Professional Documents
Culture Documents
Hematologi
Hematologi
PEMBAHASAN
A. Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit
(Baldy, 2006). Darah mempunyai fungsi penting dalam sirkulasi. Secara umum fungsi darah
adalah sebagai alat transportasi oksigen, karbondioksida, zat gizi, dan sisa metabolisme,
mempertahankan, keseimbangan asam basa, mengatur cairan jaringan dan cairan ekstra sel,
mengatur suhu tubuh, dan sebagai pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah
putih (Goorha et al, 2003). Sel-sel darah tersebut mempunyai umur tertentu, sehingga
dibutuhkan pembentukan sel-sel darah baru yang disebut hematopoesis.
Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis pada
manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang.
Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk
eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel
induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi :
b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi
melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini ialah sel
induk myeloid dan sel induk limfoid.
c. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa jenis
sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang
hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel
saja. Contoh CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G
(colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi granulosit.
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk tumbuh
secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
b. Sel-sel stroma :
- Sel endotel
- Sel lemak
- Fibroblast
- Makrofag
- Sel reticulum
a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro
dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya
adhesion molecule.
1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
4. Asam amino.
4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan
pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang
dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan
ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh
dalam mekanisme regulasi ini adalah :
- Thrombopoietin
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-
9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti limfosit,
monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti fibroblast dan endotil.
Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi
menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini
sangat menentukan proses hemopoesis normal.
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
- Glukokortikoid.
- Growth hormon
- Hormone tiroid
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme umpan
balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah (positive loop)
atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative loop).
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by Blackwell Publishing
Ltd, 2004, halaman 2)
C. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Eritrosit membawa hemoglobin didalam sirkulasi. Ia merupakan cakram bikonkaf yang dibentuk
dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan intinya sebelum memasuki sirkulasi. Untuk
mengangkut hemoglobin agar berkontak erat dengan jaringan dan agar pertukaran gas berhasil,
eritrosit yang berdiameter 8 μm harus dapat secara berulang melalui mikrosirkulasi yang
diameter minimumnya 3,5 μm, untuk mempertahankan hemoglobin dalam keadaan tereduksi
(ferro) dan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik walaupun konsentrasi protein
(hemoglobin) tinggi dalam sel. Perjalanan secara keseluruhan selama masa hidupnya yang 120
hari diperkirakan sepanjang 480 km (300 mil).
Untuk memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengan kemampuan
menghasilkan energy sebagai adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur glikolisis anaerob (Embden-
meyerhof) dan menghasilkan kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai
nikotinamida adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa
monofosfat.
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by Blackwell Publishing
Ltd, 2004, halaman 3)
a. Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia dihambat oleh
peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia juga dirangsang oleh
hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu
hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang terutama disekresikan oleh
ginjal.
Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang
kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi prekursor
eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas
adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin
yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas
yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah
hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna
sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis
protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas
lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung
sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum tulang
dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa,
saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya, adlah cakram
bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah
merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang
(eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang.
Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
b. Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral, dan suatu
rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10 % karbohidrat.
Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat diperifer atau integral,
menembus lipid dua lapis.
D. Hemoglobin
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin, suatu
protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu molekul globin yang dibentuk 4
subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke suatu poplipeptida.
Hem merupakan turunan porfirin yang mengandung besi. Polipeptida dinamai secara bersama-
sama sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap
molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis polipeptida dan 2 mengandung lainnya.
Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis polipeptida dinamai rantai α,
masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam amino dan rantai β, yang masing-masingnya
mengandung 146 gugusan asam amino. Sehingga hemoglobin A dinamai α2β2. Tidak semua
hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5% hemoglobin
merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β digantikan oleh δ (α2δ2). Rantai δ juga mengandung
146 gugusan asam amino, tetapi 10 gugusan tersendiri berbeda dari yang dalam rantai β.
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan erat dengan
hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin A1c (HbA1c), mempunyai
suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap rantai β dan mempunyai minat
khusus karena jumlah dalam darah meningkat didalam diabetes mellitus terkontrol buruk.
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang melekat ke Fe2+ didalam
hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan dan konsentrasi 2,3-
difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H+ bersaing denganO2 dalam pengikatan ke
hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan afinitas hemoglobin bagi O2 dengan
memindahkan posisi 4 rantai polipeptida (struktur kuatener).
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau in vivo, maka besi
fero (Fe2+) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe3+), yang membentuk methemoglobin.
Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada didalam jumlah besar didalam sirkulasi, maka ia
akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman yang menyerupai sianosis. Normalnya
timbul sejumlah oksidasi hemoglobin ke methemoglobin, tetapi system enzim didalam eritrosit,
system NADH-methemoglobin reduktase, mengubah methemoglobin kembali ke hemoglobin.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 10)
a. Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita, yang
semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg ada sekitar 900 g hemoglobin serta
0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian hem dari molekul hemoglobin
disintesis dari glisin dan suksinil-KoA.
b. Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin molekul
hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia, kebanyakan biliverdin diubah
ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi dari hem digunakan kembali untuk
sintesis hemoglobin; jika darah hilang dari badan dan defisiensi besi tidak dikoreksi, maka
timbul anemia defisiensi besi.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 11)
c. Pemberi warna merah pada darah
Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta fotosintesis. Gugus
prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang jejaring ekstensifnya terdiri atas ikatan
rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah spektrum visibel sehingga
membuatnya berwarna merah gelap. Senyawa tetrapirol terdiri atas 4 molekul pirol yang
dihubungkan dalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-α. Substituen β menentukan bentuk
sebagai heme atau senyawa lain. Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+) pada pusat cincin planar, yang
bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.
