You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Thalasemia pertama kali ditemukan pada tahun 1925 ketika Dr. Thomas B. Cooley
mendeskripsikan 5 anak anak dengan anemia berat, splenomegali, dan biasanya ditemukan abnormal
pada tulang yang disebut kelainan eritroblastik atau anemia Mediterania karena sirkulasi sel darah
merah dan nukleasi. Pada tahun 1932 Whipple dan Bradford menciptakan istilah thalasemia dari bahasa
yunani yaitu thalassa, yang artinya laut (laut tengah) untuk mendeskripsikan ini. Beberapa waktu
kemudian, anemia mikrositik ringan dideskripsikan pada keluarga pasien anemia Cooley, dan segera
menyadari bahwa kelainan ini disebabkan oleh gen abnormal heterozigot. Ketika homozigot, dihasilkan
anemia Cooley yang berat

Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penderita thalasemia, hemoglobin mengalami
penghancuran (hemolisis). penghancuran terjadi karena adanya gangguan sintesis rantai hemoglobin
atau rantai globin. Hemoglobin orang dewasa terdiri dari HbA yang merupakan 98% dari seluruh
hemoglobinya. HbA2 tidak lebih dari 2% dan HbF 3%. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian
terbesar dari hemoglobin (95%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Thalasemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang diturunkan secara
autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam
hemoglobin

Etiologi

Thalasemia diakibatkan adanya variasi atau hilangnya gen ditubuh yang membuat
hemoglobin. Hemoglobin adalah protein sel darah merah (SDM) yang membawa oksigen. Orang
dengan talasemia memiliki hemoglobin yang kurang dan SDM yang lebih sedikit dari orang
normal.yang akan menghasilkan suatu keadaan anemia ringan sampai berat.

Ada banyak kombinasi genetik yang mungkin menyebabkan berbagai variasi dari talasemia.
Talasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Penderita
dengan keadaan talasemia sedang sampai berat menerima variasi gen ini dari kedua orang
tuannya. Seseorang yang mewarisi gen talasemia dari salah satu orangtua dan gen normal dari
orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers). Seorang pembawa sering tidak punya
tanda keluhan selain dari anemia ringan, tetapi mereka dapat menurunkan varian gen ini
kepada anak-anak mereka.

Epidemiologi
Di Indonesia jumlah penderita Thalasemia hingga tahun 2009 naik menjadi 8, 3 persen dari 3.653
penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita penyakit genetik sintesis
Hemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin. Kejadian thalasemia sampai saat ini tidak
bisa terkontrol terkait faktor genetik sebagai batu sandungan dan belum maksimalnya tindakan
screening untuk thalasemia khususnya di Indonesia.

Berdasarkan data terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 250 juta
penduduk dunia (4,5%) membawa genetik Thalasemia. Dari 250 juta, 80-90 juta di antaranya membawa
genetik Thalasemia Beta

Klasifikasi
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis
dibedakan atas thalasemia mayor dan minor

Hemoglobin terdiri dari dua jenis rantai protein rantai alfa globin dan rantai beta globin. Jika masalah
ada pada alfa globin dari hemoglobin, hal ini disebut thalassemia alfa. Jika masalah ada pada beta globin
hal ini disebut thalassemia beta. kedua bentuk alfa dan beta mempunyai bentuk dari ringan atau berat.
Bentuk berat dari Beta thalassemia sering disebut anemia Cooley’S

Klasifikasi Secara Molekuler

1. Thalassemia alfa
Empat gen dilibatkan di dalam membuat globin alfa yang merupakan bagian dari hemoglobin, Dua dari
masing-masing orangtua.Thalassemia alfa terjadi dimana satu atau lebih varian gen ini hilang. 6

 Orang dengan hanya satu gen mempengaruhi disebut silent carriers dan tidak punya tanda
penyakit.
 Orang dengan dua gen mempengaruhi disebut thalassemia trait atau thalassemia alfa . akan
menderita anemia ringan dan kemungkinan menjadi carrier
 Orang dengan tiga gen yang yang dipengaruhi akan menderita anemia sedang sampai anemia
berat atau disebut penyakit hemoglobin H.
 Bayi dengan empat gen dipengaruhi disebut thalassemia alfa mayor atau hydrops fetalis. Pada
umumnya mati sebelum atau tidak lama sesudah kelahiran.

Jika kedua orang menderita alfa thalassemia trait ( carriers) memiliki seorang anak, bayi bisa mempunyai
suatu bentuk alfa thalassemia atau bisa sehat

Rantai Hemoglobin

2. Thalassemia Beta
Melibatkan dua gen didalam membuat beta globin yang merupakan bagian dari hemoglobin,
masing-masing satu dari setiap orangtua. Beta thalassemia terjadi ketika satu atau kedua gen
mengalmi variasi. 6
 Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita anemia ringan.
Kondisi ini disebut thallasemia trait/beta thalassemia minor,
 Jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang (thalassemia beta
intermedia atau anemia Cooley’s yang ringan) atau anemia yang berat ( beta thalassemia utama,
atau anemia Cooley’s).
 Anemia Cooley’s, atau beta thalassemia mayor jarang terjadi. Suatu survei tahun 1993
ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat. Kebanyakan dari mereka mempunyai
bentuk berat dari penyakit, tetapi mungkin kebanyakan dari mereka tidak terdiagnosis .

