You are on page 1of 56

BAB I

PENDAHULUAN

Pertimbangan teknis dan ekonomis merupakan faktor utama dalam


membangun strategi pengembangan lapangan. Mengoptimalkan pengembangan
lapangan membutuhkan suatu model reservoir yang mampu memprediksi secara
realistis perilaku-perilaku dinamis dari reservoir dalam hubungannya dengan laju
produksi dan recovery fluida dalam berbagai kondisi operasi yang berbeda-beda.
Suatu model reservoir dibentuk dengan data geologi, geofisik dan data
sumur. Parameter-parameter yang diperlukan diperoleh dari pengukuran langsung
(misal core, cutting,sampel fluida formasi) dan dari data yang diinterpretasikan
(misal seismik permukaan, log sumur, uji sumur, analisa temperatur-volume-
tekanan atau PVT). Data seismik dan log sumur memberikan deskripsi statis
mengenai reservoir, tetapi hanya data uji sumur yang memberikan informasi
mengenai respon dinamis dari reservoir yang mana merupakan elemen kunci
dalam pembuatan model reservoir. Data dari uji sumur merupakan elemen penting
untuk analisis dan peningkatan performa reservoir dan untuk data peramalan yang
terpercaya.
Well testing merupakan suatu cara untuk mengetahui performa reservoir
hidrokarbon. Tujuan utama dari well testing adalah untuk menentukan
kemampuan suatu reservoir dalam berproduksi serta untuk mengetahui
karakteristiknya dalam kondisi dinamis. Tujuan lainnya yaitu untuk evaluasi
terhadap reservoir, manajemen reservoir, modeling dan deskripsi reservoir.
Melalui well testing, informasi lebih akurat mengenai reservoir dalam kondisi
dinamis akan diperoleh.
Prinsip dasar well testing adalah sangat sederhana yaitu memberikan suatu
gangguan keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji. Ini dilakukan baik
dengan memproduksi laju aliran yang relatif konstan atau penutupan sumur (shut-
in). Dengan adanya gangguan ini, impuls perubahan tekanan (pressure transient)
akan disebarkan ke seluruh reservoir dan hal ini diamati setiap saat dengan

1
2

mencatat tekanan lubang bor selama pengujian berlangsung. Apabila perubahan


tekanan tadi diplot dengan suatu fungsi waktu, maka akan dapat dianalisa pola
aliran yang terjadi dan juga besaran-besaran dan karakteristik reservoir tersebut.
Aktivitas well testing dapat dibagi dalam dua fase utama, yaitu fase
akuisisi data (operasi well testing di lapangan) dan fase interpretasi data. Apabila
pengujian ini dirancang secara baik dan memadai kemudian hasilnya dianalisa
secara tepat, maka banyak sekali informasi akurat yang akan didapatkan.
Berdasarkan analisa data tekanan sumur yang merupakan parameter utama
yang diukur selama well testing berlangsung dan juga ditunjang oleh analisa data-
data lainnya, beberapa parameter utama yang dapat diketahui adalah :
 Laju produksi aktual
 Kuantitas dan kualitas fluida hidrokarbon, diperoleh dari hasil analisa sampel
yang diambil selama tes berlangsung dan dari kalkulasi
 Bentuk radius dan luas area pengurasan, berguna dalam pembuatan simulasi
model reservoir dan manajemen pengembangan lapangan
 Tekanan inisial reservoir, dapat diekstrapolasi dari kurva build-up atau fall-off
untuk mengetahui tekanan reservoir statis.
 Permeabilitas, adalah ukuran kemampuan batuan reservoir untuk meneruskan
aliran fluida
 Transmissibility, adalah ukuran kemampuan reservoir untuk mentransmisikan
fluida yang terkandung didalamnya, dan merupakan fungsi dari propertis
batuan reservoir dan propertis fluida.
 Faktor skin, yaitu ukuran kuantitatif nilai permeabilitas disekitar lubang sumur
yang berubah sebagai dampak pemboran, komplesi, dan proses produksi.
 Damage ratio, yaitu rasio antara laju produksi teoritis terhadap laju produksi
aktual yang terukur selama tes berlangsung. Parameter ini mengindikasikan
nilai dimana produktivitas sumur dapat ditingkatkan dengan menghilangkan
skin damage yang disebabkan oleh pemboran dan komplesi.
 Productivity, diukur dari tekanan alir (flowing pressure). Hasil tes dapat
digunakan untuk memprediksi produktivitas sumur pada berbagai tekanan alir.
3

 Radius investigasi, yaitu suatu rentang jarak radial dari lubang sumur yang
dapat terinvestigasi selama tes. Hasil analisa tes mewakili propertis rata-rata
dari reservoir dalam radius tersebut.
 Anomali reservoir, yang terdeteksi dalam radius investigasi termasuk barrier
(skin) dan kontak fluida. Perubahan permeabilitas atau reservoir berlapis sering
terrefleksi dari sifat tekanan yang diamati selama tes berlangsung. Informasi ini
ketika dihubungkan dengan data lainnya sering dapat membantu dalam
menjelaskan tipe anomali yang ada secara jelas.
 Deplesi reservoir, yaitu kondisi penurunan tekanan reservoir karena
pengurasan fluida reservoir. Biasanya penurunan tekanan ini terjadi secara
perlahan dan jauh diujung batas reservoir sehingga berada diluar jangkauan alat
perekam tekanan.
 Heterogenitas reservoir, adanya variasi porositas dan permeabilitas dalam satu
reservoir dapat menyebabkan karakteristik aliran yang sangat kontras. λ
(lambda) adalah parameter aliran interporosity, mensifatkan kemampuan dari
matrix untuk mengalir kedalam retakan. Ω (omega) adalah rasio storativitas
yang secara umum berhubungan dengan prosentase ketersediaan minyak
didalam retakan. Κ (kappa) adalah kekontrasan permebilitas antar lapisan.
BAB II
EI FUNCTION

2.1. Tujuan Analisa


1. Mengetahui P pada pada radius tertentu
2. Mengetahui tekanan reservoir pada waktu percobaan selama 5 jam.
3. Mengetahui waktu yang diperlukan untuk mencapai tekanan pada
aliran transien.

2.2. Teori Dasar


2.2.1. Aliran Fluida Di Media Berpori
Konfigurasi lubang bor menembus formasi serta geometri dan
karakteristik reservoirnya menyebabkan pola aliran fluida yang terjadi
berbeda-beda. Pola aliran radial paling lazim digunakan untuk
menggambarkan aliran fluida di media berpori. Ini diawali oleh solusi Van
Everdingen & Hurst pada tahun 1949. Kemudian berkembang model-
model lainnya untuk lebih dapat mempresentasikan kondisi reservoir
dalam pola-pola aliran yang digunakan untuk menganalisa transient
tekanan di resrvoir.
Berhubung pola airan Radial yang paling umum digunakan maka
pembahasan selanjutnya mengenai penyelesaian persamaan, prinsip atau
metode analisa yang memakai pola-pola aliran tersebut.
2.2.2. Idealisasi Reservoir Dengan Pola Aliran Radial
Pada reservoir dengan pola aliran radial, persamaan differensialnya
diturunkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hukum Kekekalan Massa
2. Aliran mengikuti Hukum Darcy
3. Persamaan Keadaan

4
5

Gambar 2.1. Pola aliran Radial

Maka persamaan differensial untuk aliran fluida yang radial adalah :


∂2 P 1 ∂P ΦµC ∂P
+ = .......................................................... (2-1)
∂r2 r ∂r 0.000264k ∂t

Persamaan ini lebih dikenal dengan nama “diffusivity equation”,


sedangkan konstanta dikenal ∅ 𝜇 𝐶/0.000264 dikenal sebagai “hydraulic
diffusivity”. Dari persamaan diatas didapat dari hukum kekekalan massa,
hukum darcy, dan persamaan keadaan dalam field unit dimana :
P = tekanan reservoir, psi
r = jari-jari atau jarak dari lubang bor, ft
Φ = porositas, fraksi
μ = viskositas fluida, cp
k = permeabilitas, md
t = jam
C = kompressibilitas, psi-1
Untuk gas yang bersifat tidak ideal, persamaannya adalah :
1 ∂P P ∂P ΦµC ∂ P
r ∂r
(µ z r ∂r
)= 0.000264k ∂t
( z ) ............................................. (2-2)

Dimana Z adalah superkompressibilitas gas.


