Professional Documents
Culture Documents
Cakul RM
Cakul RM
A. OBAT-OBAT ANTIRETROVIRAL
2.1 Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
a. Mekanisme Kerja
Reverse transcriptase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA
proviral sebelum bergabung dengan kromosom hospes. Karena
antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV, obat-obat
golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi
hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat
bekerja, semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh
enzim sel hospes di sitoplasma. Karena NRTI tidak memiliki gugus 3’-
hidroksil, inkorporasi NRTI ke DNA akan menghentikan perpanjangan
rantai. Walaupun golongan obat ini dapat digunakan sebagai
monoterapi atau kombinasi 2 macam obat, namun lebih berguna jika
NRTI merupakan komponen dari regimen 3 atau 4 macam obat. Yang
termasuk komplikasi yang disebabkan oleh obat-obat golongan ini
adalah asidosis laktat dan hepatomegali berat dengan steatosis.
b. Nama-Nama Obat NRTI
1. Zidovudin
(ZDV, AZT, Retrovir®)
Sediaan dalam bentuk tablet 300 mg dan kapsul 100 mg, sirup 10 mg/ml,
suntikan IV 10 mg/ml.
Dosis 300 mg lewat oral tiap 12 jam dengan atau tanpa makan. Sediaan
kombinasi Duviral mengandung ZDV 300 mg/3TC 150 mg/tab. Dosis
Duviral 1 tablet peroral tiap 12 jam
Efek samping: mual/muntah, sakit kepala, kembung, anemia, neutropenia,
mialgia, miopati, artralgia, peningkatan transaminase.
Pemberian bersama makanan mengurangi mual.
Perhatian : monitor hematokrit, leukosit, tes fungsi hati.
2
2. Didanosin (ddI, Videx®)
Bentuk sediaan tablet salut enterik yang dapat diberikan sebagai dosis
tunggal dosis: >60kg, 400 mg per oral sekali sehari
Dosis: <60kg, 250 mg per oral sekali sehari
Efek samping : diare, neuropati perifer, pankreatitis, enzim transaminase dan
neuropati perifer.
Perhatian :
Obat diberikan tidak bersama makanan.
Monitor fungsi hati, amilase/lipase,
Hati-hati pemberian bersama dengan obat yang menyebabkan
pankreatitis.
3. Stavudin
(d4T, Zerit®)
3
Efek samping: mual, muntah, diare, nyeri perut, dan reaksi hipersensitivitas
(5%) Perhatikan tanda-tanda alergi: demam, mual atau lelah, dengan atau
tanpa ruam.
Jangan pernah diulangi jika terjadi alergi karena bisa timbul shok
anafilaksis. Informasikan secara rinci mengenai kemungkinan dan tanda
alergi dan lakukan monitoring ketat terhadap reaksi hipersensitivitas.
4
2.2 Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
Tenovofir disoproksil fumarat merupakan nucleotide reverse transcriptase inhibitor
(NtRTI) pertama yang ada untuk terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam kombinasi
dengan obat antiretrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui 3 tahap fosforilase
intraselular untuk menjadi bentuk aktif, NtRTI hanya membutuhkan 2 tahap fosforilasi saja.
Diharapkan, dengan berkurangnya satu tahap fosforilasi, obat dapat bekerja lebih cepat dan
konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna.
Tenovofir Disoproksil
Mekanisme Kerja. Bekerja pada HIV RT (dan HBV RT) dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
Resistensi. Resistensi terhadap tenovofir disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65.
Spektrum Aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2) serta berbagai retrovirus lainnya dan HBV.
Indikasi. Infeksi HIV dalam kombinasi dengan efavirenz, tidak boleh dikombinasi dengan
lamivudin dan abakavir.
Efek Samping. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain mual, muntah, flatulens, dan
diare.
5
inang. NNRTI tidak memerlukan fosforilasi intraselular untuk aktivitas. Resistensi dapat
berkembang dengan cepat, kadang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Mutasi
kodon tunggal dapat mengurangi kerentanan obat-obatan ini hingga lebih dari 100 kali dan
resistensi- silang terhadap NNRTI lain terlihat dengan sebagian besar mutasi ini (paling
sering pada kodon 103 atau 181 pada bagian pengikatan hidrofobik). Oleh sebab itu, semua
pasien yanggagal dalam pengobatan dengan satu NNRTI karena mutasi resistensi spesifik
harus dipertimbangkan bahwa telah gagal terhadap seluruh golongan tersebut
b. Nama-nama Obat NNRTI
Jenis obat yang termasuk NNRTI yaitu:
1. Nevirapin (NVP)
Nevirapine (NVP, Viramune®)
Bentuk sediaan tablets : 200 mg
Dosis : 200 mg peroral sekali sehari 14 hari, lalu 200 mg dengan/tanpa makanan
Efek samping : ruam yang berat, demam, gangguan saluran cerna, peningkatan
transaminase
Perhatian : Pemberian 200 mg dosis tunggal untuk 2 minggu pertama mengurangi
kemungkinan alergi; periksa fungsi hati tiap 2 minggu untuk 2 bulan pertama, selanjutnya
tiap bulan untuk 3 bulan berikutnya.
