Professional Documents
Culture Documents
Pernikahan Usia Dini
Pernikahan Usia Dini
Pendahuluan
1
Taqiyuddin An Nabhani, 1953, Asy Syakhshiyah Al Islamiyah Juz III, hal. 19
2
Taqiyuddin An Nabhani, 1953, Asy Syakhshiyah Al Islamiyah Juz II, hal. 5-6
Pembahasan
Hukum Menikah
Menikah mempunyai hukum asal yaitu sunnah (mandub) sesuai firman Allah
SWT :
َاب لَ ُك ْم ِمن
َ طَ طوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِك ُحوا َما
ُ َوإِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أَ اَّل ت ُ ْق ِس
احدَة ً أَ ْو
ِ ع ۖ فَإِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ اَّل تَ ْع ِدلُوا فَ َو
َ ث َو ُر َبا َ اء َمثْن َٰى َوث ُ ََل ِ س َ ِالن
ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم ۖ ٰذَ ِل َك أَ ْدن َٰى أَ اَّل تَعُولُوا
ْ َما َملَ َك
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.” (QS An Nisaa` : 3)
Namun hukum asal sunnah ini dapat berubah menjadi hukum lain,
misalnya wajib atau haram, tergantung keadaan orang yang melaksanakan hukum
nikah. Jika seseorang tidak dapat menjaga kesucian (‘iffah) dan akhlaknya kecuali
dengan menikah, maka menikah menjadi wajib baginya. Sebab, menjaga kesucian
(‘iffah) dan akhlak adalah wajib atas setiap muslim, dan jika ini tak dapat
terwujud kecuali dengan menikah, maka menikah menjadi wajib baginya.
Adapun menikah dini, yaitu menikah dalam usia remaja atau muda, bukan usia
tua, hukumnya menurut syara’ adalah sunnah (mandub).3
1. kesiapan ilmu
2. Kesiapan materi/harta
3. Kesiapan fisik/kesehatan
Ini adalah kesiapan menikah yang berlaku umum baik untuk yang menikah dini
maupun yang tidak dini. Sedang hukum-hukum khusus untuk pernikahan dini
dalam konteks pernikahan yang terjadi saat mahasiswa masih kuliah, adalah
sebagai berikut:
3
Taqiyuddin an Nabhani, 1990, An Nizham Al Ijtima’i fi Al Islam
Hukum Menikah Bagi Mahasiswa Sedangkan Dia Masih Dapat Menjaga
Dirinya
Mahasiswa yang masih kuliah, berarti mereka sedang menjalani suatu
kewajiban, yaitu menuntut ilmu. Sedangkan menikah hukum asalnya adalah
tetap sunnah baginya, tidak wajib, selama dia masih dapat memelihara
kesucian jiwa dan akhlaqnya, dan tidak sampai terperosok kepada yang haram
meskipun tidak menikah. Karena itu, dalam keadaan demikian harus
ditetapkan kaidah aulawiyat (prioritas hukum), yaitu yang wajib harus lebih
didahulukan daripada yang sunnah. Artinya, kuliah harus lebih diprioritaskan
daripada menikah. Jika tetap ingin menikah, maka hukumnya tetap sunnah,
tidak wajib, namun dia dituntut untuk dapat menjalankan dua hukum tersebut
(menuntut ilmu dan menikah) dalam waktu bersamaan secara baik, tidak
mengabaikan salah satunya, disertai dengan keharusan memenuhi kesiapan
menikah seperti diuraikan di atas, yakni kesiapan ilmu, harta, dan fisik.
Hukum Menikah Bagi Mahasiswa Sedangkan Dia Tidak Dapat Menjaga
Dirinya
Sebagian mahasiswa mungkin tidak dapat menjaga dirinya, yaitu jika tidak
segera menikah maka dia akan terjerumus kepada perbuatan maksiat, seperti
zina. Maka jika benar-benar dia tidak dapat menghindarkan kemungkinan
berbuat dosa kecuali dengan jalan menikah, maka hukum asal menikah yang
sunnah telah menjadi wajib baginya.
Hukum menikah yang telah menjadi wajib ini akan bertemu dengan
kewajiban lainnya, yaitu menuntut ilmu, sebab kedua kewajiban ini harus
dilakukan pada waktu yang sama. Jadi ini memang cukup berat dan sulit. Tapi
mau bagaimana lagi jika menikah wajib dilaksanakan mahasiswa pada saat kuliah,
maka Syariat Islam pun tidak mencegahnya. Hanya saja, hal ini memerlukan
keteguhan jiwa (tawakkal), manajemen waktu yang canggih, dan sekaligus
mewajibkan mahasiswa tersebut memenuhi syarat-syaratnya, yaitu:
1. kewajiban menuntut ilmu tidak boleh dilalaikan.
2. kewajiban yang berkaitan dengan kesiapan pernikahan nikah harus
diwujudkan,
Kewajiban menjaga pergaulan pria-wanita untuk menjaga kesucian jiwa (‘Iffah)
Syariat Islam sebenarnya telah secara preventif menetapkan hukum-hukum yang
jika dilaksanakan maka kesucian jiwa dan akhlaq akan terjaga, dan para pemuda
terhindar dari kemungkinan berbuat dosa, seperti pacaran dan zina. Berikut ini
beberapa hukum tersebut :
1). Islam telah memerintahkan baik kepada laki-laki maupun wanita agar
menundukkan pandangannya serta memelihara kemaluannya
2). Islam telah memerintahkan kaum laki-laki maupun kaum wanita agar menjauhi
perkara-perkara yang syubhat, dan menganjurkan sikap hati-hati agar tidak
tergelincir dalam perbuatan ma’siyat kepada Allah
3). Bagi mereka yang tidak mungkin melakukan pernikahan disebabkan oleh
keadaan tertentu, hendaknya memiliki sifat ‘iffah, dan mampu mengendalikan
nafsu
4). Islam melarang kaum laki-laki dan wanita satu sama lain melakukan khalwat
8. Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus hendaknya jamaah kaum
wanita terpisah (infishal) dari jamaah kaum pria, begitu juga di dalam masjid,
di sekolah dan lain sebagainya
9). Islam sangat menjaga agar hubungan kerjasama antara pria dan wanita
hendaknya bersifat umum dalam urusan muamalah.
Kesimpulan
Perkawinan pada dasar nya merupakan fitrah yang di berikan oleh ALLAh
SWT. dan juga pada setiap agama di anjurkan untuk meneruskan keturunan dalam
kelangsungan hidup manusia. Namun walaupun pernikahan yang di lakukan pada
usia muda memiliki banyak hal yang di kewatirkan pada usia muda tersebut, yang
bisa menimbulkan perceraian dalam pernikaha tersebut, akan bisa terjadi
persedian buruk pada wanita di bawah umur yang secara biologis belum dewasa
dan juga terputusnya peluang tuk mencapai segala yang di cita-citakan.
Prof. H. Mahmud Junus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, 1964, Jakarta: Pustaka
Mahmudiah, Cetakan ketiga.