Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan lebih dari 315 juta pasien rawat
jalan dan hampir 20% dari seluruh pasien rawat jalan di AS. Beberapa ”red flag”
yang perlu diketahui pada keluhan muskuloskeletal diantaranya artritis septik, artritis
akut yang disebabkan oleh kristal (contoh gout), dan fraktur. Seluruh tanda bahaya ini
memiliki karakteristik akut dan nyeri muskuloskeletal monoartikular atau fokal. Yang
paling sering terjadi adalah nyeri sendi. Nyeri sendi adalah suatu akibat yang
diberikan tubuh karena pengapuran atau akibat penyakit lain. Sebagian besar
masyarakat (dan bahkan beberapa dokter) memiliki anggapan yang keliru bahwa
semua nyeri sendi diakibatkan oleh penyakit rematik atau asam urat, walaupun
osteartritis dan penyakit rematik itu sendiri merupakan penyakit yang paling sering
menjadi penyebab nyeri pada sendi. Penyakit lain yang sering dianggap secara salah
sebagai penyebab nyeri sendi adalah kolesterol, osteoporosis dan bahkan “flu
tulang”.1,2,10
Nyeri sendi merupakan suatu keadaan yang sering dialami oleh lansia yang
yang dapat membedakan antara rangsangan nyeri dengan rangsangan lain disebut
nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment
Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment yaitu keterbatasan atau gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal. Nyeri juga merupakan alasan
tersering yang di berikan oleh pasien apabila mereka ditanyakan kenapa berobat.
Dampak nyeri pada perasaan sejahtera pasien sudah sedemikian luas diterima
sehingga banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai “tanda vital kelima”, dan
darah.3,4,5
Dapat dikatakan pula rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Bila kulit
menjadi nyeri akibat iskemia, dalam keadaan bawah sadar, orang yang merasakan
nyeri akan mengubah posisinya. Tetapi, keadaan ini akan menimbulkan peluruhan
Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa,
artinya 1 dari 6 orang di dunia menderita nyeri sendi. Di perkirakan angka terus
meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami
dunia terserang penyakit nyeri sendi. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut The International Association for The Study of Pain (IASP), nyeri
jaringan.1,2,11
B. Klasifikasi Nyeri
Neyeri somatik
Nyeri
nosiseptif
Nyeri viseral
Nyeri
Nyeri neuropatik
Nyeri non-
nosiseptif
Nyeri psikogenik
Gambar 1. Klasifikasi Nyeri
Jenis-jenis nyeri : 3
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul sebagai akibat peransangan pada
nosiseptor (serabut A-δ dan serabut C) oleh ransangan mekanik, terminal atau
termikal.
Nyeri somatik adalah nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri
pasca bedah, nyeri metatastik, nyeri tulang, dan nyeri artritik.
Nyeri viseral adalah nyeri berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi
organ yang berongga, misalnya usus, kantung empedu, pankreas jantung.
Nyeri juga sering diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan
muntah.
Nyeri neuropatik, timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Seringkali
persiten, walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya paien merasakan
rasa seperti terbakar, seperti tersengat listrik atau alodinia dan disestesia.
Nyeri pisogenik yaitu nyeri yang tidak memenuhi kriteria nyeri somatik dan
nyeri neuropatik, dan memenuhi kriteria untuk depresi atau kelainan
psikosomatik.
C. Etiologi
Etiologi Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui secara
pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti
bakteri, mikroplasma dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai
dalam serumnya yang di kenal sebagai faktor rematoid anti bodynya adalah
suatu faktor antigama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG
titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya di kaitkan dengan vaskulitis dan
proses autoimun.
3. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan. Penyakit nyeri sendi terdapat
Persoalan perumahan dan penataan yang buruk dan lembab juga memicu
4. Faktor usia. Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan
D. Patogenesis
Proses nyeri dimulai dengan proses transduksi yaitu adanya ransangan atau
potensial aksi. Kemudian implus nyeri tadi ditransmisikan melalui saraf perifer
menuju neuron-neuron yang ada pada medula spinalis. Dan implus tadi diteruskan ke
otak. Selama transmisi, implus nyeri di modulasi. Pada tahap ini melibatkan aktivitas
saraf melalui jalur-jalur saraf. Selain itu, modulasi juga melibatkan faktor-faktor
Sehingga pada tahap terakhir menghasilkan pesan nyeri yang di relai menuju ke otak
menjadi presepsi atau pengalaman yang tidak menyenangkan bagi otak. 3,4,11
1. Jalur Ascendens
Serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan implus nyeri masuk ke medula
spinalis di akar saraf dorsal. Serat-serat memisah sewaktu masuk ke korda dan
kemudian kembali menyatu di kornu dorsalis posterior pada medula spinalis. Daerah
ini menerima, menyalurkan, dan memproses implus sensorik. Kornu dorsalis medula
spinalis dibagi menjadi lapisan-lapisan sel yang disebut lamina. Dua dari lapisan ini,
yang disebut substansia gelatinosa, sangat penting dalam transmisi dan modulasi
nyeri. Dari kornu dorsalis, implus nyeri dikirim ke neuron-neuron yang menyalurkan
menyatu di traktus lateralis, yang naik ke talamus dan struktur otak lainnya. Dengan
demikian, transmisi implus nyeri di medula spinalis bersifat kontrlateral terhadap sisi
informasi diskriminatif sensorik mengenai nyeri cepat atau akut dari nosiseptor A-δ
hipotalamus. Nyeri disebut juga sensasi talamus mungkin karena dibawa kesadaran
melalui bagian posterior kapsula interna untuk membawa implus nyeri ke korteks
ini penting bagi aspek sensorik-diskriminatif nyeri akut yang dirasakan yaitu, lokasi,
limbik, dan korteks otak depan. Karena implus disalurkan lebih lambat dari implus di
panas, pegal, dan sensasi yang lokalisasinya samar. Besar kemungkinannya sensasi
viseral disalurkan oleh sistem ini. Sistem ini sangat penting pada nyeri kronik, dan
Salah satu jalur descendens yang telah diidentifikasi sebagai jalur penting
dalam sistem modulasi nyeri adalah jalur yang mencakup tiga komponnen
berikut :3
Sylvius.
Ada banyak sekali sebab mengapa persendian sakit, nyeri sendi dapat
merupakan gejala tunggal atau menjadi bagian banyak gejala lain yang dialami.
Manifestasi nyeri sendi dapat bervariasi, seperti kelembutan atau tidak nyaman ketika
penemuan klinis perlu diperhatikan tanda red flags dan yellow flags, tanda red flags
yang diperhatikan adalah nocturnal pain, adanya gejala sistemik (demam, penurunan
berat badan), terjadinya disabilitas pada pergerakan sendi yang signifikan, bila
yellow flags mengharuskan pemeriksa untuk memikiran diagnosis banding yang lain,
tanda tersebut berupa adanya tanda memar yang multiple atau adanya memar yang
F. Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik ialah untuk mengetahui struktur yang terlibat,
diperhatikan yaitu kekuatan, atrofi, nyeri, atau spasme.Berikut ini merupakan tabel
Nyeri pada tangan baik fokal atau unilateral dapat berasal dari trauma,
penggunaan berlebihan, infeksi, atau artritis yang diinduksi oleh kristal. Nyeri
bilateral biasanya mengarahkan pada kelainan degenerative (seperti OA), sistemik,
atau inflamasi/imun (contoh RA). Pola distribusi dari keterlibatan sendi juga
meliputi dasar ibu jari (sendi karpometakarpal pertama) lebih mengarahkan pada OA.
