You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Insecta (serangga) merupakan anggota dari filum Arthropoda yang memiliki jumlah
spesies terbanyak. Insecta bisa ditemukan di berbagai habitat baik di darat maupun di laut.
Ada banyak jenis hewan yang masuk ke dalam kelas ini, salah satunya adalah lalat.
Lalat merupakan salah satu serangga yang termasuk ke dalam ordo Diptera. Beberapa
spesies lalat merupakan spesies yang paling berperan dalam masalah kesehatan masyarakat,
yaitu sebagai vektor penularan penyakit. Peranan lalat dalam meyebarkan penyakit adalah
sebagai vektor mekanik dan vektor biologis. Sebagai vektor mekanis lalat membawa bibit-
bibit penyakit melalui anggota tubuhnya. Tubuh lalat mempunyai banyak bulu-bulu terutama
pada kakinya. Bulu-bulu yang terdapat pada kaki mengandung semacam cairan perekat
sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat (Suraini, 2011: 1)
Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan mempergunakan sayap
(terbang). Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat,
yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri
Hanya sesekali bergerak dengan kakinya. Lalat berinteraksi baik secara langsung maupun
tidak langsung dengahun maunusia, hewan dalam suatu rantai makanan. Hubungan antara
manusia, hewan dan tumbuhan dengan serangga sangat erat. Sehingga, pengetahuan tentang
bioekologi lalat dan peranannya menjadi sangat penting. Oleh karena itu, tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan secara umum tentang bioekologi lalat dan
perannya bagi kehidupan manusia.

A. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lalat?


2. Apa saja ciri-ciri umum dari lalat ?
3. Apa saja Peranan lalat?
4. Bagaimana cara pengendalian lalat?

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Apa yang dimaksud dengan lalat?

1
2. Apa saja ciri-ciri umum dari lalat?
3. Apa saja Peranan lalat?
4. Bagaimana cara pengendalian lalat ?

C. Manfaat Penulisan
Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses dari kehidupan serangga dalam hal ini
termasuk dalam Ordo Diptera

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lalat
Lalat adalah ordo diptera, yang menurut asal katanya “ Di” artinya dua, “ptera” yang
artinya sayap, dan arti keseluruhannya adalah serangga yang memiliki dua sayap (sepasang
sayap) atau insekta yang bsa terbang. Adanya sepasang sayap tersebut merupakan sayap
bagian depan, sedangkan sayap bagian belakang tidak berkembang dan mereduksi menjadi
alat keseimbangan (halter). Tubuh relatif lunak, antenna pendek, mata majemuk besar dan
mengalami metamorfosa sempurna.4 Lalat merupakan vektor mekanis dari berbagai macam
penyakit, terutama penyakit pada saluran – saluran pencernaan makanan. Ordo diptera yang
merupakan salah satu anggota kelas Hexapoda atau insekta yang mempunyai jumlah genus
dan spesies yang terbesar yaitu mencakup 60 – 70 % dari seluruh spesies Arthropoda. Jenis
serangga ini dapat mengganggu kenyaman hidup manusia dan hewan karena dapat
menularkan penyakit.
Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat Musca domestica
dewasa dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Trichuris trichiura, cacing
tambang, dan Ascaris lumbricoides), Protozoa (Entamoeba hystolitica dan Giardia lamblia),
Bakteri usus (Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue
(penyebab frambusia) dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat fannia dewasa dapat
menularkan berbagai jenis myasis (Gastric, Intestinal, dan Genitorinary). Lalat Stomoxys
merupakan vector penyakit surra (yang disebabkan Trypanosima evansi), antrax, tetanus,
yellow fever , traumatic miasis dan Enteric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau
(Paenicia dan Chrysomyia) dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain
melalui luka. Lalat Sarchopaga dapat menularkan myasis kulit, hidung, jaringan, vagina, dan
usus.

B. Klasifikasi Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) termasuk dalam ordo diphtera yang
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran dan saat ini diseluruh dunia dapat dijumpai
sekitar ± 60.000 – 100.000 spesies lalat (Santi, 2001).

3
Lalat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia
sp,dll
Jenis Species dari Tiap-tiap Kelas Flies (Lalat) adalah Houseflies (lalat rumah, Musca
domestica), Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus), Tsetse flies (lalat tsetse, genus
Glossina), Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) (Kartikasari, 2008).