Nevirapin (NVP) tersedia secara luas (termasuk dalam sediaankombinasi dosis
tetap) dan lebih murah dari EFV. Lebih lanjut,pengalaman dari negara dengan sumber daya
terbatas menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Namun, angka kejadian ruam yang
berhubungan dengan NVP lebih tinggi dibanding dengan EFV. Ruam akibat NVP lebih
berbahaya dan dapat terjadi Sindroma Stevens-Johnson. NVP juga dapat menimbulkan
hepatotoksisitas. Hal ini membuat NVP kurang sesuai untuk mengobati pasien yang
mendapat obat yang memiliki potensi hepatotoksisitas lainnya juga.
Memulai terapi NVP bersamaan dengan obat baru lainnya juga dapat
menyebabkan ruam (misalnya kotrimoksasol) sehingga harus dihindari sedapat mungkin.
Pada kasus reaksi kulit dan hati yang berat, NVP harus dihentikan secara permanen dan
tidak diulang pemberiannya. NVP menjadi pilihan bagi perempuan jika terdapat potensi
kehamilan atau selama trimester I kehamilan, saat EFV tidak dapat digunakan kerena efek
teratogeniknya.
6
2. Efavirenz
Efavirenz (EFV, Sustiva®, Stocrin®)
Bentuk sediaan kapsul: 50, 100, 200, 600 mg
Dosis : 600 mg peroral sekali sehari dengan/tanpa makanan
Efek samping : susunan saraf pusat (SSP): mimpi buruk, susah konsentrasi, pusing,
insomnia, ruam. Gejala SSP biasanya terjadi,tapi akan membaik dalam 7-14 hari; T1/2 40-
55 jam; CYP 3A inducer.
Perhatian :Jangan diberikan pada wanita hamil karena menimbulkan teratogenik.
Efavirens (EFV) dapat digunakan sehari sekali dan biasanya ditoleransi dengan
baik. Namun harga sedikit lebih mahal dan ketersediaannya masih terbatas dibandingkan
dengan NVP. Toksisitas EFV berupa gangguan SSP, teratogenik dan ruam kulit. Ruam
akibat EFV biasanya ringan, sembuh spontan dan tidak sampai menghentikan minum obat.
Gejala SSP berkurang setelah 2-4 minggu pada mayoritas pasien. EFV harus dihindari pada
pasien dengan riwayat gejala psikiatri berat, potensi adanya kehamilan (kecuali jika
kontrasepsi yang efektif telah dilakukan) dan saat trimester pertama kehamilan. Pada
keadaan diatas NVP adalah pilihan terbaik. EFV adalah golongan NNRTI pilihan pada
kasus koinfeksi TB/HIV yang mendapat OAT yang mengandung rifampisin.
Efek samping obat adalah salah satu penyebab morbiditas, dirawatnya pasien dan
mortalitas. Hal tersebut juga berpengaruh pada kepatuhan pasien terhadap rencana terapi.
Karena itu pendeteksian dini efek samping adalah hal kritis dan dalam hal ini apoteker
dapat ikut berperan.
7
Efek merugikan yang paling sering terjadi pada obat-obatan ini adalah ruam, yang
biasanya muncul pada l5-25% pasien. Efek yang paling membahayakan nyawa adalah
sindrom Stevens-Johnson. Peningkatan transaminase hepatik juga umum pada obat-obat
golongan ini, meskipun kecenderungan untuk menyebabkan hepatitis parah bervariasi
pada senyawa-senyawa yang berbeda.
2. Ritonavir
Nama Lain : Norvir
Dosis : peroral 1200 mg per hari ( 6 kapsul 100 mg, dua kali sehari bersama
dengan makanan). Anak diatas satu bulan, 350-400mg/m2 luas permukaan badan.
8
AturanPakai : Di apotek, kapsul ritonavir disimpan dalam kulkas pada suhu 25˚C dan
dipakai dalam 30 hari. Ada versi ritonavir 100 mg, tidak harus disimpan dalam suhu dingin
tapi dipakai waktu makan. Bila ritonavir dipakaioeh orang dewasa dan anak-anak dengan
dosis penuh, takaran pada awal lebih rendah dan ditingkatkan secara berangsur selama
beberapa hari untuk mengurangi efek samping.
