You are on page 1of 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

Aisyah Ardine

21020116130058

Teknik Arsitektur/Kelas A

Dosen Pengampu:

Drs. Mulyo Hadi, M.Hum

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

2017
Topik : Mahasiswa Kreatif

Tujuan Penulisan : Menyadarkan pembaca atas pentingnya peran mahasiswa sebagai


sumber daya kreatif dalam perkembangan pembangunan

Tema : Penjabaran dan langkah – langkah perwujudan mahasiswa sebagai


sumber daya kreatif dalam perkembangan pembangunan

Tesis : Diantara orang awam yang belum memahami sepenuhnya bagaimana


pribadi kreatif yang dibutuhkan sebenarnya dalam penyelesaian
masalah, mahasiswa sebagai bagian dari serumpunan penggerak
pembangunan di masa kini dan nanti tentunya membutuhkan sisi kreatif
dalam caranya menyelesaikan masalah yang dimana sisi kreatif tersebut
bisa ditumbuhkan dan dikembangkan.

Kerangka Karangan :

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
2. Isi
2.1 Mahasiswa
Pengertian Mahasiswa
Ciri – Ciri Mahasiswa
Hubungan Mahasiswa dan Kreatifitas sebagai Agent of Change
2.2 Pentingnya Kreatifitas Mahasiswa dalam Perkembangan Kemajuan
Pola Pikir Design Thinking dalam Mengembangkan Diri
Peran Kreatifitas Mahasiswa dalam Industri Kreatif
2.3 Meningkatkan Pola Pikir Kreatif pada Mahasiswa
Langkah Sederhana Meningkatkan Pola Pikir Kreatif
Konsep Design Thinking dalam Pola Pikir Kreatif
3. Penutup
3.1 Kesimpulan

Judul : Mahasiswa sebagai Sumber Daya Kreatif


Mahasiswa sebagai Sumber Daya Kreatif
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menjadi pribadi yang kreatif lebih dari sekedar menghasilkan sesuatu dalam bidang
maupun aspek yang berhubungan dengan kesenian. Menjadi pribadi yang kreatif jika ditelaah
lebih dalam lagi lebih menekankan kepada bagaimana seseorang dapat menghadirkan suatu
solusi terhadap sebuah permasalahan dan bagaimana cara seseorang untuk menyelesaikan
kendala – kendala yang dihadapinya.

Mahasiswa sebagai bagian dari serumpunan penggerak pembangunan di masa kini dan
nanti tentunya membutuhkan sisi kreatif dalam caranya menyelesaikan masalah seperti yang
sudah disebutkan di atas. Namun, sebagian besar dari orang awam, baik mahasiswa atau
masyarakat bebas, belum memahami sepenuhnya bagaimana pribadi kreatif yang dibutuhkan
sebenarnya dalam pelaksanaan pembangunan dan penyelesaian masalah. Padahal, mahasiswa
itu sendiri sebenarnya menjadi bagian dari sumber daya kreatif yang dibutuhkan dalam
pembangunan di bangsa ini.

BAB 2 : ISI

2.1 MAHASISWA

Mahasiswa, pada pengertiannya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


didefinisikan sebagai seseorang yang belajar di perguruan tinggi. Lengkapnya, mahasiswa
adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun terdaftar sedang menjalani
pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institute, dan universitas (Hartaji, 2012: 5).
Mahasiswa selalu diharapkan untuk memiliki inteklektualitas, kecerdasan, dan
kerencanaan dalam bertindak. Prinsip lain yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah berpikir
kritis serta bertindak cepat dan tepat. Adapun, ciri – ciri dari mahasiswa itu sendiri disebutkan
dalam kutipan di bawah ini,

“Menurut Kartono (dalam Ulfah, 2010) mahasiswa merupakan anggota masyarakat


yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain: a) Mempunyai kemampuan dan kesempatan
untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. b)
Karena kesempatan yang ada, mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai
pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia
kerja. c) Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. d)
Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.
(Ramadhan, IH, 2016, BAB II KAJIAN TEORI,
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwj00MvjotDXAhUJMY8KHdoKCKQQFghUMAU&url=http%3A%2F%2Fr
epository.unpas.ac.id%2F13211%2F5%2FBAB%2520II%2520fix.pdf&usg=AOvVaw2DPK
1gCKAVBr6ClSVWtlR7, diakses tanggal 22 November 2017)”

Salah satu poin penting yang perlu digarisbawahi dalam kutipan di atas bahwa
mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi.
Hal ini pun selaras dengan peran istimewa mahasiswa sebagai agent of change. Dalam
perannya menjadi agent of change, mahasiswa tidak hanya diharapkan sebagai penggagas
perubahan, tetapi juga sebagai objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Pun dalam
menjalankan perannya, mahasiswa yang identik dengan titel sebagai intelektual, diharapkan
tidak hanya sekedar intelektual, namun juga harus memiliki karakteristik kreatif dan inovatif.
Kreatifitas pada mahasiswa dapat dilihat dalam pekerjaan dan pola pikirnya yang memiliki
daya cipta terhadap sesuatu.