C. Siklus Hidup Lalat

Gambar 2.1 : Siklus lalat

Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa
dan dewasa.
1. Telur, dalam sekali bertelur induk betina mampu menghasilkan 75-150 telur. Telur-
telur tersebut biasanya diletakkan di tempat-tempat yang hangat, misalnya: timbunan
sampah. Biasanya akan menetas dalam waktu 12-24 jam.
2. Larva, biasanya akan bertumbuh di kotoran yang basah dan tumbuhan yang busuk dan
dalam waktu 4-7 hari akan masuk stadium pupa.
3. Pupa, berbentuk lonjong dan berwarna coklat tua dan masa ini berkisar 4-5 hari.
4. Dewasa, umur lalat biasanya berkisar antara 2-3 minggu namun dalam kondisi yang
sibuk dapat mencapai 3 (tiga) bulan. Lalat tidak kuat terbang menentang arah angin

4
namun mampu terbang sejauh 1 (satu) Km. Dalam waktu 3-4 hari lalat betina mampu
menghasilkan telur s/d 500 butir.
Lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau tempayak,
pupa dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung
dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan telur pada usia
4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75-150 butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya
seekor lalat bertelur 5-6 kali.

D. Morfologi
Pada umumnya berukuran kecil,sedang sampai berukuran besar, mempunyai sepasang
sayap di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian
belakang,bermata majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga
ruas. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina
tampak terpisah oleh suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan.

D. Biologi lalat
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat
dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3
minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat
terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1
kilometer.
1. Kebiasaan hidup
Lalat Musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut menjilat. Lalat
Musca domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan kandang
ternak. Kebanyakan lalat hijau adalah pemakan zat-zat organik yang membusuk dan
berkembangbiak di dalam bangkai, meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan
larva makan dari jaringan-jaringan yang membusuk (Singgih, 2006).
2. Tempat perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat basah seperti sampah basah, kotoran binatang,
tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif/dikandang (Depkes,
1992). Kotoran binatang (kuda, sapi, ayam dan babi), kotoran manusia, saluran air kotor,
sampah, kotoran got yang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan biji-bijian busuk
menjadi tempat yang disenangi lalat juga (Singgih, 2006).
3. Jarak terbang
5
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6-
9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat berkembang biak (Singgih,
2006).
4. Kebiasaan makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Lalat
makan paling sedikit 2-3 kali sehari. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan
oleh manusia sehari-hari seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta
darah (Depkes, 2001).
Protein diperlukan untuk bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya
makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan yang kering
yang dibasahi atau dicairkan oleh ludahnya terlebih dahulu baru dihisap. Air merupakan
hal yang sangat penting dalam hidup lalat. Tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja
(Depkes, 2001).
Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari 0,045 mm, sebelum
dihisap dicairkan terlebih dahulu dengan cara mengeluarkan cairan dari mulutnya yang
mengandung enzim seperti halnya butir-butir gula pasir yang dilarutkan dengan air
liurnya dan kemudian larutan gula dihisap (Singgih, 2006).
5. Tempat istirahat
Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam.
Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Lalat
beristirahat pada tempat-tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka
akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput,
kawat listrik dan lain-lain serta sangat menyukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang
permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat
makanan atau tempat berbiak dan biasanya terlindung dari angin, di rumah lalat
beristirahat pada kawat listrik, langit-langit, lantai, jemuran dan dinding serta tidak aktif
pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya tidak lebih dari lima meter (Depkes,
2001).
6. Lama hidup
Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada musim
panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin biasanya mencapai 70
hari (Singgih, 2006).
7. Temperatur dan kelembaban

6
Lalat mulai aktif beraktifitas pada temperatur 15 oC dan aktifitas optimumnya pada
temperatur 21 oC, lalat memerlukan suhu sekitar 35º-40oC untuk beristirahat, dan pada
temperatur di bawah 10oC lalat tidak aktif dan di atas 45 oC terjadi kematian pada lalat.
Kelembaban erat hubungannya dengan temperatur setempat. Kelembaban berbanding
terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musih hujan lebih banyak dari pada musim
panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin yang kencang, sehingga kurang aktif untuk
keluar mencari makanan pada waktu kecepatan angin tinggi (Singgih, 2006).
8. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada
malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada
lalat tergantung pada temperatur dan kelembaban. Jumlah lalat akan meningkat
jumlahnya pada temperatur 20ºC–25 ºC dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur <
10 ºC atau > 49 ºC serta kelembaban yang optimum 90 % (Singgih, 2006).