Apabila fluidanya multifasa yang terdiri dari minyak, gas, dan air maka
persamaannya adalah :
6

1 ∂ ∂P Φ Ct ∂
r ∂r
(r ∂r
)= 0.000264λt ∂t
.......................................................... (2-3)

Dimana Ct menggambarkan kompresibilitas total,


Ct = 𝑆𝑜 𝐶𝑜 + 𝑆𝑤 𝐶𝑤 + 𝑆𝑔 𝐶𝑔 + 𝐶𝑓 ...................................................... (2-4)
Sedangkan λt adalah mobilitas yaitu :
𝑘 𝑘𝑔 𝑘
t = (𝜇𝑜 + 𝜇 + 𝜇𝑤 ) ........................................................................ (2-5)
𝑜 𝑔 𝑤

2.2.3. Variabel - variabel Yang Tidak Berdimensi


Dalam penyelesaian persamaan untuk analisa tekanan, akan lebih
mudah dinyatakan dengan variabel-variabel yang tidak berdimensi. Pada
dasarnya, variabel yang sangat umum digunakan adalah :
𝐾ℎ(𝑃𝑖−𝑃𝑤𝑓)
PD = .............................................................................. (2-6)
141.2 𝑞.𝜇.𝐵
0.0002637 𝑘.𝑡 0.0002637 𝑘.𝑡
tD = dan tDA = ...................................... (2-7)
∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟 2 𝑤 ∅.𝜇.𝐶𝑡.𝐴
𝑟
rD = 𝑟 ............................................................................................. (2-8)
𝑤

𝑞.𝜇.𝐵
QD = 0.00708 𝐾ℎ(𝑃𝑖−𝑃𝑤𝑓) .................................................................... (2-9)
5.615𝐶𝑔
CD = 2𝜋.∅.𝐶𝑡.ℎ.𝑟 2 𝑤 ............................................................................. (2-10)

Dari persamaan differensial maka ditransformasikan kedalam


parameter-parameter yang tidak berdimensi tersebut akan menjadi :
𝜕 2 𝑃𝐷 1 𝜕𝑃𝐷 𝜕𝑃𝐷 1 𝜕 𝜕𝑃 𝜕𝑃𝐷
+𝑟 = atau (𝑟𝐷 𝜕𝑟 𝐷 ) = ....................... (2-11)
𝜕𝑟 2 𝐷 𝐷 𝜕𝑟𝐷 𝜕𝑡𝐷 𝑟𝐷 𝜕𝑟𝐷 𝐷 𝜕𝑡𝐷

2.2.4. Solusi Persamaan Diffusivitas Untuk Pola Aliran Radial


Ada lima solusi persamaan differensial yang snagat berguna didalam
analisa transient tekanan atau well testing yaitu :
1. Solusi untuk reservoir yang tidak terbatas ( line source solution )
Disebut sebagai line-source well karena ukuran lubang bor
dapat diabaikan atau mendekati radius sama dengan nol yang
reservoirnya berbentuk silindris dalam lubang bor.
7

Dengan anggapan bahwa sumur tersebut diproduksikan dengan


laju produksi yang konstan sebesar qb, radius sumur mendekati nol,
tekanan awal diseluruh titik di reservoir sama dengan Pi dan sumur
tersebut menguras area yang tak terhingga besarnya, maka
persamaan differensialnya sebagai berikut :
𝑞.𝜇.𝐵 −948 ∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟 2
P = 𝑃𝑖 + 70.6 × 𝐸𝑖 ( )...................... (2-12)
𝑘.ℎ 𝑘.𝑡
Dimana :
∞ 𝑒 −𝑢
𝐸𝑖(−𝑥) = − ∫−∞ 𝑑𝑢............................................................. (2-13)
𝑢

(Ei = exponential integral)

Dari persamaan P diatas disebut solusi pada saat reservoir


bersifat “infinite acting”.
8

Tabel 2.1. Tabel Exponential


9

Gambar 2.2. Ei Function


Dari tabel dan gambar diatas untuk mendapatkan fungsi Ei (-x)
pada x < 0.02, ei (-x) dapat didekati dengan ketelitian < 0.6 % oleh
persamaan :
Ei(-x) = ln (1.761 x) ................................................................. (2-14)
Terlihat pada tabel dapat digunakan 0.02 < x < 10.9, untuk x ≤
0.02 kita menggunakan persamaan Ei(-x) = ln (1.761 x) dan untuk x
> 10.9 maka Ei (-x) dapat dikatakan sama dengan nol untuk tujuan-
tujuan praktis.
2. Solusi untuk reservoir yang terbatas
3. Solusi untuk keadaan pseudo steady state
10

4. Solusi untuk reservoir dengan tekana tetap pada batasnya (Constant


Pressure at Outer Boundary )
5. Solusi dengan memadukan efek dari wellbore storage dan skin

2.3. Data Analisa dan Perhitungan


2.3.1. Data Analisa
Parameter yang diketahui adalah sebagai berikut :
a. Laju Produksi ( Qb ) : 20 STB/D
b. Viskositas (  ) : 0.704 cp
c. Permeabilitas ( k ) : 0.104 md
d. Kompresibilitas Total ( Ct ) : 0.000015 Psi-1
e. Tekanan ( Pi ) : 3000 Psi
f. Jari - jari Pengurasan (re) : 3000 ft
g. Jari – jari Sumur ( rw ) : 0.5 ft
h. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo ) : 1.404 RB/STB
i. Ketebalan Formasi Produktif ( h ) : 150 ft
j. Porositas (  ) : 0.204
k. Faktor Skin ( S ) :0
l. Radius ( a ) : 1 ft
m. Radius ( b ) : 10 ft
n. Radius ( c ) : 100 ft
o. Waktu ( t ) : 5 hours

2.3.2. Perhitungan
a. Langkah Pertama menggunakan syarat Ei Function :
3.79 × 105   𝐶𝑡 𝑟𝑤 2 948   𝐶𝑡 𝑟𝑒 2
<𝑡 <
𝐾 𝐾
Maka,
3.79×105 (0.204)(0.704 𝑐𝑝)( 0.000015 Psi−1 )(0.5 ft)2
= < 5 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 <
0.104 md
948 (0.204) ( 0.704 𝑐𝑝 )( 0.000015 Psi−1 )( 3000 ft)2
0.104 𝑚𝑑
11

= 𝟏. 𝟗𝟔𝟐 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔 < 5 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 < 𝟏𝟕𝟔, 𝟕𝟑𝟎. 𝟓𝟑𝟓 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔


b. Langkah kedua menentukan pressure dengan cara coba-coba pada
kondisi infinite acting dengan asumsi radius = 1 ft, 10 ft, dan 100 ft
𝑞  𝐵𝑜 – 948   𝐶𝑡 𝑟 2
𝑃 = 𝑃𝑖 + 70.6 𝐸𝑖
𝑘ℎ 𝑘𝑡

 Untuk harga x pada radius = 1 ft


−948   𝐶𝑡 𝑟𝑒 2 −948 (0.204)(0.704 𝑐𝑝)( 0.000015 Psi−1 ) ( 1 ft)2
=
𝑘𝑡 ( 0.104 𝑚𝑑 )( 5 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 )
𝒙 = −𝟑. 𝟗𝟐𝟕𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟑  − 𝟎. 𝟎𝟎𝟑𝟗𝟐𝟕𝟑
Disimpulkan bahwa harga x  0.02
Ei (-x) = ln[(1.78)(0.0039273)]
= ln(6.990594 × 10−3 )
= - 4.963
𝑞  𝐵𝑜
𝑃 = 𝑃𝑖 + 70.6 ln (1.78 (0.003802))
𝑘ℎ

= 3000 𝑝𝑠𝑖
𝑆𝑇𝐵 𝑅𝐵
(20 ) (0.704 𝑐𝑝)(1.404 )
+ 70.6 𝐷 𝑆𝑇𝐵 ln (1.78 (0.0039273))
( 0.104 𝑚𝑑 )( 150 𝑓𝑡 )
= 3000 𝑝𝑠𝑖 − 444.011
𝑷 = 𝟐, 𝟓𝟓𝟓. 𝟗𝟖𝟗 𝒑𝒔𝒊
 Untuk harga x pada radius = 10 ft
−948   𝐶𝑡 𝑟 2 −948 (0.204)(0.704 𝑐𝑝)( 0.000015 Psi−1 ) ( 10 ft)2
=
𝑘𝑡 ( 0.104 𝑚𝑑 )( 5 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 )
𝒙 = −𝟎. 𝟐𝟎𝟕  𝟎. 𝟐𝟎𝟕
Disimpulkan bahwa 0.02 < x < 10.9  Ei (−x) lihat pada tabel
Dalam kondisi tersebut untuk menentukan x, maka kita harus
interpolasi terlebih dahulu :
0.21

0.207

0.20
12

0.183 x 0.233

0.21 − 0.207 0.21 − 0.20


=
0.183 − 𝑥 0.183 − 1.223
0.003 0.01
=
0.183 −0.04
0.003 𝑥 (−0.04) = (1.183 − 𝑥 )𝑥 0.01
−0.00012 = 0.01118 − 0.01 𝑥
0.01 = 0.01118 + 0.00012
X = 1.171
𝑞  𝐵𝑜
𝑃 = 𝑃𝑖 + 70.6 𝐸𝑖
𝑘ℎ
𝑆𝑇𝐵 𝑅𝐵
(20 ) (0.704𝑐𝑝)(1.404 )
= 3000 𝑝𝑠𝑖 + 70.6 𝐷 𝑆𝑇𝐵 𝑋 (1.171)
( 0.1704 𝑚𝑑 )( 150 𝑓𝑡 )
= 3000 𝑝𝑠𝑖 − 104.762
𝑷 = 𝟐, 𝟖𝟗𝟓. 𝟐𝟑𝟖 𝒑𝒔𝒊
 Untuk harga x pada radius = 100 ft
−948   𝐶𝑡 𝑟 2 −948 (0.204)(0.704 𝑐𝑝)( 0.000015 Psi−1 ) ( 100 ft)2
=
𝑘𝑡 ( 0.104 𝑚𝑑 )( 5 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 )
𝒙 = −𝟑𝟗. 𝟐𝟕𝟑  𝟑𝟗. 𝟐𝟕𝟑
Disimpulkan bahwa x > 10.9  𝐄𝐢 (−𝐱) 𝟎
𝑞  𝐵𝑜
𝑃 = 𝑃𝑖 + 70.6 𝐸𝑖
𝑘ℎ
𝑆𝑇𝐵 𝑅𝐵
(20 𝐷 ) (0.704 𝑐𝑝)(1.404 𝑆𝑇𝐵)
= 3000 𝑝𝑠𝑖 + 70.6 𝑋 (0)
( 0.104 𝑚𝑑 )( 150 𝑓𝑡 )
= 3000 𝑝𝑠𝑖 + (0)
𝑷 = 𝟑𝟎𝟎𝟎 𝒑𝒔𝒊
13

2.4. Pembahasan
Dari data hasil perhitungan di atas didapatkan tekanan pada radius 1
ft yaitu 𝟎. 𝟎𝟎𝟑𝟗𝟐𝟕𝟑 Psi, radius 10 ft yaitu 2,895.238 Psi dan radius 100 ft
sama dengan Pi sendiri yaitu 3000 Psi. Penggunaan Ei Function hanya
dapat dilakukan pada infinite acting reservoir dimana tekanan di reservoir
dianggap sama. Semakin besar radius percobaan, maka tekanan yang
didapatkan mendekati tekanan awal. Semakin dekat radius percobaan
(missal 1 ft) maka lubang bor akan mengalami kehilangan tekanan.
Kondisi di dekat lubang bor akan sangat mempengaruhi kelakuan aliran.
Perubahan tekanan dan radius pengurasan yang menerus seiring dengan
waktu.

