You are on page 1of 30

Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi
serta menjelaskan proses pembentukannya.
Geopark atau taman bumi merupakan suatu sistem pengembangan kawasan
secara bertahap dan berkelanjutan, yang menggabungkan tiga keragaman alam yaitu
keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman
budaya (cultural diversity). Geopark Merangin disusun oleh berbagai macam batuan
dari batuan sedimen, batuan beku, batuan volkanik (gunung api) hingga endapan
aluvium.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan di suatu wilayah pada umumnya
merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan
maupun patahan/sesar. Batuan-batuan yang berada di Geopark Merangin pada
umumnya mengalami perubahan bentuk dan ukuran akibat dari gaya yang bekerja
pada bumi (deformasi) dan membentuk struktur geologi seperti kekar (fracture),
sesar (fault), lipatan (fold), dan sebagainya.
Guna mendukung teori yang didapatkan di kampus, mahasiswa perlu dibekali
wawasan mengenai praktek kerja secara nyata sesuai dengan ilmu-ilmu yang
diperoleh di perkuliahan, dengan melihat secara langsung singkapan-singkapan
batuan yang terdapat dilapangan serta melihat akibat dari gaya-gaya yang bekerja
pada bumi yang membentuk rekahan, sesar, ataupun lipatan. Selain itu, berdasarkan
ilmu yang didapatkan di perkuliahan dilakukan pengukuran untuk menentukan
penamaan sesar sehingga membantu mahasiswa dalam memahami ilmu yang
diperoleh di perkuliahan.

1
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

1.2.Maksud dan Tujuan


Maksud dari Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin Jambi 2017 ini adalah
mampu mengaplikasikan teori dan materi yang didapatkan di bangku perkuliahan
pada aplikasi di lapangan.
Tujuan dari Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin 2017 ini adalah:
1. Melakukan analisis kekar menggunakan metode statistik satu parameter.
2. Melakukan analisis kekar menggunakan metode statistik dua parameter.
3. Melakukan analisis kekar dan longsoran menggunakan sterografis.
4. Melakukan analisis dan penamaan sesar.

1.3.Waktu dan Tempat


Ekskursi lapangan di Geopark Merangin Jambi 2017 dilaksanakan pada tanggal
13 – 16 April 2017 dengan lokasi di Muara Sungai Karing, Merangin, Jambi pada
tanggal 14 April 2017 dengan koordinat X=183346 dan Y=9761819.

2
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

BAB II
GEOLOGI REGIONAL

II.1 Fisiografi Regional


Pulau Sumatera merupakan pulau yang memiliki orientasi fisiografi berarah
barat laut dan terletak di bagian barat Paparan Sunda dan di selatan Lempeng
Eurasia. Pulau ini memiliki dimensi panjang sekitar 1.760 km dan lebar 400 km dan
kisaran luas sekitar 435.000 km2 . Geografi yang khas dari Pulau Sumatera yaitu
adanya Pegunungan Bukit Barisan di sebelah barat pulau ini dan memanjang pada
seluruh panjang pulau dalam bentuk sabuk yang sempit, paralel, dan umumnya
berjarak hanya beberapa puluh kilometer dari pantai barat daya. Pulau Sumatera
memiliki batas-batas geografis sebagai berikut :
a. Sebelah utara dibatasi oleh Benua Asia
b. Sebelah barat dan selatan dibatasi oleh Samudra Hindia.
c. Sebelah timur dibatasi oleh Selat Malaka
Pulau Sumatra terletak di sebelah barat daya Kontinen Sundaland dan
merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di
sebelah barat Lempeng Sundaland/Lempeng Eurasia. Konvergensi lempeng
menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan
dari Sistem Sesar Sumatra.
Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada
masa Paleogen diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk
Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W
menjadi NW-SE dimulai pada Eosen atau Oligosen. Perubahan tersebut juga
mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring dengan
rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra menjadikan
kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra.
Secara fisiografi, Pulau Sumatera menurut Van Bemmelen (1949) terbagi atas 6
zona fisiografi (Gambar II.1), yaitu:
1. Zona Jajaran Barisan
2. Zona Semangko
3. Zona Pegunungan Tigapuluh

3
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

4. Zona Kepulauan Busur Luar


5. Zona Paparan Sunda
6. Zona Dataran Rendah dan Berbukit

Gambar II.1 Zona Fisiografi Pulau Sumatera (Van Bemmelen, 1949)


Berdasarkan pembagian zona di atas dan sesuai dengan letak geografisnya,
daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Fisiografi Dataran Rendah dan Berbukit.
8 Zona ini dicirikan oleh morfologi perbukitan homoklin dengan elevasi 40 – 200 m
di atas permukaan dan zona ini tersebar luas di sebelah Pantai Timur Pulau
Sumatera.