E. Jenis-jenis lalat
1. Lalat rumah = Musca domestica

Gambar 2.2 : Jenis Musca Domestica

Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena
fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya
yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat
musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan
manusia.
Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai
bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari
medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas
telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh
ke dalam medium sambil memakannya.

7
Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva larva
akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu
akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa
berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat
pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari,
bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah.
Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian
jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam
waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin
setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa.
Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang
menguntungkan.
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab
dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang disukai
ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi.
Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain,
dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan
medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna
bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah.
Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat
organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang
jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada
dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50
km.
2. Lalat Kandang (Stomoxys Calcitrans)

Gamabr 2.3 : Stomoxys Calcitrans

8
Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tatapi berbeda pada struktur mulutnya.
Banyak dijumpai di pemukiman tetapi sangat umum pada peternakan sapi perah atau sapi
yang selalu dikandangkan. Lalat ini merupakan penghisap lalat ternak yang dapat
menurunkan produksi susu. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, bagian
toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang. Sayapnya mempunyai vena
4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta mendekati vena 3. Antenanya trdiri dari 3 ruas,
ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang mempunyai
bulu hanya bagian atas. Lalat dewasa menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar
rumah di tempat yang terpapar sianar matahari. Lalat kandang termasuk penerbang yang kuat
dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukannya

3. Lalat Hijau

Gambar 2.4 : Calliporidhae


Lalat ini terdiri lebih banyak jenis umumnya berukuran dari sedang sampai besar,
berwarna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap. Lalat ini berkembang biak di
bahan yang cair/semi cair yang berasal dari hewan, termasuk daging , ikan, bangkai, sampah
ikan, sampah dan tanah yang mengandung kotoran hewan. Lalat ini jarang berkembang biak
di tempat kering/bahan buah-buahan. Ketika populasinya tinggi lalat ini akan memasuki
dapur meskipun tidak sesering lalat rumah. Di Indonesia lalat hijau yang umum di daerah
pemukiman adalah Chrysomya megachepala

4. Sandfly (Lalat Pasir)

Gambar 3.5 : Lalat Sandfly

9
Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi.
Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L.
braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci
atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah
Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif
setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika
Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis
berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh
lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes.
5. Lalat daging (Genus Sarcophaga)

Gamabar 2.7 : Sarcophaga,


Jenis-jenis lalat ini termasuk dalamgenus Sarcophaga, artinya pemakan daging.
Ukuran mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari
banyak jenis-jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam
kotoran binatang.
Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam
rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena itu mereka tidak penting sebagai vektor
mekanis penyakit manusia. Tetapi mereka bisa menyebabkan myiasis pada manusia

6. Lalat rumah kecil (Fannia)

Gambar 2.6 : Fannia

10
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih
kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan danjuga dibagian-bagian tumbuhan
yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk. Lalat kandang yang
menggigit (= biting stable fly) = stomaxys caleitrans Mereka menyerupai lalat rumah biasa,
tetapi meraka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di
tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini tidak
penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit
pada binatang.
7. Tsetse Flies (Lalat Tsetse)

Gambar 2.8 : lalat tsetse


Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan
peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan
peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi penyebab trypanosomiasis,
adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes. Vektor utama .pada Penyakit
Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah -
daerah tertentu adalah species G. tachhinoides.
8. Blackflies (Lalat Hitam)

Gambar 2.9 : Blackflies

Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium


damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S.
callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan
onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung.