Efek Samping : Mual, muntah, kembung, dan diare. Beberapa orang juga mengalami
kesemutan, atau mati rasa disekitar mulut, atau rasa makanan menjadi aneh. Walau jarang,
ritonavir dapa tmenyebabkan ruam kulit yang gawat, yang disebut Steven-Johnson
Syndrome. Efek samping ritonavir pada beberapa orang berlangsung selama 2-4 minggu.
Bila berlanjut lebih dari 4 minggu, efek samping umumnya tidak pernah hilang.
3. Indinavir
Dosis : peroral 2400 mg perhari ( 2 kapsul 400 mg setiap 8 jam, dimakan dalam keadaan
perut kosong, ditambah dengan hidrasi sedikitnya 1,5 L air perhari). Obat ini tersedia
dalam kapsul 100, 200, 333, dan 400 mg.
Efek samping : mual, hiperbilirubinemia, batu ginjal
4. Nelfinavir
Nama Lain : Viracept
Dosis : peroral 2250 mg per hari (3 tablet 250 mg 3 kali sehari) atau 2500 mg per
hari (5 tablet 250 mg 2 kali sehari), bersama dengan makanan
Aturan Pakai : Nelfinavir harus dipakai dengan makan/makanan ringan. Nelfinavir
disimpan pada suhu ruangan dan dilindungi dari kelembaban, dan suhu terlalu dingin atau
terlalu panas.
Efek Samping : Diare, kelelahan, sakit kepala, mual dan sakit perut.
5. Amprenavir
Resistensi. Resistensi terhadap amprenavir terutama disebabkan oeh mutasi pada protease
kodon 50.
Spektrum aktivitas. HIV (tipe 1 dan 2)
Dosis. Per oral 2400 mg perhari (8 kapsul 150 mg 2 kali sehari)
Efek samping : mual, diare, ruam, parestesia perioral/oral.
9
6. Lopinavir
Nama Lain : Kaletra atau Aluvia. Hanya dipakai dalam kombinasi dengan ritonavir.
Biasa disebut Lopinavir/r atau LPV/r.
Dosis : peroral, 1000 mg perhari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari; setiap kapsul
mengandung 133,3 mg ritonavir), diberikan bersamaan dengan makanan
Aturan Pakai : Tablet Kaletra dapat dipakai dengan atau tanpamakan. Kaletra juga
tersedia dalam bentuk sirup. Takaran biasa dewasadalam 2 x 5 ml sehari. Sirup
Kaletra harus dipakai dengan makanan. Tablet Kaletra/Aluvia dapat disimpan
pada suhu ruang. Sirop Kaletradapatdisimpan dalam kulkas atau disimpan pada
suhu ruang sampai dengan 2 bulan.
Efek Samping : Diar, kelelahan, sakitkepala, dan mual. Lopinavir/r dapat meningkatkan
tingkat lemak dalam darah, sehingga dapat meningkatkan resiko masalah jantung dan
pancreas.
10
berbeda dari tempat injeksi sebelumnya dimana belum ada bekas reaksi injeksi dosis
sebelumnya
Efek samping : efek samping tersering adalah reaksi lokal seperti nyeri, eritema, pruritus,
iritasi, dan nodul/kista. Pernah dilaporkan menyebabkan eosinophilia dan pneumonia
bacterial.
Enfuvirtid menghambat masuknya virus HIV khususnya HIV-1 ke dalam sel dengan
cara menghambat fusi virus ke membrane sel. Enfuvirtid akan berikatan dengan dengan
bagian HR1 (First heptad-repeat) pada sub unit gp41 envelope glokiprotein virus serta
menghambat terjadinya perubahan konformasi yang dibutuhkan untuk fusi virus ke
membrane sel. Perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi
terhadap enfuvirtid. Tidak ada resistensi silang dengan anti HIV golongan lain. Isolat
Klinis yang resisten terhadap NRTI NNRTI atau PI tetap peka terhadap enfuvirtid.
11
Paduan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk lini pertama
2 NRTI + 1 NNRTI
Mulailah terapi antiretroviral dengan salah satu dari paduan di bawah ini:
Lini Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang belum pernah mendapat terapi ARV
(treatment-naïve):
Pilihan yang
Populasi Target Catatan
direkomendasikan
Dewasa dan anak AZT atau TDF + 3TC Merupakan pilihan paduan yang sesuai
(atau FTC) + EFV atau untuk sebagian besar pasien
NVP Gunakan FDC jika tersedia
Perempuan hamil AZT + 3TC + EFV Tidak boleh menggunakan EFV pada
atau NVP trimester pertama
TDF bisa merupakan pilihan
Ko-infeksi HIV/TB AZT atau TDF + Mulai terapi ARV segera setelah terapi
3TC (FTC) + EFV TB dapat ditoleransi (antara 2 minggu
hingga 8 minggu)
Gunakan NVP atau triple NRTI bila EFV
12
tidak dapat digunakan
13