II.2 Statigrafi Regional


Dilihat dari stratigrafi regionalnya daerah pemetaan geologi 1 berada di dalam
lembar Peta Geologi kawasan Mengkarang (Gambar II.2). Satuan batuan tertua di
kawasan ini adalah Formasi Mengkarang (Pm) yang menjari dan ditindih secara
selaras oleh Formasi Telukwang (Pt) yang berumur Perem Awal-Tengah. Formasi
Mengkarang dan Telukwang ini menjemari dengan Formasi Palepat. Formasi
Mengkarang tersusun oleh batuan sedimen klastika halus-kasar bersisipan batuan
klastika gunungapi dan batuan karbonat, sedangkan Formasi Telukwang berupa
batuan sedimen klastika kasar dengan anggota batugamping. Sementara itu, Formasi
Palepat terdiri atas batuan gunungapi dengan sisipan batuan sedimen klastika halus-
kasar dan batugamping.
Batuan berumur Perem tersebut yang diterobos oleh granit hornblende berumur
Trias Akhir – awal Jura, memperlihatan kontak tektonik dengan Formasi Asai (Ja)
berumur Jura Tengah yang berupa batuan sedimen-meta dengan sisipan batugamping

4
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

dan Formasi Peneta (KJp) berumur Jura Akhir – Kapur Awal, yang tersusun oleh
runtunan batuan sedimen klastika halus-kasar dan sisipan batugamping, umumnya
termalihkan derajat rendah.
Runtunan batuan sedimen Pratersier tersebut telah mengalami proses ubahan dan
pemalihan tingkat rendah. Meskipun demikian, struktur sedimen masih terlihat jelas;
dan juga kandungan fosil fauna dan flora yang dapat dipakai sebagai penentu umur.
Lingkungan pengendapannya berkisar dari lingkungan darat sampai laut dangkal.
Selanjutnya batuan berumur Tersier yang tersingkap adalah Formasi Muaraenim
berumur Mio-Pliosen (Tmpm) hadir secara setempat, dan Formasi Kasai QTk)
berumur Plio-Plistosen yang penyebarannya cukup luas.

Gambar II.2 Peta geologi kawasan Mengkarang (Suwarna drr. 1998)


1. Formasi Mengkarang
Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau, batulempung, serpih,
tuf, dan konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan batugamping dan
batubara. Batupasir, kelabu terang-gelap, berbutir halus-kasar, membundar tanggung
dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan antara 0.5 – 2.5 m. Kuarsa, lempung, kalsit,
dan klorit merupakan komponen utama batupasir, dengan massa dasar lempung, dan
kalsit.
Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan, tebal
lapisan antara 0.2 – 3.0 m, berlapis kurang baik – baik. Batulempung, kelabu
kecoklatan – kehijauan. Serpih, kelabu gelap kehitaman, berlapis baik, mengandung
fosil brakhiopoda dan tumbuhan, tebal setiap lapisan 1 – 15 m, setempat
mengandung lapisan batubara tipis-tipis. Tuf, kelabu gelap, bersusunan basa – asam,
klastika, setempat berselingan dengan batugamping dan sisipan batubara setebal 15

5
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

cm, berlapis baik, terdapat juga kepingan kayu tekersikkan dan Stigmaria, tebal
lapisan tuf ini berkisar dari 0.5 – 1.5 m. Komponen yang berukuran 0.5 – 20 cm
dominan terdiri atas batuan gunungapi (basal dan trakhit), serpih, batupasir halus,
dan granit, setempat berselingan dengan tuf bersusunan dasit, tebal runtunan 0.15 –
10 m.
Batugamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan dalam
serpih, setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, berselingan dengan tuf
basa. Fosil yang terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon,
Pseudoschwagerina meranginensis Thompson, Schwagerina rutschi Thompson, dan
Bivalvia. Selain itu, ditemukan pula fosil ganggang, ganggang-pseudo, foraminifera
kecil, fusulinoid yang menunjukkan umur Asselian (Perem Awal). Dapat
disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil tersebut berkisar dari Sakmarian –
Artinskian (awal Perem – akhir Perem Awal).
Formasi Mengkarang ini secara keseluruhan diduga terendapkan di lingkungan
darat – laut dangkal, berlumpur, dalam kondisi rezim rendah, berdekatan dengan
suatu busur kepulauan bergunung api. Sebarannya terletak di Sungai Mengkarang,
Karing, Merangin, Ketiduran, dan Titi Meranti.
2. Formasi Kasai
Formasi Kasai tersusun oleh tuf dan tuf berbatuapung (pumis); dengan sisipan
batupasir, batulempung, dan batulanau, yang umumnya tufan; setempat ditemukan
konglomerat, breksi tuf, serta sisipan lignit dan gambut; kayu tekersikkan sangat
umum, dan oksida besi pada bagian bawah formasi.
Tuf umumnya bersusunan asam (riolitan) dan seringkali terkaolinkan serta
mengandung pumis berukuran antara 0.5 – 5 cm; umumnya berasosiasi dengan fosil
kayu tekersikkan berdiameter sampai 1 meteran.
Batupasir, tufan, mengandung lensa-lensa konglomerat, setempat struktur
silang-siur mangkok. Batulempung dan batulanau, tufan, tebal sekitar 3 m,
strukturperarian sejajar. Konglomerat anekabahan, komponennya dikuasai oleh
pumis, sedikit obsidian, andesit, basal, kuarsa, dan batuan tekersikkan.Lignit dan
gambut, tersisip di antara batulempung dan batupasir.
Satuan berlapis baik – pejal, struktur silang-siur pada batuan berbutir kasar
sangat umum. Lingkungan pengendapan darat, bahan yang terendapkan adalah hasil