9. Penyebaran Lalat
11
Musca domestica dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang tersebar secara
kosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai hubungan
ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat
sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari
cahaya daripada tempat yang langsung terkena cahaya matahari. Penyebaran yang luas dari
kedua jenis lalat ini dimungkinkan karena daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat di
suatu daerah, sangat dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan
kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25 C. Populasi menurun
apabila temperatur > 450C dan < 100C. Pada temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup
dalam kondisi dorman pada stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan & distribusi lalat pada
Siang hari akan berada di sekitar tempat makan & tempat perindukan di mana juga terjadi
perkawinan & istirahat. Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur,
kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat. Aktivitas lalat:
bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti pada temperature di bawah 15oC. Lalat
umumnya aktif pada kelembaban udara yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan
berada di luar rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu tidak
makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada kabel yang membentang atau
tempat-tempat yang vertikal dan pada atap di dalam rumah khususnya malam hari.

10. Peranan Lalat dalam Kesehatan Manusia


1. Lalat sebagai vektor penyakit
Jenis lalat yang paling banyak merugikan kesehatan manusia adalah jenis lalat rumah
(Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomitura) dan latirine
(Fannia canicularis). Lalat rumah merupakan pemakan yang berbau busuk, biasanya juga
memakan bahan berbentuk cairan seperti sirup, susu, buah-buahan, sayuran yang basah dan
membusuk, sputum, kotoran dan air (Depkes, 2001).
Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia, beberapa penyakit yang
ditularkan melalui makanan oleh lalat ini seperti disentri, kholera, typhoid, dan diare.
Penyakit tersebut disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan terjadi secara
mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kaki lalat yang kotor yang merupakan tempat
menempelnya mikroorganisme penyakit kemudian hinggap pada makanan yang dikonsumsi
manusia (Depkes, 2001).
Lalat rumah, lalat hijau, lalat biru dapat membawa kuman dari sampah atau kotorannya
kepada makanan dan menimbulkan penyakit bawaan makanan. Lalat membawa bakteri pada
12
tubuh dan kaki-kakinya. Sewaktu lalat menikmati makanan ia akan mencemari makanan
melalui cairan yang dikeluarkan oleh makanan yang dicerna dan masuk kembali kedalam
permukaan makanan. Bila lalat terlampau banyak makan maka lalat dapat membuang kotoran
diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh telor atau larva lalat (Depkes,
2001).
2. Lalat sebagai penyebab miasis
Miasis adalah investasi larva lalat pada jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan
yang masih hidup untuk jangka waktu tertentu dan larva lalat tersebut memakan jaringan
yang masih sehat maupun sisa-sisa jaringan yang telah mati. Miasis dapat menimbulkan
kerusakan jaringan atau organ tubuh manusia misalnya lalat Chrysomia bezziana yang betina
sering hinggap pada telinga anak-anak sambil menghisap cairan nanah telinga, lalat ini akan
bertelur, telur menetas keluar larva dan akan masuk lebih dalam untuk menjadi dewasa
(Widyaningsih, 2007).
3. Lalat sebagai pengganggu kenyamanan
Kepadatan lalat yang tinggi sebagai pengganggu orang yang sedang bekerja dan istirahat.
Lalat dapat memberikan efek psikologis negatif, karena keberadaannya sebagai tanda kondisi
yang kurang sehat (Singgih, 2006).

11. Pengendalian Lalat


Menurut Depkes tahun 1992 pengendalian lalat dapat dilakukan dengan teknik sebagai
berikut :
1. Perbaikan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat.
1) Kandang ternak
- Kandang harus dapat dibersihkan
- Lantai kandang harus kedap air ,dan dapat disiram setiap hari
2) Peternakan / kandang burung
- Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar,
kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
- Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval dapat
dibersihkan.
3) Timbunan pupuk kandang