Jika dua orangn tua dengan beta thalasemia trait (carriers) mempunyai seorang bayi, salah satu dari tiga
hal dapat terjadi:

 Bayi bisa menerima dua gen normal ( satu dari masing-masing orangtua) dan mempunyai darah
normal ( 25 %).
 Bayi bisa menerima satu gen normal dan satu varian gen dari orangtua yang thalassemia trait (
50 persen).
 Bayi bisa menerima dua gen thalassemia ( satu dari masing-masing orangtua) dan menderita
penyakit bentuk sedang sampai berat (25 persen)

Skema Penurunan Gen Thalasemia Menurut Hukum Mendel.

Klasifikasi Secara Klinis

1. Thalasemia Mayor
Merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia.
Dampak lebih lanjut, sel – sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek,
sehingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita talasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3 – 18 bulan akan mulai
terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih
kencang dan facies cooley.

Penderita talasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus.


Pada umumnya, mereka harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidupnya.
Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1 – 8
bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi – lagi tergantung dari berat ringannya
penyakit. Semakin berat penyakitnya, maka sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah

2. Thalasemia Minor
Individu hanya membawa gen penyakit talasemia, namun individu hidup normal, tanda – tanda
penyakit talasemia tidak muncul. Walaupun talasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah
dengan talasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menderita
talasemia mayor.

Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit talasemia mayor dengan berbagai
ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan.
Talasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tetapi
tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.

Faktor Resiko

 Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalasemia


 Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama
 Thalasemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia, Ketimuran
Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika Pendaratan.
 Thalassemia Alfa kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atau orang
Philipina.
Patofisiologi
Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah berkurangnya
sintesis HbA dan eritroipoeisis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit

Sedangkan sekunder ialah krena defisiensi asam folat, bertambahnya volume palsma intravaskular yang
mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati

Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa
atau beta dari hemoglobin berkurang

Molekul globin terdiri atas sepasang rantai-a dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis
Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari 2
rantai-a dan 2 rantai-b = a2b2), Hb F(< 2% = a2g2) dan HbA2 (< 3% = a2d2). Kelainan produksi dapat
terjadi pada ranta-a (a-thalassemia), rantai-b (b-thalassemia), rantai-g (g-thalassemia), rantai-d (d-
thalassemia), maupun kombinasi kelainan rantai-d dan rantai-b (bd-thalassemia)

Pada thalassemia-b, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan pembentukan a2b2 (Hb
A); kelebihan rantai-a akan berikatan dengan rantai-g yang secara kompensatoir Hb F meningkat;
sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat
eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis)

Diagnosis

1. Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan perut
membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6
bulan

2. Pemeriksaan fisik
 Pucat
 Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
 Dapat ditemukan icterus
 Gangguan pertumbuhan
 Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
3. Pemeriksaan penunjang
 Darah tepi
a. Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
b. Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat
dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda
Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas
c. Retikulosit meningkat
 X ray
a. Foto Rontgen tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe
melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks
b. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas

 Definitive Test
a. Elektroforesis hemoglobin
b. Kromatografi hemoglobin
c. Molecular diagnosis

Penatalakansaan
1. Medikamentosa
 Pemberian iron chelating agent (deferoxamine)
 Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek
kelasi besi.
 Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat
 Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel
darah merah
2. Bedah
 Splenektomi, dengan indikasi:
o Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupture
o Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu
tahun.
3. Suportif
 Transfusi darah
o Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini
akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB
untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
Komplikasi

 Komplikasi Jantung
Kerusakan jantung akibat terlalu banyak zat besi dapat menyebabkan penurunan
kekuatan pompa jantung, gagal jantung, aritmia atau detak jantung yang tidak
beraturan, dan terkumpulnya cairan di jaringan jantung
 Komplikasi pada Tulang
Sumsum tulang akan berkembang dan memengaruhi tulang akibat tubuh kekuerangan
sel darah merah yang sehat. Komplikasi tulang yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
· Nyeri persendian dan tulang
· Osteoporosis
· Kelainan bentuk tulang
· Risiko patah tulang meningkat jika kepadatan tulang menjadi rendah
 Splenomegali
Pembesaran limpa terjadi karena limpa sulit untuk mendaur ulang sel darah yang
memiliki bentuk tidak normal dan berakibat kepada meningkatnya jumlah darah yang
ada di dalam limpa, membuat limpa tumbuh lebih besar
 Komplikasi pada Hati
Kerusakan hati akibat terlalu banyak zat besi dapat menyebabkan terjadinya beberapa
hal, seperti fibrosis atau pembesaran hati, sirosis hati atau penyakit degeneratif kronis
di mana sel-sel hati normal menjadi rusak, lalu digantikan oleh jaringan parut, serta
hepatitis. Oleh karena itu, penderita thalassemia dianjurkan untuk memeriksa fungsi
hati tiap tiga bulan sekali
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Thalassemia merupakan suatu kelompok kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen.
Thalassemia memberikan gambaran klinis anemia yang bervariasi dari ringan sampai berat
2. Transfusi darah masih merupakan tata laksana suportif utama pada thalassemia agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara normal
3. Transfusi dapat menyebabkan terjadinya reaksi transfusi tipe cepat maupun tipe lambat
4. Transfusi berulang pada thalassemia akan menyebabkan berbagai dampak, antara lain
hemosiderosis, infeksi virus dan bakteri, serta hipersplenisme
5. Terapi hemosiderosis pada thalassemia adalah terapi kombinasi dari obat pengkelasi besi (iron
chelating drugs), terapi infeksi bakteri adalah pemberian antibiotik, dan terapi hipersplenisme
yaitu dengan splenektomi

You might also like