6
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

kikisan dan erosi dari Geantiklin Barisan. Formasi ini dapat mencapai ketebalan 450
m, dan umurnya adalah Plio-Plistosen. Singkapannya cukup luas dikawasan sebelah
barat dan utara Sungai Merangin, sebelah timur Sungai Mengkarang, serta wilayah
antara Sungai Merangin dan Mengkarang.
3. Granit Tantan
Batuan ini terdiri atas granit, granodiorit, dan aplit. Granit biotit-horenblenda,
terubah; sebagian plagioklas terubah menjadi klorit dan epidot; hipidiomorfis –
subporfiritik; fenokris K-Na sebagian terkloritkan dan terkaolinkan; sebagian
plagioklas, ortoklas, dan kuarsa membentuk tekstur granofir.
Granodiorit biotit-horenblenda, terubah, sebagian horenblenda terubah menjadi
biotit dan klorit; serisit berupa ubahan dari plagioklas dan ortoklas, sedangkan kaolin
berasal dari ortoklas; mengandung senolit-kuarsa. Aplit, aplogranit biotit, terubah,
epidot ubahan dari mineral mafik. Tonalit (kuarsa), terubah, piroksen dan
horenblenda sebagian terubah menjadi epidot, klorit, dan serisit.
Satuan batuan umumnya tergerus dan tersesarkan, serta terlapuk kuat;
menerobos Formasi Mengkarang dan Telukwang, dan bersentuhan tektonik dengan
Formasi Peneta. Umur mutlak satuan batuan adalah 171,50 + 1,30 jtl. Dan 200 +
10,0 jtl. Atau Trias Akhir – Jura Awal. Singkapannya terdapat di kiri dan kanan
Sungai Merangin sekitar Dusun Airbatu.

II.3 Struktur Geologi Regional


Struktur yang hadir berupa sesar, perlipatan, kelurusan, perdaunan, dan kekar,
yang secara regional berarah barat laut – tenggara dan barat barat laut – timur
tenggara. Jenis sesar berupa sesar mendatar menganan dan sesar naik, yang
menempati batuan sedimen malihan Formasi Mengkarang dan Peneta, serta
terobosan berumur Pratersier. Perlipatan setempat terdeteksi di dalam Formasi
Telukwang dengan arah kemiringan yang rendah. Kelurusan hanya terdeteksi pada
batuan sedimen Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen. Sementara itu,
perdaunan umumnya dijumpai pada batuan sedimen malih Formasi Mengkarang dan
Peneta, sedangkan kekar terdapat baik pada batuan sedimen malih maupun terobosan
yang semuanya berumur Pratersier.

7
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Perem Awal ditandai oleh pengendapan sedimen klastika dan batugamping


terumbu Formasi Mengkarang dengan sisipan-sisipan batuan klastika gunungapi,
kemudian batuan sedimen klastika Formasi Telukwang dan Anggota Batuimpi
Formasi Telukwang. Lingkungan pengendapan satuansatuan batuan tersebut berada
di tepi benua sampai laut dangkal, bersamaan dengan kegiatan gunung api andesit –
basal Formasi Palepat, yang selain menghasilkan lava juga batuan klastika gunung
api. Kegiatan ini ditafsirkan terjadi di busur kepulauan bergunungapi dengan
rangkaian terumbu, yang erat kaitannya dengan lajur penunjaman. Berdasarkan
analisis kemagnetan purba, Formasi Mengkarang terendapkan pada posisi 30ºLU
(Wahyono drr., 1996), dan telah mengalami rotasi searah jarum jam sejak Perem.
Pada akhir Trias - awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap batuan
berumur Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan regional berderajat
rendah. Kegiatan penurunan yang berlangsung dari Jura Tengah sampai Kapur Awal,
pada kala Jura Akhir-awal Kapur ditandai dengan terendapkannya batuan sedimen
klastika halus Formasi Peneta.
Penerobosan oleh Granit Arai, pada Kapur Tengah, terhadap Formasi Peneta,
diikuti oleh pencenanggaan, pengangkatan, dan pemalihan berderajat rendah pada
batuan formasi tersebut. Kegiatan tektonika ini, diikuti oleh penggabungan
(amalgamasi) antara Blok Mengkarang-Palepat dan Blok Peneta dalam bentuk
kontak tektonik/sesar naik, yang diduga berlangsung pada Kapur Akhir.
Tektonika Miosen Tengah – awal Pliosen ditandai oleh pengangkatan Lajur
Barisan. Di kawasan busur – belakang terendapkan batuan sedimen klastika Formasi
Muaraenim dalam kondisi susutlaut, lingkungan peralihan. Pada kegiatan tektonika
selanjutnya, yakni Plio-Plistosen, seluruh daerah terangkat, diikuti oleh proses
pengerosian, dan terbentuknya sesar mendatar menganan berarah barat laut –
tenggara, dan pelipatan. Pada saat kegiatan tektonika ini, pengendapan batuan
sedimen klastika gunung api Formasi Kasai berlangsung.

8
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

BAB III
METODOLOGI

III.1 Objek Penelitian


Dalam penulisan Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin Jambi
2017 ini, objek penelitian berupa kekar yang terbentuk pada batuan yang ada di
Muara Sungai Karing yang kemudian dilakukan analisis untuk menentukan arah
umum bidang lemah dan sesar yang ditandai dengan adanya zona breksiasi yang
kemudian dilakukan analisis sesar untuk menentukan penamaan sesar.