13
- Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada temperatur
tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Tumpukan pupuk tersebut dapat
ditutup dengan plastik atau bahan lain lain yang anti lalat.
- Cara ini dapat mencegah lalat untuk bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa
karena panas yang keluar dari prases komposting dapat memperpendek lalat untuk
keluar.
- Pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada alasnya perlu dilengkapi
dengan pancuran/pipa sekelilingnya, untuk mencegah perpindahan larva ke pupa
dibawah tanah dalam tumpukkan pupuk tersebut. Pada cuaca panas, pupuk mungkin
dapat menyebar ke bawah tanah dan menjadi kering sebelum lalat mempunyai waktu
untuk berkembang.
4) Kotoran Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran (jamban) terbuka dapat
dicegah dengan :
- Membuat Slab yang dapat menutup lubang penampungan kotoran.
- Jamban perlu dilengkapi dengan :
• Leher angsa untuk mencegah bau dan kotoran tidak dihinggapi lalat.
• Pipa hawa (ventilasi) dilengkapi dengan kawat anti lalat.
• Bila air pada leher angsa tidak baik sambungan penutup tidak rapat.
• Mungkin kebocoran sampai merembes pada lubang jamban.
• Pemasangan ventilasi pada lubang jamban dan juga menghilangkan tempat
perindukan lalat.
• Buang kotoran di sembarang tempat dapat sebagai tempat perindukan lalat
kebun. Ini merupakan problem dimana kelompok besar dari masyarakat misalnya
pengungsi, tinggal bersama sementara di pengungsian. Perlu jamban yang cocok
untuk tempat pengungsian.
• Bila fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat
melakukan buang air besar ± 500 meter pada arah angin yang tidak mengarah ke
dekat tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air
bersih. ini dapat menghilangkan sejumlah lalat didalam lokasi penampungan
pengungsi.
• Kemudahan untuk menghilangkan kotoran di tempat pengungsian adalah
dengan membuat lubang penampungan dan menutupnya dengan tanah secara

14
berlapis, kemungkinan peningkatan perkembangan lalat pelan-pelan secara
bertahap dapat ditekan.
5) Sampah basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan
baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan
pengangkutan sampah dari rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau
dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang
dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak menjadi tempat
berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat berkembang biak di tempat
sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim panas larva lalat ditempat
sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya 3–4 hari. Untuk daerah tertentu,
sampah basah harus dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu.Bila tong
sampah kosong adalah penting untuk dibersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar
tong pembuangan sampah akhir dibuang ketempat terbuka perlu dilakukan dengan
pemadatan sampah dan ditutup setiap hari dengan tanah merah setebal 15 – 30 cm .
Hal ini untuk penghilangan tempat perkembangbiakan lalat. Lokasi tempat
pembuangan akhir sampah adalah harus ± beberapa km dari rumah penduduk.
6) Tanah yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, tangki septik
dan rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat
digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran,
tetapi perlu dipelihara dengan baik. Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran
dapat dikurangi. Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat
pengolahan dan pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
digelontor untuk dibersihkan.
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Dalam kondisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan tepung tulang,
sirop gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga.
Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat ddicegah dengan melakukan :
- Kebersihan lingkungan
- Membuat saluran air limbah (SPAL)
- Menutup tempat sampah
- Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang
dengan alat pembuang bau (Exhaust).
15
c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia , bangkai binatang, sampah
basah, lumpur organik, maupun orang sakit mata. Cara-cara untuk mencegah kontak
antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, adalah dengan :
- Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak
dengan kotoran.
- Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang sakit dan
penderita sakit mata.
- Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan dan
bangkai binatang.
d. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
Untuk melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat dapat
dilakukan dengan :
- Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
- Makanan disimpan di lemari makan
- Makan perlu dibungkus
- Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa
- Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
- Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat
- Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk:
• Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya
• Menutup makanan atau peralatannya
- Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
- Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.

2. Pemberantasan lalat secara langsung


Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara
kimiawi dan cara biologi (Depkes, 2001).
a. Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang
efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan
pada skala kecil seperti di rumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya

16
yang menjual daging, tempat produksi makanan, sayuran, serta buah-buahan. Beberapa
cara fisik yang dapat dilakukan antara lain (Depkes, 2001) :
1) Perangkap lalat (fly trap)
Lalat dalam jumlah yang besar atau padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat yang
menarik lalat untuk berkembangbiak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap. Bila
lalat mencoba makan dan terbang akan tertangkap dalam perangkap yang diletakkan di mulut
kontainer yang terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah.
Sebuah model perangkap terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu
atau plastik dengan celah kecil dan sangkar di atas penutup. Celah selebar 0,5 cm antara
sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk bergerak menuju
penutup. Setengah bagian kontainer harus terisi umpan. Lalat yang masuk ke dalam sangkar
akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki harus
segera dikosongkan. Perangkap harus ditempatkan diudara terbuka di bawah sinar cerah
matahari, jauh dari keteduhan pepohonan.

