You are on page 1of 7

2.

Jenis – jenis Vaksin

Vaksin – vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasai rutin di Indonesia
adalah:

a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)

 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis
 Cara Pemberian dan Dosis:
1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5ml).
2) Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1kali.
3) Disuntikkan secara intakutan di daerah lengan atas (insertio musculus
deltoidus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
4) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelu lewat 3jam.
 Kontra indikasi :
1) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis
dan sebagainya.
2) Mereka yang sedang menderita TBC.
 Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu akan timbulinduraasi dan kemerahan di tempat suntikan
yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
Kadang – kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan atau leher,
terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,
tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
b. Vaksin DPT

 Diskripsi :
Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari
toxoid difteri tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi.
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan secara stimulan terhadap difteri, pertusis, dan
tetanus,
 Cara Pemberian dan Dosis :
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
2) Disuntikkan secara intramuskular dengan dosis pemberian 0,5 ml
sebanyak 3 dosis.
3) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya
diberikan dengan interval paling cepat 4minggu (1bulan).
 Kontra indikasi :
Gejala – gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontaindikasi pertusis. Anak yang
mengalami gejala – gejala pertama pada dosis pertama, komponen pertusis
harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasainya
dapat diberikan DT.
 Efek samping :
Gejala – gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan
pada tempat penyuntikan. Kadang – kadang terjadi gejala berat seperti demam
tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24jam setelah imunisasi.
c. Vaksin TT

 Diskripsi:
Vaksin jerap TT (Tetanus Toksoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid
tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3mg/ml aluminium
fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5ml
vaksin mengandung 40IU. Dipergunakan untuk menvcegah tetanus pada bayi
yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu dan bayi.
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif pada tetanus
 Cara Pemberian dan Dosis:
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
lebih homogen.
2) Untuk mencegah tetanus/ tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer
yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dngan
dosis pemberian 0,5ml dengan interval 4minggu. Dilanjutkan dengan
dosis ketiga setelah 6bulan berikutnya. Untuk mempertahankan
kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan
diberikan 5dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan interval minimal
1tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT
dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
 Kontra indikasi :
Gejala – gejala berat karena dosis pertama TT
 Efek samping :
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala –gejal seperti lemas
dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang –
kadang gejala demam.
d. Vaksin DT

 Diskripsi :
Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah vaksin yang mengandung toxoid
difteri dan tetanus yang telah dimurnikan
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan stimultan terhadap difteri dan tetanus
 Cara Pemberian dan Dosis :
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agae
suspensi menjadi homogen
2) Disuntikkan secra intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5ml. Dianjrkan untuk usia dibawah 8tahun. Untuk usia
8tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
 Kontra indikasi:
Gejala- gejala berat karena dosis pertama Dt.
 Efek samping:
Gejala- gejala lemas seperti kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang – kadang gejala demam.

e. Vaksin polio (Oral Polio vaccine = OPV)

 Diskripsi :
Vaksin oral polio adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (starin sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat
dalam biakan jaringan ginajl kera dan distabilakan dengan sukrosa.
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
 Cara pemberian dan dosis:
1) Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2tetes sebanyak
4kali (dosis) emberian dengan interval setiap dosis minimal 4minggu.
2) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang
baru
 Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio ada anak yang sedang sakit.
Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis
ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
 Efek samping:
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis
yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 :
1.000.000; bull WHO 66: 1998)

f. Vaksin Campak

 Diskripsi
Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM
70 dan tidak lebih dari 100mcg residu kanamycin dan 30mcg residu
erytrhomycin.
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
 Cara Pemberian dan Dosis:
1) Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan
dengan pelarut sterilyang telah tersedia yang berisi 5ml cairan pelarut.
2) Dosis pemberian 0,5ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster)pada usia 6-7tahun
(kelas 1SD) setelah catch-up campaign campak pada anak Sekolah
Dasar kelas 1-6.
 Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, limfoma.
 Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama
3hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
g. Vaksin Hepatitis B

 Diskripsi :
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non-infecious,berasal adri HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
 Cara Pemberian dan Dosis:
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
2) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah)HB PID,
pemberian suntikkan secara intramuskular, sebainya pada anterolateral
paha.
3) Pemberian sebanyak 3dosis
4) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7hari, dosis berikutnya dengan
interval minimum 4minggu(1bulan)
 Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap komponrn vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang
disertai kejang.
 Efek samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ingan dan biasanya hilang setelah
2hari.
h. Vaksin DPT/HB

 Diskripsi:
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang
merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat
non infectious.
 Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis,
dan hepatitis B.
 Cara Pemberian dan Dosis :
1) Pemberian dengan cara intramuskular, 0,5ml sebanyak 3dosis
2) Dosis pertama diberiakn pada usia 2bulan, dosis selanjutnya dengan
interval minimal 4minggu (1bulan)
 Kontra indikasi:
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang
mengalami gejala-gejala parah ada dosis pertama, komponen pertusis harus
dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat
diberikan DT. Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada infeksi penderita
berat yang disertai kejang.
 Efek samping:
Gejala- gejala yang bersifat sementara seperti: lems, demam, pembengkakan
dan atau kemerahan pada tempat penyuntikkan. Kadang-kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi
24jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2hari.

You might also like