III.2 Peralatan
1. Alat Tulis
2. Lembar Kerja
3. Kompas Geologi
4. Stereonet
5. Pensil warna
6. Clipboard
7. Kamera
8. GPS
9. Kertas Kalkir
10. Jangka
11. Busur

III.3 Prosedur Kerja


III.3.1 Pengukuran Kekar
1. Dilakukan observasi kekar berpasangan pada batuan
2. Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi “E” kompas
geologi pada bidang yang akan diukur dalam posisi kompas
horizontal, tekan pengunci saat gelembung berada pada pusat
lingkaran nivo mata sapi. Angka azimuth yang ditunjuk oleh jarum
“N” merupakan arah strike yang diukur. (jangan lupa memberi garis

9
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

horizontal strike yang telah didapatkan pada posisi kompas untuk


pengukuran dip).
3. Pengukuran dip dilakukan dengan menempelkan sisi “W” kompas
pada bidang yang diukur dalam posisi kompas tegak lurus garis
strike (posisi nivo tabung berada di atas). Putar klinometer sampai
gelembung berada pada pusat nivo tabung. Pembacaan besarnya dip
yang diukur.
III.3.2 Pengukuran Zona Breksiasi
1. Dilakukan observasi untuk menentukan lokasi yang memiliki zona
hancuran
2. Ditentukan arah dip dari zona hancuran
3. Dengan menggunakan kaidah tangan kiri, ditentukan arah azimuth
berdasarkan arah dip
4. Ditembakkan dengan menggunakan kompas ke arah azimuth untuk
menentukan arah umum zona breksiasi.

10
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

BAB IV
METODE DAN HASIL ANALISIS

Di Muara Sungai Karing dilakukan pengukuran kelurusan (strike) dan


kemiringan (dip) struktur bidang berupa 20 pasang kekar berpasangan di lapangan,
data-data kekar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.1 Data Kekar
Data Shear 1 Data Shear 2
N 37° E/71° N 96° E/81°
N 37° E/71° N 109° E/75°
N 37° E/71° N 113° E/80°
N 37° E/71° N 85° E/73°
N 32° E/71° N 288° E/70°
N 32° E/71° N 298° E/85°
N 32° E/71° N 300° E/76°
N 32° E/71° N 285° E/83°
N 215° E/75° N 280° E/72°
N 215° E/75° N 264° E/75°
N 215° E/75° N 315° E/87°
N 215° E/75° N 291° E/63°
N 31° E/86° N 126° E/80°
N 31° E/86° N 121° E/83°
N 31° E/86° N 176° E/84°
N 31° E/86° N 172° E/78°
N 121° E/77° N 215° E/83°
N 121° E/77° N 214° E/77°
N 121° E/77° N 210° E/77°
N 121° E/77° N 221° E/76°

11
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

IV.1 Analisis Kekar Menggunakan Satu Parameter


Metode statistik dengan satu parameter merupakan suatu metode yang
diterapkan untuk mendapatkan kisaran harga rata-rata atau harga maksimum dari
sejumlah data acak dengan menggunakan satu unsur pengukuran. Metode statistik
dengan satu parameter terdiri atas:
IV.1.1 Diagram Kipas
1. Menentukan jari-jari diagram setengah lingkaran, dimana prosentase
terbesar sebagai jari-jari terpanjang dan prosentase terkecil sebagai
jari-jari terpendek, dengan besar interval yang sama.
2. Membagi sisi paling luar busur sesuai dengan pembagian arah sudut,
kemudian ditarik garis dari arah sudut menuju pusat busur.
3. Masukkan hasil perhitungan prosentase ke dalam diagram untuk
mendapatkan analisa arah umum.

12
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Tabel IV.2 Tabel Tabulasi Diagram Kipas

Arah Notasi Jumlah Presentase


N. . .⁰/E N. . .⁰/E
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200
21 – 25 201 -205
26 – 30 206 -210 I 1 2.5%
31 – 35 211 – 215 IIII IIII IIII III 18 45%
36 – 40 216 – 220
41 – 45 221 – 225 I 1 2.5%
46 – 50 226 – 230
51 – 55 231 – 235
56 – 60 236 – 240
61 – 65 241 – 245
66 – 70 246 – 250
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260
81 – 85 261 – 265 II 2 5%
86 – 90 266 – 270
91 – 95 271 – 275
96 – 100 276 – 280 II 2 5%
101 – 105 281 – 285 I 1 2.5%
106 – 110 286 – 290 II 2 5%
111 – 115 291 – 295 II 2 5%
116 – 120 296 – 300 II 2 5%
121 – 125 301 – 305 IIII 5 12.5%
126 – 130 306 – 310 I 1 2.5%
131 – 135 311 – 315 I 1 2.5%
136 – 140 316 – 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330
151 – 155 331 – 335
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345
166 – 170 346 – 350
171 – 175 351 – 355 I 1 2.5%
176 – 180 356 – 360 I 1 2.5%

13
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Arah Umum Primer

Arah Umum Sekunder

Diagram kipas dibuat dengan menggunakan data strike dari 20 data


kekar berpasangan berdasarkan prosentase tabel tabulasi diagram kipas dan
menghasilkan dua arah umum yaitu arah umum primer N 33o E ke arah Timur
Laut dan arah umum sekunder N 303o E ke arah Barat Laut. σ1 σ2 σ3
IV.1.2 Diagram Roset
1. Menentukan jari-jari diagram lingkaran, dimana prosentase terbesar
sebagai jari-jari terpanjang dan prosentase terkecil sebagai jari-jari
terpendek, dengan besar interval yang sama.
2. Membagi sisi paling luar busur sesuai dengan pembagian arah
sudut, kemudian ditarik garis dari arah sudut menuju pusat busur.
3. Masukkan hasil perhitungan prosentase ke dalam diagram untuk
mendapatkan analisa arah umum.