2.2 PENTINGNYA KREATIFITAS MAHASISWA DALAM PERKEMBANGAN


PEMBANGUNAN

Mahasiswa yang dibutuhkan dalam upaya perkembangan dan pembangunan tidak


hanya yang memiliki penilaian tinggi dalam hal akademik, tetapi mahasiswa yang kompeten
di bidang keilmuannya dan dapat bersikap solutif terhadap problematika yang ada di
masyarakat. Pada dasarnya, ilmu yang ditekuni mahasiswa di bangku perkuliahan tidak
menjadi ilmu yang digunakan untuk mencari pekejraan saja, namun ilmu tersebut pun akan
digunakan untuk berkontribusi dalam masyarakat. Bersikap solutif adalah perwujudan dalam
berpikir kreatif.
Pendekatan secara design thinking menyebutkan bahwa pemikiran kreatif dapat
menjadi proses yang rasional terhadap sebuah masalah dan memecahkannya secara praktis dan
aplikatif. Cara berpikir seperti desainer harus diterapkan pada mahasiswa, dimana pola pikir
kreatif, pemberi solusi, mandiri, optimis, peka, kritis, dan empati sangat ditonjolkan. Jika hal
ini terus dikembangkan, dapat dipastikan potensi pemimpin yang visioner dan potensi
pendukung yang kuat bukanlah hal yang sulit untuk diraih.[1]
Jika dikembangkan lagi, kreatifitas mahasiswa saat ini pun dibutuhkan dalam
perkembangan pemerintah dalam program Industri Kreatif. Dalam kasus ini, mahasiswa
sebagai agent of change dapat menjalankan 2 hal, diantaranya adalah sebagai pemberi
sosialisasi dan pemberi lapangan pekerjaan.
Mahasiswa diharapkan sebagai pemberi sosialisasi karena dalam program Industri
Kreatif, kurangnya sosialisasi nampaknya merupakan akar dari kurangnya partisipasi
masyarakat dalam program Industri Kreatif. Dengan daya kreativitas yang tinggi, mahasiswa
diharapkan dapat mengemas sosialisasi program Industri Kreatif pada masyarakat dengan
menarik dan menimbulkan daya tarik untuk berpartisipasi oleh masyarakat itu sendiri.
Tindakan selanjutnya, dimana mahasiswa sebagai pemberi lapangan kerja, lebih membutuhkan
pola pikir kreatif pada mahasiswa. Mahasiswa dengan semangat juang yang tinggi serta masih
berapi – api, jika didukung dengan daya kreativitas, pasti akan mampu menciptakan suatu
lapangan pekerjaan baru. Pemerintah, dalam upayanya mengusung program Industri Kreatif,
sudah melakukan pemetaan terhadap subsektor Industri Kreatif. Empat belas subsektor Industri
Kreatif yang menjadi fokus pengembangan pemerintah hingga tahun 2025, meliputi
periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan fotografi,
permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan, penerbitan dan percetakan, layanan computer
dan piranti lunak, televisi, serta riset dan pengembangan.[2] Dilihat dari subsektor yang
berusaha dikembangkan oleh pemerintah, penjabaran subsektornya pun berusaha merambah ke
bidang – bidang yang sedang digandrungi generasi muda, atau dalam konteks ini, mahasiswa.
Pemerintah berusaha menimbulkan sifat berwirausaha dalam mahasiswa. Definisi dari
wirausahan sendiri memiliki kesinambungan dalam peran mahasiswa sebagai agent of change.
Menurut Organisation for Economis Co-operation and Development, wirausahawan
didefinisikan sebagai agen perubahan dan pertumbuhan di dalam sebuah sistem perekonomian
dan berfungsi sebagai pencipta, penyebar, dan penerap gagasan – gagasan inovatif.[3] Dari

[1]
Yanuar Herlambang, “Peran Kreativitas Generasi Muda dalam Industri Kreatif terhadap Kemajuan Bangsa”,
Essay Dosen Program Studi Manajemen Informatika, Konsentrasi Desain Multimedia Politeknik LP3I Bandung,
(Bandung, 2017), hlmn. 8, t.d.
[2]
Tim Studi, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, (Jakarta: Departemen Perdagangan RI, 2008),
hlmn. 14
[3]
David B. Audrestch, dkk., Local Heroes in Global Village: Globalization and the New Entrepreneurship
Policies, (New York: Springer, 2006), hlmn.23
pengertian tersebut dapat terlihat dimana peran mahasiswa sebagai agent of change dalam
berwirausaha.