Sementara itu, RA lebih melibatkan PIP, MCP, sendi inerkarpal dan karpometakarpal
sinovial.1,13
2. Nyeri Lutut
Nyeri lutut dapat berasal dari intraartikular (OA, RA) atau periartikular
diperiksa saat posisi berdiri dan posisi terlentang dengan melihat pembengkakan,
lutut biasanya berasal dari perubahan hipertrofi oseus dengan kelainan seperti OA
atau artropati neuropatik.Kelainan inflamasi seperti RA, gout, pseudogout, dan artritis
3. Pemeriksaan Penunjang
atau dibutuhkan terapi segera.Individu dengan gejala kronik (lebih dari 6 minggu),
khususnya tidak respon dengan pengobatan simptomatik sebaiknya dilakukan
fase akut seperti LED, CRP.Tes serologi seperti RF, antibodi CCP, ANA,
pemeriksaan RF dan anti-CCP perlu dilakukan. Pada RA, keberadaan anti-CCP dan
Aspirasi dan analisis cairan sinovial diindikasikan pada monoartritis akut atau ketika
terdapat infeksi atau artropati akibat kristal. Cairan ini mampu membedakan proses
inflamasi dengan noninflamasi dilihat dari penampakan, viskositas, dan jumlah sel.
Efusi akibat OA atau trauma dapat memberikan viskositas normal. Sementara itu,
cairan inflamasi dapat terlihat pada efusi akibat RA, gout, dan atritis septik.1
pemeriksaan yang digunakan ketika ada riwayat trauma, curiga infeksi kronik,
memperlihatan skeleton aksial dan sendi yang sulit dilihat oleh foto polos (cocok
muskuloskeletal dengan detail dan resolusi yang baik untuk melihat sumsum tulang
kaki.
pada kursi senyaman mungkin. Selain itu, jangan menyilangkan kaki ketika
e. Konsumsi makanan yang baik untuk sendi, seperti : terung, paprika, tomat,
kentang, dan
f. juga vitamin C.
g. Contoh buah dan sayuran untuk mengobati penyakit asam urat: buah naga,
belimbing wuluh, jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai dan tomat.
i. Pada orang yang kegemukan (obesitas), biasanya kadar asam urat cepat
naik tapi pengeluaran sedikit, maka sebaiknya turunkan berat badan dengan
olahraga yang cukup (minimal 2-3 kali seminggu, minimal 20-30 menit per
hari).
j. Banyak minum air putih (1-2 gelas pagi hari, 1 gelas sebelum tidur malam
2. Farmakologis
istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian, aspirin, obat anti-
1) Memproteksi sendi
2) Menghilangkan nyeri
3) Medikamentosa
4) Rehabilitasi
5) Pembedahan
6) Psikoterapi
gout (pirai), dan artritis septic prinsipnya sama, hanya ada kekhususan tertentu.
anti inflamasi dan berguna pada pengobatan nyeri pada sendi seperti yang diakibatkan
oleh osteoarthtritis. Kekhususan tertentu untuk pengobatan untuk keluhan nyeri pada
1. Obat analgetik
menekan nyeri dan inflamasi, tetapi tidak dapat menghentikan perjalanan penyakit
RA,jadi lebih bersifat simptomatik. Walaupun demikian obat ini masih diperlukan
karena dapat mengurangi keluhan penderita sehingga tetap dapat melakukan aktifitas
sehari-hari. Penderita RA umumnya lebih sering dan lebih banyak menggunakan obat
ini karena keluhan inflamasi sendinya lebih menonjol, dengan demikian efek samping
juga lebih sering dijumpai. Hingga saat ini DMARD baru ditemukan untuk penderita
RA. DMARD dapat menekan perjalanan penyakit RA sampai tahap remisi, penderita
selama beberapa waktu dapat bebas dari keluhan inflamasi sendi tanpa menggunakan
obat analgetik atau OAINS, DMARD membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar
6 bulan, agar dapat mencapai efek yang diharapkan, oleh karena itu pada tahap awal
hanya bersifat simptomatik saja dan digunakan sebagai analgetik adjuvant karena
efek anti-inflamasinya. Penggunaan kortikosteroid hanya pada kasus berat, yang tidak
OAINS. Pada kasus berat yang ditandai dengan demam tinggi, anemia, berat badan
sindrom Felty biasanya diberikan dosis tinggi, yang segera diturunkan bertahap bila
gejala berkurang. Pada penderita yang tidak responsif dengan OAINS, maka dosis
sendinya masih tetap meradang, pemberian tidak boleh terlalu sering dan hati-hati