14
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Tabel IV.3 Tabel Tabulasi Diagram Roset


Arah Arah
Notasi Jumlah % Notasi Jumlah %
N. . .⁰/E N. . .⁰/E
0–5 181 – 185
6 – 10 186 – 190
11 – 15 191 -195
16 – 20 196 -200
21 – 25 201 -205
26 – 30 206 -210 I 1 2.5%
31 – 35 IIII IIII II 12 30% 211 – 215 IIII I 6 15%
36 – 40 216 – 220
41 – 45 221 – 225 I 1 2.5%
46 – 50 226 – 230
51 – 55 231 – 235
56 – 60 236 – 240
61 – 65 241 – 245
66 – 70 246 – 250
71 – 75 251 – 255
76 – 80 256 – 260
81 – 85 I 1 2.5% 261 – 265 I 1 2.5%
86 – 90 266 – 270
91 – 95 271 – 275
96 – 100 I 1 2.5% 276 – 280 I 1 2.5%
101 – 105 281 – 285 I 1 2.5%
106 – 110 I 1 2.5% 286 – 290 I 1 2.5%
111 – 115 I 1 2.5% 291 – 295 I 1 2.5%
116 – 120 296 – 300 II 2 5%
121 – 125 IIII 5 12.5% 301 – 305
126 – 130 I 1 2.5% 306 – 310
131 – 135 311 – 315 I 1 2.5%
136 – 140 316 - 320
141 – 145 321 – 325
146 – 150 326 – 330
151 – 155 331 – 335
156 – 160 336 – 340
161 – 165 341 – 345
166 – 170 346 – 350
171 – 175 I 1 2.5% 351 – 355
176 - 180 I 1 2.5% 356 – 360

15
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Arah Umum Primer

Arah Umum Sekunder

Diagram roset dibuat dengan menggunakan data strike dari 20 data


kekar berpasangan berdasarkan prosentase tabel tabulasi diagram roset dan
menghasilkan dua arah umum yaitu arah umum primer N 33o E ke arah Timur
Laut dan arah umum sekunder N 213o E ke arah Barat Daya.
IV.1.3 Histogram
1. Membuat sumbu vertikal dengan memasukkan harga prosentase
dari tabel tabulasi.
2. Membuat sumbu horizontal dengan memasukkan harga besar sudut
dari arah barat ke timur, dengan patokan arah utara pada bagian
tengah.
3. Memasukkan hasil perhitungan dari tabel tabulasi ke dalam diagram
sehingga menghasilkan sebuah diagram batang. Batang yang paling
tinggi menunjukkan hasil analisa dari arah umum
Arah Umum Primer

Arah Umum Sekunder

16
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Histogram dibuat dengan menggunakan data strike dari 20 data kekar


berpasangan berdasarkan prosentase tabel tabulasi diagram kipas dan
menghasilkan dua arah umum yaitu arah umum primer N 33o E dan arah umum
sekunder N 303o E.
IV.2 Analisis Kekar Menggunakan Dua Parameter
1. Data kedudukan kekar diplotkan ke kertas kalkir berdasarkan Polar Equal
Area Net, sehingga didapatkan titik-titik yang merupakan proyeksi kutub.
2. Digantikan Polar Equal Area Net dengan Kalsbeek Counting Net untuk
dihitung kerapatan titiknya dengan membentuk segi enam yang berisi titik
plot.
3. Jumlah titik yang masuk ke dalam setiap bentuk segi enam di hitung dan
disimbolkan dengan angka sesuai dengan jumlah titik yang ada di dalam
segi enam.
4. Berdasarkan kerapatan yang sama, ditarik garis kontur yang
menghubungkan antar titik.
5. Dijiplak garis kontur yang telah terbentuk ke dalam kertas kalkir yang baru
6. Ditentukan arah umum dengan membaca kedudukan titik kerapatan
tertinggi menggunakan Polar Equal Area Net.
Shear 1

Shear 2

Metode statistik dua parameter merupakan suatu metode yang diterapkan untuk
mendapatkan kisaran harga rata-rata atau harga maksimum dari sejumlah data acak
dengan menggunakan data pengukuran strike dan dip. Diagram kontur dibuat dengan
menggunakan data strike dan dip dari 20 data kekar berpasangan yang dicantumkan

17
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

ke The Polar Equal Net dan diklasifikasikan dengan menggunakan Kalsbeek


Counting Net, serta dihubungkan sesuai dengan kerapatan lerengnya sehingga
menghasilkan dua arah umum yaitu N 37o E/71o dan N 121o E/80o.
IV.2.1 Perhitungan Presentase Kontur
8/40 x 100% = 20%
6/40 x 100% = 15%
5/40 x 100% = 12.5%
4/40 x 100% = 10%
1/40 x 100% = 2.5%
IV.3 Analisis Kekar Menggunakan Stereografis
IV.3.1 Analisa Kekar
1. Mencari kedudukan umum kekar (shear joint)
2. Memplotkan kedua kedudukan umum ke dalam wulf net.
3. Meletakkan perpotongan kedua garis shear joint pada garis East –
West untuk membuat bidang bantu, yaitu dihitung sebesar 90o dari
titik potong ke arah pusat.
4. Perpotongan kedua garis shear joint adalah nilai σ2
5. Membuat kedudukan extension joint dengan menarik garis melalui
σ1 dan σ2
6. Membuat kedudukan release joint dengan menarik garis melalui
σ3dan σ2
7. Menentukan kedudukan σ1, σ2, dan σ3 serta extension joint dan
release joint menggunakan polar equal net.