2.5. Kesimpulan
1. Nilai P = R2 adalah 2555.989
2. Semakin kecil radius pengurasan percobaan maka semakin berkurang
tekanan percobaan dari tekanan awal
3. Semakin besar radius pengurasan percobaan maka semakin dekat
tekanan percobaan dengan tekanan awal
14

BAB III
DIETZ SHAPE FACTOR

3.1. Tujuan Analisa


1. Menentukan nilai Pi
2. Mengetahui lamanya waktu yang diperlukan berbagai geometri
reservoir pada infinite acting reservoir, Pseudo Steady State less than
+ 1% dan Pseudo Steady State Exact.
3. Mengetahui laju produksi stabil (q) pada tekanan dan PI tertentu.

3.2. Teori Dasar


Pada perhitungan persamaan aliran sebelumnya, hanya membahas
bentuk geometri reservoir berupa silinder terbatas. Namun dalam
kenyataan dilapangan tidak selamanya kita dapat menemukan bentuk
geometri reservoir kita berupa silinder terbatas. Untuk itu perlu suatu
perhitungan persamaan aliran dalam bentuk geometri yang lainnya.
Untuk itu Odeh telah menurunkan persamaan aliran terhadap bentuk
geometri reservoir-reservoir non-silindris pada kondisi pseudo steady
state, yaitu
𝑞µ𝐵 1 10.06 𝐴 3
𝑃𝑖𝑛𝑠 − 𝑃𝑤𝑓 = 141.2 {2 ln ( 𝐶 2 )− + 𝑆} ..……… (3-1)
𝑘ℎ 𝐴 𝑟𝑤 4

Dimana :
Pins : Tekanan awal reservoir, psi
Pwf : Tekanan alir sumur, psi
q : Laju alir, bbl/day
µ : Viskositas, cp
B : Faktor volume formasi, RB/STB
k : Permeabilitas, md
h : Ketebalan formasi, ft
15

A : Luas Area, ft2


CA : Konstanta Dietz
rw : Jari-jari sumur, ft
S : Faktor skin

Secara teoritis aliran steady state terjadi pada harga t yang sangat
besar (sumur telah diproduksikan sangat lama) pada suatu sistem reservoir
dengan kondisi batas luar reservoir berupa tekanan konstan dan laju
produksi dilubang sumur konstan (constant production rate).
Periode transient, Pseudosteady state dan steady state tersebut diatas
dapat diobservasi melalui plot.

Gambar 3.1. Jenis aliran Pwf VS t

Dietz shape factor (CA) adalah suatu konstanta yang dimasukkan ke


dalam persamaan solusi Pseudosteady State agar persamaan tersebut
cocok atau berlaku untuk bentuk luas daerah pengurasan sumur (drainage
area).
Berdasarkan bentuk-bentuk geometri reservoir yang lain, akhirnya
konstanta Dietz shape factor dikembangkan berdasarkan bentuk geometri
reservoir yang lain dan letak sumurnya, adapun pengembangan konstanta
ini dapat dilihat pada tabulasi berikut.
16

Tabel 3.1. Tabel Shape Factors for Various Single-Well Drainage Areas
17

Jadi, dengan adanya tabulasi dari Dietz ini, maka dapat ditentukan
waktu yang dibutuhkan oleh sumur yang diproduksikan untuk mencapai
kondisi tertentu berdasarkan bentuk geometri reservoirnya dan letak
sumurnya. Adapun perhitungan waktu (t) sumur untuk mencapai kondisi
tertentu adalah sebagai berikut
𝛷 µ 𝐶𝑡 𝐴 𝑡𝐷𝐴
𝑡= .………………………………………………… (3-2)
0.000264 𝑘
18

Untuk penentuan waktu pada berbagai kondisi, berikut penggunaan


Dietz Shape Factor:
 Untuk Infinite Acting Reservoir → “Use Infinite-System Solution
With Less Than 1% Error for tDA”.
𝜙.µ.𝐶𝑡𝐴 .𝑡𝐷𝐴
𝑡< ............................................................................ (3-3)
0.000264 .𝑘

 Untuk Pseudo Steady State (Ketelitian ± 1%) → “Less Than 1%


Error for tDA”.
𝜙.µ.𝐶𝑡𝐴 .𝑡𝐷𝐴
𝑡> …………………………...…...……................. (3-4)
0.000264 .𝑘

 Untuk Pseudo Steady State → “Exact for tDA”.


Sedangkan untuk menentukan Productivity Index (J) dari
reservoir non silindris, dapat digunakan persamaan:
𝑞 0.00708 .𝑘.ℎ
𝐽= = …………………….…... (3-5)
𝑃̅−𝑃𝑤𝑓 1
µ.𝐵( 𝑙𝑛(
10.06 .𝐴 3
)− +𝑆)
2 𝐶𝐴 .𝑟2
𝑤 4

Sehingga dapat ditentukan laju alirnya dengan persamaan:


𝑞 = 𝐽(𝑃𝑟 − 𝑃𝑤𝑓)…………………...…………………....…. (3-6)

3.3. Data Analisa dan Perhitungan


3.3.1. Data Analisa
Parameter yang diketahui adalah sebagai berikut :
a. Luas Area ( A ) : 17420000 ft2
b. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo ) : 1.504 BBL/STB
c. Porositas (  ) : 0.204
d. Viskositas (  ) : 1.04 cp
e. Permeabilitas ( k ) : 100.04 md
f. Kompresibilitas Total ( Ct ) : 0.00001 Psi-1
g. 𝑃̅-Pwf : 500 Psi
h. Ketebalan Formasi Produktif ( h ) : 10 ft
19

i. Jari Jari – jari Sumur ( rw ) : 0.30 ft2


j. Faktor Skin ( S ) : 3.0

Keterangan :
tDA Infinite Acting Reservoir = 0.03
tDA ketelitian 1% = 0.25
tDA PSS Exact = 0.7
CA = 12.985

3.3.2. Perhitungan
a. Menentukan t dalam infinite acting reservoir dengan tDA = 0.03
menggunakan persamaan (3-3).
(0.204) (1.04 cp) (0.00001 𝑃𝑠𝑖 −1 ) (17.42×106 𝑓𝑡 2 ) (0.03)
𝑡=
0.000264 (100.04 𝑚𝑑)

t = 41.981 hours

b. Menentukan t dalam PSS dengan ketelitian 1%, tDA = 0.25


menggunakan persamaan (3-4).
(0.204) (1.04 cp) (0.00001 𝑃𝑠𝑖 −1 ) (17.42 × 106 𝑓𝑡 2 ) (0.25)
𝑡=
0.000264 (100.04 𝑚𝑑)
t = 384.843 hours

c. Menentukan t dalam PSS Exact dengan tDA = 0.7 menggunakan


persamaan yang sama dengan persamaan (3-3) dan (3.4).
(0.204) (1.04 cp) (0.00001 𝑃𝑠𝑖 −1 ) (17.42 × 106 𝑓𝑡 2 ) (0.7)
𝑡=
0.000264 (100.04 𝑚𝑑)
t = 979.562 hours

d. Menentukan J dan laju produksi (q) dengan 𝑃̅-Pwf = 5000 Psia


menggunakan persamaan (3-5) dan (3-6).
20

0.00708 𝑘ℎ
𝐽=
1 10.06 × 𝐴 3
𝜇 𝐵𝑜 [ 2 ln( 𝐶 ) −
𝐴 ×𝑟𝑤 2 4+𝑆]
0.00708 (100.04 𝑚𝑑)(10 𝑓𝑡)
𝐽=
𝐵𝐵𝐿 1 10.06 × (17.42 𝑥 106 𝑓𝑡 2 ) 3
(1.04 𝑐𝑝) (1.504 ) [ ln( )−4+3]
𝑆𝑇𝐵 2 (12.985)(0.30 𝑓𝑡)2

7.083
=
𝐵𝐵𝐿
(1.04 𝑐𝑝) (1.504 ) (11.663)
𝑆𝑇𝐵
𝑱 = 𝟎. 𝟑𝟖𝟖𝟐

Sedangkan,
q = J (𝑃̅- Pwf)
= 0.3882 ( 500 psia )
q = 194,131 STB/Day

3.4. Pembahasan
Dari data yang didapatkan di atas, serta perhitungan yang telah
dilakukan dan menentukan waktu (dalam jam) dari Infinite Acting
Reservoir, Pseudo Steady State (Ketelitian ± 1 %), Pseudo Steady State
Exact, dan PI (J) dan laju produksi stabil (q) di bawah P-Pwf = 500 psia.,
didapatkan bahwa waktu pada Infinite Acting Reservoir selama 41.981
hours, kemudian Pseudo Steady State dengan ketelitian ± 1 % didapatkan
384.843 hours, Pseudo Steady State selama 979.562 hours, J sebesar
𝟎. 𝟑𝟖𝟖𝟐, sehingga Laju produksi stabil (q) dibawah P-Pwf sebesar 500
psia yaitu sebesar 194,131 STB/day.
21

3.5. Kesimpulan
1. Mendapatkan nilai Pi (J) = 𝟎. 𝟑𝟖𝟖𝟐
2. Laju produksi stabil (q) dapat diketahui setelah mendapatkan hasil
dari Productivity Index (J).
3. Setelah melakukan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui
bentuk reservoir dengan tepat dan benar.
BAB IV
PRESSURE BUILD-UP TESTING

4.1. Tujuan Analisa


1. Menentukan atau mengetahui harga K.
2. Untuk mengetahui adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan
formasi (faktor skin).
3. Untuk mengetahui produktivitas formasi (PI).
4. Untuk mengetahui nilai permeabilitas dari formasi yang diuji.