Gambar 2.10 : perangkap nyamuk


Gambar 2.1 Bentuk-bentuk fly trap
2) Umpan kertas lengket berbentuk lembaran (sticky tapes)
Alat ini tersedia di pasaran, biasanya di gantung di atap, menarik lalat karena kandungan
gulanya. Lalat yang hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat
berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang
terperangkap.

17
Gambar 2.10: Sticky tapes dan aplikasinya

3) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)


Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang bermuatan
listrik yang menutupi. Sinar bias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi tidak
terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah kondisi setempat sebelum
investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan di dapur rumah sakit dan restoran.

Gambar 2.11 Light trap with electrocutor dan aplikasinya


4) Pemasangan kawat kasa pada pintu dan jendela atau ventilasi.
Pemasangan kawat kasa dapat menangkap lalat yang akan masuk melalui pintu dan jendela.
Hal ini mudah dilakukan dan dapat berguna untuk waktu yang lama.
b. Cara kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila
sangat diperlukan, karena cepat menjadi resisten. Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat
secara sementara memberantas lalat dengan cepat, yang diperlukan pada KLB kolera, disentri
atau trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits),
penyemprotan dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying

18
1) Cara umpan (baits)

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001


2) Penyemprotan dengan efek residu (indoor residual spraying)

Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001


3) Pengasapan (indoor and outdoor space spaying)

19
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001

c. Cara biologi
Pemberantasan lalat dengan cara alamiah membutuhkan waktu yang lama untuk menurunkan
jumlah kepadatan lalat. Hal ini tergantung pada hewan pemakan lalat yang ada di sekitar
tempat perindukan lalat. Pemberantasan lalat dengan cara biologi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam (Phiedoloqelon affinis) untuk mengurangi
populasi lalat rumah ditempat –tempat sampah.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
Lalat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp,dll
Jenis Species dari Tiap-tiap Kelas Flies (Lalat) adalah Houseflies (lalat rumah, Musca
domestica), Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus), Tsetse flies (lalat tsetse, genus
Glossina), Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) (Kartikasari, 2008).
Morfologi lalat:
Pada umumnya berukuran kecil,sedang sampai berukuran besar, mempunyai sepsang sayap
di bagian depan dan sepasang halter sebagai alat keseimbangan di bagian belakang,bermata
majemuk dan sepasang antena yang seringkali pendek terdiri atas tiga ruas. Mata lalat jantan
lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain sedang yang betina tampak terpisah oleh
suatu celah dan berbentuk lebih besar daripada lalat jantan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Axtell, R.C. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production. CIBA-GEIGY.USA.

Byrd, J.H. and Castner, J.L. 2001. Insects of forensic importance. In Forensic Entomology : the
utility of arthropods in legal investigation. New York: CRC press.

Darjono. 2006. CP-bulletin Service: Kontrol Lalat dalam Mencegah Penyebaran Penyakit. Edisi
Februari 2006 nomor 74/tahunVII. POKPHAND. Diakses 7 April 2012.

David, B.V. and Anathakrishnan, T.N. 2004. General and applied entomology. 2nd ed. New Delhi:
Tata Mc Graw-Hill Companies.

Depkes RI, Dit.Jen. PPM dan PL. 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.

Depkes RI, Dit.Jen.PPM dan PL. Petunjuk Teknis tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta. 1992.
Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.Tentang Pengendalian
Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. Diakses tanggal 8
Maret 2011.

Dr. Soedarto, DTMH, PhD.1992. Entomolgi Kedokteran. Penerbit buku Kedokteran EGC.

Kartikasari. 2008. Dampak Vektor Lalat Terhadap Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.
jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar-521-2-bab1 Diakses tanggal 7 April 2012.

Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik Cacing Parasit
Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. 42
Halaman (Dipublikasikan) Diakses 7 April 2012.

Sack DA, Sack RB, Nair GB, Siddique AK. 2004. Cholera. Lancet.

Santi, D.N. 2001. Manajemen Pengendalian Lalat. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera
Utara.

Staf Pengajar Departemen Parasitology. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

22

You might also like