Professional Documents
Culture Documents
Bab I2
Bab I2
PENDAHULUAN
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada
aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu, antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok. Guru mengajar
merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial
memerlukan syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial dapat
berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara
langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa
melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial
secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan
kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh
faktor meniru orang lain. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh
adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke
murid atau bisa juga dipengaruhi karena iklan. Indentifikasi adalah interaksi sosial
yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menjadi sama)
dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepak bola idolanya.
Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor rasa tertarik atau kagum pada
orang lain. Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan
apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu
korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan
komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial
dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif. Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi,
akulturasi, kooperasi atau kerjasama (Intinya interaksi sosial yang baik-baik,
1
kerjasama, rukun, harmonis, serasa, dan lain-lain). Disasosiatif meliputi konflik,
kontravensi, dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh
persaingan, perang dingin, bertengkar, dan lain-lain) (Astuti, dkk. 2015).
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Ciri-Ciri Interaksi Sosial
3. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang
menentukan sifat aksi yang sedan berlangsung
4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan tersebut dengan
yang diperkirakan oleh pengamat
Charles P. Loomis melihat bahwa ada beberapa ciri-ciri penting dari interaksi
sosial, antara lain:
3.Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan akan datang,
yang menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung.
4. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang
diperkirakan oleh pengamat. (Taneko, 1984:114)
3
Kelangsungan interaksi sosial, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana,
ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan
beberapa faktor yang mendasarinys, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu
(vide Bonner, Social Psychology, no. 3):
1. Faktor Imitasi
2. Faktor Sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir
sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di
luar dirinya; sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial
dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih
dahulu.
Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang
memudahkan sugesti terjadi, yaitu:
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya mengambil
alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya pertimbangn-
pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti itu menelan apa saja
yang dianjurkan orang lain. Hal ini tentu lebih mudah terjadi apabila ia – ketika terkena
sugesti – berada dalam keadaan ketika cara-cara berpikir kritis itu sudah agak
terkendala. Hal ini juga dapat terjadi – misalnya – apabila orang itu sudah lelah
berpikir, tetapi juga apabila proses berpikir secara itu dikurangi dayanya karena sedang
mangalami rangsangan-rangsangan emosional. Misalnya: Rapat-rapat Partai Nazi atau
rapat-rapat raksasa seringkali diadakan pada malam hari ketika orang sudah cape dari
pekerjaannya. Selanjutnya mereka pun senantiasa memasukkan dalam acara rapat-
rapat itu hal-hal yang menarik perhatian, merangsang emosi dan kekaguman sehingga
mudah terjadi sugesti kepada orang banyak itu.
5
Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karean kelelahan atau karena
rangsangan emosional, sugesti itu pun mudah terjadi pada diri seseorang apabila ia
mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami
keadaan terpecah-belah. Hal ini dapat terjadi – misalnya – apabila orang
yangbersangkutan menjadi bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan
hidup yang terlalu kompleks bagi daya penampungannya. Apabila orang menjadi
bingung, maka ia lebih mudah terkena sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluar
dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu. Keadaan semacam ini dapat pula
menerangkan mengapa dalam zaman modern ini orang-orang yang biasanya berobat
kepada dokter juga mendatangi dukun untuk memperoleh sugestinya yang dapat
membantu orang yang bersangkutan mengatasi kesulitan-kesulitan jiwanya.
Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima suatu pandangan atau
ucapan apabila ucapan itu didukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari
golongannya, kelompknya atau masyarakatnya.
Terdapat pendapat bahwa sugesti justru membuat sadar akan adanya sikap-
sikap dan pandangn-pandangan tertentu pada orang-orang. Dengan demikian yang
terjadi dalam sugesti itu adalah diterimanya suatu sikap-pandangan tertentu karena
sikap-pandangan itu sebenarnya sudah tersapat padanya tetapi dalam kedaan
terpendam. Dalam hal ini, isi sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut
karena pada diri pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk
6
lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang sebenarnya sudah terdapat
padanya.
3. Fakor Identifikasi
4. Faktor Simpati
Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja
sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin
mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya
sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau
lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu
ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud
kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.
1. Proses Asosiasi
Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja
sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut.
a. Kerjasama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan faktafakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama, yaitu :
9
3) Coalition (koalisi) adalah kerja sama yang dilaksanakan oleh dua organisasi
atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat
menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena
dua organisasi atau lebih tersebut mungkin mempunyai struktur yang
berbeda satu sama lain.
4) Join venture adalah kerja sama dengan pengusaha proyek tertentu untuk
menghasilkan keuntungan yang akan dibagi menurut proporsi tertentu.
Join venture jika diterjemahkan akan menjadi ‘usaha patungan’.
b. Akomodasi (Accomodation)
10
disepakati oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga ini
bersifat mengikat.
c. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia
dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
11
Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur
kebudayaan kebendaan dam peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan
sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan
kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan asing yang sulit
diterima adalah unsur kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan, atau nilai
tertentu yang menyangkut prinsip hidup seperti paham komunisme, kapitalisme,
liberalisme, dan lain-lain.
d. Asimilasi (assimilation)
2. Proses Disosiasi
a. Persaingan (competition)
b. Kontravensi (contravention)
12
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu :
c. Konflik
Konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik
adalah:
13
5. Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Simpulan
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu
manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
3.2 Saran
Dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari kehidupan
masyarakat, maka kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakan harus menyadari
bahwa kita hidup tidak mungkin sendirian. Untuk itu marilah kita menjadi warga
masyarakat yang baik dengan berinteraksi antar individu dengan individu lain,
antarindividu dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok agar terjalin
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
15
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
16