4.2. Teori Dasar


Penentuan karakteristik dari suatu reservoir merupakan parameter
yang sangat diperlukan dalam mendeskripsikan suatu reservoir. Salah satu
cara yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari suatu reservoir
adalah dengan analisis transient tekanan,dimana kegiatannya dinamakan
dengan pressure build up test. Cara ini berdasarkan pada prinsip
superposisi, dimana memerlukan satu harga laju produksi minyak pada
selang waktu tertentu. Nilai karakteristik pada analisis transient tekanan
dapat ditinjau dari beberapa metode diantaranya hornerplot (diajukan oleh
Horner pada tahun1951) (semi-log plot), derivative dan type curve
matching. Pelaksanaannya dapat didukung pula oleh data yang dihasilkan
dari geologi, petrofisik, logging, dan laboratorium. Parameter yang dapat
di ketahui dari pressure build up test berupa permeabilitas, skin, wellbore
storage, jenis reservoir, batas reservoir, dan tekanan rata-rata (finite
acting).
Pressure buildup test adalah salah satu cara yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi secara langsung mengenai sifat-sifat fluida yang
yang terkandung dalam reservoir, karakteristik batuan reservoir,
temperatur, dan tekanan reservoir yang merupakan suatu teknik pengujian
tekanan tansien.

22
23

Prinsip pengujian, pada dasarnya dilakukan dengan pertama-tama


memproduksikan sumur selama suatu selang tertentu dengan laju alir yang
konstan, kemudian sumur tersebut ditutup. penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu.
Dasar analisa pressure build-up test ini diajukan oleh horner, yang
pada prinsipnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu
Berdasarkan prinsip superposisi tersebut, maka sumur-sumur diproduksi
dengan laju alir tetap selama waktu “tp”, kemudian sumur ditutup selama
waktu “t”. Pws diplot terhadap log (tp+Δt)/Δt merupakan garis lurus
dengan kemiringan (slope, m). Berdasarkan konsep tersebut, maka harga
permeabilitas dapat ditentukan dari slope “m”, sedangkan apabila garis
tersebut diekstrapolasi ke harga “horner time” (tp+Δt)/Δtsama dengan 1,
maka secara secara teoritis harga Pws sama dengan tekanan awal reservoir.
Untuk menentukan terjadi kerusakan atau perbaikan formasi yang
ditandai oleh harga skin faktor (S) :
 Apabila skin berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) dan
berharga negatif berarti menunjukan adanya perbaikan (stimulated).
 Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi
produktif akibat adanya skin efek, biasanya diterjemahkan kepada
besarnya penurunan tekanan.
Dari hasil yang didapat, besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau
flow effisiensi (FE), sertaradius of investigation (ri) dari analisa pressure
build-up ini dapat ditentukan.
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata
reservoir ini adalah P* = Pi = Pave yang dapat diperkirakan.
24

4.3. Data Analisa dan Perhitungan


4.3.1. Data Analisa
Parameter yang diketahui adalah sebagai berikut :
a. Laju Produksi ( Q ) : 200 BBL/Day
b. Tekanan ( Pi ) : 3538.6 psi
c. Jari – jari Sumur ( rw ) : 0.4583 ft
d. Porositas (  ) : 0.104
e. Ketebalan Formasi Produktif ( h ) : 45.93 ft
f. Viskositas Minyak (  ) : 1.35 cp
g. Kompresibilitas Total ( Ct ) : 0.0003 1/ psi
h. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo ) : 1.25 RB/STB
i. Sumur Diproduksikan, (tp) : 164 Jam
25

4.3.2. Perhitungan

Tabel 4.1. Data Tekanan dan Waktu

dt, Pws,
(tp+dt)/dt
Jam psi
0 3538.627
0.01 3547.811 16401
0.0186 3555.552 8818.2043
0.0291 3564.654 5636.7388
0.0496 3581.853 3307.4516
0.0707 3598.713 2320.6605
0.082 3607.355 2001
0.1009 3621.213 1626.3717
0.1357 3645.29 1209.5483
0.1937 3681.137 847.67011
0.2764 3724.555 594.34298
0.361 3761.139 455.29363
0.4713 3799.697 348.97369
0.5974 3833.473 275.52293
0.78 3869.224 211.25641
1.1132 3908.672 148.32303
1.4535 3930.481 113.8311
1.7886 3942.82 92.691826
2.5525 3957.012 65.250735
3.3328 3963.639 50.207873
4.8993 3970.802 34.47417
7.8719 3977.73 21.833598
10.2784 3981.07 16.955791
12.6481 3983.433 13.966374
15.5641 3985.566 11.537069
17.0114 3986.425 10.640594
20.9334 3988.282 8.83437
28.1549 3990.609 6.8249186
33.6344 3991.826 5.8759603
48 3993.833 4.4166667

Keterangan : Warna hijau merupakan Transient Condition


26

a. Langkah pertama hitung (tp+dt)/dt dengan menggunakan persamaan


𝑡𝑝+∆𝑡
.
∆𝑡
𝑡𝑝+∆𝑡 164 𝑗𝑎𝑚+0 𝑗𝑎𝑚
= = 𝟎 , dan seterusnya.
∆𝑡 0 𝑗𝑎𝑚

b. Langkah kedua plotkan (tp+dt)/dt vs Pws, kemudian ubah grafik


tersebut kedalam bentuk grafik semilog dan dilanjutkan untuk
menentukan kondisi trasient pada grafik dengan cara menarik garis
linier dari garis yang berada diatas grafik semilog. Buat garis
trendline untuk menemukan persamaan pada garis linier pada kondisi
transient. Sehingga didapatkan nilai y = -10.0ln (x) + 4021.8 dan
R² = 0.988
c. Mencari Nilai slope (m) dengan menggunakan persamaan dari
trendline yang telah didapatkan dengan harga X=1 dan X=10
Untuk x=1 :
y = -10.0 ln (1) + 4021.8 = 4021.8 psi/cycle
Untuk x =10 :
y = -10.0ln (10) + 4021.8 = 3986 psi/cycle
maka, nilai slope (m) = 4021.8 - 3986 = 𝟑𝟓. 𝟔𝟒𝟒 𝒑𝒔𝒊/𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆
d. Menentukan X untuk 1 jam dengan Δt = 1 jam menggunakan
persamaan :
𝑡𝑝+∆𝑡 164 𝑗𝑎𝑚+1 𝑗𝑎𝑚
= = 165
∆𝑡 1 𝑗𝑎𝑚

e. Menghitung P 1 jam dengan menggunakan persamaan garis linier,


serta menghitung P*.
P@ 1 jam = -10.0 x ln(165)+ 4021.8= 3942.76 psi
P* = -10.0 x ln(1)+ 4021.8= 4021.8 psi
f. Menghitung besarnya permeabilitas menggunakan persamaan :
𝑘 = 162.6 𝑞 𝜇 𝐵/𝑚 ℎ
𝑏𝑏𝑙 𝑅𝐵
(200 ) (1.35 𝑐𝑝) (1.25 𝑆𝑇𝐵)
𝑑𝑎𝑦
𝑘 = 162.6 = 𝟑𝟑. 𝟒𝟑𝟖𝟏 𝐦𝐝
𝑝𝑠𝑖
( 35.644 ) (45.93 𝑓𝑡)
𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
27

g. Menghitung faktor skin menggunakan persamaan :


𝑃1ℎ𝑟−𝑃𝑤𝑓 𝑘
S = 1.151 × [ − log (∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟𝑤2) + 3.23]
𝑚
3942.76−3538.6 33.4381
= 1.151 × [ 35.644
]− log (0.104)(1.35)(0.0003)(0.4583)2 + 3.23

S = 9.763
h. Menghitung harga dari ΔPskin dengan menggunakan persamaan :
∆P skin = 0.87 × 𝑆(𝑚)
= 0.87 × 9.7633(35.64402 𝑝𝑠𝑖/𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒)
= 302.7634 psi
i. Menghitung J ideal menggunakan persamaan :
𝑞
J ideal =
𝑃∗−𝑃𝑤𝑓−∆𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛
200
=
4021.8−3538.6−302.7634
= 1.108588
j. Menghitung J nyata menggunakan persamaan :
𝑞
J nyata =
𝑃∗−𝑃𝑤𝑓
200
=
4021.8−3538.6
= 0.41393
k. Menghitung harga FE menggunakan persamaan :
𝐽𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
FE =
𝐽𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
0.41393
=
1.108588
= 0.373385 %
l. Menghitung harga ri menggunakan persamaan :
0.0015 𝑘 𝑡𝑝
ri = √
∅.𝜇.𝐶𝑡

0.015 (33.4381) (164)


=√
(0.104)(1.35)(0.0003)

= 𝟒𝟏𝟐. 𝟎𝟗𝟑ft
28

4100

3991.826 4000
3942.82
3900

3800

3700
y = -15.48ln(x) + 4021.8
R² = 0.941
3600

3500
10000 1000 100 10 1

Grafik 4.1. Semilog PBU (tp+dt)/dt VS Pws


4.4. Pembahasan
Dengan memperhatikan grafik Semilog PBU (tp+dt)/dt VS Pws dapat di
tentukan nilai, dengan mengambil nilai yang dilewati oleh slope selama 1
cycle. Dari nilai m serta data yang tercantum di tabel, dapat ditentukan
nilai permeabilitas, nilai P1jam, nilai factor skin, produktifitas formasi,
flow efficiency, dan radius of investigasi. Untuk permeabilitas, didapatkan
nilai 𝟑𝟑. 𝟒𝟑𝟖𝟏 mili Darcy, nilai permeabilitas formasi tersebut cukup.
Namun dilihat dari produksi, hal ini menandakan formasi tersebut
memiliki gangguan nilai skin yang sangat besar, yaitu 9.763.

