You are on page 1of 2

Epidemiologi

Epidemiologi pertama kali diutarakan lebih dari 2000 tahun yang lalu oleh Hippocrates
dan lain=lain, bahwa faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi penyakit. Namun, baru pada
abad 19 distribusi penyakit pada kelompok-kelompok populasi manusia yang spesifik dapat
diukur secara luas. Sebagai contoh, penemuan John Snow mengatakan bahwa risiko terjadinya
kolera di London berhubungan antara lain dengan penyaluran air minum yang dilakukan oleh
sebuah perusaan tertentu, Penelitian-penelitian epideomiologik dari John Snow tersebut
merupakan salah satu aspek dari sebuah rangkaian penelitian yang amat panjang yang
melibatkan sebuah uji fisik, kimia, biologi, sosiologi dan proses politik (Cameron & Jones,
1983). Pendekatan epidiomiologik yang digunakan untuk membandingkan tingkat penyakit pada
kelompok=kelompok dari populasi manusia semakin meningkat penggunaanya pada abad ke 19
dan awal abad 20 ini. Penerapan-penerapan yang paling utama adalah terhadap penyakit-
penyakit yang dapat menular.

Metode ini membuktikan bahwa epidemiologi akhirnya menjadi sebuah alat yang amat
bermanfaat untuk membuktikan hubungan antara kondisi lingkungan dengan penyebab penyakit
yang spesifik. Saat ini, epidemiologi tentang penyakit menular tetap menjadi permasalahan yang
amat pokok bagi Negara-negara yang sedang berkembang. Malaria, schistosomiasis, lepra,
poliomyelitis dan penyakit-penyakit lainnya tetap merupakan penyakit yang biasa ditemukan
Negara-negara tersebut. Cabang dari epidiomiologi ini kembali menjadi amat penting di Negara-
negara maju, yaitu dengan munculnya penyakit penyakit-penyakit menular yang baru, sebagai
contoh adalah penyakit Legioner dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

Salah satu tujuan utama dari epideomiologi adalah untuk membantu melakukan pencegahan dan
pengendalian penyakit dan dalam promosi kesehatan dengan cara menemukan kausa penyakit
dan cara-cara untuk memodifikasinya. Penyakit yang dapat menular atau penyakit infeksi adalah
penyakit yang disebabkan oleh transmisi suatu agent infeksius tertentu atau produk-produk
toksiknya, dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke host yang rentan, baik secara langsung
atau tidak langsung. Beberapa kemenanangan besar di bidang epidemiologi berpangkal dari
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit menular, seperti yang dilakukan oleh
Snow terhadap kolera, dan yang lebih mutakhir adalah pemberantasan penyakit cacar.

Penyakit endemik dan endemi, epidemi adalah kejadian sejumlah kasus-kasus penyakit di sebuah
komunitas atau wilayah yang jauh lebih tinggi atau biasanya tidak pernah terjadi pada tempat dan
waktu yang tertentu (Bres, 1986). Jumlah kasus-kasus yang menandakan adanya endemi
bervariasi sesuai dengan agent, besar dan macam populasi yang terpapar. Sedangkan penyakit
endemi adalah penyakit yang biasanya ada di suatu wilayah geografis yang tertentu atau
kelompok populasi yang tertentu dengan prevalensi yang relative tinggi dan tinggkat insidensi
yang juga relative tinggi.
Penyakit-penyakit yang menular itu terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara agent,
proses transmisi dan host. Pengendalian penyakit-penyakit seperti itu dapat mencakup perubahan
atau satu dari komponen-komponen penularan tersebut, yang semuanya dipengaruhi oleh
lingkungan. Penyakit-penyakit tersebut dapat mempunyai kisaran efek yang amat sangat luas,
yang bervariasi sejak dari infeksi yang tidak tampak hingga ke penyakit yang parah serta
kematian,

INFEKSI YANG TIDAK SAKIT SAKIT MATI

TAMPAK RINGAN PARAH

Tidak ada tanda-tanda Sakit klinis dengan disertai tanda-tanda

Atau gejala-gejala gejala-gejala

Penyebaran dari sakit yang menular

(Bonita and Beaglehole 1997)

Bonita, Ruth, and Robert Beaglehole. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: World Health
Organization.

You might also like