2.3 MENINGKATKAN POLA PIKIR KREATIF PADA MAHASISWA

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menjadi mahasiswa kreatif, memiliki gagasan atau
ide baru setiap hari merupakan salah satunya. Dalam membiasakan diri untuk berpikir kreatif,
hal tersebut bisa dimulai dengan merenungkan diri selama 10 menit setelah melakukan segala
aktivitas. Dalam renungan tersebut, munculkan cara yang lebih baik untuk melakukan
pekerjaan di esok hari, mulailah ciptakan gagasan untuk melakukan suatu pekerjaan atau
kegiatan dengan lebih menarik.
Pola pikir desainer pun sudah sedikit disinggung pada tulisan – tulisan sebelumnya.
Secara garis besar, design thinking atau design actions dapat membantu untuk mengenali apa
yang sebenarnya telah dilakukan sehari – hari. Pola pikir ini merujuk untuk membiasakan
mengubah pola pikir dengan cepat sesuai dengan apa yang sedang dihadapi. Dalam pola
kerjanya, desainer diharuskan menjawab segala tantangan yang berbeda – beda dalam setiap
pekerjaanya dengan solusi yang istimewa.
Dalam mengembangkan pola pikir desainer, terdapat 5 tahap yang dipaparkan oleh
Hasso-Plattner Institute of Design, diantaranya adalah emphatise, define, ideate, prototype,
dan test.[4] Tahap pertama, yaitu empathise atau berempati. Empati diperlukan dalam
memahami permasalahan yang ada sehingga penilaian terhadap suatu masalah dapat bersifat
objektif dengan cara mengamati, ikut terlibat, dan merasakan langsung. Tahap selanjutnya,
define atau menentukan permasalahn yang sebenarnya dari tahapan emphatise. Tahap ideate
adalah tahapan berikutnya dimana pola pikir kreatif itu sendiri mulai dibutuhkan untuk
dikembangkan. Pada tahap ini, dibutuhkan ide – ide untuk mnyelesaikan suatu pemasalahan.
Dalam memunculkan ide – ide untuk menyelesaikan masalah, dapat dimunculkan dengan
brainstorming, membuat mind map, membuat sketsa, atau bahkan membuat prototipe, yang
menjadi tahapan selanjutnya dalam menanamkan pola pikir desainer.

[4]
Rikke Dam dan Teo Siang, “5 Stages in the Design Thinking Process”, https://www.interaction-
design.org/literature/article/5-stages-in-the-design-thinking-process, hlmn. 1
BAB 3 : PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Di dalam ruang lingkup pelaksanaan mahasiswa sebagai sumber daya kreatif,


kreativitas tidak hanya mencangkup daya imajinasi saja, akan tetapi kreativitas harus bersifat
praktis dan produktif. Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda menjadi bagian dari
kekuatan untuk memajukan pembangunan di negara ini, dimana dalam pola pikir kreatif
dibutuhkan karakter dengan pemikiran kreatif, solutif, mandiri, kritis, hingga empati.
Daftar Pustaka

Nurnaini, K. 2014. “BAB II KAJIAN PUSTAKA”.


http://digilib.uinsby.ac.id/387/4/Bab%202.pdf, diakses pada 22 November 2017 pukul 01:34
WIB.

Ramadhan, IH, 2016, “BAB II KAJIAN TEORI”,


https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8
&ved=0ahUKEwj00MvjotDXAhUJMY8KHdoKCKQQFghUMAU&url=http%3A%2F%2Fr
epository.unpas.ac.id%2F13211%2F5%2FBAB%2520II%2520fix.pdf&usg=AOvVaw2DPK
1gCKAVBr6ClSVWtlR7, diakses pada 22 November 2017 pukul 01:48 WIB.

Sianturi, Shelvi. 2016. “Mahasiswa: Peran, Fungsi, dan Pengertian Mahasiswa menurut Para
Ahli”, https://www.masukuniversitas.com/mahasiswa/, diakses pada 22 November 2017 pukul
01:55 WIB.

Herlambang, Yanuar. 2017. “Peran Kreativitas Generasi Muda dalam Industri Kreatif terhadap
Kemajuan Bangsa” (hlmn. 8). Bandung: Politeknik LP3I Bandung.

Tim Studi. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Jakarta: Departemen
Perdagangan RI.

Audrestch, David B., dkk. 2006. Local Heroes in Global Village: Globalization and the New
Entrepreneurship Policies. New York: Springer.

Dam, Rikke dan Teo Siang. 2017. “5 Stages in the Design Thinking Process”.
https://www.interaction-design.org/literature/article/5-stages-in-the-design-thinking-process,
diakses pada 22 November 2017 pukul 12:13 WIB.

Renanda, Raul. 2014. Mencuri Kreativitas Desainer. Jakarta: TransMedia Pustaka.

You might also like