4.5. Kesimpulan
1. Permeabilitas di dapatkan 33.4381 md
2. Apabila skin berharga positif berarti ada kerusakan (damage) dan
berharga negatif berarti menunjukkan adanya perbaikan (stimulated).
3. Adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat
adanya skin efek , biasanya direjemahkan kepada besarnya
penurunan tekanan.
29
BAB V
PRESSURE DRAW DOWN TESTING

5.1. Tujuan Analisa


1. Untuk mengetahui permeabilitas formasi (k) selama pengujian.
2. Untuk mengetahui faktor skin (S) selama pengujian.
3. Untuk mengetahui bentuk reservoir dan letak sumur berdasarkan
perhitungan data.

5.2. Teori Dasar


Pressure draw down testing adalah suatu pengujian yang
dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan laju
produksi tetap selama pengujian berlangsung. Sebagai syarat awal sebelum
pembukaan sumur tersebut, tekanan hendaknya seragam di seluruh
reservoir yaitu dengan menutup sumur sementara waktu agar dicapai
keseragaman tekanan di reservoirnya.
Mengingat hal tersebut diatas waktu yang paling ideal untuk
melakukan pressure draw down test adalah pada saat – saat pertama suatu
sumur berproduksi. Namun tentu saja bahwa test ini tidak hanya terbatas
pada sumur – sumur baru saja. Jadi pada dasarnya pengujian ini dapat
dilakukan pada :
1. Sumur baru,
2. Sumur – sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir, dan
3. Sumur – sumur produktif yang apabila dilakukan buildup test si
empunya sumur akan sangat merugi.
Apabila didesain secara memadai, perolehan dari pengujian ini
mencakup banyak informasi yang berharga seperti permeabillitas formasi,
faktor skin dan volume pori – pori yang berisi fluida.

30
31

Seperti telah dikatakan diatas, pertama idealnya sumur yang diuji


ditutup sampai tekanan mencapai tekanan statik reservoirnya. Tuntukan ini
bisa terjadi pada reservoir – reservoir yang baru tetapi jarang dipenuhi
pada reservoir – reservoir yang telah lama atau tua. Kemudian yang kedua,
laju produksi disaaat drawdown tetap selama pengujian.
Apabila kedua tuntutan itu tidak dapat dipenuhi dengan baik, ada
cara lain untuk menganalisanya yaitu dengan “multi rate testing”. Pada
penjelasan ini laju aliran dianggap tetap dan penurunan tekanan dasar
sumur dimonitor secara berlanjut. Pada pengujian ini, segala data komplesi
harus diketahui agar efek dan lamanya “wellbore storage dominated”
dapat diperkirakan.
Keuntungan ekonomis melakukan pengujian jenis ini adalah kita
masih memperoleh produksi minyak selama pengujian (tidak seperti pada
pressure buildup test), sedangkan keuntungan secara teknis adalah
kemungkinan untuk dapat memperkirakan volume reservoir. Tetapi
kelemahan yang utama adalah sukar sekali mempertahankan laju aliran
tetap selama pengujian berlangsung.
Metode analisa pressure drawdown testing terbagi dalam tiga
periode, berikut tahapan atau langkah-langkah untuk melakukan analisa
pressure drawdown test berdasarkan masing-masing periode yang terjadi,
yaitu : periode transient, periode late transient, dan PSS (preudo steady
state).
1. Analisa Pressure Drawdown pada Periode Transient
Apabila suatu sumur diproduksikan dengan laju aliran tetap dan
ekanan awal reservoirnya = Pi, maka persamaan tekanan pada lubang
bor (rD=1) yang dinyatakan didalam variable-variable yang tidak
berdimensi adalah :
1
𝑃𝐷 = 2 ln(𝑡𝐷 ) + 0,80907 ......................................................... (5-1)

Keterangan :
𝑃𝐷 = Pressure Dimensionless
𝑡𝐷 = Time Dimensionless
32

Setelah tD/rD2 > 100 dan setelah efek wellbore storage menghilang :
162,6𝑄𝜇𝐵 𝑘
𝑃𝑤𝑓 = 𝑃𝑖 − [𝑙𝑜𝑔(𝑡) + 𝑙𝑜𝑔 ( ) − 3,2275 + 0,87. 𝑆] …...... (5-2)
𝑘ℎ ∅𝜇𝐶𝑡𝑟𝑤 2

Keterangan :
Pwf = Tekanan dasar sumur, psi
Pi = Tekanan awal, psi
Q = Laju alir produksi, bbl/d
𝜇 = Viscositas oil, cp
𝐵 = Faktor volume formasi oil, RB/STB
𝑘 = Permeabilitas, md
ℎ = Tebal formasi, ft
∅ = Porositas
𝐶𝑡 = Compressibilitas total, Psi-1
𝑟𝑤 = jari-jari sumur, ft
𝑠 = factor skin

Dari persamaan diatas terlihat bahwa plot antara Pwf vs Log (t)
merupakan garus lurus dengan kemiringan :
162,6𝑄𝜇𝐵
𝑚= .. ............................................................................ (5-3)
𝑘ℎ

Keterangan :
m = slope (kemiringan), psi/cycle
Q = Laju (produksi) sebelum sumur ditutup, bbl/d
𝜇 = Viskositas, cp
B = Faktor Volume Formasi Minyak, RB/STB
k = permeabilitas, md
h = Ketebalan Formasi Produktif, ft

Dalam dunia perminyakan orang biasanya memilih waktu t = 1


jam dan mencatat Pwf pada saat itu sebagai P 1 hr. dengan
33

menggunakan konsep ini kita dapat menentukan “S” dengan


menggunakan persamaan berikut:
𝑃1−𝑃1ℎ𝑟 𝑘
𝑆 = 1,151 [ − 𝑙𝑜𝑔 (∅𝜇𝐶𝑡𝑟𝑤2 ) + 3,2275] .. ..................... (5-4)
𝑚

Keterangan :
S = Faktor Skin
Pwf = Tekanan Alir Dasar Sumur, Psi
P1hr = Tekanan Selama 1 jam
m = slope (kemiringan), psi/cycle
k = permeabilitas, md
μ = Viskositas, cp
∅ = Porositas,
ct = Kompresibilitas total, 1/psi
rw = Jari-jari Sumur, ft

Ada dua grafik yang selalu harus dilakukan didalam


menganalisa PDD pada periode infinite acting ini, yaitu :
1. Log-log Plot untuk menentukan wellbore storage
Grafik ini, log (Pi-Pwf) vs log (t) digunakan untuk
menentukan kapan saat berakhirnya efek dari wellbore storage.
Kemudian saat mencapai garis lurus semi log dapat
diperkirakan dengan :
(200,000+12,000.𝑆).𝐶𝑡
𝑡> 𝑘ℎ⁄ .. .................................................... (5-5)
𝜇

Keterangan :
t = time, hour
Ct = Compressibilitas total, Psi-1
k = Permeabilitas, md
h = tebal formasi, ft
s = factor skin
𝜇 = Viscositas oil, cp
34

Dari log-log ini pun dapat diperkirakan besarnya cs


(bbl/psi) yaitu dengan menggunakan persamaan :
𝑄𝐵 ∆𝑡
𝐶𝑡 = . .. ...................................................................... (5-6)
24 ∆𝑃

Keterangan :
Ct = Compressibilitas total, Psi-1
Q = Laju alir produksi, bbl/d
B = Faktor Volume Formasi Minyak, RB/STB
∆𝑡 = Perbedaan waktu, hour
∆𝑃 = Perbedaan tekanan, Psi

Dimana delta t dan delta P adalah harga yang dibaca dari


suatu titik garis lurus unit slope tersebut.

2. Semilog Plot untuk menentukan karakteristik formasi


Grafik ini adalah semi log antara Pwf vs log (t). dengan
membaca kemiringan (m) maka permeabilitas formasi dapat
ditentukan dari persamaan :
162,6𝑄𝜇𝐵
𝑘=− ................................................................... (5-7)
𝑚ℎ

Keterangan :
k = Permeabilitas, md
Q = Laju alir produksi, bbl/d
𝜇 = Viscositas,cp
𝐵 = Faktor Volume Formasi Minyak, RB/STB
𝑚 = Nilai Slope, Psi/cycle
ℎ = Tebal formasi produktif, ft

M akan bernilai negative sehingga menghasilkan


permeabilitas yang positif kemudian factor skin dapat dihitung.
35

2. Analisa PDD pada periode Late Transient


Jika garis lurus telah didapatkan dari grafik maka permeabilitas
dapat dihitung dengan persamaan :
𝑄𝜇𝐵
𝑘 = 118,6 .. .......................................................................... (5-8)
𝑏ℎ

Keterangan :
k = Permeabilitas, md
Q = Laju alir produksi, bbl/d
𝜇 = Viscositas,cp
𝐵 = Faktor Volume Formasi Minyak, RB/STB
𝑏 = titik potong terrhadap sumbu tegak
ℎ = Tebal formasi produktif, ft

𝑄𝜇𝐵
𝑏 = 118,6. .. ......................................................................... (5-9)
𝑘ℎ

Keterangan :
k = Permeabilitas, md
Q = Laju alir produksi, bbl/d
𝜇 = Viscositas,cp
𝐵 = Faktor Volume Formasi Minyak, RB/STB
𝑏 = titik potong terrhadap sumbu tegak
ℎ = Tebal formasi produktif, ft

