengenali spesies burung


2. Memerhatikan apakah burung tersebut mempunyai tingkat kesetressan yang
tinggi.
3. Memerhatikan apakah burung boleh dihadle atau tidak.
4. Memerhatikan apakah spesies akan timbul luka serius jika burung dihandle
5. Memerlakuksatwa denga lembut dan kasih sayang sehingga satwa akan
merasa nyaman.
6. Melakukan pemeriksaan dengan hati-hati.
7. Yang paling penting sebagai seorang dokter adalah bekal pengetahuan
anatomi, fisiologi, behavior, reproduksi, dll (Sheldon, 2006).

2
Cara menangkap burung dalam kandang yang pertama pastinya membuka sangkar
secara hati-hati, memasukkan satu tangan untuk menangkap burung dan satu tangan
lagi menutup lubang pada pintu sangkar, yang perlu diperhatikan adalah menangkap
burung secara cepat, supaya burung tidak mengalami stress, setalah tertangkap
lankukan handling dengan benar. Handling pada burung bermacam-macam :

A. Handling burung kecil:


a. menjepit leher dengan dua jari dan ibu jari serta jari yang lain menahan bagian
tubuh lainnya.
b. Memegang paruh
c. Memegang kedua kaki
d. Membungkus dengan kain/kertas (dibedong)
B. Handing burung sedang - besar:
a. Pegang kedua kaki dan ekor dengan satu tangan
b. Memegang kedua kaki dan merapatkan ke badan
C. Handling burung pemangsa:
a. Pegang kedua kaki dan kepala
b. Amankan kuku dan paruh dari anggota tubuh kita(Raharjo, S.2009).

3
2.2 Hal yang harus diperhatikan dalam menghadling dan restrain unggas
a. Kepala dan mata
Bagian kepala merupakan titik awal yang perlu diamankan saat menangkap
maupun mengawali handling. Seperti halnya satwa pada umumnya, saat kepala
tertutup dan pandangan mata terhalangi maka burung pemangsa akan relatif lebih
tenang. Langkah menutupi keseluruhan kepala dengan kantong ataupun kain
berwarna gelap sering dilakukan saat pertama kali burung pemangsa tertangkap.
Penutup kepala khusus sangat dianjurkan untuk dikenakan bagi burung pemangsa
agar pandangan terus terhalangi hingga menggurangi sikap agresif dan stress.

b. Kaki dan cakar


Kaki juga merupakan bagian tubuh yang perlu diamankan saat mengawali
handling. Kaki dengan cakar tajam burung pemangsa merupakan senjata yang sama
tajam dan berbahaya. Membatasi gerakan kaki dapat dilakukan dengan memegang
langsung maupun dengan mengikatnya. Memegang kaki difokuskan pada kedua
bagian tarsus dengan menyatukannya secara kuat. Trik untuk mempermudah dalam
mengendalikan kedua tarsus adalah dengan menjepit kedua tarsus dengan jari tengah
dan ibu jari serta memasukkan jari telunjuk di antara kedua tarsus sehingga masing-
masing terpegang erat.

c. Sayap
Cedera pada sayap burung pemangsa sangat berpengaruh pada kemampuan
terbang yang berarti mengganggu aktivitas berburu. Antisipasi terhadap resiko cedera
saat menangkap dilakukan dengan menangkap burung pemangsa dalam keadaan
sayap tertutup sehingga terlindung dari alat tangkap. Selama handling, sayap terus
dijaga dalam keadaan tertutup secara normal. Saat membuka sayap, penarikan
dilakukan secara perlahan tanpa memaksa burung. Keberadaan bulu-bulu terbang

4
juga perlu mendapat perhatian khusus agar tidak patah maupun tercabut (Sheldon,
2006).

Alat yang digunakan untuk restrain burung :


 Clean towel untuk restraint burung agak besar
 Paper towel untuk restraint burung yg kecil
 Towel/anduk dari kain yang lunak,kuat
 Sarung tangan dari kain s/d kulit yang tidak tembus gigitan burung
 Ear protection equiment
 Penutup mata untuk burung tertentu
 Capture net /jaring dengan berbagai ukuran/Jaring untuk menangkap burung yang
lepas
 Mouth specula/pembuka mulut
 Tongkat kayu/besi kecilpenggoda patukdll

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Handling dan restrain pada unggas dapat dilakukan dari kepala agar unggas
tersebut tidak stress dan melakukan perlawanan, lalu dapat dilakukan handling pada
sayap dan kaki agar tidak terjadi hal yang lebih buruk pada dokter hewan tersebut.

3.2 Saran
Dalam menangani unggas sebaiknya diperhatikan seluruh tubuh dari ungggas
tersebut seperti cakar, sayap dan juga paruh karena dapat membahayakan dokter
hewan yang melakukan penanganan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Sheldon, C.C. et al. 2006. Animal Restraint for Veterinary Professionals. St. Louis :
Mosby, Inc.

Prahara,W. 2006. Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang


Dilindungi. Surabaya : Penebar Swadaya

Rahardjo, S. 2009. Kuliah Pengantar Burung. Yogyakarta : FKH UGM

You might also like