Professional Documents
Culture Documents
Jtyfuioioppo
Jtyfuioioppo
Disusun oleh :
03011042
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Sekitar 40 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami gangguan
kecemasan ketika usia 18 tahun keatas atau 18% dari total penduduk. Jenis
kecemasan yang paling sering dialami yaitu Generalized anxiety disorder (3,1%) dan
Panic Disorder (2,7% ). Perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk
gangguan kecemasan yaitu 3 : 2.5 Sedangkan di indonesia prevalensi gangguan
mental emosional berupa depresi dan cemas pada masyarakat berumur di atas 15
tahun mencapai 11,6 persen.6
2.3 ETIOLOGI
Penyebab gangguan cemas multifaktorial, faktor biologis, psikologis, dan
sosial. Faktor biologis kecemasan akibat dari reaksi saraf otonom yang berlebihan
dan terjadi pelepasan katekolamin.7
2.4 PATOFISIOLOGI7
Teori Psikoanalitik
2
sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas
tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul
sebagai serangan panik.
Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respons dari stimulus lingkungan yang
spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang
memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia bertemu
ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita.
Bahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya yang cemas.
Teori Eksistensi
3
Neurotransmiter
1. Norepinephrine
Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan cemas, adalah
pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk
terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak.
2. Serotonin
3. GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-
obatan benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA
tipe A.
Korteks Serebri
Sistem Limbik
4
(6) Gangguan Stress Akut;
Gejala takut atau tak nyaman yang khas, akut dan dramatik. Terdiri dari
minimal 4 dr 13 gejala, yang terjadi dalam beberapa menit sampai 10 menit
(mencapai puncak gejala). Bisa terjadi pd pasien dengan / tanpa cemas kronis.
Timbul tiba-tiba atau bersifat “cemas antisipatorik”. Beberapa kali per
hari/minggu/bulan , atau hilang berbulan-bulan. Lebih banyak pada wanita dibanding
pria 2 : 1.
5
Gejala otonom : berdebar-debar, nyeri dada, gemetar, rasa tercekik, nyeri
abdomen, keringat, pusing, disorganisiasi, bingung, takut mati.
2. berkeringat
3. gemetar
5. merasa tercekik
6
c) perubahan bermakna dalam perilaku yang terkait pada serangan
B. Ada atau tidak ada Agorafobia
C. Tidak akibat faktor fisiologis langsung dari zat (penyalahgunaan zat, pengobatan)
atau kondisi medik umum (hipertiroidism)
D. Bukan akibat gangguan mental lain seperti fobia sosial, fobia khusus / spesifik,
obsesif-kompulsif, Posttraumatic Stress Disorder atau Separation Anxiety
Disorder.
7
Gangguan cemas perpisahan ( e.g.mengindari meninggalkan rumah
atau keluarganya)
Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika penderita
memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses biologis dan psikis. Obat-
obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya. Selain itu,
psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai pertentangan psikis yang
mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku cemas
a. Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat
anti depresi dan obat anti cemas:
8
kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat
mencegah kekambuhan
2. Alprazolam; awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6
minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai
akhirnya dihentikan. Jadi setelah itu dan seterusnya, individu hanya minum
golongan SSRI.
b. Psikoterapi
Terapi Relaksasi
Terapi ini bermanfaat meredakan secara relatif cepat serangan panik dan
menenangkan individu, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari.
Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu
mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan
mensugesti pikiran ke arah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dalam
proses terapi, dokter akan mebimbing secara perlahan-lahan, selama 20-30 menit.
Setelah itu, individu diminta untuk melakukannya sendiri di rumah setiap hari.
Psikoterapi Dinamik
Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar
menghilangkan gejalanya semata. Pada psikoterapi ini, biasanya pasien lebih
banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar. Terapi ini
memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hal ini
tentu memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta
kesabaran kedua belah pihak.
9
Prognosis Gangguan Panik
2.5.2 FOBIA7
Definisi Fobia
Fobia berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia
adalah suatu ketakutan yang tidak irasional yang menyebabkan penghindaran yang
disadari objek, aktifitas / situasi yang ditakuti. Reaksi fobia menyebabkan gangguan
pada kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupannya. Fobia dibedakan
dalam tiga jenis menurut jenis objek atau situasi ketakutan yaitu agorafobia, fobia
spesifik, dan fobia sosial.
Fobia spesifik adalah suatu rasa takut yang kuat dan persisten pada suatu
objek atau situasi. Fobia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial adalah
rasa takut yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa malu dalam berbagai
lingkungan sosial.
Fobia Spesifik
10
DSM-IV-TR 300.29 FOBIA SPESIFIK
A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,
ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapat suntikkan,
melihat darah).
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau
dengan penderitaan yang jelas.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
11
Sebutkan tipe :
Tipe Binatang
Dalam tabel ini, kriteria A dan B telah disebutkan di dalam DSM-IV-TR untuk
memberikan kemungkinan jika suatu pajanan terhadap stimulus fobia dapat
mencetuskan serangan panik. Kontras dengan gangguan serangan panik, serangan
panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus penyebabnya. Fobia darah-
suntikan-sakit dibedakan dari fobia yang lain karena didapatkan respons yang
berbeda dari fobia tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi.