Volume pori-pori sejauh daerah pengurasan (drainage volume)


sumur yang diujikan kemudian dapat diperkirakan :
Tentukan slope (β) terlebih dahulu,
𝑘𝑡
𝛽 = 0,00168 ∅𝜇𝐶𝑡𝑟𝑤2 .. ............................................................. (5-10)

Keterangan :
𝛽 = Slope
𝜇 = Viscositas, cp
𝑘 = Permeabilitas,md
∅ = Porositas
36

𝐶𝑡 = Compresibilitas total, Psi-1


𝑟𝑤 = jari-jari sumur, ft

𝑄𝐵
𝑉𝑝 = 0,1115 𝛽.𝑏.𝐶𝑡 .. ................................................................. (5-11)

Keterangan :
Q = Laju alir produksi, bbl/d
𝐵 = Faktor Volume Formasi Minyak, RB/STB
𝑏 = titik potong terrhadap sumbu tegak
𝛽 = Slope
𝐶𝑡 = Compresibilitas total, Psi-1

Faktor skin dapat pula ditentukan :


𝑃−𝑃̇ 𝑟𝑒
𝑆 = 0,84 ( ) − ln (𝑟𝑤) + 0,75 ............................................ (5-12)
𝑏

Keterangan :
S = Faktor Skin
𝑃 = TekananIterassi, psi
𝑃 = Tekanan awal, psi
𝑟𝑒 = Jari-jari pengurasan, ft
𝑟𝑤 = Jari-jari sumur,ft

𝑏.𝑆
𝑃(𝑠𝑘𝑖𝑛) = 0,84 .. ....................................................................... (5-13)

Keterangan :
P (skin) = Tekanan Skin
b = titik potong terrhadap sumbu tegak
S = Faktor Skin

Menentukan radius of investigasi :


𝑉𝑝
𝑟𝑒 = √𝜋ℎ𝑄 .. .............................................................................. (5-14)

Keterangan :
37

Re = Jari-jari pengurasan
Vp = Volume Pori, res/bbl
𝜋 = Constanta
ℎ = Tebal formasi produktif, ft
𝑄 = Laju alir produksi, bbl/d

3. Analisa PDD pada PSS (periode Semi Steady State)


Pengujian ini terutama untuk menentukan volume reservoir
yang berhubungan dengan sumur yang diuji oleh sebab itu disebut
reservoir limit testing.
Dapat dilihat bahwa Pwf vs t merupakan garis lurus dengan
kemiringan :
𝑄
𝛽𝐿 = 𝜋∅𝐶𝑡𝑟𝑒 2 .. .......................................................................... (5-15)

Keterangan :
𝛽𝐿 = Slope Pesudo Steady State
𝑄 = Laju alir produksi, bbl/d
𝜋 = Constanta (3,14)
∅ = Porositas
𝐶𝑡 = Compresibilitas total, Psi-1
𝑟𝑒 = Jari-jari pengurasan, ft

Kemudian dengan mengetahui kemiringan ini, drainage


volume dapat ditentukan :
𝑄𝐵
𝑉𝑝 = 0,0418 .. .................................................................. (5-16)
𝛽𝐿.𝐶𝑡

Keterangan :
Vp = Volume pori-pori yang berisi fluida
Q = Laju Alir Produksi, bbl/day
B = Volume Faktor Formasi Minyak, RB/STB
Ct = Kompresibilitas Total
𝛽𝐿 = Slope Pesudo Steady State
38

4. Penentuan Bentuk Reservoir Dari Data PDD Berdasarkan PSS


dan Periode Transient
Pada umumnya, persamaan aliran pada periode semi steady
state untuk setiap bentuk reservoir adalah :
1 𝐴 2,2458
𝑃𝐷 (𝑡𝐷 ) = 2𝜋. 𝑡𝐷𝐴 + 2 [𝑙𝑛 (𝑟 2 ) + ln ( )] ........................... (5-17)
𝑒 𝐶𝐴

Keterangan :
𝑃𝐷 (𝑡𝐷 ) = Tekanan pada periode semi steady state
𝑡𝐷𝐴 = Waktu pada periode semi steady state
𝐴 = Luas area,ft2
𝑟𝑒 = Jari-jari pengurasan, ft
𝐶𝐴 = Constanta Dietz Shape

Dengan mengkombinasikan persamaan sebelumnya dengan


persamaan diatas maka diperoleh :
𝑃𝑤𝑓 = 𝑚∗ . 𝑡 + 𝑃𝑖𝑛𝑡 ................................................................ (5-18)
Keterangan :
Pwf = Tekanan dasar sumur, psi
m* = Slop Pseudo Steady State
t = Waktu, S
𝑃𝑖𝑛𝑡 = Pressure Intake

Dimana P int adalah :


𝑄𝜇𝐵 𝐴 2,2458
𝑃𝑖𝑛𝑡 = 𝑃𝑖 − 70,6 [𝑙𝑛 ( 2 ) + 𝑙𝑛 ( ) + 2𝑆] ................... (5-19)
𝑘ℎ 𝑟𝑒 𝐶𝐴

Keterangan :
𝑃𝑖𝑛𝑡 = Tekanan Intake, psi
𝑃𝑖 = Tekanan Inisial, psi
𝑄 = Laju alir produksi, bbl/d
𝜇 = Viskositas
𝐵 = Volume Faktor Formasi Minyak, RB/STB
39

𝑘 = Permeabilitas, mD
ℎ = Ketebalan Formasi Produktif, ft
𝐴 = Luas area,ft2
𝑟𝑒 = Jari-jari Pengurasan,ft
𝐶𝑎 = Constanta Dietz Shape
𝑆 = Factor skin
m* dan P int didapat dari plot Pwf vs t yaitu m* adalah kemiringan
dan P int didapat dengan mengekstrapolasikan garis liniernya ke
t = 0. Selanjtnya bentuk reservoir diperkirakan dari :
𝑚 𝑃1 𝑗𝑎𝑚 −𝑃𝑖𝑛𝑡
𝐶𝐴 = 5,456 𝑚∗ . 𝐸𝑥𝑝 [2,303. ] .. ............................... (5-20)
𝑚

Keterangan :
𝐶𝑎 = Constanta Dietz Shape
𝑚 = Slope Transient
𝑚∗ = Slope Pseudo Steady State
𝑃1 𝑗𝑎𝑚 = Tekanan Selama 1 jam
𝑃 𝑖𝑛𝑡 = Pressure Intake, psi

Nilai tDA PSS :


𝑚∗
(𝑡𝐷𝐴 )𝑃𝑆𝑆 = 0,1833 . 𝑡𝑝𝑐𝑠 .. .................................................. (5-21)
𝑚

Keterangan :
(𝑡𝐷𝐴 )𝑃𝑆𝑆 = Waktu pada semy steady state
𝑚 = Slope Transient
𝑚∗ = Slope Pseudo Steady State

5.3. Data Analisa dan Perhitungan


5.3.1. Data Analisa
Parameter yang diketahui adalah sebagai berikut :
a. Laju Produksi ( Q ) : 200 BBL/Day
b. Porositas (  ) : 0.237
c. Viskositas Minyak (  ) : 1.5 cp
40

d. Kompresibilitas Total ( Ct ) : 0.0000082 psi-1


e. Jari – jari Sumur ( rw ) : 0.5 ft
f. Ketebalan Formasi Produktif ( h ) : 6.09756098 ft
g. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo ) : 1.2 RB/STB
h. Tekanan ( Pi ) : 4600 psi
i. Temperatur, (T) : 220 o F
5.3.2. Perhitungan

Tabel 5.1. Data Tekanan dan Waktu

t Pwf ΔP
jam psi psi
0 4412 188
0.12 3812 788
1.94 3699 901
2.79 3653 947
4.01 3616 984
4.82 3607 993
5.78 3600 1000
6.94 3593 1007
8.32 3586 1014
14.4 3573 1027
17.3 3567 1033
20.7 3561 1039
24.9 3555 1045
29.8 3549 1051
35.8 3544 1056
43 3537 1063
51.5 3532 1068
61.8 3526 1074
74.2 3521 1079
89.1 3515 1085
107 3509 1091
128 3503 1097
154 3497 1103
185 3490 1110
222 3481 1119
41

266 3472 1128


319 3460 1140
383 3446 1154
460 3429 1171
a. Periode Transient

Grafik 5.1. Semilog Transient

4600

4400

4200
t vs Pwf

4000 transient
Log. (transient)
3800 Linear (transient)

3600 y = -40.57ln(x) + 3671.6


3616
3586 R² = 0.977
3400
1 10 100 1000

1) Step 1
x =1 − − 40.57 × 𝑙𝑛(1) + 3671 = 3671
x = 10 − − 40.57 × 𝑙𝑛(10) + 3671 = 3577.754
m = x1 – x10 = 3671 – 3577.754
= 93.255 psi/cycle

P pada saat 1 hr = −40.57 × 𝑙𝑛(1) + 3671


= 3671 psi

2) Step 2
𝑞𝑜.𝜇𝑜.𝐵𝑜
k = 162.6
𝑚.ℎ
(200 𝑏𝑏𝑙/𝑑𝑎𝑦)(1.5 𝑐𝑝)(1.2 𝑅𝐵/𝑆𝑇𝐵)
= 162.6 (93.255)(6.09756098𝑓𝑡)
42

= 102.94 mD

3) Step 3
𝑃𝑖−𝑃1ℎ𝑟 𝑘
S = 1.151 [ ] − log (∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟𝑤2) + 3.2275
𝑚
4600−3671 102.94 𝑚𝑑
= 1.151 [93.255 𝑝𝑠𝑖/𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒] − log ((0.204)(1.5 𝑐𝑝)(0.0000082)(0.5)2 ) +