18
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Analisis kekar menggunakan stereografis ini dilakukan untuk


mendapatkan gaya-gaya yang bekerja pada bidang yang diukur berupa σ1 yang
merupakan gaya dominan atau maksimum, σ2 yang merupakan gaya menengah
atau intermediet, dan σ3 yang merupakan gaya minimum. Analisis kekar
dilakukan dengan menggunakan arah umum yang didapatkan dari diagram
kontur dan di tuangkan dengan menggunakan Wulf Net sehingga menghasilkan
σ1 dengan azimuth N 258o E/80o, σ2 dengan azimuth N 149o E/17o, dan σ3
dengan azimuth N 350o E/64o.
IV.3.2 Analisa Longsoran
1. Membuat garis 5 cm ke atas, bawah, kiri dan kanan dari titik pusat
2. Membuat persegi dari sisi yang dibuat sepanjang 5 cm
3. Membuat bentuk bangun kubus
4. Memasukkan analisis kekar
5. Mencocokkan kedalam jenis longsoran sesuai analisis kekar dari
kubus

19
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Berdasarkan proyeksi stereografis, dibuat analisa longsoran dengan


menarik garis sepanjang 5cm dari arah pusat sehingga menghasilkan kubus dan
dijiplak garis shear 1 dan shear 2 sehingga memperlihatkan perpotongan antar
2 shear yang memungkinkan terjadi longsoran baji ke arah σ2.
IV.4 Analisis Sesar
1. Mencari kedudukan umum kekar shear fracture dan gash fracture dengan
membuat diagram kontur
2. Memplotkan kedua kedudukan umum ke dalam wulf net.
3. Meletakkan perpotongan kedua garis shear fracture dan gash fracture yang
merupakan σ2σ2’ pada garis East – West untuk membuat bidang bantu,
yaitu dihitung sebesar 90o dari titik potong ke arah pusat.
4. Perpotongan GF dan bidang bantu adalah titik σ1
5. Membuat kedudukan titik σ1 yang sejajar dengan titik σ2σ2’.
6. Membuat bidang sesar yang merupakan arah umum yang didapatkan pada
diagram kipas sehingga melalui titik σ2σ2’.
7. Perpotongan bidang sesar dan bidang bantu adalah net slip
8. Ditarik garis dari titik pusat ke titik net slip sehingga membentuk sudut
yang merupaka rake.
9. Titik σ3 adalah 90o dari σ1, dan titik σ3’ adalah 90o dari titik σ1’
10. Menentukan arah-arah dari σ yang terbentuk, net slip, rake, bidang sesar,
dan lainnya dengan menggunakan the polar equal area net dimana N-S
diputar ke sepanjang W-E.

20
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

11. Penamaan sesar menggunakan klasifikasi Rickard (1972) dengan


merekontruksi pergeseran sesar berdasarkan net slip-nya, dan memasukkan
data dip sesar serta rake net slip.
12. Membaca nama sesar sesuai dengan nomor yang terdapat pada kotak
klasifikasi.

Analisis sesar menggunakan stereografis ini dilakukan untuk mendapatkan


gaya-gaya yang bekerja pada bidang yang diukur baik sebelum terjadinya pergeseran
maupun setelah terjadi pergeseran berupa σ1 dan σ1’ yang merupakan gaya dominan
atau maksimum, σ2 dan σ2’ yang merupakan gaya menengah atau intermediet, dan σ3
dan σ3’ yang merupakan gaya minimum. Analisis sesar dilakukan dengan
menggunakan arah umum yang didapatkan dari diagram kontur yang mana N 37o
E/71o merupakan shear fracture, N 121o E/80o merupakan gash fracture, N 60o E
merupakan bidang sesar, dan di tuangkan dengan menggunakan Wulf Net sehingga
menghasilkan σ1 dengan azimuth N 255o E/80o, σ1’ dengan azimuth N 296o E/64o,
σ2σ2’ dengan azimuth N 149o E/17o, σ3 dengan azimuth N 358o E/64o, σ3’ dengan
azimuth N 27o E/75o, net slip N 241o E/90o, dan dip bidang sesar 70o.

21
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

10. Right Normal


Slip Fault

Berdasarkan dip dari bidang sesar dan dip dari net slip yang terbentuk dalam
proyeksi stereografis analisa kekar, dilakukan klasifikasi untuk penamaan sesar
sesuai dengan Klasifikasi Rickard (1972) sehingga didapatkan nama sesar yang
terdapat di Muara Sungai Karing adalah Right Normal Slip Fault dimana merupakan
sesar turun yang bergerak relatif ke arah kanan.