Penegakan diagnosa fobia spesifik juga harus difokuskan pada benda yang menjadi
stimulus fobia. Berikut di bawah ini adalah contoh fobia spesifik yakni :
12
Xenophobia Takut akan orang yang asing
Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia sosial dapat
diikuti dengan serangan panik. DSM-IV-TR juga menyertakan untuk fobia sosial
yang bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi, prognosis, dan
respons terhadap terapi. DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia sosial bila gejala
yang timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi karena rasa malu dari
kelainan mental atau non-mental.
A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau
memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak
dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan menghinakan
atau memalukan.
13
Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapi adalah
dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung dari
zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum
dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya, Gangguan
Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia, Gangguan Cemas Perpisahan, Gangguan
Dismorfik Tubuh, Gangguan Perkembangan Pervasif, atau Gangguan
Kepribadian Skizoid).
H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya
misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau
memperlihatkan perilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atau Bulimia
Nervosa.
Sebutkan Jika :
Penatalaksanaan Fobia
Terapi Perilaku
Salah satu terapi yang paling sering digunakan dan dipelajari adalah terapi
perilaku. Kesuksesan terapi ini bergantung pada :
14
Komitmen pasien dengan terapi
Permasalahan dan tujuan terapi yang jelas
Berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menangani masalah.
Terapi perilaku yang sering digunakan adalah desensitisasi sistematis,
dimana pasien dipajankan dengan stimuli-stimuli yang berkekuatan menimbulkan
cemas yang paling rendah hingga yang paling kuat. Dengan penggunaan obat-obat
antianxietas, hipnosis, dan instruksi relaksasi otot, pasien diajarkan untuk
membentuk suatu mekanisme respon yang baru terhadap stimulus-stimulus
tersebut. Selain itu,, terdapat terapi perilaku yang lain yakni image flooding, dimana
pasien dipajankan dengan gambar-gambar stimulus cemas sampai pada masa
dimana pasien tidak merasakan cemas lagi.
Psikoterapi
Terapi Lainnya
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga berguna pada terapi gangguan
fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi bahwa objek fobik
tidaklah berbahaya, dan teknik hipnosis diri diajarkan pada pasien sebagai metode
relaksasi jika berhadapan dengan objek fobik. Psikoterapi suportif dan terapi
keluarga berguna dalam membantu pasien secara aktif menghadapi objek fobik
selama pengobatan. Obat-obatan seperti antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat
berguna pada pasien dengan fobia spesifik, benzodiazepine, psikoterapi, atau terapi
kombinasi dapat digunakan pada kasus fobia spesifik. Pasien dengan fobia sosial,
psikoterapi dan farmakoterapi berguna untuk menangani gangguan fobia sosial.
Menggabungkan kedua bentuk terapi diduga meningkatkan efektivitas terapi. Obat-
obatan yang dapat digunakan pada fobia sosial berupa :
15
Venlafaxine
Buspirone
16
Pedoman Diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh
17
E. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara eksklusif selama suatu Gangguan
Mood, Ganguan Psikotik, atau Gangguan Perkembangan Pervasif.
a) Farmakoterapi9
Benzodiazepin
Buspiron
18
b) Psikoterapi
Terapi Kognitif Perilaku
Terapi Suportif
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menganggu
(intrusif). Sedangkan kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan,
dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindari.
19
Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan
kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika seseorang memaksa
untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat.
1. Pikiran, impuls, atau layangan yang berulang dan menetap yang dialami,
pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai,
dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang
masalah kehidupan yang nyata.
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, Impuls, atau
bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah
hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan
pikiran)
20
Kompulsi seperti yang didefinisikan oleh (1) dan (2) :
Dengan tilikan buruk : jika, selama sebagian besar waktu episode terakhir, orang
tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.
21
Penatalaksaan Gangguan Obsesif Kompulsif
22
Selain itu juga terdapat capsulotomy.Teknik bedah nonablasi dimana menanamkan
elektrode-elektrode pada nukleus-nukleus ganglia basal. Terapi-terapi ini dilakukan
dengan bantuan MRI. Komplikasi dari terapi bedah tersebut umumnya adalah
kejang, yang dapat diterapi dengan fenitoin.
Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya
muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang
menimbulkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga.
Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat.
Perjalanan penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien
mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain menetap
dan terus-menerus ada.
Indikasi prognosis buruk adalah: kompulsi yang diikuti, awitan masa kanak,
kompulsi yang bizarre, memerlukan perawatan rumah sakit, ada komorbiditas
dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan
adanya gangguan kepribadian(terutama kepribadian skizotipal). Indikasi adanya
prognosis yang baik adalah adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik,
adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejaja yang episodik.
23
2.5.6 Post Traumatic Stress Disorder7,8
Gejala gangguan mental, akibat suatu stress yang sangat berat yang dialami
individu; berupa ketakutan dan tidak berdaya, secara persisten hidup kembali dalam
keadaan traumatik dan mencoba melupakannya.