3.2275
= 5.755

b. Periode Late Transient


1) Step 1

Tabel 5.2. P Iterasi


t
(jam) 3525 3526 3521 3515 3509 3503 3497
14.4 48 47 52 58 64 70 76
17.3 42 41 46 52 58 64 70
20.7 36 35 40 46 52 58 64
24.9 30 29 34 40 46 52 58
29.8 24 23 28 34 40 46 52
35.8 19 18 23 29 35 41 47
43 12 11 16 22 28 34 40
3490 3481 3472 3460 3446
83 92 101 113 127
77 86 95 107 121
71 80 89 101 115
65 74 83 95 109
59 68 77 89 103
54 63 72 84 98
47 56 65 77 91
43

1000
3525
3526
3521
100 3515
3509
3503
3497
10
3490
3481
3472
1 3460
0 10 20 30 40 50

Grafik 5.2. Grafik t vs P Iterasi

P iterasi = 3490 psi


b = 103 (dari grafik)
1
β =
𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑃𝑆𝑆−𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑒𝑛𝑡
1
=
51.5−5.78
= 0.026954

2) Step 2
tPSS = 𝑡 @ 𝑃𝑆𝑆𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑡 @𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
= 460 jam – 51.5 jam
= 408.5 hours

3) Step 3
948.∅.𝜇.𝐶𝑡.𝑟𝑤 2
t PSS =
𝑘

(43.18)(67.981)
re =√
948 (0.204)(1.5)(0.0000082)

= 1110.878 ft
44

4) Step 5
𝑃𝑖−𝑃 𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒
S = 0.84 [ ] − ln [𝑟𝑤] + 0.75
𝑏
4600−3490 1110.878
= 0.84 [ ] − ln [ ] + 0.75
103 0.5

= 0.596374

5) Step 6
𝑞.𝐵
Vp = 0.1115 𝛽.𝑏.𝐶𝑡
(200)(1.2)
= 0.1115 (0.026454)(103)(0.0000082)

= 1175463 res/bbl

c. Periode PSS
4600

4400

4200 t vs Pwf
PSS
4000
Log. (PSS)

3800 Linear (PSS)


Linear (PSS)
3600
3549
y = -0.2427x + 3537.5
3400 3429 R² = 0.9903
0 100 200 300 400 500

Grafik 5.3. Grafik dt vs Pwf

1) Step 1
y = 𝑚𝑥 + 𝐶
= −0.242𝑥 + 3537.5
Maka m * = 0.242 psi/hr
45

2) Step 2
𝑞.𝐵
Vp = 0.0418 𝛽𝐿.𝐶𝑡 , dimana βL = m pada kondisi PSS
(200)(1.2)
= 0.0418 (0.242)(0.0000082)

= 1175463 res/bbl

3) Step 3
𝑚 𝑃1ℎ𝑟−𝑃 𝑖𝑛𝑡
CA = 5.546 𝑚∗ × exp (2.303 )
𝑚
93.255 3671−3490
= 5.546 × exp (2.303 )
0.242 −93.255

= 151.6

dimana m* = slope PSS = 0.242


m = slope transient = 93.255 Psi/cycle
P1hr = 3671 psi
P int = 3490 psi

4) Step 4
𝑚∗
(tDA) PSS = 0.1833(𝑡 𝑝𝑠𝑠) 𝑚
0.242
= 0.1833(385.8) × (93.255)

= 0.19431

Berdasarkan hasil perhitungan tDA, didapatkan nilainya adalah


0.19431 dimana nilai tersebut mendekati 0.2 pada tabel bounded
reservoir. Sehingga diketahui bentuk reservoir yang sesuai dengan nilai
tersebut adalah segitiga.
46

Gambar 5.1. In Bounded Reservoir

5.4. Pembahasan
 Periode Transient
Dengan memperhatikan semilog pada grafik 5.1. didapatkan
equation berdasarkan pengamatan y= -40.57 ln (x) + 3671.6. Dari
persamaan tersebut didapatkan nilai m sebesar 93.255 psi/cycle serta
data P1jam sebesar 3671 psi. Untuk permebalitas didapatkan sebesar
102.94 mD. Nilai skin didapatkan sebsesar 5.755 yang menandakan
bahwa formasi tersebut damage.

 Periode Late Transient


Dengan memperhatikan variabel yang ada dan didapatkan dari
periode transient. Dibuat tabel P iterasi berdasarkan periode late
transient dengan membuat 5 variabel yang mencakup seluruh waktu
pada periode late transient. Didapatkan P iterasi berdasarkan
pengamatan sebesar 3490 psi, nilai b sebesar 103, dan nilai β sebesar
0,026594/hr. Nilai t didaptkan dari pengurangan antara waktu pada
PSS awal dan waktu pada Transient akhir sehingga nilai hasilnya
43.18 jam. Nilai tPSS didapatkan dari pengurangan waktu akhir PSS
dengan waktu awal transient, didapatkan nilai waktu 408.5 jam.
Nilai re atau jari-jari pengurasan didapatkan sebesar 1110.878 ft.
Nilai Vp didapatkan sebesar 1175463 res/bbl. Dari variabel
pendukung tersebut didapatkan skin sebesar 0.596374 yang
menandakan bahwa formasi tersebut mengalami damage.
47

 Periode Pseudo Steady State


Dari variabel – variabel yang ada dan pendukung sebelumnya
dilakukan perubahan grafik semilog menjadi grafik kartesian. Dari
grafik kartesian tersebut didapatkan equation berdasarkan plot data
yaitu y= -0,2427 x + 3537.5. Dimana y=mx+c, maka nilai m (atau
sama dengan nilai BL) didapatkan sebesar 0,242 psi/hr. Nilai Vp
didapatkan sebesar 1175463 res/bbl. Nilai CA didapatkan sebesar
1516, dimana dalam mencari CA dibutuhkan nilai m*, p1hours, dan
P intake yang didapatkan dari grafik dengan nilai masing-masing m
(slop transient) sebesar 0.242, P1hr sebesar 3671 psi dan p intake
sebesar 3490 psi. Nilai (TDA) PSS didapatkan sebesar 0,19431.

5.5. Kesimpulan
1. Terdapat tiga rejim aliran yaitu periode transient, periode late
transient, dan PSS (preudo steady state) pada percobaan Drawdown
testing.
2. Selain itu juga dari percobaan Drawdown testing didapatkan nilai
permeabilitas dan skin serat volume pori yang terisi fluida dari
masing-masing fase periode aliran.
3. Pada percobaan Drawdown testing kita dapat mengetahui waktu
dimulainya aliran transient, late transient dan PSS (preudo steady
state).
BAB VI
PEMBAHASAN UMUM

Analisis uji sumur minyak adalah cabang dari teknik reservoir. Informasi
yang diperoleh dari aliran dan tes tekanan transient pada kondisi in situ reservoir
sangat penting untuk menentukan kapasitas produksi dari reservoir. Analisis
tekanan transien juga menghasilkan perkiraan tekanan reservoir rata-rata. Seorang
reservoir engineer harus memiliki informasi yang cukup tentang kondisi dan
karakteristik reservoir, baik untuk menganalisis kinerja reservoir yang memadai
dan untuk meramalkan produksi masa depan dalam berbagai macam
pengoperasian. Production engineer juga harus mengetahui kondisi sumur
produksi dan sumur injeksi untuk menghasilkan kinerja terbaik dari reservoir.
Perolehan data dan program analisis dari sebuah uji sumur minyak yang
efisien membutuhkan perencanaan, pelaksanaan, rancangan dan evaluasi yang
matang serta upaya tim yang terkoordinasi dengan baik melalui pendekatan
terintegrasi. Pengukuran analisa core dari sampel yang dipilih oleh para geologist
menyediakan data sebagai identifikasi awal dari jenis batuan reservoir. Hasil uji
sumur menggunakan berbagai teknik yang masuk akal bila dibandingkan dengan
data geologi dan data core. Studi dari uji sumur ini membantu dalam mengenali
flow barrier, rekahan, dan berbagai macam permeabilitas. History matching dari
produksi sebelumnya dan pressure performance terdiri dari penyesuaian
parameter reservoir sampai contoh stimulasi.
Konfigurasi lubang bor menembus formasi serta geometri dan karakteristik
reservoirnya menyebabkan pola aliran fluida yang terjadi berbeda-beda. Pola
aliran radial paling lazim digunakan untuk menggambarkan aliran fluida di media
berpori. Ada lima solusi persamaan differensial yang snagat berguna didalam
analisa transient tekanan atau well testing yaitu solusi untuk reservoir yang tidak
terbatas ( line source solution ), solusi untuk reservoir yang terbatas, solusi untuk
keadaan pseudo steady state, solusi untuk reservoir dengan tekana tetap pada