22
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

BAB V
PEMBAHASAN

Ekskursi lapangan di Geopark Merangin dilakukan dengan mengamati gejala-


gejala geologi yang ada di Muara Sungai Karing dengan koordinat X=183346 dan
Y=9761819 Dalam melakukan pengamatan kegiatan Ekskursi lapangan di Geopark
Merangin, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana metode
deskriptif ini adalah suatu metode yang dilakukan dengan mengamati objek tersebut
secara langsung di lapangan. Yang menjadi objek dalam kegiatan ekskursi lapangan
di Geopark Merangin ini berupa kekar yang terbentuk pada batuan yang ada di
Muara Sungai Karing yang kemudian dilakukan analisis untuk menentukan arah
umum bidang lemah dan sesar yang ditandai dengan adanya zona breksiasi yang
kemudian dilakukan analisis sesar untuk menentukan penamaan sesar.
Di Muara Sungai Karing, dilakukan terlebih dahulu observasi terhadap tempat
yang akan dilakukan pengukuran, dan kelompok 5 tambang memilih daerah yang
dekat dengan zona breksiasi dan aliran air. Kemudian dilakukan pengukuran
kelurusan (strike) dan kemiringan (dip) (Gambar V.1) dari kekar-kekar yang
berpasangan (Gambar V.2) yang menghasilkan 20 data kekar berpasangan.
Kemudian, data-data tersebut dimasukkan ke tabel tabulasi untuk analisis lanjut
dengan metode statistik satu parameter dan metode statistik dua parameter.

Gambar V.1 Pengukuran strike dan dip kekar

23
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Gambar V.2 Kekar


Metode statistik satu parameter yaitu diagram kipas pada analisa kekar ini
dilakukan untuk memperoleh arah umum dari beberapa data acak yang hanya
menggunakan data strike-nya. Dalam hasil dari kegiatan Ekskursi lapangan geologi
struktur ini menghasilkan diagram kipas yang memiliki 2 arah umum yang terdiri
dari arah umum primer dengan azimuth N 33o E ke arah Timur Laut dan arah umum
sekunder dengan azimuth N 303o E ke arah Barat Laut. Diagram roset pada analisa
kekar ini berdasarkan prosentase yang terdapat pada dabel tabulasi yang dituangkan
ke diagram roset ini memiliki 2 arah umum yang terdiri dari arah umum primer
dengan azimuth N 33o E ke arah Timur Laut dan arah umum sekunder dengan
azimuth N 213o E ke arah Barat Daya.
Metode statistik dua parameter yaitu diagram kontur pada analisa kekar ini
dilakukan untuk memperoleh arah umum dari diagram kontur yang mana
berdasarkan data kekar sehingga menghasilkan titik-titik yang tersebar menjadi 4
bagian. Untuk menentukan arah umum yang dihasilkan berdasarkan titik yang
tersebar adalah dengan memperhatikan bagian yang memiliki kumpulan yang lebih
banyak dari bagian lainnya karena jika terdapat data strike dan dip yang sama akan
menyebabkan tumpukan titik yang menandakan kerapatan yang tinggi terdapat pada
titik tersebut yang kemudian dihasilkan arah umum pada diagram kontur ini adalah N
37o E/71o dan N 121o E/80o.
Kemudian, berdasarkan arah umum yang didapatkan pada metode statistik
dua parameter yaitu diagram kontur, dilakukan analisa kekar dengan proyeksi
stereografis. Berdasarkan prosedur pengerjaannya, didapatkan σ1 dengan azimuth N
258o E/80o, σ2 dengan azimuth N 149o E/17o dan σ3 dengan azimuth N 350o E/64o.

24
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Kekar terdiri atas extension joint yang merupakan retakan/rekahan yang


berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka,
dan release joint yang merupakan retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan
arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka yang mana untuk extension
joint didapatkan dari garis yang saling berhubungan antara titik σ 2 dan σ1
berdasarkan wulf net, dan untuk release joint didapatkan dari garis yang saling
berhubungan antara titik σ2 dan σ3.

Gambar IV.3 Analisa Kekar dan Longsoran Proyeksi Stereografis


Analisa longsoran berdasarkan proyeksi stereogafis pada analisa kekar dilakukan
dengan membuat kubus, dimana dari gambar yang telah dibuat didalam kubus, maka
dapat dikatakan bahwa kekar yang ada akan memungkinkan terjadi longsoran baji ke
arah σ2 karena terjadi perpotongan antara shear 1 dan shear 2 yang diperlihatkan
pada bidang kubus.
Berdasarkan arah umum diagram kontur dibuat analisa sesar dimana arah
umum N 37o E/71o merupakan shear fracture dan N 121o E/80o merupakan gash
fracture. Karena sesar merupakan suatu rekahan yang menunjukan pergeseran, maka
terdapat zona breksiasi atau zona hancuran (Gambar V.3) yang merupakan tanda dari
bergesernya suatu bidang.