Berlangsung lebih dari satu bulan dan mengakibatkan gangguan bermakna
pada fungsi keluarga dan pekerjaan.
Etiologi
Mengalami atau terancam dalam perang, siksaan, bencana alam,
penyerangan, perkosaan atau kecelakaan serius. Saat mengalaminya, bisa terjadi
alexithymia (tidak mampu mengenali/mengatakan perasaannya).
Gambaran klinis
Emosi tumpul, perilaku menghindar, sering sangat tegang. Selama beberapa
bulan atau tahun. Merasa bersalah, menyangkal dan terhina. Mungkin ada disosiasi
dan serangan panik, ilusi atau halusinasi. Gangguan daya ingat dan perhatian.
Kadang ada agresivitas, kekerasan, gangguan kendali impuls, depresi dan
penyalahgunaan zat.
(1) Ketegangan (Distress) yang persiten dan intrusif bila mengingat kembali
(rekoleksi) peristiwa itu. Rekoleksi meliputi images, pikiran atau persepsi.
(2) Mimpi yang menakutkan/menegangkan dan berulang tentang peristiwa itu.
(3) Merasakan atau berperilaku seperti saat peristiwa traumatik sedang
terulang lagi. (berupa penghayatan peristiwa itu terjadi lagi, ilusi, halusinasi;
dan episode kilas balik dissosiatif , termasuk yang terjadi saat bangun tidur
atau intoksikasi alkohol ).
24
(4) Ketegangan psikologis yang kuat akibat paparan terhadap tanda internal
atau eksternal yang menyimbolkan atau mirip suatu aspek peristiwa
traumatik.
(5) Ada reaktifitas fisiologis akibat paparan/pajanan terhadap tanda internal
atau eksternal yang menyimbolkan / mirip suatu aspek peristiwa traumatik.
C. Penghindaran terus menerus terhadap stimulus yang berkaitan dengan
trauma,dan penumpulan menyeluruh responsitas (sebelum trauma tidak ada),
seperti yang ditunjukkan oleh 3 ( atau lebih ) berikut ini :
(1) Sulit memulai tidur, atau sulit mempertahankan tidur (mudah terbangun)
(2) Irritabilitas atau ledakan amarah.
(3) Sulit konsentrasi.
(4) Hypervigillance (mudah terkejut atau terjaga)
(5) Respon terkejut/terjaga yang berlebihan ( exaggerated startle response ).
E. Durasi gangguan harus lebih dari 1 bulan ( gejala2 kriteria B, C dan D )
Tipe khusus :
25
Akut : jika durasi gejala kurang dari 3 bulan ( setelah stressor ).
Dengan onset lambat : jika onset gejala terjadi se-kurang-2nya 6 bulan setelah
stressor .
Terapi :
Farmakoterapi :
clonidin, propanolol.
Alprazolam.
Psikoterapi :
Psikoterapi psikodinamik, rekonstruksi kejadian traumatik dengan abreaksi
asosiasi dan katarsis.
Terapi perilaku,
Terapi kognitif,
hypnosis.
Penyulit PTSD : bisa terjadi antara 1 minggu sampai 30 tahun setelah trauma.
Gejalanya sama dengan PTSD, kecuali timbul dalam kurun waktu kurang dari
4 minggu dan berlangsung selama 2 hari - 4 minggu.
26
Kriteria diagnosis Gangguan stress akut :
A. Orang yang dipaparkan pada suatu peristiwa traumatik akan mengalami 2 dari
berikut ini :
(1) Orang yang mengalami, menyaksikan, atau yang dihadapkan pada 1 atau
lebih peristiwa yang nyata menyebabkan ancaman kematian , atau cedera
berat, atau mengancam integritas dirinya atau orang lain .
(2) Respon orang tersebut berupa ketakutan yang dahsyat, rasa
ketidakberdayaan / tidak ada pertolongan , atau rasa ngeri ( horror ) yang
hebat.
B. Selama dan/atau sesudah mengalami peristiwa yang sangat menegangkan ,
individu mengalami 3 (atau lebih) gejala dissosiatif berikut ini :
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrison, T.R; Resnick, W.R; Wintrobe, M.M; Thorn, G.W; Adams, RD et al.,
2005. Mc Graw Hill: New York.
2. Kaplan, B.J., Sadock, V.A, 2005, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
:Behavioral. Jakarta: EGC.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar.
2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia.
4. Carpenito LJ. 2001. Anxiety. In: Carpenito LJ, . Nursing diagnosis and
application to clinical practice. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
5. ADAA (Anxiety And Depressio Asociation of America) . 2013.
http://www.adaa.org/about-adaa/press-room/facts-statistics [Accessed on
March 8th 2017]
6. Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
7. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis 2th.ed.
Lippincott Williams & Wilkins, 2013:230- 67.
8. American Psychiatric Association, Diagnostic Criteria, DSM -IV - TR, 2005 :
209 -223
9. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical
Applications 2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300
29