48
49

batasnya (Constant Pressure at Outer Boundary ), solusi dengan memadukan efek


dari wellbore storage dan skin.
Dietz shape factor (CA) adalah suatu konstanta yang dimasukkan ke dalam
persamaan solusi Pseudosteady State agar persamaan tersebut cocok atau berlaku
untuk bentuk luas daerah pengurasan sumur (drainage area). Dengan adanya
tabulasi dari Dietz , maka dapat ditentukan waktu yang dibutuhkan oleh sumur
yang diproduksikan untuk mencapai kondisi tertentu berdasarkan bentuk geometri
reservoirnya dan letak sumurnya.
Pressure Build-Up Test adalah suatu teknik pengujian tekanan transien yang
paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Cara ini berdasarkan pada prinsip
superposisi, dimana memerlukan satu harga laju produksi minyak pada selang
waktu tertentu.
Pada dasarnya, pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan memproduksi
sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap,
kemudian menutup sumur tersebut (biasanya dengan mentup kepala sumur di
permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat
sebagai fungsi waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar
sumur).
Apabila S ini berharga positip berarti ada kerusakan (damaged) yang pada
umumnya disebabkan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap ke dalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor pada formasi
produktif yang kita amati. S yang negatip menunjukkan adanya perbaikan
(stimulated), biasanya setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau suatu
perekahan hidraulik fracturing.
Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang dilaksanakan
dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama
pengujian berlangsung. Sebagai syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut,
tekanan hendaknya seragam diseluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur
sementara waktu agar dicapai keseragaman tekanan di reservoirnya.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, pertama, idealnya sumur yang diuji
ditutup sampai tekanan mencapai tekanan statik reservoirnya. Tuntutan ini bisa
50

terjadi pada reservoir-reservoir yang baru tetapi jarang dapat dipenuhi pada
reservoir-reservoir yang telah lama atau tua. Kemudian yang kedua, laju
produksi disaat drawdown harus dipertahankan tetap selama pengujian. Laju
aliran dianggap tetap dan penurunan tekanan dasar sumur dimonitor secara
kontinyu. Pada pengujian ini segala data komplesi harus diketahui agar efek dan
lamanya "well bore storage" dapat diperkirakan.
Dari data hasil perhitungan di atas didapatkan tekanan pada radius 1 ft yaitu
𝟎. 𝟎𝟎𝟑𝟗𝟐𝟕𝟑 Psi, radius 10 ft yaitu 2,895.238 Psi dan radius 100 ft sama dengan
Pi sendiri yaitu 3000 Psi. Penggunaan Ei Function hanya dapat dilakukan pada
infinite acting reservoir dimana tekanan di reservoir dianggap sama. Semakin
besar radius percobaan, maka tekanan yang didapatkan mendekati tekanan awal.
Semakin dekat radius percobaan (missal 1 ft) maka lubang bor akan mengalami
kehilangan tekanan. Kondisi di dekat lubang bor akan sangat mempengaruhi
kelakuan aliran. Perubahan tekanan dan radius pengurasan yang menerus seiring
dengan waktu.
Dari data yang didapatkan di atas, serta perhitungan yang telah dilakukan
dan menentukan waktu (dalam jam) dari Infinite Acting Reservoir, Pseudo Steady
State (Ketelitian ± 1 %), Pseudo Steady State Exact, dan PI (J) dan laju produksi
stabil (q) di bawah P-Pwf = 500 psia., didapatkan bahwa waktu pada Infinite
Acting Reservoir selama 41.981 hours, kemudian Pseudo Steady State dengan
ketelitian ± 1 % didapatkan 384.843 hours, Pseudo Steady State selama 979.562
hours, J sebesar 𝟎. 𝟑𝟖𝟖𝟐, sehingga Laju produksi stabil (q) dibawah P-Pwf
sebesar 500 psia yaitu sebesar 194,131 STB/day.
Dengan memperhatikan grafik Semilog PBU (tp+dt)/dt VS Pws dapat di
tentukan nilai, dengan mengambil nilai yang dilewati oleh slope selama 1 cycle.
Dari nilai m serta data yang tercantum di tabel, dapat ditentukan nilai
permeabilitas, nilai P1jam, nilai factor skin, produktifitas formasi, flow efficiency,
dan radius of investigasi. Untuk permeabilitas, didapatkan nilai 𝟑𝟑. 𝟒𝟑𝟖𝟏 mili
Darcy, nilai permeabilitas formasi tersebut cukup. Namun dilihat dari produksi,
hal ini menandakan formasi tersebut memiliki gangguan nilai skin yang sangat
besar, yaitu 9.763.
51

 Periode Transient
Dengan memperhatikan semilog pada grafik 5.1. didapatkan equation
berdasarkan pengamatan y= -40.57 ln (x) + 3671.6. Dari persamaan
tersebut didapatkan nilai m sebesar 93.255 psi/cycle serta data P1jam
sebesar 3671 psi. Untuk permebalitas didapatkan sebesar 102.94 mD.
Nilai skin didapatkan sebsesar 5.755 yang menandakan bahwa formasi
tersebut damage.

 Periode Late Transient


Dengan memperhatikan variabel yang ada dan didapatkan dari periode
transient. Dibuat tabel P iterasi berdasarkan periode late transient dengan
membuat 5 variabel yang mencakup seluruh waktu pada periode late
transient. Didapatkan P iterasi berdasarkan pengamatan sebesar 3490 psi,
nilai b sebesar 103, dan nilai β sebesar 0,026594/hr. Nilai t didaptkan dari
pengurangan antara waktu pada PSS awal dan waktu pada Transient akhir
sehingga nilai hasilnya 43.18 jam. Nilai tPSS didapatkan dari pengurangan
waktu akhir PSS dengan waktu awal transient, didapatkan nilai waktu
408.5 jam. Nilai re atau jari-jari pengurasan didapatkan sebesar 1110.878
ft. Nilai Vp didapatkan sebesar 1175463 res/bbl. Dari variabel pendukung
tersebut didapatkan skin sebesar 0.596374 yang menandakan bahwa
formasi tersebut mengalami damage.

 Periode Pseudo Steady State


Dari variabel – variabel yang ada dan pendukung sebelumnya dilakukan
perubahan grafik semilog menjadi grafik kartesian. Dari grafik kartesian
tersebut didapatkan equation berdasarkan plot data yaitu y= -0,2427 x +
3537.5. Dimana y=mx+c, maka nilai m (atau sama dengan nilai BL)
didapatkan sebesar 0,242 psi/hr. Nilai Vp didapatkan sebesar 1175463
res/bbl. Nilai CA didapatkan sebesar 1516, dimana dalam mencari CA
52

dibutuhkan nilai m*, p1hours, dan P intake yang didapatkan dari grafik
dengan nilai masing-masing m (slop transient) sebesar 0.242, P1hr sebesar
3671 psi dan p intake sebesar 3490 psi. Nilai (TDA) PSS didapatkan
sebesar 0,19431.
BAB VII
KESIMPULAN UMUM

1. Semakin besar radius pengurasan percobaan maka semakin dekat tekanan


percobaan dengan tekanan awal
2. Semakin kecil radius pengurasan percobaan maka semakin berkurang
tekanan percobaan dari tekanan awal
3. Semakin besar nilai ( x ) maka semakin kecil nilai Ei ( -x )
4. Kemudian pada Dietz Shape sendiri dapat ditentukan waktu yang
dibutuhkan oleh sumur yang diproduksikan untuk mencapai kondisi tertentu
berdasarkan bentuk geometri reservoirnya dan letak sumurnya.
5. Dietz shape dapat digunakan untuk mencari nilai dari PI dan q dengan
bentuk reservoir yang berbeda – beda.
6. Laju produksi stabil (q) dapat diketahui setelah mendapatkan hasil dari
Productivity Index (J).
7. Setelah melakukan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bentuk
reservoir dengan tepat dan benar.
8. Sebelum proses produksi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap sumur yang akan diproduksi. Pengujian ini dapat berupa pengujian
tekanan (pressure test) yang dilakukan untuk mendapatkan parameter seperti
tekanan statik (Pws), tekanan aliran dasar sumur (Pwf), tekanan awal reservoir
(Pi), skin factor (S), permeabilitas rata-rata (k), volume pengurasan (Vd) dan
radius pengurasan (re).
9. Dasar analisa pressure Build-Up ini dikemukakan oleh Horner, yang pada
dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu.
10. Permeabilitas dari sumur ini kecil yang dikarenakan skin yang besar pada
tubing.
11. Apabila skin berharga positif berarti ada kerusakan (damage) dan berharga
negatif berarti menunjukkan adanya perbaikan (stimulated).

53
54

12. Adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat adanya
skin efek , biasanya direjemahkan kepada besarnya penurunan tekanan.
13. Apabila S berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada
umumnya dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap
kedalam formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor
pada formasi produktif yang diamati. S yang negative menunjukkan adanya
perbaikan (stimulated), biasanya setelah dilakukan pengasaman (acidizing)
atau suatu perekahan hidarulik (hydraulic fracturing).
14. Untuk reservoir bersifat infinite acting, tekanan reservoir rata-rata ini adalah
p* = pi = pave yang dapat diperkirakan dengan menginterpolasi segemen
garis lurus pada horner plot sampai ke harga ( tp+∆p ) / ∆t = 1. Tetapi pada
reservoir yang terbatas, hal diatas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa
pengaruh dari batas reservoir, maka tekana pada umumnya akan jatuh
berada dibawah garis lurus horner.
15. Dengan nilai skin tersebut, diperoleh nilai ∆P skin. Nilai ini digunakan untuk
mencari harga dari produktivitas formasi ideal (PI), Pada tahap berikutnya
diperoleh harga PI.nyata. Kemudian diperoleh harga flow efficiency, Pada
tahap akhir perhitungan dapat diketahui harga radius investigasi.
16. Dari percobaan Drawdown testing kita dapat mengetahui waktu dimulainya
aliran transient, late transient dan PSS (preudo steady state).
17. Terdapat tiga rejim aliran yaitu periode transient, periode late transient, dan
PSS (preudo steady state) pada percobaan Drawdown testing.
18. Selain itu juga dari percobaan Drawdown testing didapatkan nilai
permeabilitas dan skin serat volume pori yang terisi fluida dari masing-
masing fase periode aliran.
19. Bentuk geometri reservoir untuk pressure drawdown periode late transient
didapat dari hasil tDA PSS dari table.
55

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdassa, Doddy, Dr. 2005. Transien Well Tests. In-house traning Jakarta

2. Chaudry, Amanat U. 2004. Oil Well Testing Handbook. Huston, Texas

3. Lee, John. 1982. Well Testing Volume 1. Texas A&M University


56

LAMPIRAN

You might also like