25
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

Gambar IV.4 Analisa Sesar Proyeksi Stereografis


Arah-arah umum yang didapatkan tersebut kemudian dengan menggunakan
kalkir yang telah dilapisi dengan Wulf Net diplot setiap arah umum yang didapatkan
sesuai dengan prosedur pengerjaannya. Kemudian, untuk mendapatkan gaya
dominan yang bekerja pada suatu kekar, pertemuan antara shear fracture dan gash
fracture adalah σ2σ2’, pertemuan antara gash fracture dan bidang bantu adalah σ1’,
titik σ1 berada sejajar dengan σ2σ2’, titik σ3 berada 90o dari σ1, dan titik σ3’ adalah 90o
dari σ1’. Kemudian, dari hasil pengukuran zona breksiasi N 600 E diplotkan arahnya
dan ditarik garis arah umum breksiasi melalui σ2σ2’ yang akan menghasilkan garis
dari bidang sesar. Bidang sesar yang dihasilkan memiliki kedudukan yang
pembacaannya dengan menggunakan wulf net dan berada pada azimuth N 60o E/70o.
Untuk penentuan nama sesar berdasarkan klasifikasi Rickard (1972) dibutuhkan nilai
dari pitch of net slip dan dip of fault yang merupakan nilai dip dari net slip dan dip
dari bidang sesar. Maka dari itu pertemuan antara bidang sesar dan bidang bantu
merupakan titik net slip yang kemudian ditarik garis dari pusat ke titik net slip yang
akan membentuk sudut yang dinamakan rake. Pada analisa kekar ini net slip berada
pada azimuth N 241o E/90o yang menyebabkan sudut (rake) yang terbentuk sebesar
0o. Gaya-gaya dominan pada analisa kekar ini terdiri atas pure shear (σ1, σ2, dan σ3)
serta simple shear (σ1’, σ2’, dan σ3’), pure shear merupakan posisi awal bidang
tersebut sebelum mengalami pergeseran, dan simple shear merupakan posisi dimana
bidang tersebut setelah mengalami pergeseran. Dimana σ1 terletak pada azimuth N
193o E/49o yang kemudian bergeser menjadi σ1’ dengan azimuth N 296o/64o, σ2
terletak pada azimuth N 149o E/17o dan ketika terjadi pergeseran, σ2 ini tidak

26
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

mengalami pergeseran karena ibarat poros, σ3 terletak pada azimuth N 348o E/64o
yang kemudian bergeser menjadi σ3’ dengan azimuth N 27o E/75o.

Gambar IV.5 Penamaan Sesar


Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut, kemudian ditentukan jenis
sesarnya yaitu dengan menggunakan diagram klasifikasi Rickard (1972) yang
menggunakan nilai dari dip net slip dan dip pada bidang sesar yang berturut-turut
adalah 90o dan 70o yang dimasukkan sesuai dengan bagian segitiga pada diagram
klasifikasi, kemudian setelah di tarik garis sesuai dengan nilai masing-masing dip, di
taruhkan segitiga pada diagram klasifikasi dengan pencerminan, dimana pada
proyeksi stereografis, net slip terletak di bagian kiri, maka ketika dicerminkan net
slip akan membentuk pada bagian kanan, sehingga sesuai dengan titik pertemuan
berada di nomor 10, yaitu Right Normal Slip Fault yang berarti sesar turun yang
bergerak ke arah kanan.

27
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

BAB VI
KESIMPULAN

1. Metode statistik satu parameter berupa diagram kipas menghasilkan dua arah
umum yaitu primer (N 33o E) dan sekunder (N 303o E), dan diagram roset
menghasilkan dua arah umum yaitu primer (N 33o E) dan sekunder (N 213o E).
2. Metode statistik dua parameter berupa diagram kontur menghasilkan dua arah
umum yaitu N 37o E/71o dan N 121o E/80o.
3. Analisa Kekar menghasilkan kedudukan dari gaya-gaya yang bekerja pada
struktur yang diukur yaitu σ1, σ2, dan σ3 yang kemudian dilakukan analisa
longsoran yang menghasilkan kemungkinan terjadinya longsor baji ke arah σ2
yaitu gaya yang intermediate.
4. Analisa sesar menghasilkan kedudukan dari gaya-gaya yang bekerja pada
struktur yang diukur baik sebelum mengalami pergeseran maupun setelah
mengalami pergeseran yaitu σ1, σ1’, σ2σ2’, σ3, dan σ3’. Kemudian net slip dan
dip bidang sesar menghasilkan penamaan sesar Right Normal Slip Fault.

28
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. Modul Praktikum Petrologi. 2013. Yogyakarta : Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2016. Pengatar Geologi; Modul Ekskursi Geologi. Jambi:
Universitas Jambi
Zulfikar. 2014. Penyelidikan Lanjutan Bahan Galian Industri di Daerah Kecamatan
Tabir dan Sekitarnya, Merangin. http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php
?option=com_content&view=article&id=288&Itemid=325. Di akses pada 17
April 2017 Pukul 23.12 WIB

29
Laporan Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin

KESAN DAN PESAN

Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin Jambi 2017 ini membangun


kebersamaan dan kerja sama yang baik antar mahasiswa bukan hanya antar anggota
sekelompok tetapi setiap mahasiswa karena dilakukannya tracking dari Desa Air
Batu ke Muara Sungai Karing dengan jalur lintasan yang tidak mudah. Selain itu,
ekskursi ini merupakan aplikasi dari teori-teori yang didapatkan di perkuliahan,
sehingga meningkatkan pengetahuan tentang pengukuran di lapangan, analisa kekar,
dan analisa sesar, serta formasi-formasi yang terdapat di Geopark Merangin.
Ekskursi Geologi Struktur Geopark Merangin Jambi 2017 ini kurang tersusun
dengan baik jadwal kegiatannya ketika di lapangan karena ketika sampai di Muara
Sungai Karing, untuk melakukan pengukuran strike dan dip pada kekar dan analisis
sesar seharusnya jika sesuai jadwal, maka ketika tiba di Muara Sungai Karing
tambang ‘15 dapat langsung melakukan pengukuran, tetapi faktanya masih harus
menunggu.

30

You might also like