Leukosit tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoeboid dan dapat menembus
dinding kapiler /diapedesis. Jumlah normal 4 × 109 hingga 11 × 109 sel leukosit dalam satu liter
darah manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000 - 25000 sel per tetes (Harahap, 2008).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Dilihat dibawah
mikroskop sitoplasmanya sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam
keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti
yang bervariasi. Sedangkan yang tidak mempunyai granula sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis
leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (prazatnya) (Effendi, 2003).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asing. Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotelium dan
menembus ke dalam jaringan penyambung. Bila memeriksa variasi fisiologi dan patologi sel-sel
darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume
darah harus diambil (Effendi, 2003). Ada enam macam sel darah putih yang secara normal
ditemukan dalam darah yaitu neutrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil
polimorfonuklear, monosit, limfosit dan kadang-kadang sel plasma. Sel-sel polimorfonuklir
seluruhnya mempunyai gambaran granular sehingga disebut granulosit. Granulosit dan monosit
melindungi tubuh terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya yaitu
melalui fagositosis. Fungsi pertama sel limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem
imun.
Diferensiasi Sel Darah Putih (Leukosit) Mencit (Mus musculus)
F. Trombopoiesis
Pada trobopoiesis terjadi proses poliploidisasi berulang kali yang menimbulkan berbagai tipe sel
2N-32N (64N) melalui endoreduplikasi DNA. Terdapat tiga macam bentuk sel yang dapat
dikenali :
· Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar dari pada badan sel proeiritroblas. Perbandingan antara inti dan
sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar. Kepadatan kromatin inti berbeda-beda.
Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar. Pada penyatuan inti yang
mencolok terdapat sel yang berinti dua hingga empat. Sitoplasma tampak nasofilik kuat, terbebas
dari granulasasi dan dibagian tepi kadang-kadang terlihat sedikit menjuntai. Sering terdapat
trombosit yang melekat.
· Promegakariosit
Sel terbesar yang dijumpai pada hematopoiesis di sumsum tulang dalam kondisi normal.
Serangkaian gumpalan inti yang khas terbentuk dari sitoplasma azurofilik ditutupi bintik-bintik
halus, sebagai perwujudan terakhir pembentukan trombosit yang aktif. Perluasan dan penonjolan
bagian sitoplasma azurofilik menandakan suatu persiapan pelepasan trombosit.
Sebagian kecil megakariosit (dibawah 10%) menunjukkan inti tunggal atau ganda yang
berbentuk bulat-oval dan kecil (yang lebih dikenal sebagai mikromegakariosit) pada pengecilan
diameter sel. Elemen-elemen ini juga memiliki aktivitas trombopoetik.
b. Stadium pelepasan trombosit
Struktur sitoplasma megakariosit yang berada pada tahap ini, dan saling berhubungan,
menunjukkan penjuluran yang tidak beraturan dan bertambahnya peluruhan. Pada keadaan ini,
terbentuk makropartikel yang tak terbilang banyaknya dan selanjutnya mikropartikel dengan
granulasi azurofilik yang merupakan trombosit matang. Sisa inti yang tidak mengandung
sitoplasma tetap ada sampai dihancurkan oleh makrofag di sumsum tulang.
• Limfoma
• Multiple mieloma
• Hemofilia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembentukan sel darah (hemopoiesis) merupakan proses pembentukan komponen sel darah,
dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Dimana
sel-sel darah terdiri eritrosit , leukosit dan trombosit. Sel-sel darah tersebut mempunyai peranan
penting di dalam tubuh. Diantaranya :
ü Eritrosit berfungsi membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru.
Untuk mencapai pertukaran gas ini, eritrosit mengandung protein khusus yaitu hemoglobin.
ü Leukosit berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan ke seluruh tubuh, membawa
bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari benda asing yang
berbahaya.
B. Saran
Darah mempunyai peranan yang sangat penting dalam tubuh makhluk hidup. Jika terjadi
kelainan yang berhubungan dengan darah, dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang
menyerang makhluk hidup. Agar terhindar dari penyakit, sudah sepatutnya kita menjaga tubuh
kita. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mengenal pembentukan sel darah. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja.
DAFTAR PUSTAKA
Mehta AB, Hoffbrand AV, Hematological aspect of systemic disease. In Hoffbrand AV, Tuden
H, eds. Postgraduate hematology. 5th ed. Oxford; Blackwell, 2005; 971-72. 8.
I Made Bakte. Hematologi klinik ringkas. Edisi-1. Jakarta :Penerbit EGC; 2006 p 233-254.
Mehta AB, Hoffbrand AV, Hematological aspect of systemic disease. In Hoffbrand AV, Tuden
H, eds. Haematology at a glance. 1st ed. Oxford; Blackwell, 2000; 78-81.
A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss ; 2005 ; Kapita selekta hematologi ; Jakarta ; Buku
Kedokteran
Dr. H. Mohamad Sadikin, DSc. ; 2001 ; Biokimia darah ; Jakarta ; Widya Medika